• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Penggunaan Lahan Pertanian Berbasis Komoditas Unggulan Di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Penggunaan Lahan Pertanian Berbasis Komoditas Unggulan Di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN

BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN

DI WILAYAH BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO

RIVAL RAHMAN

A156130101

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perencanaan Penggunaan Lahan Pertanian Berbasis Komoditas Unggulan di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015

Rival Rahman

(4)

RINGKASAN

RIVAL RAHMAN. Perencanaan Penggunaan Lahan Pertanian Berbasis Komoditas Unggulan di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. Dibimbing oleh DWI PUTRO TEJO BASKORO dan BOEDI TJAHJONO.

Perencanaan penggunaan lahan berbasis komoditas unggulan Wilayah Boliyohuto merupakan salah satu bentuk perencanaan yang bisa digunakan dalam pengambilan keputusan untuk menjalankan rencana penggunaan lahan pertanian terutama di wilayah-wilayah yang memiliki potensi pertaniannya sangat besar. wilayah di Kabupaten Gorontalo yang memiliki potensi lahan pertanian yang besar dan berkontribusi terhadap pendapatan daerah. Potensi wilayah ini tidak diimbangi dengan perencanaan yang baik sehingga masih banyak potensi-potensi lain yang belum dimanfatkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) menentukan komoditas unggulan di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. 2) mengetahui potensi sumberdaya fisik yang ada di Wilayah Boliyohuto. 3) menyusun rencana alokasi lahan untuk komoditas unggulan di Wilayah Boliyohuto dan 4) menyusun strategi Pengelolaan lahan yang berkelanjutan di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo.

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pegamatan langsung di lapang dan wawancara, serta data sekunder dilakukan di wilayah penelitian dan dari instansi terkait. Metode analisis data menggunaakan Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis

(SSA) untuk penentuan komoditas unggulan, analisis Kesesuaian Lahan dan

Universal Soil Loss Equation (USLE) untuk analisis potensi sumberdaya lahan, analsis ekonomi untuk analisis kelayakan usaha pengembangan komoditas unggulan dan analisis A’WOT (AHP-SWOT) untuk penetuan strategi pngembangan komoditas unggulan.

Hasil menunjukkan bahwa wilayah Boliyohuto memiliki lima komoditas unggulan yaitu padi sawah, jagung, kacang tanah, kopi dan kakao. Selanjutnya potensi lahan untuk pengembangan komoditas unggulan di wilayah ini seluas 31.645 ha. Berdasarkan analisis kesesuaian lahan, komoditas unggulan berada pada kelas kesesuaaian lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2) dan sesuai marginal (S3), dari analisis bahaya erosi komoditas unggulan memiliki indeks bahaya erosi mulai dari yang rendah sampai dengan sangat tinggi, sedangkan dari analsisi ekonomi semua komoditas unggulan layak untuk dikembangkan. Dari hasil analisis tersebut didapatkan alokasi lahan untuk pengembangan komoditas unggulan masing-masing untuk Kecamatan Boliyohuto seluas 5.516,6 ha (17,5 %), Kecamatan Mootilango 9.322,9 ha (29,4 %), Kecamatan Tolangohula 8029,6 ha (25,3 %), Kecamatan Asparaga 6.269,8 ha (19,7 %) dan Kecamatan Bilato seluas 2.506,4 (7,9 %) dari total luas potensi wilayah pengembangan komoditas unggulan. Kemudian dalam pengembangannya salah satu strategi yang dapat ditempuh dalam pengembangan komoditas unggulan ini adalah mengoptimalkan potensi sumberdaya lahan yang ada di wilayah Boliyohuto serta membangun kelembagaan petani.

(5)

SUMMARY

RIVAL RAHMAN. Agricultural Land Use Planning Based on Regional Leading Commodities of Boliyohuto at Gorontalo District. Supervised by DWI PUTRO TEJO BASKORO and BOEDI TJAHJONO.

Land use planning based leading commodity of Boliyohuto region is one of planning form that would be used to make decision to execute agricultural land use planing, especially in areas which have a very large agricultural potential and contribute to local revenue. The potential of this region is not offset by a good planning, so there are many other potential untapped. The aim of this study is to 1) determine the leading commodity in the Boliyohuto region of Gorontalo district. 2) to investigate the potential of existing physical resources in the Boliyohuto region. 3) develop a plan for the land allocation of leading commodity in Boliyohuto region and 4) developing sustainable land management strategies in the Boliyohuto region of Gorontalo district.

The data have been used in the study are the primary and the secondary datas. Primary data obtained from direct observation and interviews, and the secondary data is obtainable in the area of the research and of the relevant institute. Analysis methods that use was Location Quotient (LQ) and Shift Share Analysis (SSA) for the determination of the leading commodity, Land Suitability analysis and Universal Soil Loss Equation (USLE) for land resource potential analysis, the analysis of economic for the feasibility development of superior commodities and A'WOT analyze (AHP-SWOT) to Determinated the strategy of developing leading commodities.

Results showed that the Boliyohuto region has five main commodity that is paddy, maize, groundnuts, coffee and cocoa. Furthermore, the potential of land for the development of superior commodities in the region covering an area of 31 645 ha. Based on the analysis of land suitability, leading commodities are on land suitability classes is highly suitable (S1), marginally suitable (S2), and marginally suitable (S3), from erosion hazard analysis leading commodity has an index of erosion ranging from low to very high, while on the economic analysis of all the leading commodity deserves to be developed. From The analysis obtained allocation of land for the development of superior commodities respectively for the District Boliyohuto area of 5516.6 ha (17,5%), District Mootilango 9322.9 ha (29,4%), District Tolangohula 8029.6 ha (25,3%), District Asparaga 6269.8 ha (19,7% ) and the District Bilato area of 2506.4 (7,9%) of the total potential area of development of superior commodities. Later in development one strategy that can be pursued in the development of superior commodities is to optimize the potential of land resources in the region Boliyohuto and to build institutional farmers.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN

BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN

DI WILAYAH BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah pengembangan wilayah dengan judul Perencanaan Penggunaan Lahan Pertanian Berbasis Komoditas Unggulan di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo

Dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr Ir Dwi Putro Tejo Baskoro M.Sc dan Bapak Dr Boedi Tjahjono M.Sc selaku komisi pembimbing atas segala motivasi, arahan, dan bimbingan yang diberikan mulai dari tahap awal hinga penyelesaian tesis ini.

2. Dr Ir Setia Hadi, MS selaku penguji luar komisi atas segala masukan dan arahan dalam penyempurnaan tesis ini

3. Prof. Dr. Ir. Santun R. P. Sitorus selaku ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

4. Segenap dosen pengajar, asisten dan staf manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB.

5. Bapak ibu ekspert (Kepala Dinas Pertanian se-Provinsi Gorontalo dan Akademisi di lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo) yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam menyelesaikan penelitiannya.

6. Rekan-rekan PWL reguler dan Bappenas angkatan 2013 dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tesis ini.

Terima kasih yang istimewa khusus disampaikan kepada kedua orang tuaku tercinta beserta seluruh keluarga, atas segala do’a, dukungan, kasih sayang dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini. Penulis menyadari adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan, sehingga dalam penelitian ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan.

Akhirnya, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Terimaksih.

Bogor, Desember 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Perencanaan Penggunaan Lahan 5

Penetapan Komoditas Unggulan 7

Evaluasi Kesesuaian Lahan 8

Erosi dan Prediksi Erosi 10

Analisis A’WOT 12

Penelitian Terdahulu 12

3 METODE PENELITIAN 14

Lokasi dan Waktu Penelitian 14

Jenis dan Sumber Data 14

Analisis Data 15

Penetapan Komoditas Unggulan 15

Analisis Potensi Sumberdaya Fisik Lahan 18

Analisis Kelayakan Ekonomi Komoditas Unggulan 20 Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan 22

4 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 25

Geografis 25

Iklim 25

Jenis Tanah 26

Penggunaan Lahan 28

Kependudukan 29

Ketenaga Kerjaan 29

Pertumbuhan Ekonomi 31

Gambaran Sektor Pertanian Wilayah Penelitian 32

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 34

Penentuan Komoditas Unggulan 34

Location Questient (LQ) 34

Shift Share Analysis (SSA) 34

Komoditas Unggulan Pertanian Wilayah Boliyohuto 35 Potensi Sumberdaya Fisik Lahan Wilayah Boliyohuto 36

(12)

Prediksi Erosi Komoditas Unggulan 39

Kelayakan Ekonomi Komoditas Unggulan 40

Alokasi Lahan Komoditas Unggulan Berkelanjutan 42

Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan 45

Identifikasi Faktor-Faktor Komponen SWOT 45

Pembobotan Faktor SWOT dengan Teknik AHP 48

Penyusunan Strategi Berdasarkan Analisis SWOT 50

6 SIMPULAN DAN SARAN 54

Simpulan 54

Saran 54

Daftar Pustaka 55

LAMPIRAN 58

RIWAYAT HIDUP 71

(13)

DAFTAR TABEL

1. Parameter (kualitas dan karakteristik lahan) dalam evaluasi lahan 10

2. Jenis dan Sumber data yang akan digunakan 15

3. Matriks Tujuan, Jenis dan Sumber data, Sumber, Teknik Analisis dan Hasil

yang diharapkan 17

4. Pengharkatan Indeks Bahaya Erosi 20

5. Contoh Nilai Tingkat Kepentingan Unsur-Unsur SWOT Berdasarkan

Analisis AHP 23

6. Matrik strategi analisis SWOT 24

7. Urutan/RankingStrategi Pengembangan Komoditas Unggulan 24 8. Luas Wilyah tiap Kecamatan di Kabupaten Gorontalo 25 9. Temperatur, Kelembaban dan curah hujan Wilayah Boliyohuto 26 10. Sebaran Jenis Tanah Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo 27 11. Sebaran Luas penggunaan Lahan di Wilayah Boliyohuto 28 12. Perbandingan Luas wilayah dan Jumlah Penduduk Kabupaten Gorontalo 30 13. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama di

Kabupaten Gorontalo Tahun 2011 – 2013 30

14. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Berdasarkan

Lapangan Usaha di Kabupaten Gorontalo, 2012- 2013 31 15. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha di Kabupaten Gorontalo (Jutaan Rupiah), 2009 – 2013 32 16. Potensi Komoditas Pertanian Wilayah Boliyohuto 33 17. Nilai LQ Komoditas Pertanian Wilayah Boliyohuto 34 18. Hasil Analisis SSA Komoditas Pertanian Wilayah Boliyohuto 36 19. Hasil Penentuan Komoditas Unggulan Wilayah Boliyohuto 36 20. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Unggulan 37 21. Hasil Analisis Bahaya Erosi untuk Komoditas Unggulan 39

22. Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan 42

23. Matriks Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan di

Wilayah Boliyohuto 44

24. Faktor Faktor Komponen SWOT 46

25. Hasil Pembobotan Komponen SWOT 49

26. Matriks Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Wilayah

Boliyohuto 51

27. Urutan Rangking Strategi Pengembangan Komodita Unggulan Wilayah

Boliyohuto Kabupaten Gorontalo 51

DAFTAR GAMBAR

1. Grafik Produksi Jagung di Provinsi Gorontalo tahun 2002-2013 3

2. Peta Lokasi Penelitian 14

3. Diagram Hirarki Analisis A’WOT Pengembangan Komoditas Unggulan

Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo 23

4. Peta Jenis Tanah 27

5. Peta Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian 28

6. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Gorontalo dan Provinsi Gorontalo 33

7. Peta Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan 38

(14)

a. Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Padi 38

b. Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung 38

c. Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi 38

d. Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Kakao 38

e. Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Kacang Tanah 38

8. Peta Bahaya Erosi untuk Komoditas Unggulan 41

a. Indeks Bahaya Erosi Tanaman Padi 41

b. Indeks Bahaya Erosi Tanaman Jagung 41

c. Indeks Bahaya Erosi Tanaman Kopi 41

d. Indeks Bahaya Erosi Tanaman Kakao 41

e. Indeks Bahaya Erosi Tanaman Kacang Tanah 41

9. Peta Arahan Komoditas Unggulan Wilayah Boliyohuto 43 DAFTAR LAMPIRAN

1. Nilai Faktor pada Analisis Prediksi erosi USLE 59 1a. Nilai Faktor K Beberapa Tanah di Indonesia 59

1b. Faktor Kelas Lereng (LS) 59

1c. Nilai Faktor C (Pengelolaan Tanaman) 59

1d. Nilai Faktor P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah Khusus 60

2. Satuan Lahan dan Landform Lokasi Penelitian 61

3. Salah Satu Analisis Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Unggulan 64 4. Salah satu Perhitungan Erosi Wilayah Penelitian 65 5. Salah satu Analisis A’wot untuk Penentuan Strategi Pengembangan

Komoditas Unggulan 69

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahan merupakan salah satu aspek yang sangat penting di muka bumi ini karena lahan merupakan modal utama manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi lahan itu sendiri kini mulai terancam seiring dengan berkembangnya zaman dari waktu kewaktu. Kondisi ini diakibatkan oleh bertambahnya aktivitas penduduk yang memicu adanya pergeseran kebutuhan sehingga terjadi ketidak seimbangan antara jumlah penduduk dengan kebutuhan lahan. Hasilnya mengakibatkan terjadinya konversi lahan dari lahan pertanian ke non pertanian. Fakta menyebutkan bahwa pada kurun waktu 5 tahun (1999 – 2003), neraca luas lahan sawah di Indonesia sudah negatif 423.857 ha. Dimana terjadi alih fungsi lahan sawah seluas 563.159 ha, sementara penambahannya hanya mencapai 139.302 ha (Irawan, 2006). Permasalahan utama terjadinya ancaman krisis pangan di Indonesia adalah menurunnya kesuburan tanah dan berkurangnya luas lahan karena adanya konversi lahan pertanian ke non pertanian. Untuk itu permasalahan konversi lahan harus diperhatikan sebab hal ini berimbas pada penurunan produksi produk pertanian.

Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Gorontalo yang memiliki penduduk paling banyak di antara kabupaten-kabupaten lainnya. Kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten yang cukup berkembang di Provinsi Gorontalo yang dikenal dengan potensi pertaniannya. Lahan pertanian di kabupaten ini tersebar di seluruh wilayahnya, dan salah satu wilayah yang paling luas potensi lahan pertaniannya ada di Wilayah Boliyohuto. Wilayah ini dikenal dengan potensi lahan pertaniannya baik pertanian lahan basah maupun lahan kering dan terdapat 5 Kecamatan yang tercakup di wilayah ini yaitu Kecamatan Mootilango, Asparaga, Tolangohula, Boliyohuto dan Bilato.

Pada kurun waktu 10 tahun terakhir kebijakan tentang pemanfaatan lahan provinsi Gorontalo sangat terkenal berkat adanya kebijakan agropolitan jagung, bahkan agropolitan jagung di Gorontalo sudah dikenal sampai di pasar Internasional. Kebijakan ini juga dikenal membuat pendapatan petani di provinsi ini berangsur membaik dan cenderung meningkat. Hal ini akibat adanya kebijakan harga jagung yang tinggi di kalangan petani. Kebijakan ini membuat petani-petani semakin terpacu dan semangat untuk menanam jagung. Lahan-lahan tanaman jagung terus dibuka untuk meningkatkan produksi sehingga pembukaan lahan sudah sampai pada lereng-lereng yang curam. Akibatnya lahan-lahan jagung yang dibuka sudah tidak memperhatikan fungsi ekologinya lagi. Padahal dalam perencanaan penggunaan lahan, aspek daya dukung wilayah sangat penting untuk diperhatikan

(16)

wilayah untuk melindungi kawasan-kawasan yang potensial untuk komoditas tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh Christina (2009) bahwa penyusunan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B), Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B) wajib dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya untuk menjamin keberlanjutan pasokan pangan untuk masyarakat dan sebagai upaya perlindungan terhadap lahan-lahan subur dengan produktivitas tinggi

Perencanaan penggunaan lahan yang berbasis komoditas unggulan merupakan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan terkait dengan efektifitas pemanfaatan lahan, sebab dengan adanya perencanaan penggunaan lahan tersebut akan diketahui alokasi lahan yang sesuai dengan peruntukannya. Perencanaan penggunaan lahan berbasis komoditas unggulan pertanian sejatinya dapat mengatasi penggunaan lahan yang kurang atau tidak produktif menuju kepada penggunaan lahan dengan komoditas unggulan yang lebih produktif, menguntungkan secara ekonomi serta dapat diterima oleh masyarakat.

Perencanaan penggunan lahan berbasis komoditas unggulan pada umumnya hanya sebatas pada perencanaan peruntukan lahannya untuk tanaman tertentu dalam batasan kelas kesesuaian lahan namun tidak memperhatikan aspek konservasinya. Hal ini terutama untuk tanaman yang memiliki faktor pembatas lereng, sehingga yang terjadi ketika tanaman tersebut dikembangkan kemungkinan terjadi erosi sangat besar. Untuk itu dalam penelitian ini aspek bahaya erosi diperhatikan dan menjadi pertimbangan dalam arahan pengembangan. Dengan demikian jika semua aspek dilakukan dalam suatu perencanaan penggunaan lahan, maka konversi lahan pertanian dapat ditekan seoptimal mungkin. Disamping itu produksi yang dihasilkan juga akan maksimal sehingga berdampak pada meningkatnya perekonomian masyarakat. Dengan demikian penelitian tentang Perencanaan Penggunaan Lahan Berkelanjutan Berbasis Komoditas Unggulan di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo perlu dilakukan.

Perumusan Masalah

Wilayah Boliyohuto memiliki potensi yang cukup besar terutama pada sektor pertaniannya. Namun seiring dengan berkembangnya wilayah ini penduduknya juga semakin bertambah dan dengan keadaan tersebut hal yang paling penting adalah menyangkut kesejahteraan masyarakatnya karena sebagian besar penduduk wilayah ini menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Pendapatan produksi pertaniannya wilayah ini tergolong cukup besar, namun yang perlu diperhatikan juga adalah keberlanjutan lahan – lahan produktif yang ada.

(17)

jagung bahkan sampai pada lereng-lereng yang sangat curam, akibatnya banyak lahan-lahan pasca penanaman jagung yang tidak produktif lagi.

Gambar 1. Grafik Produksi Jagung di Provinsi Gorontalo tahun 2002-2013 Gambar 1 memperlihatkan bagaimana perkembangan jagung di Provinsi Gorontalo dalam kurun waktu 12 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa puncak produksi jagung di Gorontalo terjadi pada tahun 2008 setelah itu produksi jagung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini diakibatan oleh banyak aspek, namun salah satunya adalah karena menurunnya produktivitas lahan untuk komoditas jagung yang mengakibatkan lahan yang tadinya ditanami jagung kini sudah tidak lagi berproduksi maksimal.

Dari fakta ini perlu adanya penyempurnaan perencanaan lahan pertanian yang lebih efiktif lagi sehingga hal ini bisa diatasi. Perencanaan penggunaan lahan berbasis komoditas unggulan pertanian merupakan salah satu analisis yang bisa menentukan peruntukan lahan pertanian yang sesuai dengan daya dukung lingkungan. Selain itu analisis ini juga memakai konsep pendekatan kesesuaian lahan atau kemampuan lahan sehingga dengan pendekatan ini dapat diketahui komoditas yang sesuai dengan kondisi fisik wilayah tersebut.

Untuk penerapan perencanaan maka diperlukan strategi dan usaha yang besar agar dapat mendatangkan keuntungan bagi daerah tersebut. Dari permasalahan-permasalahan di atas muncul beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dikaji, yaitu

1. Jenis komoditas Pertanian apa saja yang menjadi unggulan di Wilayah Boliyohuto?

2. Bagaimana potensi sumberdaya fisik lahan yang ada di Wilayah Boliyohuto? 3. Bagaimana merencanakan sumberdaya lahan untuk komoditas unggulan yang

ada di Wilayah Boliyohuto?

4. Strategi apa yang bisa diterapkan untuk melaksanakan perencanaan penggunaan lahan pertanian berbasis komoditas unggulan di Wilayah Boliyohuto?

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(18)

Tujuan Penelitian

Dari permasalahan-permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menentukan komoditas unggulan pertanian di Wilayah Boliyohuto

Kabupaten Gorontalo

2. Mengetahui potensi sumberdaya fisik lahan yang ada di Wilayah Boliyohuto 3. Menyusun rencana alokasi lahan untuk komoditas unggulan di Wilayah

Boliyohuto

4. Menyusun strategi Pengelolaan lahan pertanian berbasis komoditas unggulan di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada beberapa aspek, yaitu: 1. Memberikan sumbangan pemikiran terkait dengan perencanaan penggunaan

lahan berelanjutan di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo

2. Menjadi bahan masukan kepada pemerintah daerah terutama terhadap penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gorontalo

Ruang Lingkup Penelitan

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Penggunaan Lahan

Pengetahuan mengenai penggunaan dan penutupan lahan merupakan salah satu hal penting terkait dengan kegiatan perencanaan dan pengelolaan suatu kawasan yang berhubungan dengan keadaan permukaan bumi. Penggunaan lahan dan pentupan lahan dapat memiliki pengertian yang sama untuk hal-hal tertentu, tetapi sebenarnya mengandung penekanan yang berbeda. Penggunaan lahan (land use) mengandung aspek menyangkut aktivitas pemanfaatan lahan oleh manusia sedangkan penutupan lahan (land cover) lebih bernuansa fisik (Rustiadi et al, 2011). Hal ini didukung oleh Lillesand dan Kiefer (1990) dalam Gunandi (2011) yang menyatakan bahwa penutupan lahan memiliki keterkaitan dengan keadaan penampakan permukaan bumi atau apa yang ada di atas sebuah lahan sedangkan penggunaan lahan berhubungan dengan suatu aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada suatu bidang lahan tertentu.

Arsyad (2010) mengelompokkan penggunaan lahan ke dalam dua bentuk yaitu (1) penggunaan lahan pertanian yang dibedakan berdasarkan atas penyediaan air dan komoditas yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat di atas lahan tersebut; dan (2) penggunaan lahan non pertanian seperti penggunaan lahan pemukiman kota atau desa, industri, rekreasi, dan sebagainya. Sebagai wujud kegiatan manusia, maka di lapangan sering dijumpai penggunaan lahan baik bersifat tunggal (satu penggunaan) maupun kombinasi dari dua atau lebih penggunaan lahan.

Adapun untuk perencanaan penggunaan lahan FAO (1976) mendefinisikan sebagai penilaian yang sistematik terhadap lahan untuk mendapatkan alternatif penggunaan dan memperoleh opsi terbaik dalam memanfaatkan lahan agar kebutuhan terpenuhi dengan tetap menjaga agar lahan dapat digunakan pada masa yang akan datang. Lebih lanjut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) menyatakan bahwa perencanaa tata guna lahan dapat didefinisikan sebagai perencanaan yang mengatur jenis-jenis penggunaan lahan di suatu daerah agar dapat digunakan secara optimal yang memberikan hasil yang tertinggi dan tidak merusak tanahnya sendiri serta lingkungannya.

Riyadi dan Bratakusumah (2004) menambahkan bahwa perencannaan tata guna lahan merupakan suatu proses terhadap penggunaan/pemaanfaatan lahan dan alternatif pola tata guna lahan dengan mempertimbangkan factor pengembangannya, baik fisik, sosial, budaya maupun ekonomi. Tujuan perencanaan tata guna lahan ini antara lain adalah untuk melakukan penentuan pilihan dan penerapan salah satu pola tata guna lahan yang terbaik sesuai dengan kondisi yang ada sehingga diharapkan dapat mencapai suatu sasaran tertentu.

(20)

dan dalam waktu yang bersamaan juga mengkoservasikannya untuk penggunaan pada masa yang akan datang (Dent, 1978; Jones dan Davies, 1983 dalam Sitorus, 2004). Perencanaan penggunaan lahan merupakan proses yang penting menuju pengembangan pertanian berkelanjutan. Pada hakekatnya perencanaan penggunaan lahan merupakan bagian dari mekanisme penunjang keputusan yang diperlukan untuk memberikan arahan kepada pemegang kebijakan melalui proses pemilihan penggunaan lahan yang sesuai dengan tujuan perencanaannya.

Pengelolaan sumberdaya alam memerlukan pengembangan konsep yang bersifat interdisiplin dan interaktif. Pendekatan berpikir sistem (system thinking) dapat memberikan informasi yang lebih baik bagi pengelola atau pemegang kebijakan untuk mempelajari kompleksitas. Metode berpikir sistem menyediakan pengetahuan tentang sebuah mekanisme untuk membantu pengelola sumberdaya dan pemegang kebijakan dalam mempelajari hubungan sebab dan akibat dari proses yang berlangsung, mengidentifikasi permasalahan utama, dan mendefinisikan tujuan yang ingin dicapai (Gao et al., 2003 dalam Widjajanto 2006).

Menurut Munasinghe (1993) dalam Suyana (2012), pembangunan berkelanjutan memiliki tiga tujuan utama yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain, yaitu : tujuan sosial (sosial objective), tujuan ekonomi (economic objective), dan tujuan ekologi (ecological objective). Dengan demikian pembangunan berkelanjutan adalah upaya mensinkronkan, mengintegrasikan dan memberi bobot yang sama terhadap tiga aspek, yaitu : aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan aspek lingkungan hidup. Pembangunan ekonomi dan lingkungan hidup harus dipandang sebagai sesuatu yang terkait erat dan tidak boleh dipisahkan atau dipertentangkan. Hal yang ingin dicapai dengan pembangunan berkelanjutan adalah menggeser titik berat pembangunan dari hanya pembangunan ekonomi menjadi pembangunan yang mencakup pembangunan sosial budaya dan lingkungan hidup. Pembangunan berkelanjutan bukanlah merupakan suatu situasi harmoni yang tetap dan statis, akan tetapi merupakan suatu proses perubahan dimana eksploitasi sumberdaya alam, arah investasi, orientasi perkembangan teknologi, dan perubahan kelembagaan bisa konsisten dengan kebutuhan pada saat ini dan kebutuhan di masa mendatang.

Lebih sederhana lagi IBSRAM (International Board for Soil Research and

Management) mendefinisikan sistem pertanian berkelanjutan sebagai bentuk

pengelolaan sumberdaya lahan yang mengintegrasikan aspek teknologi, kebijakan, dan kegiatan-kegiatan yang bertujuan memadukan prinsip-prinsip sosial-ekonomi dengan masalah ekologi secara bersamaan. Keterkaitan antara prinsip-prinsip tersebut digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan atau mempertahankan produksi/jasa, mengurangi tingkat resiko dalam berproduksi, melindungi potensi sumberdaya alam dan mencegah degradasi tanah dan air, secara ekonomis menguntungkan, dan secara sosial dapat diterima (Bechstedt, 2003 dalam

Widjajanto 2006).

(21)

Penetapan Komoditas Unggulan

Setiap perencanaan pembangunan wilayah memerlukan batasan pratikal yang dapat digunakan secara operasional untuk mengukur tingkat perkembangan wilayah (Rustiadi et. al 2011). Akan tetapi setiap wilayah agar bisa berkembang harus mempunyai sektor keunggulan yang bukan didasarkan pada biaya produksi yang murah saja tetapi lebih dari itu, yakni adanya inovasi (innovation). Beberapa konsep pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan yang dapat diterapkan di suatu daerah, salah satunya adalah pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan. Konsep ini menekankan motor penggerak pembangunan suatu wilayah pada komoditas-komoditas yang dinilai bisa menjadi unggulan, baik di tingkat domestik maupun internasional (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Deputi Pengkajian Kebijakan Teknologi, 2001).

Konsep dan pengertian komoditas unggulan ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penawaran (supply) dan sisi permintaan (demand). Dilihat dari sisi penawaran, komoditas ungggulan merupakan komoditas yang paling superior dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial ekonomi petani suatu wilayah tertentu. Pengertian tersebut lebih dekat dengan pengertian locational advantages, sedangkan jika dilihat dari sisi permintaan yang kuat baik untuk pasar domestic maupun pasar internasional. Dengan pengertian tersebut maka komoditas unggulan bersifat dinamis baik dilihat dari sisi penawaran karena adanya perubahan teknologi maupun dilihat dari sisi permintaan karena ada

pergeseran permintaan konsumen (Syafa’at dan Priyanto dalam Setiawan 2010) Penetapan komoditas unggulan nasional dan daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi era perdagangan bebas. Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi strategis, baik berdasarkan pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat) untuk dikembangkan di suatu wilayah (Badan Litbang Pertanian, 2003 dalam Sari 2008).

Pewilayahan komoditas unggulan ini harus berdasarkan pada daya dukung lahan komoditas tersebut. Pewilayahan komoditas pertanian sesuai dengan daya dukung lahan dimaksudkan agar produktivitas lahan yang diusahakan mencapai tingkat optimal. Dalam mendukung kegiatan agribisnis, pengertian produktivitas lahan ditujukan untuk suatu tipe penggunaan lahan (land utilization types) baik secara campuran (multiple land utilization types) maupun secara gabungan

(compound utilization types) mampu berproduksi optimal (Djaenudin et al., 2002). Selanjutnya Rustiadi et. al (2011) menambahkan bahwa adanya sistem pewilayahan komoditas diharapkan dapat meningkatkan efisiensi sistem produksi dan distribusi komoditas, karena pewilayahan komoditas pada dasarnya adalah suatu upaya memaksimalkan “comparative advantage” setiap wilayah.

Penetapan komoditas unggulan dilakukan dengan berbagai macam metode, salah satunya adalah dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ) dan

Shift Share Analysis (SSA). Analisis LQ merupakan suatu analisis yang digunakan

(22)

digunakan unuk mengetahui pemusatan sektor unggulan suatu wilayah. Analisis LQ merupakan salah satu pendekatan tidak langsung yang digunakan untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis. Nilai LQ akan memberikan indikasi kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan suatu komoditas, sedangkan analisis SSA adalah salah satu analisis yang melihat potensi pertumbuhan produksi sektoral dari suatu kawasan/wilayah. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan potensi ekonomi dalam analisis shift-share adalah

total shift (pergeseran keseluruhan), proportional shift, dan differential shift

(Rustiadi et al, 2011).

Evaluasi Kesesuaian Lahan

Perencanaan penggunaa lahan yang bersifat berkelanjutan mempertimbangkan kondisi fisik wilayah yang ada. Komoditas yang ingin di rencanakan harus sesuai dengan daya dukung dan daya tampung wilayahnya. Evaluasi sumberdaya lahan berbasis evaluasi lahan dan kemampuan lahan merupakan salah satu metode untuk menganalisis daya dukung lingkungan berdasarkan kondisi fisik lingkungan sekitar.

Evaluasi sumber daya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun kerangka dasar dari evaluasi sumber daya lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan tersebut (Sitorus, 2004).

Manfaat yang mendasar dari evaluasi sumber daya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu baik secara umum maupun spesifik serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan. Kegunaan terperinci dari evaluasi lahan sangat beragam ditinjau dari konteks fisik, ekonomi, sosial, dan dari segi intensitas skala dari studi itu sendiri serta tujuannya. Evaluasi kesesuain lahan itu sendiri terdiri dari evaluasi kemampuan lahan dan evaluasi kesesuaian lahan.

Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tata guna lahan. Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini maka dapat diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk tipe penggunaan lahan tersebut. Klasifikasi kesesuaian lahan atau kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan berdasarkan kesesuaiannya atau kemampuannya untuk tujuan tertentu (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007).

Evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya berhubungan dengan evaluasi untuk satu penggunaan tertentu, seperti untuk budidaya padi, jagung, dan sebagainya. Hal ini dapat dilakukan dengan menginterpretasikan peta-peta yang dapat mengambarkan kondisi geobiofisik lahan seperti peta tanah, peta topografi, peta geologi, peta penutupan lahan, peta iklim dan sebagainya dalam kaitannya dengan kesesuaiannya untuk berbagai tanaman dan tindakan pengelolaan yang diperlukan. Berdasarkan FAO (1976) evaluasi lahan dapat dilakukan menurut dua strategi yaitu :

(23)

2. Pendekatan sejajar (parallel approach). Analisis hubungan antara lahan dan penggunaan lahan berjalan secara bersama-sama dengan analisis-analisis ekonomi dan sosial.

Ciri dari proses evaluasi lahan adalah adanya tahapan di mana persyaratan yang dibutuhkan untuk suatu penggunaan lahan dibandingkan dengan kualitas lahannya. Fungsi dari evaluasi lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya serta memberikan kepada perencana perbandingan serta alternatif pilihan penggunaan yang diharapkan berhasil (FAO, 1976).

Kualitas lahan merupakan sifat-sifat atribut yang komplek dari suatu lahan, sedangkan tipe penggunaan lahan adalah jenis penggunaan lahan yang diuraikan secara lebih detil karena menyangkut pengelolaan, input yang diperlukan dan

output yang diharapkan secara spesifik. Persyaratan penggunaan lahan yang meliputi persyaratan tanaman, persyaratan pengelolaan, dan persyaratan konservasi diperlukan masing-masing komoditas mempunyai kisaran batas minimum, optimum, dan maksimum (FAO, 1976). Persyaratan tersebut dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kelas kesesuaian lahan yang dikaitkan dengan kualitas dan karakteristik lahan. Adapun parameter yang dinilai dalam evaluasi lahan adalah kualitas lahan yang dicerminkan oleh karakteristik lahan yang nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Tabel 1). Sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang banyak dipakai adalah berdasarkan sistem yang dikembangkan oleh FAO (1976) yang dimodifikasi oleh Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (2011).

Berdasarkan sistem klasifikasi ini, tingkat kesesuaian lahan ditunjukkan oleh empat kategori yang berupa tingkatan bersifat menurun yaitu:

1. Ordo: menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Ordo dibagi menjadi dua yaitu ordo S (sesuai) dan N (tidak sesuai);

2. Kelas: menunjukkan tingkat kesesuaian dari masing-masing ordo. Ada tiga kelas dari ordo tanah yang sesuai yaitu S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), dan S3 (sesuai marjinal/bersyarat), sedangkan untuk ordo yang tidak sesuai ada dua kelas yaitu N1 (tidak sesuai saat ini) dan N2 (tidak sesuai);

3. Sub Kelas: menunjukkan jenis faktor penghambat pada masing-masing kelas. Pada satu sub kelas dapat mempunyai lebih dari satu faktor penghambat dan jika ini terjadi maka faktor penghambat yang paling dominan dituliskan paling depan; dan

4. Unit: menunjukkan kesesuaian lahan dalam tingkat unit yang merupakan pembagian lebih lanjut dari sub kelas berdasarkan atas besarnya faktor penghambat.

(24)

Tabel 1. Parameter (kualitas dan karakteristik lahan) dalam evaluasi lahan

No Kualitas Lahan Karakteristik Lahan

A Persyaratan Tumbuh Tanaman/Ekologi

1 Regim radiasi Panjang/lama penyinaran 2 Regim suhu Suhu rata-rata tahunan

Gambut (kedalaman, kematangan, kadar abu) 6 Retensi hara KTK 10 Toksisitas Kejenuhan Al Bahan sulfidik B Persyaratan Pengelolaan

11 Kemudahan pengelolaan Tekstur tanah/bahan kasar Kelas kemudahan pengelolaan 12 Potensi mekanisasi

Kemiringan lahan Batuan di permukaan Singkapan batuan

Erosi adalah peristiwa pindahnya tanah atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan di tempat lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami yaitu air atau angin (Arsyad 2010).

Dua tipe utama erosi meliputi erosi geologis dan erosi akibat aktifitas manusia dan hewan. Erosi geologis berperan pada pembentukan tanah dan distribusi tanah pada permukaan bumi. Proses erosi yang berlangsung lama ini menyebabkan terbentuknya topografi yang ada sekarang, seperti jurang-jurang, saluran sungai dan lembah. Erosi karena aktifitas manusia atau hewan meliputi rusaknya agregat tanah dan percepatan hilangnya partikel bahan organik dan mineral akibat pengolahan tanah dan hilangnya vegetasi alam (Schwab et al. 1981 dalam Arief 2011).

Pada dasarnya menurut Arsyad (2010), erosi adalah akibat interaksi kerja antara faktor-faktor iklim, topografi, tumbuh-tumbuhan (vegetasi), tanah dan manusia yang dapat dinyatakan dalam persamaan deskriptif sebagai berikut :

E = f (i, r, v, t, m)

(25)

infiltrasi, dan satu unsur topografi (r) yaitu panjang lereng, dan (2) faktor-faktor yang tidak dapat diubah oleh manusia seperti iklim (i), tipe tanah dan kecuraman lereng. Lebih lanjut menurut Arsyad (2010), pada daerah tropis yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian secara serius adalah terjadinya erosi yang disebabkan oleh bantuan air.

Perkiraan jumlah erosi yang akan terjadi pada suatu lahan bila pengelolaan tanah tidak mengalami perubahan dilakukan dengan menggunakan rumus Universal Soil Loss Equation (USLE) (Wischmeier and Smith 1978) yaitu :

A = R x K x LS x C x P

Dengan pengertian bahwa : A = Jumlah erosi dalam ton/ha/tahun, R = faktor erosivitas hujan, K = faktor erodibilitas tanah, LS = faktor panjang dan kemiringan lereng, C = faktor tanaman (penggunaan tanah), P = faktor teknik konservasi tanah.

Dari kelima faktor yang menentukan nilai prediksi erosi tersebut, faktor-faktor yang memungkinkan untuk dimodifikasi secara teknologi dan ekonomi adalah faktor C dan P. Beberapa cara untuk memodifikasi nilai CP misalnya penanaman secara terus menerus, rotasi tanaman, pergiliran tanaman, tumpang sari, mulsa dan lain-lain. Nilai CP untuk setiap jenis pola tanam ditentukan oleh hasil-hasil penelitian plot erosi, baik di dalam maupun di luar daerah penelitian. Pengaruh pola tanam dan jenis tanaman tidak saja tergantung pada jenis vegetasi, kerapatan, kualitas pertumbuhan, pengelolaan tanaman, tetapi bervariasi termasuk waktu antara bulan dan musim. Oleh karena itu, efektifitas tanaman dalam menurunkan tingkat erosi sangat tergantung pada kelebatannya selama perlindungan yang diberikan oleh tanaman dan sistem pengelolaannya yang paling sedikit (Sinukaban 1989 dalam Ahsoni 2008).

Penetapan batas tertinggi laju erosi yang masih ditoleransi (dapat dibiarkan) perlu dilakukan karena tidaklah mungkin menekan laju erosi menjadi nol dari tanah-tanah yang diusahakan untuk pertanian terutama pada tanah-tanah yang berlereng. Akan tetapi suatu kedalaman tanah tertentu harus dipelihara agar terdapat suatu volume tanah yang cukup dan baik bagi tempat berjangkarnya akar tanaman, tempat untuk menyimpan air, serta unsur hara yang diperlukan oleh tanaman sehingga tanaman/tumbuhan dapat tumbuh dengan baik. Laju erosi yang dinyatakan dalam mm/tahun atau ton/ha/tahun yang terbesar yang masih dapat ditoleransikan (agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang cukup bagi pertumbuhan tanaman/tumbuhan yang memungkinkan tercapainya produktivitas yang tinggi secara lestari) disebut erosi yang masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan (Arsyad 2010)

Dalam menentukan erosi yang diperbolehkan, perlu ditentukan lebih dulu jangka waktu kelestarian tanah (Soil Resource Life) yang diharapkan. Jangka waktu kelestarian tanah adalah lamanya waktu yang ditentukan dimana erosi hanya mengikis tanah sampai kedalaman yang telah ditetapkan, sehingga kedalaman tanah yang tersisa masih dapat produktif. Makin lama jangka waktu kelestarian yang diharapkan, berarti makin sedikit jumlah erosi yang diperbolehkan setiap tahun (Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007).

(26)

ekonomis dan efektif untuk dilaksanakan dalam rangka menurunkan laju erosi (Asdak, 2004 dalam Ahsoni 2008)

Analisis A’WOT

Metode A’WOT adalah gabungan (integrasi) antara AHP (Analytical

Hierarchy Process) dengan analisis SWOT (Stengths, Weakness,

Opportunities dan Threats) yang dikembangkan untuk perencanaan hutan di

Filandia oleh Kangas, Pesonen, Kuartilla dan Kajanus (1996). Penggabungan analisis AHP dengan analisis SWOT ini dikarenakan analisis SWOT terlalu kualitatif. Apabila dikuantifikasikan, tidak jelas berapa bobot antara masing - masing komponen SWOT. Demikian juga bobot antar faktor dalam komponen tersebut perlu dibuat prioritasnya sehingga dalam menentukan strategi yang menjadi prioritas akan lebih mudah apabila menggabungkan SWOT dan pembobotannya yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden yang berkompeten (Johan, 2011).

Baik analisis AHP maupun analisis SWOT lazim digunakan untuk marumuskan kebijakan, oleh karena itu dengan menggabungkan kedua teknik analisis AHP dan SWOT diharapkan dapat saling menyempurnakan dan meminimalkan tingkat subjektivitas dari suatu kebijakan yang dihasilkan (Brahmanto 2013). AHP merupakan analisis yang digunakan dalam pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem, dimana pengambilan keputusan berusaha memahami suatu kondisi sistem dan membantu melakukan prediksi dalam pengambilan keputusan. Sebaiknya, sedapat mungkin dihindari adanya penyederhanaan seperti membuat asumsi-asumsi dengan tujuan dapat diperoleh model yang kuantitatif. Dalam AHP, penetapan prioritas kebijakan dilakukan dengan menangkap secara rasional persepsi orang, kemudian mengkonversi faktor-faktor yang intangible (tidak terukur) ke dalam aturan biasa sehingga dapat dibandingkan (Saaty 1993).

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi organisasi/perusahaan. Analisis tersebut didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strenght) dan peluang

(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weakness) dan ancaman (Threats) (Salusu 1996 dalam Johan 2011 ). Lebih lanjut Rangkuti (2009) menyatakan bahwa matriks SWOT menghasilkan 4 strategi yaitu: 1). Strategi SO (Strategi kekuatan-peluang), menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, 2). Strategi WO (Strategi kelemahan-peluang), menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada, 3). Strategi ST (Strategi kekuatan-ancaman), menciptakan strategi dengan memanfaatkan kekuatan untuk menghindari atau memperkecil dampak dari ancaman eksternal, dan 4). Strategi WT (strategi kelemahan-ancaman), didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan, serta menghindari ancaman.

Penelitian Terdahulu

(27)

teknis analisis yang berbeda tergantung kepada kondisi wilayah penelitian. Adapun penelitian-penelitian yang terkait dengan topik ini di antaranya adalah

- Wijanarko (2013) dalam penelitiannya berjudul “analisis sektor unggulan dan kesenjangan pembangunan dalam wilayah pengembangan di Kabupaten Ciamis Jawa Barat” lebih fokus kepada hubungan antara komoditas unggulan dengan perkembangan suatu wilayah. Komoditas unggulan dalam penelitian ini digunakan sebagai indikator untuk melihat perkembangan wilayah penelitian. Peneliti lebih menekankan kepada faktor apa saja yang mempengaruhi kesenjangan wilayah salah satunya dilihat dari komoditas unggulan.

- Rosdiana (2011) menjelaskan bahwa, hasil penelitiannya terdapat Enam komoditas unggulan pertanian yang diketahui dari tabel komposit. Kemudian dipilih komoditas prioritas berdasarkan hasil wawancara dan program pemerintah, maka diperoleh tiga komoditas unggulan pertanian terpilih yaitu komoditas padi, ayam ras pedaging, dan sapi. Tiga komoditas yang terpilih tersebut selanjutnya dijadikan sebagai arahan kebijakan pengembangan komoditas unggulan pertanian bagi Kabupaten Ciamis.

- Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2010) melakukan analisis komoditas unggulan dengan metode tipologi klassen. Dimana dalam analisis ini dipadukan dengan analisis AHP yang digunakan untuk melihat komoditas prioritas yang akan dikembangkan, sedangkan parameter yang digunakan dalam untuk menentukan komoditas unggulan adalah estimasi nilai ekonomi dan produksi yang dibandingkan dengan nilai rata-rata daerah acuan.

- Sari (2008) dalam penelitiannya komoditas unggulan di analisis berdasarkan nilai urutan prioritas, kemudian hasil analisis dari setiap komoditas dikalikan bobot setiap alat analisa yang digunakan. Data yang didapatkan berdasarkan studi literatur, wawancara responden serta analisis preferensi masyarakat. Kemudian Berdasarkan hasil analisis, komoditas padi sawah, jagung dan ubi kayu adalah komoditas yang ditetapkan sebagai komoditas unggulan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Lampung Timur. Penetuan komoditas prioritasnya dilakukan dengan analisis Multi Criteria Evaluation

(MCE)

- Nurleli (2007) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa komoditas unggulan dianalisis berdasarkan nilai LQ dan SSA akan tetapi sebelumnya dilakukan analisis potensi sumberdaya lahan dengan perangkat analisis arc view dan ALES. Setelah itu dianalisis juga kelayakan finansial komoditas unggulannya. Akan tetapi dalam penelitian ini hanya berkonsentrasi pada komoditas tanaman perkebunan.

(28)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo yang terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan Boliyohuto, Asparaga, Tolangohula Mootilango dan Bilato. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan Bulan Juni 2015. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survei langsung ke lapangan baik melalui wawancara maupun pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder yang digunakan adalah luas panen dan produksi komoditas pertanian Kabupaten Gorontalo tahun 2013, data curah hujan, peta topografi, peta digital wilayah administrasi kabupaten, peta lereng dan elevasi, peta RTRW kabupaten, peta penggunaan lahan, peta tanah dan satuan lahan, serta peta bentuk lahan. Jenis data yang digunakanselengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 .

(29)

diperlukan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang sesuai standar agar dapat digunakan dalam proses pengolahan lebih lanjut.

Tabel 2. Jenis dan Sumber data yang akan digunakan

No Jenis Data Skala Bentuk Sumber 8 Peta Geologi 1 : 250.000 Digital Pusat geologi Nasional

9 Data Curah Hujan - BMKG Provinsi penelitian yang akan dilakukan. Selengkapnya untuk teknis analisis data, tujuan penelitian dan keluarannya terlihat pada Tabel 3.

Penetapan Komoditas Unggulan

Untuk mengetahui komoditas unggulan masing-masing di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo dilakukan analisis Location Quotient (LQ) dan

Shift Share Analysis (SSA). Komoditas-komoditas yang dianalisis merupakan

keseluruhan komoditas yang di kembangkan oleh masyarakat setempat menggunakan analisis LQ dan SSA. Dari analisis LQ dan SSA ini akan didapatkan komoditas-komoditas yang dilihat berdasarkan faktor produksi tanaman merupakan komoditas unggulan di Wilayah Boliyohuto. Dimana parameter penentu komoditas dikatakan sebagai unggulan adalah bilamana nilai LQ adalah >1 dan nilai SSAnya positif. Sehingga dari keseluruhan komoditas yang akan dianalisis akan didapatkan hanya ada beberapa komoditas yang akan ditentukan menjadi komoditas unggulan.

Location Quotient(LQ)

Analsisi LQ digunakan untuk menentukkan komoditas basis suatu wilayah,

jika nilai LQ ≥1 maka komoditas tersebut merupakan komoditas basis pada wilayah

tersebut. Analsisi LQ secara matematis berdasarkan analisis pembagian lokasi dirumuskan sebagai berikut (Saefulhakim 2004):

j= .

(30)

Dimana:

LQij : Location Quotien

Xij : adalah nilai indikator luas panen/luas tanam/produksi komoditas ke-j

padawilayah kecamatan ke-i

Xi : adalah jumlah seluruh indikator aktifitas luas panen/luas tanam/ produksi komoditas di wilayah kecamatan ke-i

Xj : adalah jumlah indikator aktifitas luas panen/ luas tanam/produksi komoditas ke-j diseluruh wilayah, dan

X. : adalah penjumlahan nilai indikator seluruh aktifitas luas panen/ luas tanam/produksi komoditas diseluruh wilayah

Interpretasi dari hasil analisis pembagian lokasi tersebut adalah sebagai berikut: - Jika nilai LQij > 1, maka kondisi tersebut menunjukkan terjadinya konsentrasi

aktifitas luas panen/ luas tanam/produksi komoditas ke-j di sub wilayah kecamatan ke-i atau terjadi pemusatan aktifitas ke-j di sub wilayah ke-i. Dapat juga diartikan bahwa wilayah ke-i berpotensi untuk mengekspor produk aktifitas ke-j ke wilayah lain

- Jika nilai LQij = 1, maka kecamatan ke-i tersebut mempunyai pangsa aktivitas ke-j yang setara dengan pangsa sektor ke-j diseluruh wilayah. Atau dapat diarikan bahwa produk atau pertukaran produk perdagangan hanya terjadi dalam wilayah. Secara relatif wilayah i hanya mampu memenuhi kebutuhan internalnya tanpa bisa mengekspor ke wilayah lain.

- Jika nilai LQij < 1, maka sub wilayah ke-i mempunyai pangsa relatif kecil dibandingkan dengan pangsa aktifitas ke-j diseluruh wilayah atau pangsa pasar relatif ke-j diwilayah ke-i lebih rendah dari rataan aktifitas ke-j diseluruh wilayah.

Shift Share Analysis (SSA)

Analisis SSA merupakan salah satu dari sekian banyak teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktivitas dalam hal ini komoditas pertanian di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan aktivitas wilayah keseluruhan pada dua titik waktu. Analisis ini melihat bagaimana perkembangan suatu komoditas dalam satu wilayah tertentu apakah mengalami peningkatan atau tidak. Adapun persamaan analisis SSA dirumuskan sebagai berikut:

= . .. . − + ( − . .. . ) + ( − )

a b c

Dimana:

a : komponen share

b : komponen proportional shift

c : komponen differential shift

X.. : Nilai total aktivitas luas panen/luas tanam/produksi komoditas wilayah secara agregat

X.i : Nilai total aktivitas luas panen/luas tanam/produksi komoditas di unit kecamatan ke-i

Xij : Nilai diwilayah ke-i dan aktifitas luas panen/luas tanam/produksi ke-j t1 : titik tahun akhir

(31)

Tabel 3. Matriks Tujuan, Jenis dan Sumber data, Sumber, teknik analisis dan Hasil yang diharapkan

No Tujuan Jenis Data Sumber Teknik Analisis Hasil yang

Diharapkan

(32)

Analisis Potensi Sumberdaya Fisik Lahan

Analisis potensi sumberdaya fisik lahan dinilai berdasarkan dua analisis yaitu analisis kesesuaian lahan serta analisis bahaya erosi. Lahan yang dianggap memiliki potensi untuk pengembangan komoditas unggulan yaitu lahan yang memiliki kelas kesesuaian lahan yang sesuai serta tidak mengakibatkan terjadinya erosi jika komoditas unggulan tersebut dikembangkan.

Analisis Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan dilakukan melalui evaluasi lahan setelah komoditas unggulan tanaman ditentukan. Evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kriteria dan metode FAO (1976) yang dimodifikasi oleh Balai Besar Sumberdaya Lahan Nasional (2011). Metode evaluasi dilakukan dengan membandingkan karakteristik lahan/kualitas lahan dengan dengan kriteria kesesuaian lahan komoditas unggulan terpilih. Analisis kesesuaian lahan ini dilakukan sampai pada tingkat sub-kelas, dimana akan didapatkan kelas-kelas kesesuaian lahan sampai pada faktor pembatasnya.

Analisis Bahaya Erosi

Analisis bahaya erosi dilakukan dengan menggunakan persamaan Universal

Soil Loss Equation (USLE) yang dikemukakan oleh Wischmeier dan Smith (1978),

yaitu :

A = R x K x LS x C x P

Dimana :

A : jumlah erosi dalam ton/ha/tahun R : faktor erosivitas hujan

K : faktor erodibilitas tanah

LS : faktor panjang dan kemiringan lereng C : faktor tanaman (penggunaan tanah) P : faktor teknik konservasi tanah

Faktor erosivitas hujan (R). Faktor Erosivitas hujan (R) merupakan jumlah satuan indeks erosi hujan dalam setahun. Nilai R yang merupakan daya rusak hujan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Bols (1978), sebagai berikut :

R = 6.119 (Rain)1.21 (Days)-0,47 (Max.P)0,53

dimana :

R : indeks erosivitas hujan

Rain : curah hujan bulanan rata-rata (mm)

Days : jumlah hari hujan dalam bulan yang dimaksud (hari) Max.P : curah hujan maksimum dalam 24 jam dalam bulan yang

bersangkutan

Faktor erodibilitas tanah (K). Faktor K dihitung dengan menggunakan rumus Wischmeier dan Smith (1978), yaitu :

(33)

dimana :

K : faktor erodibilitas tanah

M : (% debu + % pasir halus) x (100-% liat) a : persentase bahan organik

b : kelas struktur tanah c : kelas permeabilitas tanah

Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS). Nilai panjang lereng dan kemiringan lereng diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan, untuk menentukan fakor panjang dan kemiringan lereng (LS) dihitung dengan menggunakan rumus persamaan Wischmeier dan Smith (1978), sebagai berikut :

LS = X(0,0138 + 0,00965S + 0,00138S2) dimana :

LS : faktor lereng X : panjang lereng (m) S : kemiringan lereng (%)

Fakor pengelolaan tanaman (C) dan teknik konservasi tanah (P) ditentukan dengan mencocokan kondisi penggunaan lahan dan penutupan tanah di lapangan dengan tabel faktor C dan P yang merupakan hasil penelitian Hammer, (1981), dan Abdurachman, et al. (1983) dalam Sinukaban, (1989) seperti yang ditampilkan pada Lampiran 1a sampai 1d.

Setelah didapatkan nilai erosi total selanjutnya dilakukukan analisis erosi yang dapat ditoleransi (Etol). Nilai Etol adalah besaran maksimum erosi yang masih dapat ditoleransikan dari sebidang tanah agar tanah tersebut masih dapat berproduksi secara ekonomis dan lestari dengan sistem produksi yang diterapkan (Wischmeier dan Smith, 1978). Penetapan Etol tanah dilakukan dengan menggunakan metode Hammer (1981), yang mengusulkan perhitungan Etol berdasarkan atas kedalaman ekivalen tanah dan jangka waktu kelestarian sumberdaya tanah (resource life) yang diharapkan dengan persamaan:

=

Setelah didapatkan nilai erosi total dan erosi yang dapat ditoleransi, maka selanjutnya dilakukan penilaian indeks bahaya erosi (IBE). IBE dilakukan untuk melihat tingkat bahaya yang ditimbulkan dari erosi yang terjadi terhadap kelestarian produktivitas tanah. Perhitungan nilai IBE dilakukan dengan persamaan Wood dan Dent (1983) yaitu dengan rumus :

= � � ℎ � �

(34)

Tabel 4. Pengharkatan Indeks Bahaya Erosi

Indeks Bahaya Erosi Kelas

≤ 1,0 Rendah

1,01 – 4,00 Sedang

4,01 – 10,00 Tinggi

≥ 10,00 Sangat Tinggi Analisis Kelayakan Ekonomi Komoditas Unggulan

Analisis kelayakan Ekonomi digunanakan untuk mencerminkan kelayakan usaha/ekonomi pengusahaan suatu komoditas. Analisis usaha tani digunakan sebagai parameter kelayakan penggunaan lahan untuk tanaman semusim seperti padi, palawija, dan sayuran. Analisis kelayakan ekonomi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analsisi finansial. Data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani terkait dengan usaha tani yang dikerjakan yang meliputi biaya produksi yang dikeluarkan petani yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional.

a. R/C ratio

R/C ratio suatu usaha tani menunjukkan perbandingan antara nilai produksi

(penerimaan) dengan total biaya usahatani (Soekartawi, 2005). Penghasilan petani tergantung dari dua faktor utama yaitu harga jual dan biaya usahatani. Perhitungan pengeluaran dan pendapatan petani didasarkan pada harga sarana, tenaga kerja, dan produksi yang ada di lokasi penelitian. R/C ratio dirumuskan sebagai berikut

⁄ = = � ×+ �

Dimana:

Py : Harga per satuan produksi Y : Total produksi

FC : Biaya tetap VC : Biaya variabel

Terdapat tiga kemungkinan dari implikasi R/C ratio (Soekartawi, 2005), yaitu: Jika R/C ratio > 1, maka kegiatan usahatani efisien

Jika R/C ratio = 1, maka kegiatan usahatani impas Jika R/C ratio < 1, maka kegiatan usahatani tidak efisien b. Net Present Value (NPV)

(35)

NPV kurang dari nol, maka usaha tersebut merugi sehingga lebih baik tidak dilaksanakan. Rumus kriteria investasi ini adalah sebagai berikut:

� � = ∑ +

�=1 Dimana:

Bt : Benefit/penerimaan atau manfaat yang diperoleh sehubungan dengan suatu usaha atau proyek pada time series (tahun, bulan dan sebagainya) ke-t (Rp).

Ct : Cost/biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan suatu usaha atau proyek pada time series ke-t tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap bersifat modal (pembelian peralatan, tanah, konstruksi dan sebagainya) (Rp).

i : Merupakan tingkat suku bunga yang relevan. t : Time/waktu (1,2,3 ... n).

c. Benefit Cost Ratio (BC ratio)

Benefit Cost Ratio adalah perbandingan antara Present Value manfaat positif dengan Present Value biaya negatif. Dengan demikian Benefit Cost Ratio

merupakan tingkat besarnya tambahan manfaat setiap penambahan satu satuan rupiah biaya yang digunakan. BC ratio akan menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan jika mempunyai nilai lebih besar dari satu atau Profit Cost Ratio

(PCR)/Benefit Cost Ratio (BCR) lebih besar dari nol. Apabila BC ratio sama dengan satu, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi (marginal), sehingga terserah kepada penilaian pengambilan keputusan. Apabila BC ratio kurang dari nol, maka usaha tersebut merugikan maka tidak layak dilaksanakan (Gittigger 1982 dalam

Nurleli 2007), secara sistematis BC ratio dapat dituliskan sebagai berikut:

⁄ =∑��=1 ++

�=1

d. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) adalah nilai diskonto yang membuat NVP dari

kegiatan usaha sama dengan nol. Dengan demikian IRR merupakan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh kegiatan usaha tersebut untuk sumberdaya yang digunakan. IRR ini kemudian dibandingkan dengan tingkat diskonto yang berlaku. Jika IRR lebih besar daripada tingkat diskonto yang dianggap relevan, maka usaha tersebut layak dilaksanakan. Apabila IRR sama dengan tingkat diskonto yang dianggap relevan, maka terserah kepada penilaian pengambil keputusan dilaksanakan atau tidak. Apabila IRR kurang dari tingkat diskonto yang dianggap relevan, maka usaha tersebut merugikan sehingga tidak layak dilaksanakan. Secara matematis IRR dapat ditulis sebagai berikut:

IRR = ′ + ′′ ′ � �′

(36)

Dimana:

i’ : Tingkat discount rate (DR) pada saat NPV positif. i” : Tingkat discount rate (DR) pada saat NPV negatif.

NPV’ : Nilai NVP positif.

NPV” : Nilai NVP negatif

Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan

Perumusan Strategi pengembangan komoditas unggulan di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo dilakukan dengan menggunakan teknik analisis penggabungan Analytical Hierarchy Process (AHP) dan analisis Strenght, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT) yang lazim disebut A’WOT. A’WOT (AHP-SWOT) adalah metode yang dibangun sebagai upaya penggabungan metode AHP dengan SWOT untuk dapat mendukung pengambilan keputusan melalui analisis AHP dengan memperhatikan unsur (analisis SWOT). Proses analisis A’WOT pada prinsipnya sama dengan proses analisis AHP konvensional, mulai dari perumusan dan penguraian masalah menjadi kriteria-kriteria, membangun struktur hirarki, melakukan perbandingan berpasangan antar komponen kriteria dan proses sintesa pendapat untuk memperoleh prioritas alternatif keputusan yang akan diambil. Analisis A’WOT dilakukan dengan dua tahapan di antaranya:

1. Mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dengan metode SWOT untuk pengembangan komoditas unggulan.

2. Melakukan AHP terhadap komponen-komponen SWOT yang telah ditetapkan.

Pada dasarnya tahap dua ini merupakan pembobotan atau skoring pada komponen-komponen analisis SWOT, sehingga pada akhirnya dapat ditentukan prioritas pengembangan komoditas unggulan berdasarkan skor tertinggi. Arahan pengembangan komoditas unggulan dilakukan untuk masing-masing komoditas unggulan terpilih berdasarkan hasil analisis LQ, SSA, AHP, Evaluasi Kesesuaian Lahan, kelayakan usaha tani, Rencana Pewilayahan Komoditas Unggulan dan sehingga bisa didapatkan suatu strategi yang tepat untuk menerapkan hasilnya.

Pembobotan dalam analisis A’WOT ini menggunakan Saaty’s scale tersaji pada Tabel 5 dan hirarki dalam penentuan prioritas pemilihan strategi pengembangan komoditas unggulan di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada Gambar 3.

Bahan dan data yang digunakan dalam analisis A’WOT merupakan nilai kepentingan kriteria dan tingkat kepentingan yang didapat dari penilaian berdasarkan pertimbangan kebijakan yang dilakukan secara purposive sampling

yang mewakili unsur praktisi/pejabat pemda, Legislatif/DPRD Kabupaten Gorontalo dan Akademisi.

Selanjutnya dengan hasil yang diperoleh dari teknik analisis AHP, kemudian dihitung bobot dari masing-masing unsur SWOT. Setelah masing-masing unsur

(37)

Gambar 3. Diagram Hirarki Analisis A’WOT Pengembangan Komoditas Unggulan Tabel 5. Contoh Nilai Tingkat Kepentingan Unsur-Unsur SWOT Berdasarkan

Analisis AHP

Unsur Bobot Bobot Analisis AHP

Kekuatan (Strengths)

Selanjutnya strategi pada matriks hasil analisis SWOT dihasilkan dari penggunaan dan penggabungan unsur-unsur kekuatan untuk mendapatkan peluang (SO), penggunaan kekuatan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang (ST), pengurangan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang yang ada (WO) dan pengurangan kelemahan yang ada untuk menghadapi ancaman yang akan datang (WT). Matrik strategi analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 6.

(38)

Tabel 6. Matrik strategi analisis SWOT

Internal

Ekternal Peluang (Opportunity) Ancaman (Threats)

- -

- -

.... ....

N n

Kekuatan (Strenght)

- (SO) - 1 (ST) - 1

- (SO) - 2 (ST) - 2

.... ... ...

n (SO) - n (ST) - n

Kelemahan (Weaknesses)

- (WO) - 1 (WT) - 1

- (WO) - 2 (WT) - 2

.... ... ...

n (WO) - n (WT) - n

Setelah itu penentuan prioritas strategi dilakukan dengan penjumlahan bobot yang berasal dari keterkaitan unsur-unsur SWOT yang terdapat dalam rumusan strategi. Kemudian jumlah bobot tersebut diurutkan/ranking. Urutan/ranking tertinggi merupakan prioritas strategi pengembangan komoditas unggulan di Wilayah Boliyohuto. Format perhitungan uratan/ranking strategi pengembangan komoditas unggulan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Urutan/RankingStrategi Pengembangan Komoditas Unggulan

No Unsur SWOT Keterkaitan Jumlah

Bobot Ranking Strategi SO

 SO1 S1, S2, S., Sn , O1, O2, On  SO2 S1, S2, Sn, O1, O2, On  SO3 S1, S2, S4, Sn, O1, O2, On Strategi ST

 ST1 S1, S2, Sn, T1, T2,Tn  ST2 S1, S2, Sn, T1, T2,Tn  ST3 S1, S2, Sn, T1, T2,Tn Strategi WO

 WO1 W1, W2, Wn, O1, O2, On  WO2 W1, W2, Wn, O1, O2, On  WO3 W1, W2, Wn, O1, O2, On Strategi WT

(39)

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Geografis

Kabupaten Gorontalo terletak antara 0o 30’ – 0o 54’ Lintang Utara dan 122o

07’ – 123o 44’ Bujur Timur. Pada tahun 2011 Kabupaten ini terbagi menjadi 18

Kecamatan, terdiri dari 205 desa. Kabupaten Gorontalo berbatasan langsung dengan Kabupaten Gorontalo Utara sebelah utara, kemudian sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tomini, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo serta sebelah barat berbatasan langsung dengan kabupaten Boalemo. Luas wilayah kabupaten Gorontalo secara keseluruhan sekitar 2.207,58 km2. Kabupaten Gorontalo terdiri dari 19 kecamatan dan 191 Desa dan 14

Kelurahan.

Wilayah penelitian terletak di wilayah Kabupaten Gorontalo yang terdiri dari 5 kecamatan yaitu Kecamatan Boliyohuto, Tolangohula, Mootilango, Asparaga dan Kecamatan Bilato. Lima kecamatan ini memiliki luas yang berbeda yaitu mulai 60,59 km2 (2,85%) sampai dengan 430,51 km2 (20,25%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Luas Wilayah tiap Kecamatan di Kabupaten Gorontalo No Kecamatan Luas Wilayah

Persentase Terhadap

Kabupaten Gorontalo 2 125,47 100 Sumber: BPN Provinsi Gorontalo 2014 dalam BPS Kabupaten Gorontalo (2015)

Iklim

Gambar

Gambar 1. Grafik Produksi Jagung di Provinsi Gorontalo tahun 2002-2013
Tabel 1. Parameter (kualitas dan karakteristik lahan) dalam evaluasi lahan
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
Tabel 2. Jenis dan Sumber data yang akan digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Pengembangan Agroindustri Berbasis Komoditas Unggulan di Propinsi Gorontalo

Untuk mengetahui ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas unggulan maka dilakukan analisis spasial melalui: (1) Peta pola ruang Kabupaten Tanah Datar; (2) Peta

LILI SURYANI. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan, Komoditas Unggulan Perkebunan dan Arahan Pengembangannya di Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Dibimbing oleh SANTUN R.P.

TAOFIEK ADAM PERMANA. Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah dan Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan di Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh: SANTUN R.P. SITORUS dan

Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi strategis, di mana berdasarkan pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi

Komoditas unggulan adalah komoditas andalan yang memiliki posisi strategis, di mana berdasarkan pertimbangan teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi

RULLY DHORA CAROLYN. Strategi Pengendalian Degradasi Hutan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Dibimbing oleh DWI PUTRO TEJO BASKORO dan LILIK BUDI PRASETYO. Degradasi

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus: Pertanian Kecamatan Parbuluan, Kabupaten