• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KOMODITAS UNGGULAN DAN ARAHAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR TATU RIZKIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KOMODITAS UNGGULAN DAN ARAHAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR TATU RIZKIA"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KOMODITAS

UNGGULAN DAN ARAHAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

DI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

TATU RIZKIA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan dan Arahan Pengembangan Pertanian di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Tatu Rizkia

(4)

ABSTRAK

TATU RIZKIA. Evaluasi Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan dan Arahan Pengembangan Pertanian di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SANTUN R.P. SITORUS dan SETYARDI PRATIKA MULYA.

Pengembangan sektor pertanian tidak lepas dari pembangunan suatu daerah beserta pengembangan wilayahnya. Komoditas unggulan seharusnya dipilih sesuai potensi dan kesesuaian lahan, sosial dan ekonomi. Potensi dan kesesuaian lahan digunakan sebagai penapis untuk merekomendasikan komoditas yang paling tepat untuk dikembangkan disuatu wilayah. Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis penggunaan lahan di Kecamatan Leuwiliang, 2) menganalisis ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian, 3) menganalisis kelayakan usahatani untuk komoditas unggulan pertanian, 4) menganalisis tingkat preferensi masyarakat terhadap komoditas unggulan serta 5) menyusun arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian. Berdasarkan analisis evaluasi kesesuaian lahan dipilih untuk menentukan tanaman yang sesuai untuk dikembangkan diawali dengan analisis ketersediaan lahan dan hasil preferensi masyarakat untuk pengembangan pertanian. Seluruh lahan potensial pengembangan sesuai untuk komoditas manggis, sebagian besar sesuai untuk mentimun dan hampir seluruhnya tidak sesuai untuk komoditas padi sawah. Arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian di Kecamatan Leuwiliang adalah: komoditas padi (9.55 ha) dan manggis (17.23ha) di Desa Karehkel, komoditas manggis di Desa Cibeber II, komoditas manggis di Desa Karacak, komoditas padi di Desa Karyasari dan komoditas manggis di Desa Pabangbon.

(5)

ABSTRACT

TATU RIZKIA. Land Suitability Evaluation and Referral Commodities Agricultural Development in Subdistrict Leuwiliang Bogor Regency. Supervised by SANTUN R.P. SITORUS and SETYARDI PRATIKA MULYA

The development of the agricultural sector can not be separated from the development of an area as well as the development of the region. Superior commodities should be chosen according to the potential and suitability of land, social and economic. The potential and suitability of land used as filters to recommend the most appropriate commodity to be developed in a region. The purpose of this study are 1) to analyze land use in District Leuwiliang, 2) to analyze land availability and suitability of land for development of superior commodities of agriculture, 3) to analyze the viability of farming for superior commodity agriculture, 4) to analyze the level of people's preference for superior commodities and 5) to recommend the direction of the development of superior agricultural commodities. Based on the analysis of land suitability evaluation chosen to determine appropriate plant to be developed by starting with the analysis of the availability of land available legality at the study site and result of community preference. The entire potential area is suitable for the development of mangosteen, the most appropriate one is cucumbers and almost entirely not suitable for paddy rice. The recommendation of commodity agricultural development in Subdistrict Leuwiliang are: paddy (9.55 ha) and mangosteen (17.23 ha) in the village of Karehkel, mangosteens in the village Cibeber II, mangosteens in the village Karacak, paddy in the village Karyasari and mangosteens in the village Pabangbon.

(6)
(7)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KOMODITAS

UNGGULAN DAN ARAHAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

DI KECAMATAN LEUWILIANG KABUPATEN BOGOR

TATU RIZKIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis mendapat upaya untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Judul penelitian ini adalah Evaluasi Kesesuaian Lahan Komoditas Unggulan dan Arahan Pengembangan Pertanian di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor.

Dalam proses penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr Ir Santun R. P. Sitorus dan Setyardi P. Mulya, SP. MSi selaku pembimbing atas segala nasehat, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan selama proses penyelesaian karya ilmiah ini.

2. Dr Ir Widiatmaka, DAA selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukannya.

3. Keluarga tercinta, Mama, Papa yang selalu mendukung dan mendoakan hal yang terbaik untuk penulis, serta adik-adik ku tersayang Muhammad Faisal Nur dan Muhammad Farhan Salim yang menjadi pemacu semangat penulis untuk menjadi contoh teladan.

4. Seluruh dosen dan staf departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya lahan yang telah memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis.

5. Sahabat Soiler 48 terima kasih atas semangat, canda tawa dan kebersamaan yang telah kalian berikan. Teman-teman seperjuang Divisi Pengembangan Perencanaan Wilayah, Tanah 46, Tanah 47 dan Tanah 49 yang telah mendukung dan menyediakan waktunya untuk saling bertukar pikiran satu sama lain.

6. Semua pihak yang telah membantu kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.

Bogor, September 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 1 Tujuan Penelitian 1 Manfaat Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Penggunaan Lahan 2

Evaluasi Sumberdaya Lahan 2

Komoditas Unggulan 3

Analisis Kelayakan Usahatani 4

Hasil Penelitian Terdahulu 4

METODOLOGI PENELITIAN 5

Lokasi dan Waktu Penelitian 5

Jenis Data dan Sumber Data 6

Metode Penelitian 6

Tahap Persiapan 6

Tahap Pengumpulan Data 7

Tahap Analisis Data 7

Analisis Penggunaan Lahan 8

Analisis Ketersediaan Lahan 8

Analisis Kesesuaian Lahan 9

Analisis Usahatani 10

Analisis Preferensi Masyarakat 10

Penetapan Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan 11

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 11

Kondisi Geografis dan Administrasi 11

Pemanfaatan Lahan dan Pola Ruang 12

Kondisi Fisik Wilayah 13

Iklim 12

Bentang Lahan dan Jenis Tanah 13

Kependudukan 13

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk 13

HASIL DAN PEMBAHASAN 14

Analisis Penggunaan Lahan 14

Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Komoditas Unggulan 15

Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Unggulan 17

Analisis Usahatani 20

Analisis Preferensi Masyarakat 21

Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Pertanian 21

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 23

Saran 23

(12)

LAMPIRAN 25

RIWAYAT HIDUP 39

DAFTAR TABEL

1. Jenis Data Penelitian 6

2. Tujuan Penelitian, Jenis Data dan Output yang diharapkan 8 3. Kriteria Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian

berdasarkan Atribut Peta RTRW, Peta Status Kawasan Hutan dan

Peta Penggunaan Lahan 9

4. Mekanisme dalam Menyusun Arahan Pengembangan Pertanian 11 5. Daftar Desa dan Luas Wilayah Desa Kecamatan Leuwiliang 12

6. Pola Ruang Kecamatan Leuwiliang 12

7. Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Kecamatan Leuwiliang

Tahun 2012 13

8. Jumlah Peduduk, Luas Desa dan Kepadatannya di Kecamatan

Leuwiliang Tahun 2012 14

9. Jumlah Penduduk Kecamatan Leuwiliang Tahun 2014 14 10. Luas Persentase Penggunaan Lahan Kecamatan Leuwiliang 15

11. Luas Lahan Pengembangan Komoditas Unggulan 16

12. Kelas Kesesuaian Kesesuaian Lahan pada Satuan Lahan 18 13. Nilai Hasil Analisis R/C ratio Komoditas Unggulan Pertanian

Kecamatan Leuwiliang 21

14. Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Kecamatan

Leuwiliang 22

DAFTAR GAMBAR

1. Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor 5

2. Diagram Alir Penelitian 7

3. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Leuwiliang 15

4. Peta Ketersediaan Lahan Pengembangan Komoditas Unggulan 16

5. Peta Satuan Lahan Kecamatan Leuwiliang 17

6. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi 18 7. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Mentimun 19 8. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Manggis 19 9. Peta Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Kecamatan

Leuwiliang

22

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Irigasi 25 2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Mentimun 26 3. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Manggis 27

4. Kriteria Penilaian Kesuburan Tanah 28

5. Satuan Lahan Wilayah Kecamatan Leuwiliang 29

6. Sifat Satuan Lahan (land unit) di Kecamatan Leuwiliang 30 7. Sifat Satuan Lahan (land unit) di Kecamatan Leuwiliang 31 8. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi Irigasi 32 9. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Mentimun 33

(13)

10. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Manggis 34

11. Usahatani Komoditas Padi Sawah 35

13. Usahatani Komoditas Mentimun 36

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan sektor pertanian tidak akan lepas dari pembangunan suatu daerah beserta pengembangan wilayahnya, sehingga diperlukan adanya peningkatan dalam usaha pertanian agar wilayah tersebut mampu berkembang. Pertumbuhan ekonomi wilayah dipengaruhi oleh potensi komoditas yang dimiliki suatu wilayah. Usaha pertanian dan rumah tangga petani merupakan unit dasar aktivitas yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik, karakteristik kependudukan, faktor sosial budaya, tingkat pelayanan sosial ekonomi, kondisi pasar mengenai harga komoditas dan perdagangan.

Komoditas unggulan seharusnya dipilih sesuai potensi dan kesesuaian lahan, sosial ekonomi dan kelembagaan masyarakat. Potensi dan kesesuaian lahan digunakan sebagai penapis untuk merekomendasikan komoditas yang paling tepat untuk dikembangkan dan diarahkan dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki suatu wilayah. Menurut Badan Penelitian Pertanian Pertanian (2003), komoditas unggulan merupakan komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk dikembangkan di suatu wilayah yang penetapannya didasarkan pada berbagai pertimbangan, baik secara teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya, manusia, infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat).

Penyusunan arahan pengembangan komoditas perlu mempertimbangkan pemanfaatan lahan yang optimal. Kesalahan dalam pengelolaan lahan yang melebihi daya dukung lahan akan menyebabkan terjadinya penurunan daya dukung lahan (Nugroho 2000). Arahan pengembangan komoditas pada suatu lahan mencakup perencanaan penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas tertentu. Komoditas yang terpilih adalah komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, hasil evaluasi kesesuaian lahannya sesuai serta dibudidayakan masyarakat dan memiliki dukungan infrastruktur dan kelembagaan yang cukup.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Belum diketahui jenis penggunaan lahan dan sebaran spasialnya

2. Belum diketahui lahan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan

3. Belum diketahui kelayakan usahatani masing-masing komoditas unggulan 4. Belum diketahui pilihan/preferensi masyarakat terhadap komoditas

unggulan yang ada

5. Belum tersedianya rencana pengembangan komoditas unggulan Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis penggunaan lahan di Kecamatan Leuwiliang.

2. Menganalisis ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian.

(16)

2

3. Menganalisis kelayakan usahatani untuk komoditas unggulan pertanian 4. Menganalisis tingkat preferensi masyarakat terhadap komoditas unggulan

pertanian.

5. Menyusun arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kesesuaian lahan dengan penggunaan lahan untuk komoditas unggulan pertanian.

2. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam menyusun pengembangan komoditas pertanian.

TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual. Penggunaan lahan dibedakan menjadi dua kategori, yakni penggunaan lahan untuk sektor pertanian dan untuk sektor non-pertanian (Sitorus 1989).

Penggunaan lahan merupakan hasil dari upaya manusia yang sifatnya terus menerus dalam memenuhi kebutuhan terhadap sumberdaya lahan yang tersedia. Oleh karena itu, sumberdaya lahan sifatnya dinamis, artinya mengikuti perkembangan hidup manusia dan budayanya (Sitorus 1989).

Faktor fisik berupa iklim merupakan faktor fisik yang sulit dimodifikasi dan paling menentukan keragaman penggunaan dan penutupan lahan. Unsur-unsur iklim seperti hujan, penyinaran matahari, angin, kelembaban dan evaporasi akan menentukan ketersediaan air dan energi sehingga secara langsung akan mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman. Penyebaran dari unsur-unsur iklim bervariasi menurut ruang dan waktu sehingga penggunaan lahan juga beragam sesuai dengan penyebaran iklimnya (Mather 1986 dalam Arsyad 1989). Sumberdaya air dan kemungkinan pengairan, secara umum juga akan mempengaruhi penggunaan dan penutupan lahan yang akan mengubah karakteristik aliran sungai, total aliran permukaan, kualitas air, dan sifat hidrologi daerah yang bersangkutan.

Evaluasi Sumberdaya Lahan

Evaluasi sumberdaya lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumberdaya yang ada pada lahan tersebut. Sebagai dasar pemikiran utama dalam prosedur evaluasi adalah kenyataan bahwa berbagai penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda. Oleh karena itu dibutuhkan keterangan-keterangan tentang lahan tersebut yang menyangkut berbagai aspek sesuai dengan rencana peruntukan yang sedang dipertimbangkan (Sitorus 2004).

Menurut metode FAO dalam Sitorus (2004), Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) klasifikasi kesesuaian lahan dapat dipakai untuk klasifikasi

(17)

3

kesesuaian lahan kuantitatif maupun kualitatif, tergantung data yang tersedia. Kesesuaian lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan berdasar atas penilaian karakteristik (kualitas) lahan secara kuantitatif (dengan angka-angka) dan biasanya dilakukan juga perhitungan-perhitungan ekonomi, dengan memperhatikan aspek pengolahan dan produktifitas lahan. Kesesuaian lahan kualitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan berdasarkan atas penilaian karakteristik (kualitas) lahan kualitatif (tidak dengan angka-angka) dan tidak ada perhitungan-perhitungan ekonomi.

Menurut Sitorus (2004) terdapat beberapa sistem klasifikasi kesesuaian lahan. Sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang dipakai di Indonesia adalah sistem yang dikembangkan oleh FAO (1976). Tingkatan kesesuaian suatu lahan berdasarkan sistem klasifikasi ini, ditunjukkan pada kategori yang bersifat menurun. Pertama ordo menunjukkan suatu lahan Sesuai (S) atau Tidak Sesuai (N) untuk pengembangan komoditas pertanian tertentu. Kedua kelas menunjukkan tingkat kesesuaian lahan dari masing-masing ordo, S1 (Sangat Sesuai), S2 (Cukup Sesuai), S3 (Sesuai Marginal), N1 (Tidak Sesuai Saat Ini) dan N2 (Tidak Sesuai Permanen). Untuk ordo yang tidak sesuai dalam penelitian ini dievaluasi hanya sampai pada tingkat ordo (N). Ketiga sub-kelas pada order sesuai (S) menunjukkan faktor pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas tersebut.

Komoditas Unggulan

Menurut Badan Penelitian Pengembangan Pertanian (2003), komoditas unggulan merupakan komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk dikembangkan di suatu wilayah yang penetapannya didasarkan pada berbagai pertimbangan, baik secara teknis (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya, manusia, infrastruktur, dan kondisi sosial budaya setempat).

Potensi dan kesesuaian lahan digunakan sebagai salah satu rekomendasi dimana komoditas yang paling disukai masyarakat untuk diusahakan. Oleh karena itu, analisis kesesuaian lahan merupakan tahap yang berkaitan dalam merekomendasikan lokasi yang mampu memberikan daya dukung terbaik dan menghasilkan kondisi optimum pengusahaan komoditas yang diunggulkan dari hasil analisis yang dilakukan.

Nurleli (2008) melakukan penelitian tentang pengembangan komoditas unggulan subsektor perkebunan di Kabupaten Tanggamus. Metode yang digunakan adalah analisis kesesuaian lahan dengan bantuan program ALES, metode LQ, kelayakan finansial menggunakan BC rasio, NPV dan IRR, sedangkan arahan pengembangan dilakukan melalui diskusi kelompok dengan metode FGD (Focus Group Discussion). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kopi, kakao, kelapa dan lada merupakan komoditas unggulan dan dipilih oleh masyarakat di Kabupaten Tanggamus berdasarkan hasil diskusi kelompok. Dari beberapa penelitian yang telah dilaksanakan, pengembangan komoditas unggulan ditetapkan berdasarkan teori ekonomi basis, aspek biofisik (kesesuaian lahan), kelayakan ekonomi, rencana tata ruang, dan keinginan masyarakat.

(18)

4

Analisis Kelayakan Usahatani

Analisis kelayakan usahatani dilakukan untuk menilai kelayakan usahatani komoditas unggulan terpilih. Analisis usahatani yang digunakan di sini adalah

R/C ratio. R/C ratio suatu usahatani menunjukkan perbandingan antara nilai produksi (penerimaan) dengan total biaya usahatani (Soekartawi 2005). Penghasilan petani tergantung dari dua faktor utama yaitu harga jual dan biaya usahatani. Perhitungan pengeluaran dan pendapatan petani didasarkan pada harga sarana, tenaga kerja, dan produksi yang ada di lokasi penelitian.

Hasil Penelitian Terdahulu

Sitorus et al. (2013) melakukan teknik penentuan komoditi unggulan pertanian berdasarkan potensi wilayah di Kecamatan Leuwiliang yang bertujuan untuk menentukan komoditas unggulan. Teknis analisis data yang digunakan dalam menentukan komoditas unggulan pertanian adalah analisis penentuan basis aktivitas menggunakan LQ, analisis pertumbuhan produksi komoditas (LP) dan analisis konsumsi komoditas (Kk)

Penentuan basis aktivitas kecamatan dalam penelitian ini dianalisis dengan metode Location Quotient (LQ), data yang digunakan dalam analisis LQ adalah data produksi komoditas di Kecamatan Leuwiliang yang dikalikan harga komoditas di tingkat produsen. Berdasarkan hasil analisis LQ diperoleh 3 (tiga) komoditas basis di Leuwiliang, yaitu : padi sawah, mentimun, manggis. Selanjutnya analisis pertumbuhan produksi digunakan untuk mengetahui peningkatan/penurunan produksi komoditas pada dua titik tahun. Data yang digunakan adalah produksi yang diperoleh dari data sekunder Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor tahun 2008 dan 2011.

Komoditas dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksinya bernilai positif. Selanjutnya, analisis tingkat kebutuhan komoditas adalah perbandingan antara produksi dan kebutuhan komoditas pertanian. Perhitungan kebutuhan komoditas di tingkat kecamatan, definisi komoditas unggulan berdasarkan analisis ini adalah komoditas yang memiliki rasio produksi (supply) hasil analisis LQ dan analisis pertumbuhan dan kebutuhannya (demand) lebih dari 1 (R>1). Hal tersebut berarti bahwa komoditas tersebut dapat mencukupi kebutuhan lokal (kecamatan) dan selebihnya dapat dijual ke luar wilayah kecamatan. Komoditas yang memiliki rasio produksi R>1 adalah padi sawah/beras, mentimun, manggis. Teknik penentuan komoditas unggulan dilakukan dengan cara mencari irisan dari hasil kombinasi LQ, pertumbuhan dan kebutuhan komoditas. Komoditas unggulan yang diperoleh berdasarkan teknik yang sudah dilakukan adalah padi sawah, mentimun dan manggis. Selanjutnya komoditas unggulan tersebut dianalisis kesesuaian lahannya. Kesesuaian lahan untuk komoditas padi sawah menunjukan luasan lahan yang sesuai sebesar 6.547,11 ha (58,29 %) dan luasan lahan yang tidak sesuai sebesar 4.684,67 ha (41,71 %). Kesesuaian lahan untuk komoditas mentimun menunjukan luasan lahan yang sesuai sebesar 7.491,94 ha (66,70 %) dan luasan yang tidak sesuai sebesar 3.739,93 ha (33,30 %). Kesesuaian lahan untuk komoditas manggis menunjukan luasan lahan yang sesuai sebesar 7.488,94 ha (66,68 %) dan luasan lahan yang tidak sesuai sebesar 3.742,93 ha (33,32 %).

Menurut Sitorus et al. (2014), secara ringkas kombinasi teknik analisis dari berbagai metode yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

(19)

5

1. Kombinasi antara hasil analisis LQ dan hasil analisis pertumbuhan (LP) (LP-LQ);

2. Kombinasi antara hasil analisis LQ, hasil analisis pertumbuhan dan analisis kebutuhan komoditas berdasarkan komsumsi pangan (LQ-LP-Kk).

Interpretasi hasil analisis dengan menggunakan kombinasi teknik analisis 1, menyatakan bahwa suatu komoditas dikatakan unggulan apabila menjadi basis di wilayah itu (LQ>1) dan mengalami pertumbuhan produksi dari tahun awal ke tahun berikutnya. Sementara itu, berdasarkan kombinasi teknik analisis 2, suatu komoditas dikatakan unggulan apabila menjadi komoditas basis di wilayah tersebut (LQ>1), mengalami pertumbuhan produksi dari tahun awal ke tahun berikutnya serta rasio produksi dan kebutuhan komoditasnya mencukupi wilayah lokal (R>1).

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor yang terdiri dari 11 Desa yaitu Desa Barengkok, Desa Cibeber I, Desa Cibeber II, Desa Karacak, Desa Karehkel, Desa Karyasari, Desa Leuwiliang, Desa Leuwimekar, Desa Pabangbon, Desa Purasari dan Desa Puraseda (Gambar 1). Penelitian berlangsung mulai dari bulan Januari sampai bulan Juli 2015. Pengelolaan dan analisis data dilakukan di Studio Divisi Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(20)

6

Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dari instansi kantor Kecamatan Leuwiliang, dokumen penelitian (Sitorus et al. 2013) dan hasil penentuan komoditas unggulan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Sitorus et al. (2013) serta data primer yang merupakan hasil survei lapangan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel (responden) di lokasi penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu penetapan jumlah sampel (responden) dilakukan berdasarkan pertimbangan tujuan penelitian. Responden terpilih dinilai memiliki kompetensi dan pengalaman dibidang budidaya pertanian komoditas unggulan. Dalam penelitian ini dipilih petani yang sedang atau pernah membudidayakan tanaman (padi sawah/mentimun/manggis) untuk analisis usahatani dan analisis preferensi masyarakat.

Tabel 1. Jenis Data Penelitian

No. Data Sumber Data Digunakan untuk

1 Citra Ikonos (2012) Kecamatan Leuwiliang Data Sekunder (Sitorus et al. 2013) Analisis penggunaan lahan eksisting 2 Peta Administrasi Kecamatan Leuwiliang, Peta RTRW, Peta Status Kawasan Hutan, Peta Tanah, Peta Satuan Lahan, Peta lereng BAPPEDA Kab. Bogor, Data Sekunder Tim Peneliti 2013, BIG Menganalisis ketersediaan dan kesesuaian lahan komoditas unggulan pertanian

3 Data input dan output

produksi komoditas unggulan

Responden Analisis kelayakan usahatani untuk komoditas unggulan pertanian

4 Hasil kuesioner preferensi masyarakat terhadap komoditas unggulan

Responden Analisis tingkat

preferensi masyarakat terhadap komoditas unggulan pertanian Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, serta tahap analisis data dan interpretasi hasil. Penulisan skripsi merupakan kegiatan akhir dari kegiatan penelitian.

Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan konsultasi dalam pemilihan topik penelitian, studi literatur, membuat proposal, menentukan metode yang digunakan dan data yang diperlukan. Studi literatur dilakukan dengan mencari tulisan ilmiah yang berkaitan dengan evaluasi kesesuaian lahan, analisis usahatani dan analisis sosial mengenai preferensi masyarakat.

(21)

7

Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data, berupa data spasial serta informasi dari masyarakat. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer yang diperoleh dari hasil wawancara responden di lokasi penelitian dan data sekunder berupa Citra Ikonos tahun 2012, Peta Administrasi Kecamatan Leuwiliang, Peta RTRW Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor tahun 2009-2025, Peta Status Kawasan Hutan, Peta Satuan Lahan (Dokumen Tim Peneliti 2013). Beberapa informasi satuan lahan dilengkapi dengan cara pengambilan contoh tanah, sebanyak 6 contoh tanah komposit diambil dari 6 satuan lahan dan dianalisis sifat kimianya meliputi nilai pH, KTK, C organik (Walkey and Black), N Total (Kjehldhal), P2O5 (Bray 1) dan K2O HCl 25%. Pada saat cek lapang

dilakukan pengambilan titik koordinat, pengamatan langsung pada bentang lahan serta mendokumentasikan data lapang berupa foto.

Tahap Analisis Data

Tahap pengelolaan dan analisis data terdiri dari analisis data spasial berupa analisis penutupan dan penggunaan lahan, analisis ketersediaan lahan untuk pengembangan pertanian berdasarkan hasil overlay peta RTRW, peta Status Kawasan Hutan dan peta penggunaan lahan serta analisis kesesuaian lahan komoditas unggulan. Analisis usahatani dan analisis preferensi masyarakat yang dilakukan berdasarkan data primer diperoleh dari proses wawancara terhadap responden. Secara sistematis rangkaian tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2 dan informasi mengenai tujuan penelitian, jenis data dan teknik analisis tersedia pada Tabel 2.

Analisis Preferensi Masyarakat

Satuan Peta Lahan, Kriteria Kesesuaian Lahan Analisis Kesesuaian Lahan (Matching) Peta Ketersediaan-Kesesuaian Lahan Analisis Kesesuaian

Lahan pada Lahan Tersedia Arahan Pengembangan Pertanian Penelitian terdahulu: Hasil Analisis Komoditas Unggulan Analisis Kelayakan Usahatani Peta RTRW, Peta Penggunaan Lahan, Peta

Status Kawasan Hutan dan Perairan

Overlay Peta Ketersediaan

Lahan

(22)

8

Tabel 2. Tujuan Penelitian, Jenis Data, Teknis Analisis Data dan Output yang diharapkan

No. Tujuan Penelitian Jenis Data Teknik Analisis

Data Output 1 Analisis penggunaan lahan eksisting Citra Ikonos (2012) Kecamatan Leuwiliang Analisis SIG (Sistem Informasi Geografis) Peta penggunaan Lahan 2 Analisis ketersediaan lahan dan kesesuaian komoditas unggulan pertanian Peta Administrasi Kecamatan Leuwiliang, Peta RTRW, Peta Status Kawasan Hutan, Peta Penggunaan Lahan dan Peta Satuan Lahan (BIG, Data Sekunder (Sitorus et al. 2013) Digitasi, Overlay dan Matching Peta ketersediaan lahan pertanian untuk komoditas unggulan. Hasil evaluasi lahan komoditas unggulan Peta ketersediaan dan kesesuaian lahan. 3 Analisis kelayakan usahatani untuk komoditas unggulan pertanian

Data input dan output produksi komoditas unggulan (Responden) Analisis Kelayakan Usahatani Kelayakan usahatani komoditas unggulan 4 Analisis tingkat preferensi masyarakat terhadap suatu komoditas unggulan pertanian Hasil kuesioner preferensi masyarakat terhadap komoditas unggulan (Responden) Deskriptif Preferensi masyarakat terhadap komoditas unggulan 5 Menyusun arahan pengembangan komoditas unggulan pertanian Hasil analisis preferensi masyarakat dan kelayakan usahatani, Peta Kesesuaian lahan Komoditas Unggulan Membandingkan seluruh hasil analisis data yang diperoleh Rencana dan strategi pengembangan komoditas unggulan pertanian Analisis Penggunaan Lahan

Analisis penggunaan lahan menggunakan data spasial berupa citra satelit (Ikonos Tahun 2012). Pengolahan data spasial diawali dengan proses koreksi geometri menggunakan proyeksi UTM WGS 84 zona 48 South. Setelah diketahui penutupan lahannya, tahap selanjutnya adalah mengkoreksi hasil peta penutupan lahan dengan data groundcheck lapangan, kemudian dilakukan revisi sehingga diperoleh peta penggunaan lahan.

(23)

9

Analisis Ketersediaan Lahan

Analisis ketersediaan lahan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor bertujuan melihat status suatu lahan untuk rencana penggunaan lahan yang sesuai dan tersedia untuk suatu pengembangan pertanian. Analisis ketersediaan lahan menggunakan data berupa peta RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Bogor Tahun 2009-2025, Peta Status Kawasan Hutan 2014 dan peta penggunaan lahan hasil interpretasi Citra Ikonos. Ketiga peta tersebut di overlay (Tabel 3), hasil overlay dari peta-peta tersebut menghasilkan informasi lahan yang tersedia dan lahan yang tidak tersedia untuk pengembangan (ekstensifikasi) komoditas unggulan pertanian.

Tabel 3. Kriteria Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian berdasarkan Atribut Peta RTRW, Peta Status Kawasan Hutan dan Peta Penggunaan Lahan

Jenis Peta Atribut Ketersediaan

RTRW Hutan Konservasi Hutan Produksi Lahan Kering Lahan Basah Permukiman Zona Industri Tanaman Tahunan Tidak tersedia Tidak tersedia Tersedia Tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Status Kawasan Hutan Hutan Lindung

Hutan Produksi Taman Nasional Lautan/Sungai

Areal Penggunaan Lain

Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tersedia Penggunaan Lahan Permukiman

Hutan Kebun Campuran Sawah Badan air Semak belukar Perkebunan Tanah terbuka Tegalan Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tidak tersedia Tersedia Tidak tersedia Tersedia Tersedia

Lahan tersedia untuk pengembangan adalah lahan yang secara legalitas sesuai untuk kegiatan budidaya pertanian dengan jenis penggunaan lahan yang belum produktif, sedangkan pada penggunaan lahan yang sudah produktif seperti kebun campuran masuk pada kriteria tidak tersedia. Lahan yang tersedia selanjutnya dilakukan analisis kesesuaian lahan untuk komoditas padi sawah, mentimun dan manggis. Lahan yang tersedia dan sesuai merupakan lahan potensial untuk pengembangan komoditas unggulan.

Analisis Kesesuaian Lahan

Pada tahap ini diawali dengan proses pengumpulan data berupa peta digital, yaitu peta satuan lahan, satuan lahan mempertimbangkan parameter 1) elevasi lahan, 2) batuan utama pembentuk tanah, 3) sebaran jenis tanah dan 4)

(24)

10

tingkat kelerengan. Pertimbangan tersebut, selanjutnya digunakan untuk menilai satuan lahan di wilayah Kecamatan Leuwiliang, dimana skala informasi 1:50.000, diperoleh sebaran 20 unit lahan yang menggambarkan karakteristik fisik alami (Sitorus et al. 2013). Digunakan proses matching antara data yang tersedia dengan kriteria kesesuaian lahan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2011) untuk komoditas padi irigasi, mentimun dan manggis.

Kesesuaian lahan merupakan gambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dalam dua tahap yaitu penilaian persyaratan tumbuh tanaman dan identifikasi karakteristik lahan (Sitorus, 2004). Tingkatan kesesuaian suatu lahan berdasarkan sistem klasifikasi dengan kategori yang bersifat menurun. Pertama ordo menunjukkan suatu lahan Sesuai (S) atau Tidak Sesuai (N) untuk pengembangan komoditas pertanian tertentu. Kedua kelas menunjukkan tingkat kesesuaian lahan dari masing-masing ordo, S1 (Sangat Sesuai), S2 (Cukup Sesuai), S3 (Sesuai Marginal), N1 (Tidak Sesuai Saat Ini) dan N2 (Tidak Sesuai Permanen). Untuk ordo yang tidak sesuai dalam penelitian ini dievaluasi hanya sampai pada tingkat ordo (N).

Analisis Usahatani

Analisis usahatani secara sederhana dilakukan dengan menggunakan analisis R/C ratio yaitu perbandingan antara total pendapatan yang diperoleh dengan total biaya yanag digunakan dalam kegiatan usahatani. R/C ratio suatu usahatani menunjukan perbandingan antara nilai produki (penerimaan) dengan total biaya usahatani (Soekartawi, 2005). Hasil analisis R/C ratio dapat memberikan gambaran apakah suatu komoditas layak untuk diusahakan atau tidak. Rumus untuk menghitung R/C ratio adalah sebagai berikut:

R/C ratio

=

=

Py : Harga per satuan produksi

Y : Total produksi

FC : Biaya tetap

VC : Biaya variabel

Terdapat tiga kemungkinan dari implikasi R/C ratio (Soekartawi, 2005), yaitu: 1) Jika R/C ratio > 1, maka kegiatan usahatani efisien

2) Jika R/C ratio = 1, maka kegiatan usahatani impas 3) Jika R/C ratio < 1, maka kegiatan usahatani tidak efisien Analisis Preferensi Masyarakat

Analisis preferensi masyarakat diproses dengan cara mengumpulkan data primer berupa hasil wawancara terhadap 30 responden, responden yang terpilih adalah petani yang pernah atau sedang membudidayakan komoditas padi sawah atau mentimun atau manggis. Pertanyaan yang diajukan salah satunya untuk mengetahui ketertarikan responden membudidayakan/mengembangkan komoditas unggulan di wilayah penelitian. Dalam hal ini analisis preferensi masyarakat dihasilkan berupa hasil deskriptif. Penelitian deskriptif bermaksud mengumpulkan penjelasan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai sifat populasi atau

(25)

11

daerah tertentu (Arikunto 2005). Analisis preferensi masyarakat disajikan secara deskriptif untuk menentukan tingkat kesukaan masyarakat dan menentukan prioritas masyarakat dalam memilih komoditas yang paling digemari untuk dibudidayakan.

Penetapan Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan

Arahan pengembangan komoditas setiap desa di Kecamatan Leuwiliang akan ditetapkan berdasarkan hasil analisis ketersediaan dan kesesuaian lahan yang berpotensi untuk pengembangan. Pengembangan yang dimaksud adalah menetapkan alokasi pengembangan baru untuk tanaman komoditas unggulan. Lahan yang sesuai untuk pengembangan terdiri atas kelas S1 (sangat sesuai), dilanjutkan dengan lahan dengan kelas S2 (cukup sesuai) dan S3 (sesuai marginal). Penetapan pengalokasian pengembangan komoditas pertanian setiap desa di Kecamatan Leuwiliang yaitu komoditas yang memiliki kelas kesesuaian paling tinggi dengan faktor pembatas yang paling sedikit, serta hasil preferensi masyarakat. Hasil preferensi masyarakat tidak akan digunakan ketika kesesuaian lahan untuk komoditas tidak sesuai (N) di suatu lokasi. Mekanisme dalam menyusun arahan pengembangan pertanian disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Mekanisme dalam Menyusun Arahan Pengembangan Pertanian Kriteria Diarahkan untuk

pengembangan

Tidak diarahkan untuk pengembangan

1. Ketersediaan tersedia tidak tersedia

2. Kesesuaian sesuai tidak sesuai

3. Penggunaan lahan eksisting

tegalan, semak belukar, lahan terbuka

penggunaan lahan lainnya 4. Preferensi Masyarakat persentase pilihan

terbesar *

persentase pilihan terkecil *Hanya digunakan apabila lebih dari 1 komoditi berpotensi pengembangan

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Kondisi Geografis dan Administrasi

Kecamatan Leuwiliang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Dengan luas wilayah 6.159,70 ha, yang termasuk daerah pengembangan wilayah barat. Suhu udara di Kecamatan Leuwiliang pada umumnya berhawa sejuk karena berada pada ketinggian rata-rata 101-600 mdpl. Curah hujan rata-rata 3.183 mm/tahun, dengan bentuk wilayah dataran berbukit dengan kemiringan lereng 5-20 persen. Berdasarkan informasi yang didapat dari Laporan Data Monografi Kecamatan Leuwiliang Tahun 2014 persebaran bentuk wilayah dataran sebesar 70 %, berombak sampai berbukit 20 % dan berbukit sampai bergunung 10 %.

Secara administratif batas wilayah Kecamatan Leuwiliang adalah sebagai berikut : a. Sebelah utara : Kecamatan Rumpin

b. Sebelah selatan : Kabupaten Sukabumi c. Sebelah timur : Kecamatan Cibungbulang d. Sebelah barat : Kecamatan Leuwisadeng

(26)

12

Kecamatan Leuwiliang terdiri dari 11 desa, daftar desa dan luasannya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Daftar Desa dan Luas Wilayah Desa Kecamatan Leuwiliang Desa Luas Wilayah (km2) Persentase (%)

5. Purasari 6,32 10,3 6. Puraseda 3,90 6,3 7. Karyasari 6,86 11,2 8. Pabangbon 11,92 19,4 9. Karacak 7,10 11,5 10. Barengkok 4,50 7,3 11. Cibeber II 5,14 8,4 12. Cibeber I 6,16 10,0 13. Leuwimekar 2,44 4,0 14. Leuwiliang 2,97 4,8 15. Karehkel 4,20 6,8 Jumlah 61,51 100,0

Sumber : BPS Kabupaten Bogor (2013) Pemanfaatan Lahan dan Pola Ruang

Data pemanfaatan lahan ini diperoleh dari Laporan Data Monografi Kecamatan Leuwiliang Tahun 2014. Menurut data tersebut, diketahui pemanfaatan wilayah tersebut adalah sawah seluas 3.119,3 ha, tanah kering seluas 6.620 ha, kolam seluas 14,80 ha, tanah hutan seluas 1.154 ha, tanah perkebunan seluas 412 ha dan tanah keperluan fasilitas umum seluas 72,3 ha.

Berdasarkan Rencana Tata Tuang Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2009-2025, terdapat 7 (tujuh) pola ruang yang terdapat di wilayah Kecamatan Leuwiliang, yaitu: Kawasan Hutan Konservasi, Kawasan Hutan Produksi, Kawasan Permukiman, Kawasan Pertanian Lahan Basah, Kawasan Pertanian Lahan Kering, Kawasan Tanaman Tahunan dan Zona Industri. Luasan peruntukan kawasan di Kecamatan Leuwiliang selengkapnya disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Pola Ruang Kecamatan Leuwiliang

No Pola Ruang Luas (ha) %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kawasan Hutan Konservasi Kawasan Hutan Produksi

Kawasan Permukiman Perdesaan (Hunian Jarang) Kawasan Permukiman Perdesaan (Hunian Rendah) Kawasan Permukiman Perkotaan (Hunian Padat) Kawasan Permukiman Perkotaan (Hunian Rendah) Kawasan Permukiman Perkotaan (Hunian Sedang) Kawasan Pertanian Lahan Basah

Kawasan Pertanian Lahan Kering Kawasan Tanaman Tahunan Sungai/Tubuh air Zona Insdustri 3.178,90 33,96 9,77 225,39 984,17 198,11 662,16 1.677,66 381,47 1.641,30 56.68 18,89 35,19 0,38 0,11 2,50 10,50 2,19 7,33 18,57 4,22 18,17 0.63 0,21 Jumlah 9.032,46 100,00

(27)

13

Kondisi Fisik Wilayah Iklim

Berdasarkan data curah hujan wilayah Bogor yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik yang bersumber dari Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dapat disajikan distribusi hari hujan dan curah hujan bulanan Kecamatan Leuwiliang tahun 2012

Tabel 7. Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Kecamatan Leuwiliang Tahun 2012

Bulan Hari Hujan Curah Hujan (mm)

Januari 25 478 Februari 25 549 Maret 16 359 April 20 512 Mei 14 238 Juni 11 120 Juli 9 244 Agustus 6 101 September 13 338 Oktober 21 861 November 29 672 Desember 17 495 Jumlah 203 412

Sumber: BPS Kabupaten Bogor (2013)

Curah hujan bulanan di wilayah Kecamatan Leuwiliang memiliki kisaran antara 101 sampai 861 mm, sedangkan jumlah hari hujan berkisar antara 6-29 hari/bulan.

Bentang Lahan dan Jenis Tanah

Berdasarkan Data Monografi Kecamatan Leuwiliang, wilayah ini pada umumnya merupakan daerah datar sampai perbukitan/pegunungan yang memiliki ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Menurut USDA, jenis tanah yang tersebar di wilayah Kecamatan Leuwiliang diantaranya adalah Dystrandepts, Tropudults, Eutropepts, Haplortox, Tropaquepts, Tropudalfs, Humitropepts, Tropohumults, Troporthents dan Tropofluvents.

Kependudukan Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Leuwiliang pada tahun 2014, terdapat 121.297 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang paling tinggi berada di Desa Leuwiliang dan yang terendah berada di Desa Pabangbon. Tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi adalah Desa Leuwimekar dan yang terendah adalah Desa Pabangbon. Data angka disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9.

(28)

14

Tabel 8. Jumlah Penduduk, Luas Desa dan Kepadatannya di Kecamatan Leuwiliang Tahun 2012.

Desa Jumlah Penduduk

(Jiwa) Luas (Km 2 ) Kepadatan (Jiwa/Km2) 1. Purasari 12.260 6,32 1.939,87 2. Puraseda 7.840 3,90 2.010,26 3. Karyasari 8.334 6,86 1.214,87 4. Pabangbon 6.141 11,92 515,18 5. Karacak 10.862 7,10 1.529,86 6. Barengkok 12.664 4,50 2.814,22 7. Cibeber II 8.912 5,14 1.733,85 8. Cibeber I 9.645 6,16 1.565,75 9. Leuwimekar 14.098 2,44 5.777,87 10. Leuwiliang 16.549 2,97 5.572,05 11. Karehkel 12.564 4,20 2.991,43 Jumlah 119.869 61,51 1.948,77 Sumber : BPS Kabupaten Bogor (2013)

Tabel 9. Jumlah Penduduk Kecamatan Leuwiliang Tahun 2014

Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

Penduduk 1. Purasari 6.004 6.363 12.367 2. Puraseda 4.063 3.701 7.764 3. Karyasari 4.291 4.031 8.322 4. Pabangbon 3.149 2.986 6.135 5. Karacak 6.178 6.065 12.243 6. Barengkok 6.991 5.706 12.697 7. Cibeber II 4.435 4.512 8.947 8. Cibeber I 5.150 4.578 9.728 9. Leuwimekar 6.977 7.113 14.090 10. Leuwiliang 8.495 7.923 16.418 11. Karehkel 6.504 6.082 12.586 Jumlah 62.237 59.060 121.297

Sumber: Kecamatan Leuwiliang Tahun (2014)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kecamatan Leuwiliang dibagi menjadi sembilan penutupan/penggunaan lahan. Kesembilan kelas penggunaan lahan itu adalah: badan air, hutan, kebun campuran, lahan terbuka, perkebunan, permukiman, sawah, semak belukar dan tegalan. Penggunaan lahan di Kecamatan Leuwiliang didominasi oleh kebun campuran, dengan luasan mencapai 31,68 % (2.860,9 ha). Posisi kedua ditempati oleh hutan dengan luasan mencapai 27,89 % (2.518,5 ha) dan sawah pada posisi ketiga dengan luasan 16,52 % (1.491,9 ha). Data Luas dan Persentase Penggunaan Lahan Kecamatan Leuwiliang disajikan pada Tabel 10.

(29)

15

Distribusi sebaran penggunaan lahan di Kecamatan Leuwiliang disajikan pada Gambar 3.

Tabel 10. Luas dan Persentase Penggunaan Lahan Kecamatan Leuwiliang Penggunaan Lahan Luas (ha) Luas (%)

Badan Air 27,7 0,31 Hutan 2.518,5 27,89 Kebun Campuran 2.860,9 31,68 Lahan Terbuka 40,8 0,45 Perkebunan 470,7 5,21 Permukiman 549,3 6,08 Sawah 1.491,9 16,52 Semak Belukar 598,1 6,62 Tegalan 472,0 5,23 Jumlah 9.029,9 100,00

Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Leuwiliang Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Komoditas Unggulan Analisis ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas unggulan dengan tujuan melihat status suatu lahan yang sesuai di Kecamatan Leuwiliang apakah tersedia atau tidak untuk arahan pengembangan komoditas unggulan. Lahan yang tersedia merupakan faktor penting dalam menetapkan arahan pengembangan komoditas karena menyangkut ketersediaan suatu sumberdaya, khususnya sumberdaya lahan. Ketersediaan lahan yang dimaksudkan merupakan jumlah status lahan yang tersedia berdasarkan peruntukan yang sudah ditetapkan menurut pola ruang, peta RTRW yang dikaitkan dengan peta status kawasan hutan

(30)

16

serta penggunaan lahan yang ada di wilayah penelitian. RTRW menjadi penting karena semua perencanaan penggunaan lahan harus didasarkan pada RTRW yang berlaku. Penggunaan lahan eksisting memberikan gambaran tentang jenis penggunaan lahan saat ini dan kemungkinan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian, maka ditetapkan penggunaan lahan yang belum produktif sebagai lahan yang tersedia untuk pengembangan pertanian.

Secara spasial persebaran lahan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan disajikan pada Gambar 4. Hasil analisis ketersediaan lahan ini selanjutnya dijadikan acuan untuk mengetahui kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan di Kecamatan Leuwiliang.

Gambar 4. Peta Ketersediaan Lahan Pengembangan Komoditas Unggulan Hasil analisis lahan yang tersedia di Kecamatan Leuwiliang untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian seluas 122,55 ha, hasil ini merupakan lahan yang tersedia secara penetapan pola ruang dan jenis penggunaan lahan seperti tanah terbuka, semak belukar dan tegalan. Informasi luas lahan yang tersedia untuk pengembangan per desa disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan informasi yang terdapat pada Tabel 10 desa yang mempunyai ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas unggulan paling besar terdapat di Desa Cibeber II dengan luas 42,38 ha (34,58 %).

Tabel 4. Luas Lahan Pengembangan Komoditas Unggulan

No. Desa Luas (ha) Persentase (%)

1 Karehkel 26,78 21,79

2 Cibeber II 42,38 34,58

(31)

17

Tabel 11. (Lanjutan)

4 Karyasari 6,96 5,68

5 Pabangbon 26,70 21,79

Jumlah 122,55 100,00

Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Unggulan

Analisis kesesuaian lahan dilakukan untuk mengetahui lahan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan (padi sawah, mentimun, manggis) di Kecamatan Leuwiliang. Evaluasi kesesuaian lahan merupakan kesesuaian lahan aktual yang didasarkan pada karakteristik lahan eksisting. Evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan peta satuan lahan untuk wilayah Kecamatan Leuwiliang yang disesuaikan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk ketiga jenis komoditas (padi sawah, mentimun dan manggis). Peta satuan lahan di Kecamatan Leuwiliang disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Peta Satuan Lahan Wilayah Kecamatan Leuwiliang

Evaluasi kesesuaian lahan hanya dilakukan pada satuan lahan yang memiliki lahan tersedia untuk pengembangan pertanian komoditas unggulan. Sifat satuan lahan (land unit) tertera pada Lampiran 6 dan 7. Satuan lahan diberi kode dengan angka 1-20. Terdapat 11 satuan lahan (2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 16, 17, 19 dan 20) yang dievaluasi untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan berdasarkan kriteria dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian (2011). Hasil analisis kesesuaian lahan yang diperoleh disajikan pada Tabel 12.

(32)

18

Tabel 5. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual pada Satuan Lahan

Kode Satuan Lahan Kelas Kesesuaian Lahan

Padi Irigasi Mentimun Manggis

2 S3 nr, na S3 nr, na S3 nr, na 5 S3 nr, na S3 nr, na S3 nr, na 7 S3 na S3 nr, na S3 na 9 N eh N eh S3 nr, na, eh 10 N eh S3 nr, na, eh S3 na 11 N eh S3 nr, na, eh S3 na 14 N eh N eh S3 na, eh 16 N eh N eh S3 eh 17 N eh N eh S3 nr, eh 19 N eh N eh S3 na, eh 20 N eh N eh S3 nr, na, eh

Berdasarkan informasi yang tertera pada Tabel 11, dapat dilihat bahwa kelas kesesuaian lahan untuk komoditas padi irigasi didominasi oleh kelas kesesuaian N (tidak sesuai) dengan faktor pembatas eh (bahaya erosi). Sebagian satuan lahan sesuai untuk mentimun dengan faktor pembatas nr (retensi unsur hara), na (ketersediaan unsur hara) dan eh (bahaya erosi) sedangkan seluruh lahan potensial pengembangan sesuai untuk manggis. Hasil evaluasi lahan untuk komoditas mentimun dan manggis memiliki tingkat kesesuaian S3 (sesuai marginal) untuk setiap satuan lahan yang sesuai dengan faktor pembatas sebagian besar adalah bahaya erosi (eh), retensi unsur hara (nr) dan ketersediaan unsur hara (na). Secara spasial penyebaran hasil evaluasi lahan untuk masing-masing komoditas unggulan disajikan pada Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8.

(33)

19

Gambar 6. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi

(34)

20

Gambar 8. Peta Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Manggis Analisis Usahatani

Analisis usahatani dilakukan dengan analisis R/C ratio yaitu perbandingan antara jumlah pendapatan yang diperoleh dengan jumlah biaya yang dilakukan dalam kegiatan usahatani. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan data primer yang didapatkan dari hasil wawancara terhadap petani yang melakukan usahatani untuk budidaya komoditas padi sawah, mentimun dan manggis. Responden yang dipilih dalam analisis usahatani adalah petani yang sedang atau pernah membudidayakan komoditas unggulan tersebut (padi sawah, mentimun dan manggis). Data yang dikumpulkan berupa jumlah biaya pengeluaran dan pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani. Komponen biaya yang disertakan dalam perhitungan adalah biaya dari awal proses budidaya sampai proses pemanenan, meliputi biaya pengolahan tanah, bibit, pupuk, perawatan, pestisida, irigasi/sumber air, tenaga kerja dan pascapanen. Komponen pendapatan pada usahatani merupakan perhitungan dari hasil panen dikalikan dengan harga jual (Rp) untuk persatuan beratnya (kg).

Hasil analisis R/C ratio dilakukan terhadap tiga jenis tanaman (padi, mentimun dan manggis) di Kecamatan Leuwiliang menunjukan bahwa ketiga komoditas tersebut layak diusahakan (R/C ratio >1). Hasil analisis dapat dilihat dalam Tabel 13. Nilai R/C ratio untuk tanaman padi sebesar 3.17 tanaman mentimun sebesar 2.21 dan tanaman manggis sebesar 2.45. Perhitungan R/C ratio disajikan pada Lampiran 11, 12 dan 13.

(35)

21

Tabel 6. Nilai Hasil Analisis R/C Ratio Komoditas Unggulan Pertanian Kecamatan Leuwiliang

Komoditas Jumlah Pendapatan (Rp/ha)

Jumlah Biaya

(Rp/ha) Nilai R/C ratio

Padi 17.000.000 5.365.000 3.17

Mentimun 23.000.000 10.425.000 2.21

Manggis 75.000.000 30.550.000 2.45

Perhitungan tanaman padi dan mentimun dilakukan pada setiap musim tanam dengan masa tanam 105-115 hari untuk tanaman padi dan 30-40 hari untuk tanaman mentimun. Analisis usahatani tanaman manggis dilakukan hingga umur 10 tahun saja, meskipun tanaman manggis dapat berproduksi sampai puluhan tahun.

Analisis Preferensi Masyarakat

Preferensi masyarakat untuk membudidayakan tanaman komoditas unggulan di Kecamatan Leuwiliang dianalisis berdasarkan tingkat preferensi masyarakat. Proses pengumpulan informasi dari 30 responden petani yang sedang atau pernah membudidayakan padi sawah atau mentimun atau manggis. Pertanyaan yang diberikan kepada responden merupakan pertanyaan yang bertujuan untuk melihat prioritas dan alasan ketertarikan petani untuk membudidayakan komoditas padi sawah, mentimun dan manggis.

Menurut tingkat kesukaan membudidayakan komoditas dari ketiga komoditas yang dianalisis diperoleh hasil sebesar 53 % responden memilih padi sawah, 29 % responden memilih mentimun dan 18 % memilih manggis. Alasan yang muncul secara umum pada masing-masing komoditas ketika dijadikan prioritas pertama yakni: tanaman padi dapat memberikan hasil panen berupa beras yang menjadi makanan pokok, tanaman mentimun memberikan hasil panen dalam waktu yang relatif singkat (30-40 hari) dan tanaman manggis dapat dijadikan investasi dengan teknik budidaya yang terbilang sederhana (hanya satu kali proses penanaman). Alasan umum yang menyebabkan petani tidak menyukai menanam komoditas unggulan adalah ketika tanaman terkena hama dan gagal panen untuk komoditas padi sawah, teknik budidaya yang tidak praktis untuk komoditas mentimun dan waktu panen yang cukup lama untuk komoditas manggis.

Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Pertanian

Berdasarkan analisis kesesuaian lahan yang dilakukan, tanaman manggis yang mempunyai kelas kesesuaian lahan yang sesuai (S) lebih banyak, dilanjutkan oleh tanaman mentimun dan tanaman padi. Hasil analisis usahatani menunjukan bahwa ketiga komoditas tersebut layak diusahakan karena jumlah penerimaan lebih besar dari jumlah pengeluaran. Preferensi masyarakat menunjukan tanaman padi lebih digemari untuk dibudidayakan, dilanjutkan dengan mentimun dan manggis. Pengembangan dalam penelitian ini mencakup pengembangan pada lahan baru (lahan dengan produktivitas rendah) atau lebih dikenal dengan perluasan areal.

(36)

22

Arahan pengembangan yang ditetapkan adalah komoditas padi (9,55 ha) dan manggis (17,23 ha) di Desa Karehkel, komoditas manggis di Desa Cibeber II, komoditas manggis di Desa Karacak, komoditas padi di Desa Karyasari dan komoditas manggis di Desa Pabangbon. Lahan berpotensi pengembangan dengan arahan pengembangan komoditas unggulan menurut desa disajikan pada Tabel 14. Persebaran lahan secara spasial arahan pengembangan komoditas unggulan disajikan pada Gambar 9.

Tabel 14. Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Kecamatan Leuwiliang

No. Desa Komoditas Luas (ha) Persentase (%)

1 Karehkel Manggis Padi 17,23 9,55 21,79 2 Cibeber II Manggis 42,38 34,58 3 Karacak Manggis 19,73 16,10 4 Karyasari Padi 6,96 5,68 5 Pabangbon Manggis 26,70 21,79 Jumlah 122,55 100,00

Gambar 9. Peta Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan Kecamatan Leuwiliang

(37)

23

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Terdapat sembilan penggunaan lahan di Kecamatan Leuwiliang yaitu: badan air, hutan, kebun campuran, lahan terbuka, perkebunan, permukiman, sawah, semak belukar dan tegalan. Penggunaan lahan terluas adalah kebun campuran sebesar 31.89 % (2860.9 ha), hutan sebesar 27.89 % (2518.5 ha) dan sawah sebesar 16.52 % (1491.9 ha).

2. Lahan yang tersedia di Kecamatan Leuwiliang untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian seluas 122.55 ha. Alokasi lahan tersedia terluas berada di Desa Cibeber II (34.58 %).

3. Seluruh lahan potensial pengembangan sesuai untuk komoditas manggis, sebagian besar sesuai untuk mentimun dan hampir seluruhnya tidak sesuai untuk komoditas padi sawah.

4. Analisis usahatani menunjukan ketiga komoditas (padi sawah, mentimun, manggis) layak untuk diusahakan karena nilai R/C ratio >1, dengan nilai

R/C ratio 3.17 untuk padi sawah, 2.21 untuk mentimun dan 2.45 untuk manggis.

5. Dari ketiga komoditas unggulan tersebut 53 % responden memilih padi sebagai prioritas pertama, 29 % responden memilih mentimun sebagai prioritas pertama dan 18 % responden memilih manggis sebagai prioritas pertama.

6. Arahan pengembangan komoditas unggulan di Kecamatan Leuwiliang adalah: komoditas padi (9.55 ha) dan manggis (17.23 ha) di Desa Karehkel, komoditas padi di Desa Karyasari, komoditas manggis di Desa Cibeber II, Desa Karacak, dan Desa Pabangbon.

Saran

1. Adanya perbaikan dalam menentukan alokasi kawasan pertanian agar berdasarkan lahan yang sesuai untuk tanaman pangan.

2. Pemerintah daerah disarankan dapat mendorong upaya intensifikasi pertanian dalam budidaya komoditas unggulan dengan memperbaiki kualitas lahan dan meningkatkan fasilitas agar produktivitas dan produksi hasil panen menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek: Edisi Revisi. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta.

Arsyad S. 1989. Pemanfaatan Iklim dalam Mendukung Pengembangan Pertanian. Bogor (ID): IPB Press.

Badan Litbang Pertanian 2003. Panduan Umum: Pelaksanaan Pengkajian serta Program Informasi, Komunikasi, dan Diseminasi di BPTP. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2013. Kecamatan Leuwiliang

(38)

24

http://bogorkab.bps.go.id/publikasi/kecamatan-leuwiliang-dalam-angka-2014

Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Kecamatan Leuwiliang. 2014. Pencapaian Kerja Seksi Perekonomian Kecamatan Leuwiliang Tahun 2014. Bogor (ID): Kecamatan Leuwiliang.

Nugroho, PS. 2000. Minimalisasi Lahan Kritis Melalui Pengelolaan Sumberdaya lahan dan Konservasi Tanah dan air Secara Terpadu. Jurnal Teknologi dan Lingkungan 10 (2): 73-82.

Nurleli. 2008. Pengembangan Komoditas Unggulan Perkebunan di Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ritung S., K. Nugroho, A. Mulyani, dan E Suryani. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian (Edisi Rivisi). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor: (ID) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sitorus SRP. 1989. Survai Tanah dan Penggunaan Lahan. Bogor (ID): Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sitorus SRP. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung (ID): Penerbit Tarsito. Sitorus SRP, A. Iswati dan DR. Panuju. 2013. Teknik Komoditas Unggulan

Pertanian Berdasarkan Potensi Wilayah. [Laporan Akhir Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sitorus SRP, SP. Mulya, A. Iswati, DR. Panuju dan LO. Samsul Iman. 2014. Teknik Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian Berdasarkan Potensi Wilayah dalam Rangka Pengembangan Wilayah. Sustainable and Resilient Cities and Regions. Seminar Nasional; 2014 Okt 17-18; Riau, Indonesia. Riau (ID): Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI). hlm 396-406. Soekartawi. 2005. Prinsip Agribisnis : Teori dan aplikasinya. Jakarta (ID): PT

(39)

25

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Padi Irigasi Persyaratan penggunaan/

karakteristik lahan

Kelas kesesuaian lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (tc)

Temperatur rerata (ºC) 24-29 22-24 18-22 <18

29-32 32-35 >35

Ketersedian air (wa)

Kelembaban (%) 33-90 30-33 <30 - >90 Media perakaran(rc) Drainase agak terhambat, sedang

terhambat, baik sangat terhambat, agak

cepat

cepat

Tekstur halus, agak halus, sedang

halus, agak

halus, sedang agak kasar kasar

Bahan kasar (%) < 3 3-15 15-35 >35 Kedalaman tanah (cm) > 50 40-50 25-50 <25

Gambut

Ketebalan (cm) < 50 50-100 100-150 >150

Kematangan saprik saprik, hemik hemik fibrik

Retensi Hara (nr) KTK tanah (cmol) >16 5 - 16 <5 - Kejenuhan basa (%) > 50 35 - 50 <35 - pH H2O 5,5 – 7,0 4,5 - 5,5 <4,5 - 7,0 - 8,0 >8,0 - C-organik > 1,2 0,8 - 1,2 <0,8 -

Hara Tersedia (na)

N total (%) sedang rendah sangat rendah - P2O5 (mg/100 g) tinggi sedang rendah-sangat -

rendah

K2O (mg/100 g) sedang rendah sangat rendah -

Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m)* < 2 2 - 4 4 - 6 > 6 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* < 20 20 - 30 30 - 40 > 40 Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)* > 100 75 - 100 40 - 75 < 40

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) < 3 3 - 5 5 - 8 > 8

Bahaya erosi - sangat ringan ringan sedang-berat

Bahaya banjir/genangan pada masa tanam (fh)

-Tinggi (cm) 25 25-50 50-75 >75

- Lama (hari) tanpa <7 7-14 >14

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) < 5 5-15 15-40 >40 Singkapan batuan (%) < 5 5-15 15-25 >25 Sumber : BBSDLP (2011)

(40)

26

Lampiran 2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Mentimun Persyaratan penggunaan/

karakteristik lahan

Kelas kesesuaian lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (tc)

Temperatur rerata (C) 22-30 30-32 32-35 > 35

20-22 18-20 < 18

Ketersedian air (wa)

Curah hujan (mm)* 400-700 700 - 1000 >1000 <250

300-400 230-500

Kelembaban udara (%)* 24-80 20-24 <20 80-90 >90

Ketersedian oksigen (oa)

Drainase baik, agak agak cepat, terhambat Sangat

terhambat sedang

terhambat, cepat

Media perakaran(rc)

Tekstur halus, agak halus, sedang

halus, agak halus, sedang

agak kasar Kasar

Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 – 55 > 55 Kedalaman tanah (cm) > 50 >50 25-50 < 25

Gambut

Ketebalan (cm) <50 50-100 100-200 >200 Kematangan saprik saprik-hemik Hemik Fibrik

Retensi Hara (nr) KTK tanah (cmol) > 16 5 - 16 < 5 Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20 pH H2O 5,8-7,6 5,5 - 5,8 <5,5 7,6 - 8,0 > 8,0 C-organik > 1,2 0,8 - 1,2 <0,8

Hara Tersedia (na)

N total (%) sedang rendah sangat rendah - P2O5 (mg/100 g) sedang rendah sangat rendah -

K2O (mg/100 g) sedang rendah sangat rendah -

Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m)* < 4 4 – 6 6 – 8 > 8 Sodisitas (xn) < 15 15 - 20 20 – 25 > 25 Alkalinitas/ESP (%)* < 75 50 - 75 30 – 50 <30 Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)* > 75 50 - 75 30 – 50 < 30

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) < 3 3-8 8-15 >15

Bahaya erosi - sangat ringan ringan-sedang berat-sangat berat

Bahaya banjir/genangan pada masa tanam (fh)

- Tinggi (cm) - - 25 >25 - Lama (hari) - - <7 >7 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) < 5 5-15 15 – 40 >40 Singkapan batuan (%) < 5 5-15 15 – 25 >25 Sumber : BBSDLP (2011)

(41)

27

Lampiran 3. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Tanamaan Manggis Persyaratan penggunaan/

karakteristik lahan

Kelas kesesuaian lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (tc)

Temperatur rerata (ºC) 20 - 23 23 – 30 30 - 40 > 40

18 – 20 15 - 18 < 15

Ketersedian air (wa)

Curah hujan (mm)* 1.250-1.750 1.750 - 2000 2.000 - 2.500 > 2.500

1.000 - 1.250 750 - 1.000 < 750

Ketersedian oksigen (oa)

Drainase baik, sedang agak terhambat terhambat, agak cepat sangat terhambat,cepat Media perakaran(rc)

Tekstur halus, agak halus

Sedang agak kasar kasar

Bahan kasar (%) < 15 15 – 35 35 - 55 > 55 Kedalaman tanah (cm) > 100 75 – 100 50 - 75 < 50

Gambut

Ketebalan (cm)* <50 50-100 100-200 >200 Kematangan* saprik saprik-hemik hemik fibrik

Retensi Hara (nr) KTK tanah (cmol) > 16 5 – 16 < 5 Kejenuhan basa (%) > 35 20 – 35 < 20 pH H2O 5,0-6,0 4,5-5,0 <4,5 6,0 - 7,5 > 8,0 C-organik > 1,2 0,8 - 1,2 <0,8

Hara Tersedia (na)

N total (%) sedang Rendah sangat rendah - P2O5 (mg/100 g) tinggi Sedang rendah-sangat

rendah

-

K2O (mg/100 g) sedang Rendah sangat rendah -

Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m)* < 4 4 – 6 6 - 8 > 8 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)* < 15 15 – 20 20 - 25 > 25 Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm)* > 125 100 – 125 60 - 100 < 60

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) < 8 8-15 15-40 > 40

Bahaya erosi sangat ringan

ringan-sedang

berat sangat berat

Bahaya banjir/genangan pada masa tanam (fh)

- Tinggi (cm) - 25 25-50 >50 - Lama (hari) - <7 7-14 >14 Penyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) < 5 5-15 15-40 >40 Singkapan batuan (%) < 5 5-15 15-25 >25 Sumber : BBSDLP (2011)

(42)

28

Lampiran 4. Kriteria Penilaian Kesuburan Tanah

Sifat Tanah Sangat

rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat tinggi C (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 >5,00 N (%) < 0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 >0,75 C/N < 5 5-10 11-15 16-25 >25 P2O5 HCl 25 % (mg/100gr) < 15 15-20 21-40 41-60 >60 K2O HCl 25 % (mg/100gr) < 10 10-20 21-40 41-60 >60 P2O5 Bray (ppm) < 10 10-15 16-25 26-35 >35 P2O5 Olsen (ppm) < 10 10-25 26-45 46-60 >60

KTK (CEC) (cmol(+)/kg liat) < 5 5-16 17-24 25-40 >60 Susunan kation: K (cmol(+)/kg) < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1,0 Na (cmol(+)/kg) < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1,0 Mg (cmol(+)/kg) < 0,3 0,3-0,1 1,1-2,0 2,1-8,0 >8,0 Ca (cmol(+)/kg) < 2 2-5 6-10 11-20 >20 Kejenuhan basa (%) < 20 20-40 41-60 61-80 81-100 Kejenuhan Alumunium (%) < 5 5-10 11-20 20-40 >40 Salinitas (DHL) Ece x 10 3 (mmhos/cm) < 1 1-2 2-3 3-4 >4

Persentase Natrium dapat

Tukar (ESP) <2 2-5 5-10 10-15 >15 pH (H2O) Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis Alkalis < 4,5 4,5-5,5 5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5 Sumber : BBSDLP (2011)

Pengelompokan kelas tekstur yang digunakan dalam Juknis adalah: Halus (h) : Liat berpasir, liat, liat berdebu

Agak halus (ah) : Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu

Sedang (s) : Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu

Agak kasar (ak) : Lempung berpasir Kasar : Pasir, pasir berlempung Sangat halus (sh) : Liat (tipe mineral liat 2:1)

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor
Tabel 1. Jenis Data Penelitian
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Tabel 2. Tujuan Penelitian, Jenis Data, Teknis Analisis Data dan Output yang  diharapkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

RIVAL RAHMAN. Perencanaan Penggunaan Lahan Pertanian Berbasis Komoditas Unggulan di Wilayah Boliyohuto Kabupaten Gorontalo. Dibimbing oleh DWI PUTRO TEJO BASKORO dan

2 Hasil analisis kesesuaian lahan untuk pengembangan berbagai komoditas unggulan di Kabupaten Kepulauan Meranti menunjukkan satuan lahan D.2.1.2 (Tropohemist),

Untuk memperoleh arahan penggunaan lahan untuk pengembangan komoditas pertanian di Kabupaten Nias Barat...

Fakultas Geografi UGM Yogyakarta dalam penelitiannya Kajian Kesesuaian Lahan untuk mendukung pengembangan komoditas pertanian di wilayah perbatasan negara Republik Indonesia

Kajian Kesesuaian Lahan Untuk Mendukung Pengembangan Komoditas Pertanian di Wilayah Perbatasan Negara Republik Indonesia (Studi Kasus di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua)..

Berdasarkan penetapan kawasan unggulan pertanian tanaman pangan tersebut, dalam penelitian ini akan dibahas lebih lanjut mengenai penetapan komoditas unggulan sesuai

Arahan wilayah untuk 5 jenis komoditas unggulan yaitu ubi kayu, ubi jalar, padi, jagung, kacang tanah didasarkan pada pertimbangan analisis LQ &gt; 1, SSA &gt;

Berdasarkan konsep pewilayahan komoditas unggulan, maka arahan pemanfaatan ruang untuk kawasan pertanian tanaman pangan sebagai komoditas utama hapir setiap kecamatan