lll lRI JN(;AN KEPEJ\fiMI)INAN SITl
1ASIONAL J)AN
KEPlJASAN Kf:RJA OENGAN KEMAMPl lAN
PROI•ESIONAL KER.JA Gt iRl l
SMP NEGERJ Ill
K~:CAMATAN NAMOitAI\181 ~Oleh
Gl'NAR
S
NAING(;OI..AN
Nll\-1:015030092
MIUK PERPUST AKAAN
~
UNilVIED \
' T\ - - r
Tc5is Untuk Memperoleh Gdar
Magister Pendi(hkan
Prognn:n Studi
1\dministra~iPendidikan
PROGRAM PASCA SARJANA
l
'
~
'
HUBUNGAN KEPEMIMPINAN SITUASIONAL DAN
KEPUASAN KERJA DENGAN KEl\1AMPUAN
PROFESIONAL KERJA
GURU
SMP NEGERI DI KECAMATAN NAMORAl\fBE
Olcb
GUNAR S
NAINGGOLAI\'
Nl!\1:015030092
TESIS
Untuk Memenuhi Salah Salah Satu Syarat Ujian
Untuk Memperoleh Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN
ME DAN
JllJIHJNGAN KEI'E lVIIJ'Y1PINAN
SiTliASJONAL DAN
Kl~PlJASAN
KERJA OENGAN KEMAJ\t11'lfAN
PROFESIONAL KEJ{JA GlJR(j
S~1P
NF:GERI Dl
KECAMATAN NAMORAI'itBE
Olch
GUNAR S NAINGCOLAN
NIM: 015030092
Tclah dipenahankan eli Dcpan l'm11ti ~1 Ujian Tcs is
P:ula Tan~g;.tl 25 April 20(b dan Hinyllhllc:lu Tclah 1\lcmcnuhi
Sa lah Satu Syarat l Jntul\ Mtmpnokh (;cl~~r Magist<:r (l('IHiidiltan
l'rogn1m ~;l u ' li Administrasi Pc:ulidiltan
!)em b illl bfng l,
-·
Prof. Dr. Belferik Manullang.
Ketua Program Studi
/\drn in istrasi Pendidikan
i'vk 11 )' 1.: tuj ll i
Tim l'emhimbing
Mcdan, 25 April ? 005
[>·.:: Ill him bing II
/ ):z
(__ r
Dr. Siman, M ~ !J d .
Dir.'!ktur Program Pasca Sarjana llntvcrsit s Neg ri Medan
-No .
I,EI~~I O: T~
I'.J UAN I\. OM JSI
l '.IIAN TI•:SIS "'1/\(;I.STit: l{
PI ~N OIDIKANNann
l. Pn-'C Dr. Bt~!fcrik Manullang.
(K~~tua)
3.
Dr Siman, tv1.l'o
\S<·lrctaris)
Syarifuddin, M.Sc .. Ph.D.
(Anggota)
4. Dr. Kbairil Ansari, M.Pd.
(Anggota)
5. Or. F.fcndi Napitupulu, M. Pd.
(Anggot~)
Nama NIM
Tanggal Ujian
-/ /
__
{__
---l!f_?
/
/---....
'*=-_/z?
: Gunar S ~ainggolan
Puji Syukur Penulis haturkan bagi Allah T uhan Yang Maha P~nga$ih, atas
berkat dan bimbingannya penulis dapat menyelesaikan ti;sis d~ngan judul llubungan
Kepemimpinan Siruasional dan Kepuasan Kerja dengan Kemampuan Profesional
Kerja Guru SMP Negeri di Kec. Namorambe, dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam pcnulisan lC$iS ini pcnulis tidak terlcpa~ Liari bar\tl.mn bcrbagai pihak,
oleh karenanya pada ke$empalan ini pcnulis mcngucaphan rasa tcrima kasih yang
setulusnya kepada :
I. Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang dan Bapak Dr. Siman, \lPd selaku
pem bimbi ng
2. Bapak Dr. Khairil Ansari, M.Pd., Bapak Dr. l::t(>ndi ~apitupulu. M.Pd, dan
Bapak Syarifuddin, M.Sc., Ph.D scbagai Narasumbt:r d:m pcnguJi.
3. Bapak Prof Dr. Zainuddin, M.Pd dan Sduruh Dosen Pengajar PP~ UNfMED
4. Bapak Kepala SMP Negeri Di. Kec. Namorambe, Masing-masing Bpk Drs.
S.A Rangkuti dan Bpk Siagian, yang telah memhantu dalam proses
pelaksanaan uji angket. Beserta bapak ibu responden.
'5. Kpk S. lljung dan selumh rekan-rekan yang tclah banyal\ mcmbantu dan tidak
dapat dt scbut satu pcrsalu.
Akhirnya penulis tidak lupa menyampaikan rasa terimakasih yang sangat
tinggi kepada kedua orang tuaku (Ayah D. Nainggolan dan Rundn M. Bakara)
atas kasih sayang yang tiada hentinya. Kemudian kepada istri tcrcint~ Magna
Carta Hutabarat yang selalu setia mcndampingi dan mcndorong scmangat hidup
untuk bangkit, dan Ku persembahan buat anakku: Dian franly dan Jee Quarassa
scbagai motivasi.
Mcdail, 0 I April 2005
A. Lata.- Belakaog Masalah
BABI
PENDAHULUAN
Kctika persaingan hidup dalam aneka perspektif sosial, ekonomi ,
teknologi, dan kemanusiaan semakin beresknlasi secara menycluruh dan meluas,
persyaratan kernampuan yang diperlukan orang untuk melakukan aneka pekeijaan
pun semakin meningkat. Persyaratan kemampuan tersebut tidak terkecuali apakah itu
negara maju atau negara berkembang
saat
ini.Permasalahan tersebut semakin mengemuka ketika lapangan pekeijaan
membutuhkan sumberdaya manusia yang bennutu. Maka apabila dikaitkan dengan
kcpcmilikan ilmu maka permasalahan tersebut menjadi pennasalahan pendidikan dan
menjadi masalah penting bagi kehidupan. Manullang (2001:4) menyatakan "hidup
arlalah ,endidikan c:Lm pendidikan adalah hidup". "Pendidikan berlangsung selama ada
dar. di mana Pda kchidupan. Pemyataan di atas jelaslah bahwa respon atas aspek
pendidikan dan aspek kehidupan saling berkaitan satu sama lain. Dengan demikian
proses pendidikan yang bertujuan Wltuk menghasilkan pengetahuan, apakah itu dalam
bentuk sikap, minat, kebiasaan, kecakapan, pengertian, kema..rnpu.an orientasi diri
semuanya bermanfaat untuk kehidupan seseorang.
Seperti diuraikan di atas maka pendidikan Indonesia saat ini sudah saatnya
kecerdasan gcncrasi kcgcncrasi schingga tercipta sumherdaya yang secara kontiniu
mcndapat pendidikan bukan hanya sekedar mengecap tetapi juga harus hennutu,
sebab dilematis sekali apahila pendidikan hanya di ketahui tetapi tidak di miliki.
Pennasalahan yang muncul adalah apakah tenaga pendidik atau perangkat, system
ataupun sarana dan prasarana yang menjadi momok sehingga keprihatinan akan
kredihilitas surnberdaya manusia kita selalu mengemuka ak.hir-akhir ini.
Lembaga pendidikan formal atau sckolah mcnjadi salah satu terminal
untuk menerima pendidikan dan pcngctahuan yang di manfaatkan seorang anak didik
scbagai bckal hidup untuk masa depan. Maka unsur-unsur dan perangkat sekolah
sudah scmestinya diperhatikan baik fisik maupun sumberdaya manusianya. Untuk
menuju pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas tidak saja tergantung pada satu
komponen saja rnisalnya gedung sekolah yang haik, sarana yang lengkap atau kondisi
lainnya, melainkan sebagai sebuah sistem mutu pendidikan yang tergantung pada
bebem.pa kompunen, antara lai:1 t-erupa kegiatan pembdaj~ran, guru, murid, sarana
dan prasaran:.l pembelajaran, dana, lingkungan masyarakat, kepemimpinan kepala
sekolah dan sebagainya. Semua komponen dalam sistem pembelajaran tersebut
sangal pcnting dan mcncntukan kcbcrhasilan pencapaian tujuan pendidikan.
Komponen pembelajaran di atas memberikan
arah
bagi pengelola sekolah dalarn memberikan kesempatan kepada murid untuk mendapatkan pengalamanbelajar yang maksimal sesuai de-ngan tingkat kemampuannya, terutama bermanfaat
bagi kehidupannya di ma~a yang akan datang. Namun demikian
didukung oleh keberadaan guru yang profesionaL Materi, media, sarana dan
prasarana, dana pendidikan, dan lain sebagainya tidak akan banyak mcmberikan
dukungan dalam proses dan basil pembelajaran apabila tidak di dukung oleh guru
yang secara kontiniu bcrupaya mewujudkan gagasan, ide, dan pcmikiran dalam
bentuk pcrilaku dan sikap yang unggul dalam tugas guru sebagai pcndidik.
Kalau demikian, maka yang menjadi pennasalahan adalah bagaimana guru
bekcrja secara profesional. Guru profesional bukan saja mcrnbentuk anak didik
bcrilmu dan berpcngatahuan tetapi juga menanamkan dan membangun nilai-nilai,
nom1a-nonna dan moral kedalam suatu sikap yang terpuji.
Kemampuan seorang guru untuk memhekali pcngetahuan (knowledge),
keterampilan ( skilf), dan sikap (attitude) kepada anak didik merupakan suatu
keahlian tcrsediri. Tercapai tidaknya pemerolehan pengetahuan, keterampiJan, dan
sikap olch anak didik tcrsebut tergantung pada bagaimana akses kepcmilikan ilmu
di\n pcngetahuan guru dal$\m proses pcmbelajaran di sckolah.
Batadal (2003:3), dan Hanson (1985:315) rnenya!.aka!l b~hwa rnendidik
lcbih i<ompleks di antara keseluruhan kegiatan sosial, hal ir.i di sebabkan kerena
variasi dari proses pembelajara.il yang diselenggarakan di dalamnya membutuhkan
keterampilan dan J.reahlian yang sangat unik. Hal ini yang membuat anak didik tidak
akan memiliki ilmu pengetahuan dengan sendirinya, melainkan rnelalui proses
peningkatan tertentu.
Adler (1982:4) rnenyatakan guru merupakan unsur manusiawi yang sangat
menentukan keberhasilan pendidikan. Guru merupakan unsur yang paling dekat
dcngan anak didik dalam upaya pendidikan st!hari-hari di sckolah. Lebih lagi guru
yang unggul (the excellent teacher) mt!rupak.an critical resoun:e in any excellent
teaching learnmg activities (Shapero, 1985)" ...... a school system is only as good as
the people whv make it". (Griffiths, 1963). Maju a tau mundur mutu pemhelajaran di
sekolah sangat tergantung pada tingkat profesionalisme guru. Jadi, di antara
keseluruhan komponen sistcm pcmbe1ajaran, komponen yang paling esensial dan
mcncntukan kualitas pcmbelajaran adalah guru.
Maka apabila ada pilihan di
antaradua pilihan menurut Bafadal (2003:4),
sarana yang lengkap ataukah guru yang profesional, maka posisi guru kbih tinggi
dari pada sarana dan tidak dapat ditawar-tawar. Posisi guru secara imphsit mt!nurut
Alder (1982:5) bahwa '· .... .there are nounreacliable children. There are .... Any
teacher wlw.fail to teach them." Oleh karena itu, tidak bcrlcbihan kiranya bila mana
mutu pcndidikan kurang baik discbabkan kw·angnya pcningkatan profesionalisme
p?ra gum.
Den3im dcmikian sumberdaya guru merupakan organ yang paling esensial
Jalam sistem pendidikan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan
sekolah. Guru senantiasa bertanggung jawah atas lembaga tersehut, sehingga mampu
untuk menyetarakan kepemilikan pengetahuan dan ilmu kepad:1 anak didik sesuai
relevansi tuntutan masa dan waktu.
Kemampuan guru dibutuhkan baik sebagai pemimpin di antara anak didik
maupun sebagai sentral pembdajaran dalam mengelola kelas dapat mt:mbangun
jawab untuk m~ngorganisasikan dan mengontrol ruang kelas serta menciptakan
~;ituasi yang k.ondusif agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang
rnaksimal. Maka dapat dikatakan bahwa tugas guru hukan saja membekali anak didik
scbagai gudang ilmu pengetahuan akan tetapi juga menciptakan situasi bdajar untuk
menghasilkan pengalaman belajar.
Mutu kerja guru paling tidak diketahui dari bagaimana kcsw1ggu.han
memherikan layanan berkualitas kepada anak didik, bagaimana gw-u mcmiliki
kompctensi yang sesuai dengan spesiflkasinya dan bagaimana gwu memandang
profesinya s~bagai pendidik dan pengajar.
Dari waian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap profesional guru
tersebut tidak. dapat dimiliki oleh mayarakat awam, oleh karena it.u guru harus
memiliki hidang keahlian khusus untuk mengenali dan mengetahui peserta didik.
Sudarwan (2002:22) mengatakan bahwa untuk melihat apakah seorang
guru
dikatakan profesionai at!lu tidak, dapat dilihat dari dua perspektif. ?ertama, dilihat
dari tingkat p~nuidikan minimal <.!ari latar belakang penJidikan untuk jenjang :;ekolah
tcmpat dia mcnjadi guru. Kedua. penguasaan guru terhadap Hlateri bahan pelajaran.
mcngelola proses pcmbclajarau, mcngclola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan,
dan fain-lain.
B. ldcntifikasi Masalab
Berd.'lsarkan latar belakang masalah di atas maka banyak variablc-variabel
yang di duga mempengaruhi kemampuan profesional guru. Identifikasi masalah
penelitian tersebut antara lain : I) Kepemimpinan kepala stkolah, 2) Kepuasan kerja,
3) Tingkat pendidikan, 4) Pelatihan yang ptrnah di ikuti, 5 ) Supervisi, 6)
Ptrltngkapan sarana dan prasarana, 7) Kecakapan bcrkomw1ikasi .
C. Pembatasan !\fasalah
Rerdasarkan identifikasi masalah di atas hanyak kompom:n yang
mempengaruhi kemampuan protcsional kerja guru, sehingga ptnelitian ini hanya
membatasi pada dua masa!ah. Pembatasan masalah tersebut adalah: 1) kcpcmimpinan
situasional (X1) dan kcpuasan guru (X~) . Pembatasan pada variabd tcrscbut, 1)
ktpemimpinan situasional berpengaruh dalam kegiatan guru. Pimpina n sekolah
cukup kuat untuk mempengaruhi hasi l kerja guru sckaligus mampu menopang
profe:;ionalisme guru dalam bektrja, dan kcpuasan kc~ja merupakan tingkat
pemenuhan kebutuhan rnaksimal. Apabila scorang gum dengan senang hati dan tanpa
paksaan melakukan tugasnya , scbab kebutuhan mr.ter1a1 dan non mat~rial se.:a1a
psikologis dan kebutuhan lainnya terpenuhi, maka de11gan sendirinya guru akan
mcrasa tcrpanggiJ dan ber1anggung jawab secara profesional melaksanakan tugasnya.
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan pembata5an masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai
1. Apakah ada hubungan yang bcrarti antara kepemimpinan :situasional dengan
kemampuan profesional kerja gum ?
2. Apakah ada hubungan yang berarti antara k~puasan kerja guru dengan
kemampuan protcsional kcrja guru ?
3. Apakah ada hubungan yang berarti antara kepemjmpinan situasional dan
kepuasan kerja dcngan kemampuan profesional kc1ja guru secara hersama-sama?
E. Tujuan Penditian
Pada dasamya penelitian ini untuk memperlihatkan hubungan antar variabel.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mcnguji dan
mengetahui apakah ada:
I. Hubungan antara kcpcmimpinan situasional dengan kemampuan profesional
kerja guru SMP Negeri di Kec. Namorambe.
2. Hubungan Kepuosan kerja dengan kemampuan profcsional kerja guru SMP
Ncgeri di .Kec .. Namoramhe.
3. Hubungan kepemimpinan situasional dan kepuasan kerja secara bersama-sama
terhadap kemampuan profesional guru SLTP Ncgcri di Kec. Namorambe.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
I. Guru sebagai bahan masukan untuk perbaikan dan pen ingkatan kemampuan
profesional ketja yang lebih baik di masa yang akan datang.
2. Guru scbagai bahan masukan untuk meningkatkan dan memberbaiki kepuasan
kc~ja , schingga dapat mcningkatkan kcmarnpuan pro(csional kerjanya.
] . Pemimpin sekolah scbagai masukan dalam pcydcnggaraan kepemimpinan di
sekolah dalam upaya mcningkatkan kcmampuan protesional k.~:rja guru.
4. Dinas pendidikan K~b. Deli Serdang sebagai masukan dalam pcmbinaan
kepemimpinan kepala sckolah dan keprofesionalati ~u ru termasuk dalam
penyelenggaraan penataran, seminar maupun kegiatan lain yang berkaitan dengan
upaya ~ningkatan mutu pendidikan.
5. Praklisi pendidikan untuk pemanfaatan khasanah keilmuan dalam penjngkatan
mutu dan pclayanan sccara prof't!sional.
6 . Dinas Pendidikan Dan Pcngajaran Propinsi Sumatera Utara dalam upaya
meningkatkan pengelolaan daP meningkatkan kcmampuan prcfesionalisme guru.
7. Peneliti-peneliti lainnyu yang berkcing;nan mcmbcrikan sumbangan dan masukan
bagi dunia pendidikan dalam rangka peningkata1t dan pengcmbangan SDM
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKt\SI DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penclitian mengungkapkan terdapat hubungan kepemimpinan
situasional dan kepuasan kerja dengan kemampuan proiesional kerja guru sccara
sendiri-sendiri maupun sccara simultan. Hal tersebut mcmberikan arti bahwa semakin
scmakin baik kepemimpinan situasional semakin tinggi kcmampuan profesional kcrja
guru. Scmakin tinggi kepuasan kcrja semakin tinggi kemampuan profesional kerja
guru. Semakin tinggi kepemimpinan situasional dan semakin tinggi kepuasan keija,
maka semakin tinggi pula kemampuan profcsional kelja guru.
Hasil pcnelitian mengungkapkan hubungan positif antara ubahan
kepemimpinan situasional dengan kemnmpuan profesional kelja guru dapat di terima
mcngingat sikap pemimpin situa<:ional ndalah suatu keadaan rli mana pemimpin
memptmy"i pendekatan yang efektif dengan keadaa..1 dan kondisi bawahan untuk
rnelakukan pekeijaan melalui oricntasi tugas Jan orientasi hubungan. Salah satu cara
yang mendukung kemampuan profesional keija guru adalah adanya sikap pemimpin
yang rnengajak bawahannya untuk bekeija dengan memberikan tugas sesuai level
kernatangan masing-masing, sehingga pemimpin rnenerapkan perilaku tugas dan
perilaku hubungan untuk setiap Jevel terscbut sesuai kebutuhan.
Dari hasil penclitian ini diketahui terdapat hubungan yang positif antara
kepuasan keija dengan kemampuan profcsional ketja gum. Keadaan ini dapat
dit~rima mcngingat faktor-faktor pemenuhan kebutuhan mcrupakan motivasi untuk kemampuan profesional kerja guru. Semangat dan kcinginan yang kuat untuk
meningkatkan kemampuah profesional kerja adalah manifestasi pemenuhan
kebutuhan. Adanya pemenuhan k~butuhan baik materil dan non materil, kecocokan
aspek pekerjaan dan aspek kebijakan mcnumbuhkan semangat yang tinggi untuk
meningkatkan kemampuan bckcrja guru, sehingga mereka berusaha untuk
melaksanakan tugas mcrcka dengan profesional dan positif.
Bcrdasarkan analisis deskriptif diketahui bahwa secara umum kepemimpinan
situasional, kepuasan kerja dan kemampuan profesional kerja guru cenderung sedang
walaupun ada kategori tinggi dan kurang dalam jumlah sedikit.
Ha<iil analisis korelasi parsial ditemukan kocfisicn anta.r ubahan
kepemimpinan situasional dengan kemampuan proiesional kctja gwu scbcsar 0.683
hasil ini kemudian dikonsultasikan dcngan r tabcl 5%
=
0.361. Schingga disimpulkanbahwa tcrdapat hubtmgan yang sccara nyMll antara kepemimpinan situasional dengan
kemampuar. profesional kelja guru bila mana kepuasan kerja di kontrol.
Demikian juga haJnya dengan r.nalisis korelasi parsial ditemukan koefisien
antar ubahan kepuasan kerja dengan kemampuan profesional ketja guru sebesar 0.344
hasil ini dikonsultasikan dengan r tabel 5%
=
0.361. Sehingga dapat di katakan bahwatidak terdapat hubungan yang nyata antara kepuasan kerja dengan kemampuan
profesional kerja gwu apabila kepemimpinan situasional di kontrol.
Analisi korelasi ganda ditemukan harga koefisien korelasi ganda sebesar
profcsional k.erja guru dapat dijelaskan oleh kedua ubahan XI dan
x2
dan 33 %dipcngaruhi oleh faktor lainnya . Persamaan regresi ganda
Y=
38.021 +0.649X,
+0.237
X
2 telah diuji dengan statistik F ternyata terdapat kcberartian pada signi.fikan5%. Bcrdasarkan hasil tersebut d.apat disimpulk.an bahwa semakin baik
kepemimpinan situasional dan semakin tinggi kepuasan ke.rja maka semakin tinggi
kemampuan profcsional kerja guru.
Rerdasarkan hasil pcnelilian yang telah diuraikan pada bab l V maka dapat
disimpulkan hasil penelitian bahwa :
l. Terdapat hubungan kcpcmimpinan situasional dengan kcmampuan
profesional kerja guru, hal ini tcrlihat dari nilai koefisien korelasi yang sangat
tinggi yakni 0. 792. Dengan dcmikian hipotesis altematif diterima dan
altematifnol di tolak.
2. Tcrdapat hubungan ar.tara kepua~n kcrja dengan kemampuan profesional
kerja gwu, hal tersebut terlihat dari kocfisien korelasi 0.6L.O. Dengan
demiktan hipotcsis aliematif diterima dan alternatif nol di tolak.
3. Terdapat hubungan antara kepemimpinan situasional dan kepuasan kerja
secara bersama-sama dcngan porfesionalisme keija gwu., hal tersebut terlihat
dari koefisien korelasi ganda sebesar 0.819 dan uji F scbesar 27.533. Dengan
demikian berdasarkan hasil anlisis regresi ganda dan korclasi ganda hipotesis
altematif diterima dan altematif nol di tolak, tcrdapat hubungan
kepemimpinan situasional dan kepuasan kerja dengan kemampuan profesional
kerja guru.
B. lmplikasi
Berdasarkan hasil penelitian maka implikasi penclitian adalah sebagai
berikut:
Pertamu : Dengan ditcrimanya hipotesis alternative pertama yang rnenyatakan
terdapat hubungan positif dan berarti autara kepemimpinan situasional deng~n
kemampuan profesional ke~ia guru mengungkapkan bahwa kepemimpinan situac;ional
yang positif dapat meningkatkan kemampuan profesional kerja guru. Upaya yang
dapat c!ilakukan untuk meningkatkan kemampuan profesional kerja guru tersebut
adalah pemimpim senantia.o;a memiliki nilai-nilai humanistic dan demokratis dalam
segala siruasi ataupun kondisi, menjungjung rasa sating percaya antara pemimpin dan
yang di pimpin schingga pemimpin cenderung melihat situasi bawahan dengan
kondi!:>i penerimaan instruksi. Maka dalam hal ini kepemimpinan yang baik
merupakan pembina kcrja sama dengan tingkat kematangan dan kemampuan dan
menumbuh kembangkan saluran komunikasi kerja yang komplek dengan sesaJTla.
Kedua : Dengan diterimanya hipotesis alternative ked.ua yang menyatakan tcrdapat
hubungan positif dan berarti antara kepuasan kerja dengan kemampuan profcsional
kerja gWll mengungkapkan bahwa upaya peningkatan kepuasan kerja yang dapat
adalah dengan memberikan pemenuhan kebutuhan dengan berbagai motivasii baik
peningkatan imbal material dan non material yang setara dengan kebutuhan serta
mengkondisikan aspek pekerjaan dan aspek kebijakan kepada guru, sehingga mereka
benar-benar mera<;a memiliki peketjaan sebagai guru merupakan bagian dari sikap
profesionalisme kerja yang memuaskan.
Ketiga
:
Dengan diterimanya hipotesis alternative ketiga yang menyatakan terdapathubungan positif dan berarti antara kepemimpinan situasional dan kepuasan kerja
sccara bcrsama-sama dcngan kemampuan profesional kerja gwu mengungkapkan
bahwa semakin baik dan tinggi kcpcmimpinan situasional dan semakin meningkatnya
kepuasan kerja semakin baik dan semakin tinggi pula kcmampuan profesional keija
guru. Upaya yang dapat dilakukan untuk. peningkatan kcmampuan protcsionaJ kerja
guru tersehut adalah meningkatkan perilaku tugas dan perilaku hubWlgan yang baik
dan dibarengi dengan meningkatnya pemenuhan kebutuhan melalui aspek aspek
imba!an dan aspek pekerjaan dan kebijakaTI.
C. Simpulan
Berdasarkan hasil anali~i~ dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat hubWlgan antara kepemimpinan situasional dengan kemampuan
profesional keija guru. Hal tersebut dilihat dari harga koefisien korelasi
sebesar 0.792, dengan koefisicn determinasi 0.627. dengan demikian 62.7%
varians kemampuan profesional kerja guru dapat dijelaskan olen varians
kepemimpinan situasional.
2. Terdapat hubungan antara kcpuasan kerja dengan kemampuan profesional
kerja guru. Hal tersebut dilihat da.ri harga koefisien kordasi sebcsar 0.620,
dengan koefisicn dcterminasi 0.3&4. dengan demikian 38.4 % varians
kemampuan profesional ketja guru dapat dejelaskan olch varians kepuasan
kcrja guru.
3. Tcrdapat hubungan antara kepemimpinan situasional dan kepuasan kerja
dengan kemampuan profesional kerja guru. Hal tcrscbut dilihat dari harga
koefisien korelasi ganda sebesar 0.819, dengan kocfisien detenninasi 0.670.
Dengan demikian 6 7 % varians kemampuan profesionat kerja guru dapat
dijelaskan oleh varians kepemimpinan situasionat secara bersama-sama
dengan varians kepuasan kerja.
D. Saran-saran
Bcrdasarkan kesimpiian, implikasi dan pemhahasan hasil penelitian maka
berikut ini penulis menyarankan :
l. Dalam meningkatkan kemampuan profesional kerja guru para pemimpin sekolah
lebih memperhatikan arti dari kepernimpinan, mempelajari kondisi dan situasi
guru
baik kematangan dan kemampu::m guru, sebab kedua hal tersebut sering sekali terabaikan oleh seorang kepala sekolah sehingga tidak tercapai efektifitaskepemirnpinan dan akan berdampak pada tidak protesionalnya guru dalam
2. Sebaiknya para pengefola pendidikan baik dari pihak pengelola, pemcrintah dan
dinas-dinas maupun swasta mernperhatikan tingkat kepuasan kc~ja guru.
Pemenuhan kebutuhan adalah aspek dimana seseorang dapat menerima dan
melakukan pekerjaan dengan baik apahila kebutuhan terpenuhi baik pemenuhan
kcbutuhan sebagai aspek imbalan maupun aspek aspek perlakuan dalam pekerjaan
ataupun pcmberi kebijakan, hendaknya lebih memperhatikan guru. Hal ini sangat
berpengaruh kcpada siklus kehidupan guru dalam melaksanakan tugasnya secara
profesionaL
3. Sehagai guru sebaiknya lebih mcningkatkan hubungan yang harmonis dengan
pemimpin sekolah untuk menwnbuhkan rasa keperdulian dan kebersamaan,
menjaga kestabilan profesi sebagai guru scrta berusaha memenuhi kepuasan kerja,
sehingga tidak menyimpang dari koridor sebagai guru profesional. Meningkatkan
kcmampuan, menggali nilai-nilai yang baik sebagai guru.
4. Dalam P'!nel!tian ini yang di teliti adalah kepemimpin2ti situasional dan kepuasan
kerja yang kcmudian menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan profesional
ketja guru, untuk penelitian selanjutnya disarankan agar meneliti faktor lain yang
d.apat meningkatkan kcmampuan professional kerja guru dengan skala yang lcbih
besar dan lebih kompleks.
Daftar
Pustaka
Adam, S. J. ( 1964 ), Toward and understanding of Inquiry. Journal of Abnormal
P~ychology . NewYork: McGraw Hill Book Company, Ink.
Ahmadi, Abu. (1977). Bimhingan J>eenyuluhan di ,\'ekolah. Semarang: Toha Putra.
Aqib, Zainal. (2002), J>rojesiona/ism e Guru Dalam Pemhelajanm. Jakarta: Insan Cendikia
Arikunto, Suharsimi .. (1990). A4anajemen Fendidikan . Jakarta: Rineka Cipta.
(1998). Prosedur renelitian Suatu f>endckatan
Praktek.
Jakarta: Rin~ka Cipta.
(I 984 ). Dasar,dasar evaluasi !'endidika11. Yogyakarta: Bina
Aksara.
Alder, J. Mortimer. (1992. The Paedeia Proposal: An Fducat ional A1anifesto. New York: Macmillan Publi~hing Co. Ink .
Rafadal, Ibrahim. (2003). Peningkatan Profosionalisme Guru Sekolah nasar. Jakarta: Bumi Aksara
Coochran, William G. ( 1991). Teknik Penarikan Sampe/. Jakarta: UI Press.
Danim, Sudannan. (2002). lnovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan
Prqfesionalisme Tenaga Kependidikan. Candung: Pustaka Setia
Departemen Pendidikan Nasional. (200 I). Mana;emen Peningkatan Mutu Rerbasis
sekolah. Jakarta: Rosda
( 1983). Sekolah Sebagai Pusat Kebudayaan, Matcri Dasar Program Akta Mcngajar V-B, JakaJta: Diljen P. Tinggi
Dikbud, (1994). Kamus Hesar Bahasa Indonesia. Jakarta: Ralai Pustaka
Oavis. Keith.(1985) Managing Human Resources. England : McGraw HjlJ Book Company
Engkoswara. (1986).Kecenderungan kehidupan di Jndunesia menjelang tahun 2000
dan implikasinya terhadap sistem pendidikan. Jakarta : Intermedia.
E.A Lock.(1969) What's Job Sati.~faction :/, Organi::arional Behavior and Human
Performance. Englewood Cliffs: Prcsticc Hall.
Fau7..an . Ahmad (200 1 ). Kontribusi persepsi tentang supervisi dan budaya ke1ia terhadap kemampuan mengelola kelas oleh guru-guru MAN di kola
Padang. Padang.
Filippo, .13, Edwin. ( 1992). Personnel Managem ent. Jakarta: Erlangga.
Fiedler, fred E. & Martin M Chammers ( 1974). T.earkrship and l:-jfective
Management. Illinois: Scott, Foresman and company.
furtwengler, Dale. (2002). Ten Minute Guide tu Perfurmance Appraisals (Penuntun
Sepuluh Menit Penilaian Kinerja, terjemahan : Fandy Tjiptono). Yogjakarta: Andi.
Griffiths (1963). Dalam G0rton, Richard A 1976. School Administration: Challenge
and Opportunity fur Leadership. New York: Wm. C. Brown Company
Publishers.
Giblin Lcs, (1995). C.:~ra Keyakinan dan Kekuasaan dalam Berurusan dengan Orang
Lain. Jakarta: Spektrum.
Handoko, T.Hani. ( 1997). Manajemen Personalia dan Sumber Dayu Manusia.
Y ogyakarta : BPFE- Y ogyakarta.
Hamalik, Oemar, Men~~jar Aza3~ Metode, Teknik, 1-11. Dandung: Pustaka Martiana .
. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan f'endekatan Kompetensi.
Jakarta : Bwni Aksara.
Harianja, Efcndi, Tua Marihot. (2002). Manajemen Sumber LJaya Manusia. Jakarta: Gras indo
Harian Sinar Indonesia Raru. (2003: 7). RUU Sisdiknas Harus Tekankan Perhaikan
Mutu Guru. Mcdan: SIB
Hasibuan, H. Malayu S.P. (200 I). Organisasi clan ,\-louvusi. Jakarta: Bumi Aksara,
He~ey, Paul dan Blanchard, Kenndh. Manag e m~..·nr of orgam:ationa{ behaviour:
utili::ing human recovrces. 4111 edition. Englewood Cliffs, New Jersey:
Prentice-Hall, inc
Hoy, Wcync K, dan Miske!, Cecil G. l:.:ducutiunal Administration: Theory, researt
and teori. New York : Ramdom Haus.
Kadarman, A.l\.1., SJ. ( 1991 ). Fenguntar 1/mu A1anajemen. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Kepner, Charles H. (1982). A.fam1Jt'r ranl! Rasiona/. Jakarta: Erlangga.
Kowzes & Posner, (1993),Etecuri\'e Frcelfence Puhlishing (Beyond Countet:feit
l ~ ea der$h ip) . AI ex: Jakarta
Mangkunegara_Prabu. Anwar, A.A.( 2000). M wwjem en S umberday a Afc:musia
J>erusuhuan. Bandung : Rosda.
Mariotti, Jhon. (2003) "A1arketing Ebpress " seri manajemen Wsnis Global. Jakarta:
Pres:yasi pustakaraya
Miarso, Yusuflladi. ({986). Tekno/ogi Komunik,1si Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Mangkuncgara, Prabu. Anwar .A.A. (2000). Manajemen .wmberdaya A1anusia
Perufialwan. Bandung: Rosda.
Manullang, Belferik.& Sri MiJfayetty (2004 ). Hducat ional Touch. Copy Original:
Mcdan
, (2002). Revitalisasi nilai Paedagogis.Dinas P&K Prof
Sumatera Utara. Medan
Manullang, Belferik. (200 I). Paradigma Raru PembanJ!.unan Pendidikan di Sumut.
Sinar Indonesia Baru . Mcdan
Modjonu, Djokosantoso, (2003). Beyond l..eaderslup 12 Konsep K( ~ pemimpinan
Elex Media Komputindo, Jaka11a.
Nazir, Moh. ( 1985}. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Nata\vidjaja, Rochman. ( 1989). Penman guru dalam Btmbmgan. Bandung: Abarin.
Pidarta, ~fade . ( 1997). Landm·an Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanto, M Ngalim . ( 1981 ). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Mutiara
Pribadi, Sikun tJ976), ?rnfesionalisme Guru. lnsan. Surabaya
Sanusi, Achmad., Dkk. ( 1995) . .)'Judi pengembangan model pendidikan f'rofesional
tenaga kependidikan . Randung : JKIP Bandung.
Siagian, Sondang P. ( 1991 ). Manajemen ,)'umher Daya Manusia. Jakarta: I3umi Aksara.
_ _ _ . Sondang P. (I 977). Sistem Informasi. Jakarta: Gunung Agung
Smith, Patricia Cain, Lome M & Cn(lries L.Hulin (19 69),The Measurement of Statisfaction in Work and Retirement: A Strategy for the study of allilulles.
Chicago: Rnd McNally & Company
Suhertian, Piet A ( 1994 ). Projii Pendidik Profesional. Jakarta : Andi Offset.
_ _ _ , Piet A. , (2000). Konsep Dasar dan Teknik Supcrvisi Pendidikan. Jakarta: Rincka Cipta
_ _ ---"Piet A. (1989). Superv1si Pengajaran(Teori dan Praktek). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DirektUiat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Sugiono. (2002). Statistika untuk Penelitian. Banding: Alfabeta.
Shapero, Arbert (1985). Managing Proje.fiional P eople: Understanding Creative
Performance. New York : The Free Press, A Devision o Macmillan, Inc
Sujana. (2002). Metode Statistik> edisi kc cmpat. Bandung: Tarsito.
Sutrisno Hadi. (1984) .MetoJologi l?esearc:h I. 2, 3. untuk penulisan paper , skripsi, thesis dan disertasi. Yogyakarta
Sucljiplu. (1999). l)roji!si Kegurucm . Jakarta: Rineka Cipta
Socpardi. (l988.Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: P3LPTK
Stoner, F, A, James. (l982). Management, 2nd Edition. Prentice Hall. lnc: Fordham
University.
Subroto, B, Suryo. ( 1984 ): Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikun di k)'ekolah.
Jakarta: Bina Ak.sara
Sutisna, Oteng. ( 1 993). Administrusi Pendidikan, dasar teoritis untuk praktek
professumal. I3andung: Angkasa
S udjana. ( 1992). A1elode stallslika.Jakarta :Tarsi to
Surakhmad. Winarnu, (2002). Projesi Keguruan . Jakarta: Rincka
Strauss, George, dan Saylt!s R. Leonard. (I 980), Pe::rsonne/: lhe Human Problems of
.~4anag eme nl, Prentice-Hall of lndia. New Dwlhi, p. 5-6
Usma n Uzcr. ( 1998). A1enJadi Guru Projesional. Bandung: Rcmaja Rusda karya
Tunggal, Drs. Am in W1jaya. ( 1993 ). Manajemen 1\ 1utu Terpadu. Jakarta: Rineka Cipta.
Tuckman, Bruce, W. (1978) Conducting educationo/ research. New York: 2 Harcourt Brace Ja var~oie h.Inc.
Tucker, Allan. ( 1992). A New Leadership.Eicx: Jakarta
Terry, G.R.(1978), Principle of Management, 7thEd. Homewood Illinois: Richard D
Irwin Inc,.