• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ahsoni M A. 2008. Perencanaan Penggunaan Lahan Berkelanjutan di Sub Das Cisadane Hulu. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Arief l. 2011. Perencanaan Penggunaan Lahan dan Pengembangan Usahatani Berbasis Kopi untuk Sistem Pertanian Berkelanjutan di DAS Ketahun Hulu Provinsi Bengkulu. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air Jilid Kedua (Cetakan Kedua). Bogor (ID): IPB Pres

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Deputi Pengkajian Kebijakan Teknologi. 2001. Manajemen Teknologi Untuk Pengembangan Wilayah. Jakarta (ID): University of Indonesia Press

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Ed ke-2. Bogor (ID): Kementrian Pertanian.

[BPS Kabupaten Gorontalo] Badan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo. 2013.

Kabupaten Gorontalo dalam Angka Gorontalo. (ID): BPS Kabupaten Gorontalo

[BPS Kabupaten Gorontalo] Badan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo. 2014.

Kabupaten Gorontalo dalam Angka. Gorontalo (ID): BPS Kabupaten Gorontalo

[BPS Kabupaten Gorontalo] Badan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo. 2015.

Kabupaten Gorontalo dalam Angka. Gorontalo (ID): BPS Kabupaten Gorontalo

Brahmanto O. 2013. Arahan dan Strategi Pengembangan Kawasan Perdesaan dengan Pendekatan Agropolitan Di Kabupaten Blitar. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Christina DR. 2009. Identifikasi lahan potensial untuk mendukung usulan perencanaan lahan pertanian pangan berkelanjutan (studi kasus di provinsi jawa barat). [Tesis]. (ID): Bogor Program Pasca Sarjana IPB.

Djaenudin D, Sulaeman Y, Abdurachman A. 2002. Pendekatan Pewilayahan Komoditas Pertanian Menurut Pedo-Agroklimat di Kawasan Timur Indonesia.

J. Litbang Pertanian 21(1):1-10.

[FAO]. Food and Agriculture Organization. 1976. A Framework for Land Evaluation. Rome (IT); Soil Bulletin Hlm 32.

Gunandi. 2011. Dinamika Penggunaan Lahan dan Alokasi Pemanfaatan Ruang Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Hardjowigeno, S. Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan

Perencanaan Tata Guna Lahan. Bogor (ID): Gadjah Mada University Press

Hammer, W.I. 1981. Second Soil Conservation Consultant Report. Agol/Ins/78/606 note. No.10. Center for Soil Research. Bogor.(ID)

Harun, U. R, Canon S. 2006. Analisis LQ shift LQshare untuk Mengukur Dampak Perluasan Kota terhadap Kinerja Ekonomi Regional. J. Perencanaan Wilayah dan kota 17 (21) : 21-40

Hendrayana R. 2003. Aplikasi Metode Location Quotient dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. J. Informatika Pertanian 12: 1-21

Irawan, B. 2006. Konversi lahan sawah : Potensi Dampak, Pola Pemanfaatannya, dan Faktor Determinan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. J. Forum Penelitian Agro Ekonomi. (ID) 23 (1): 1 – 18.

Johan Y. 2011. Pengembangan Wisata Bahari dalam Pengelolaan Sumberdaya Pulau - Pulau Kecil Berbasis Ekologi: Studi Kasus Pulau Sebesi Provinsi Lampung.[Tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

Kahraman C. Demirel, N. C., Demirel T. 2007. Prioritization of e-Government Strategies Using a SWOT-AHP Analysis: the case of Turkey. European Journal of Information Systems. 16: 284–298

Mahbubah, A. 2008. Strategi Pengembangan Wilayah dalam Kaitannya dengan Disparitas Pembangunan antar Wilayah Di Kabupaten Purwakarta. [Tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

Nurleli. 2007. Pengembangan Komoditas Unggulan Perkebunan di Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung. [Tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor Osuna, E. E. 2007. Combining Swot And Ahp Techniques For Strategic Planning.

ISAHP.(CL)

Permata D. 2015. Analisis Komoditas Unggulan dan Potensi Wilayah untuk Mendukung Pengembangan Wilayah Kabupaten Padang Pariaman. [Tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

[Puslittanak] Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 1995. Peta Semi Detil Daerah

Paguyaman Provinsi Sulawesi Utara. Bogor (ID): Puslittanak . skala 1:50 000.

[Puslittanak] Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2002. Pewilayahan Komoditas Unggulan Propinsi Lampung di dalam Atlas Arahan Pewilayahan

Komoditas Pertanian Unggulan Nasional. Edisi 1. Bogor (ID): Puslittanak. hlm

6-7. Berwarna, skala 1:1 000 000.

Riyadi, Bratakusumah D. S. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Utama

Rosdiana, D. 2011. Analisis Komoditas Unggulan Pertanian dan Strategi Pengembangannya di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. [Thesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

Rosnila. Sitorus, S.R.P, Rustiadi, E. 2005. Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya terhadap Keberadaan Situ (Studi Kasus Kota Depok). J. Forum

Pasca Sarjana 28(1):11-23

Rustiadi E. Saefulhakim S. Panuju D. R. 2011. Perencanaan dan Pengembangan

Wilayah. Jakarta (ID): Cresspent, Yayasan Obor Indonesia.

Rangkuti F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

Saaty TL. 1980. How to Make Decesion : The Analytical Hierarchy Procces.

Eorpean Journal of Operational Recearch. 48 : 9-26

Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin: Proses Hierarki Analitik untuk Pengembilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Seri Manajemen No. 134 (Terjemahan). PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. Saefulhakim S. 2004. Modul Permodelan Perencanaan Pengembangan

Sumberdaya Lahan. Bogor (ID): Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB.

Sakti M A. Sunarminto B H. Maas A. Indradewa D., Kertonegoro B D. 2013. Kajian Pemetaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) di Kabupaten Purworejo. (ID). J. ilmu tanah dan Agroklimatologi. 10 (1) : 55

Santoso E. 2011. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Potensi Terjadinya Lahan Kritis di Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Sari, D. R. 2008. Pemodelan Multi-Kriteria untuk Pengembangan Wilayah Berbasis Komoditas Unggulan di Kabupaten Lampung Timur. [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Setiawan, I. 2010. Arahan Pengembangan Sektor Pertanian Kabupaten Sumbawa Berbasis Komoditas Unggulan Daerah. [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Sitorus, S.R.P. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung (ID). Tarsito press Sinukaban, N. 1989. Konservasi Tanah dan Air di Daerah Transmigrasi. PT.

Indeco Utama International Develovment Consultants Berasosiasi dengan BCEOM.

Sukirno, S. 1982. Beberapa Aspek Dalam Persoalan Pembangunan Daerah. Jakarta (ID): LP FE Universitas Indonesia.

Soekartawi. 2005. Prinsip Agribisnis : Teori dan aplikasinya. Jakarta (ID): Penerbit PT Raja Grafinda Persada

Suyana, J. 2012. Pengembangan Usahatani Lahan Kering Berkelanjutan Berbasis Tembakau di Sub-DAS Progo Hulu (Kabupaten Temanggung Propinsi Jawa Tengah). [Disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

Widjajanto, D. 2006. Model Penggunaan Lahan untuk Pengembangan Pertanian Berkelanjutan (Studi Kasus Daerah Aliran Sungai Gumbasa, Donggala). [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wijanarko, P. 2013. Analisis Sektor Unggulan dan Kesenjangan Pembangunan dalam Wilayah Pengembangan Di Kabupaten Ciamis Jawa Barat. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Wischmeier, W.H., Smith D.D.. 1978. Predicting Rainfall Erosion Losses-A Guide

to Conservation Planning. US. Agriculture Hand Book 537.

Wood, S.R., Dent, F.J.. 1983. LECS. A Land Evaluation Computer System

Methodology and User Manual. Bogor (ID): Centre For Soil Research.

Yudithia. 2008. Alternatif Pendekatan dan Strategi Pembangunan Perekonomian Kabupaten Karimun. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Yulianti, M. 2011. Penentuan Prioritas Komoditas Unggulan Buah-Buahan di Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara: Aplikasi Analisis LQ dan Daya TarikDaya Saing. J. Agribisnis Perdesaan. 1 (03): 206

Lampiran 1. Nalai Faktor pada Analisis Predisi Erosi USLE Lampiran 1a. Nilai Faktor K beberapa Tanah di Indonesia

No Jenis tanah Bahan Induk Nilai K

Kisaran Rata-rata

1 Latosol Dramaga (Haplortox) Tufa Volkan 0,02-0,04 0,03

2 Latosol Citayam Tufa Volkan 0,08-0,09 0,09

3 Regosol Tanjungharjo Batu Liat berkapur 0,11-0,16 0,14 4 Grumusol Jegu, Belitar

(Chromoderts) Napal 0,24-0,30 0,27

5 Podsolik Jonggol

(Tropodults) Batu Liat 0,12-0,19 0,16

6 Mediteran Citayam

(Tropohumults) Tufa volkan 0,09-0,11 0,10

7 Meditera Putat (Tropudalfs) Breksi berkapur 0,16-0,29 0,23 8 Mediteran Punung

(Tropudalfs) Breksi berkapur 0,18-0,25 0,22

9

Podsolik Merah Kuning Pekalongan, Lampung Tengah (Tropudults)

Dasitik

Lampiran 1b. Faktor Kelas Lereng (LS)

Kemiringan Lereng (LS) Nilai LS

0 – 8 0,25

8 – 15 1,20

15 – 25 4,25

25 - 45 9,50

>45 12,00

Lampiran 1c. Nilai Faktor C (pengelolaan Tanaman)

Nama Penggunaan Nilai Faktor

Tanah terbuka/tanpa tanaman 1,0

Sawah 0,01

Tegalan tidak dispesefikasi 0,7

Ubi kayu 0,8 Jagung 0,7 Kedelai 0,399 Kentang 0,4 Kacang tanah 0,2 Padi 0,561 Tebu 0,2 Pisang 0,6

Akar wangi (sereh wangi) 0,4

Rumpur bede (Tahun Pertama) 0,287

Rumpur bede (Tahun kedua) 0,002

Kopi dengan penutup tanah buruk 0,2

Talas 0,85

Kebun campuran : - Kerapatan tinggi -Kerapatan sedang -Kerapatan rendah 0,1 0,2 0,5 Perladangan 0,4

Hutan alam - Serasah banyak -Serasah kurang

0,001 0,005 Hutan Produksi - Tebang Habis

-Tebang pilih

0,5 0,2

Semak Belukar/padang rumput 0,03

Ubi kayu + kedelai 0,181

Ubi kayu + Kacang tanah 0,195

Padi - sorghum 0,345

Padi - Kedelai 0,417

Kacang tanah + gude 0,495

Kacang tanah + kacang tunggak 0,571

Kacang tanah + mulsa jerami 4 ton/ha 0,049

Padi + mulsa jerami 4 ton/ha 0,096

Kacang tanah + mulsa jagung 4 ton/ha 0,128

Kacang tanah + mulsa clotalaria 3 ton/ha 0,136

Kacang tanah + mulsa kacang tunggak 0,259

Kacang tanah + mulsa jerami 2 ton/ha 0,377

Padi + mulsa clotalaria 3 ton/ha 0,387

Pola tanam tumpang gilir + mulsa jerami 0,079 Pola tanam berurutan + mulsa sisa tanaman 0,357

Alang-alang murni subur 0,001

Lampiran 1d. Nilai faktor P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah Khusus

Tindakan Khusus Konservasi tanah Nilai P

Teras bangku

- Konstruksi baik - Konstruksi sedang - Konstruksi kurang baik - Teras tradisional

0,04 0,15 0,35 0,40

Strip tanaman rumput bahia 0,40

Pengelolaan tanah dan penanaman menurut garis kontur: - Kemiringan 0-8%

- Kemiringan 9-20%

- Kemiringan lebih dari 20%

0,50 0,75 0,90

Tanpa tindakan konservasi 1,00

Lampiran 2. Satuan Lahan dan Landform Lokasi Penelitian

Simbol Lanform Penggunaan Lahan Kls_Lrng

X1 Dataran Lakustrin dengan batuan Lempung Miosen Pemukiman 0 - 3 %

L1a Dataran Lakustrin dengan batuan Lempung Miosen Perkebunan 0 - 3 %

L2a Dataran Lakustrin dengan batuan Lempung Miosen Sawah 0 - 3 %

L3a Dataran Lakustrin dengan batuan Lempung Miosen Tegalan 0 - 3 %

M1b Dataran Marin dengan batuan Aluvium Eosen-Oligosen Hutan Produksi Terbatas 3 - 8 %

M2b Dataran Marin dengan batuan Aluvium Eosen-Oligosen Semak Belukar 3 - 8 %

P1a Dataran Pluvial dengan Batuan Lempung Miosen Sawah 0 - 3 %

P2a Dataran Pluvial dengan Batuan Lempung Plistosen Perkebunan 0 - 3 %

P3a Dataran Pluvial dengan Batuan Lempung Plistosen Sawah 0 - 3 %

P4a Dataran Pluvial dengan Batuan Lempung Plistosen Tegalan 0 - 3 %

P5b Dataran Pluvial dengan Batuan Lempung Plistosen Tegalan 3 - 8 %

PM1b Dataran Pluvio Marin dengan batuan Aluvium Eosen-Oligosen Hutan Produksi Terbatas 3 - 8 %

PM2b Dataran Pluvio Marin dengan batuan Aluvium Eosen-Oligosen Perkebunan 3 - 8 %

DSM1f Pegunungan Denudasional Struktural Magmatik dengan Batuan Diorit Miosen Hutan Produksi Terbatas > 45 % DSM2f Pegunungan Denudasional Struktural Magmatik dengan Batuan Diorit Miosen Hutan Produksi Tetap > 45 % TNN Pegunungan Denudasional Struktural Magmatik dengan Batuan Diorit Miosen Kawasan Suaka Alam > 45 % DSM3d Pegunungan Denudasional Struktural Magmatik dengan Batuan Diorit Miosen Hutan Produksi Terbatas 15 - 30 % DSM4d Pegunungan Denudasional Struktural Magmatik dengan Batuan Diorit Miosen Hutan Produksi Tetap 15 - 30 % DSM5d Pegunungan Denudasional Struktural Magmatik dengan Batuan Diorit Miosen Sawah 15 - 30 % DSM6d Pegunungan Denudasional Struktural Magmatik dengan Batuan Diorit Miosen Semak Belukar 15 - 30 % DSM7d Pegunungan Denudasional Struktural Magmatik dengan Batuan Diorit Miosen Tegalan 15 - 30 % DSM8e Pegunungan Denudasional Struktural Magmatik dengan Batuan Diorit Miosen Hutan Produksi Terbatas 30 - 45 % DSM9e Pegunungan Denudasional Struktural Magmatik dengan Batuan Diorit Miosen Hutan Produksi Tetap 30 - 45 % DSM10e Pegunungan Denudasional Struktural Magmatik dengan Batuan Diorit Miosen Semak Belukar 30 - 45 % DSM11e Pegunungan Denudasional Struktural Magmatik dengan Batuan Diorit Miosen Tegalan 30 - 45 % DSM12c Pegunungan Denudasional Struktural Magmatik dengan Batuan Diorit Miosen Hutan Produksi Terbatas 8 - 15 % DSM13c Pegunungan Denudasional Struktural Magmatik dengan Batuan Diorit Miosen Hutan Produksi Tetap 8 - 15 % DV1d Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Breksi gunungapi Miosen Hutan Produksi Dpt Dikonversi 15 - 30 % DV2d Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Breksi gunungapi Miosen Hutan Produksi Terbatas 15 - 30 %

DV3d Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Breksi gunungapi Miosen Hutan Produksi Tetap 15 - 30 % DV4d Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Breksi gunungapi Miosen Semak Belukar 15 - 30 % DV5d Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Breksi gunungapi Miosen Tegalan 15 - 30 % DV6e Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Breksi gunungapi Miosen Hutan Produksi Terbatas 30 - 45 % DV7e Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Breksi gunungapi Miosen Hutan Produksi Tetap 30 - 45 % DV8c Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Breksi gunungapi Miosen Hutan Produksi Terbatas 8 - 15 % DV9f Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Lava basaltik Eosen-Oligosen Semak Belukar > 45 % DV10c Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Lava basaltik Eosen-Oligosen Hutan Produksi Terbatas 15 - 30 % DV11c Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Lava basaltik Eosen-Oligosen Semak Belukar 15 - 30 % DV12c Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Lava basaltik Eosen-Oligosen Tegalan 15 - 30 % DV13d Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Lava basaltik Eosen-Oligosen Hutan Produksi Terbatas 30 - 45 % DV14d Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Lava basaltik Eosen-Oligosen Perkebunan 30 - 45 % DV15d Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Lava basaltik Eosen-Oligosen Semak Belukar 30 - 45 % DV16d Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Lava basaltik Eosen-Oligosen Tegalan 30 - 45 % HL Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Lava basaltik Eosen-Oligosen Hutan Lindung 8 - 15 % DV19c Pegunungan Denudasional Vulkanik dengan batuan Lava basaltik Eosen-Oligosen Hutan Produksi Terbatas 8 - 15 %

D1c Perbukitan Denudasional dengan batuan Aglomerat Plio-Plistosen Semak Belukar 15 - 30 %

D2c Perbukitan Denudasional dengan batuan Aglomerat Plio-Plistosen Tegalan 15 - 30 %

D3b Perbukitan Denudasional dengan batuan Aglomerat Plio-Plistosen Tegalan 3 - 8 %

D4d Perbukitan Denudasional dengan batuan Aglomerat Plio-Plistosen Perkebunan 30 - 45 %

D5c Perbukitan Denudasional dengan batuan Aglomerat Plio-Plistosen Perkebunan 8 - 15 %

D6c Perbukitan Denudasional dengan batuan Aglomerat Plio-Plistosen Tegalan 8 - 15 %

D7d Perbukitan Denudasional dengan batuan Diorit Miosen Semak Belukar 15 - 30 %

D8b Perbukitan Denudasional dengan batuan Diorit Miosen Alang-alang 3 - 8 %

D9b Perbukitan Denudasional dengan batuan Diorit Miosen Perkebunan 3 - 8 %

D10b Perbukitan Denudasional dengan batuan Diorit Miosen Sawah 3 - 8 %

D11b Perbukitan Denudasional dengan batuan Diorit Miosen Semak Belukar 3 - 8 %

D12b Perbukitan Denudasional dengan batuan Diorit Miosen Tegalan 3 - 8 %

D13c Perbukitan Denudasional dengan batuan Diorit Miosen Tegalan 8 - 15 %

D14c Perbukitan Denudasional dengan Batuan Diorit Miosen Perkebunan 8 - 15 %

D15c Perbukitan Denudasional dengan Batuan Diorit Miosen Semak Belukar 8 - 15 %

D16c Perbukitan Denudasional dengan Batuan Diorit Miosen Tegalan 8 - 15 %

D17b Perbukitan Denudasional dengan batuan Lempung Plistosen Perkebunan 3 - 8 %

D18b Perbukitan Denudasional dengan batuan Lempung Plistosen Tegalan 3 - 8 %

D19b Perbukitan Denudasional dengan batuan Pasir dan Kerikil Plistosen sawah 3 - 8 %

D20b Perbukitan Denudasional dengan batuan Pasir dan Kerikil Plistosen Semak Belukar 3 - 8 %

D21b Perbukitan Denudasional dengan batuan Pasir dan Kerikil Plistosen Tegalan 3 - 8 %

D22b Perbukitan Denudasional dengan batuan Pasir wake Miosen Sawah 3 - 8 %

D23c Perbukitan Denudasional dengan batuan Pasir wake Miosen Hutan Produksi Dpt Dikonversi 8 - 15 %

D24c Perbukitan Denudasional dengan batuan Pasir wake Miosen Semak Belukar 8 - 15 %

DSM14e Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Aglomerat Plio-Plistosen Alang-alang 30 - 45 % DSM15e Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Aglomerat Plio-Plistosen Hutan Produksi Terbatas 30 - 45 % DSM16d Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Diorit Miosen Hutan Produksi Dpt Dikonversi 15 - 30 % DSM17d Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Diorit Miosen Hutan Produksi Terbatas 15 - 30 % DSM18d Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Diorit Miosen Hutan Produksi Tetap 15 - 30 % DSM19d Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Diorit Miosen Semak Belukar 15 - 30 % DSM20d Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Diorit Miosen Tegalan 15 - 30 % DSM21b Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Diorit Miosen Alang-alang 3 - 8 % DSM22b Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Diorit Miosen Semak Belukar 3 - 8 % DSM23b Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Diorit Miosen Tegalan 3 - 8 % DSM24e Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Diorit Miosen Tegalan 30 - 45 % DSM25c Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Diorit Miosen Hutan Produksi Terbatas 8 - 15 % DSM26c Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Diorit Miosen Hutan Produksi Tetap 8 - 15 % DSM27c Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Diorit Miosen Semak Belukar 8 - 15 % DSM28c Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Diorit Plio-Plistosen Hutan Produksi Terbatas 8 - 15 % DSM29c Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Pasir wake Miosen Hutan Produksi Dpt Dikonversi 8 - 15 % DSM30c Perbukitan Denudasional Struktural Magmatik dengan batuan Pasir wake Miosen Hutan Produksi Tetap 8 - 15 % DV17e Perbukitan Denudasional Vulkanik dengan batuan Aglomerat Plio-Plistosen Perkebunan 30 - 45 % DV18e Perbukitan Denudasional Vulkanik dengan batuan Aglomerat Plio-Plistosen Semak Belukar 30 - 45 %

DV19b Perbukitan Denudasional Vulkanik dengan batuan gunung api Plistosen Tegalan 3 - 8 %

Lampiran 2 lanjutan

Lampiran 3. Salah Satu Analisis Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Unggulan

Simbol Satlah Kls_Lrng ksu CH ksu Temp ksu Kel ksu tekstur ksu KTK ksu KB ksu pH ksu C-Or ksu KSU D1a 1 0 - 3 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Agak Kasar S3 10 S2 118,4 S1 6,4 S1 0,34 S3 S3hrn D2a 2 0 - 3 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 agak Halus S1 32,3 S1 117 S1 7 S1 0,7 S3 S3hn D3d 3 15 - 30 % S3 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Agak Kasar S3 7,1 S2 65,2 S1 6 S1 0,5 S3 S3ehrn D4b 4 3 - 8 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Sedang S1 40,2 S1 115 S1 6,6 S1 1,1 S2 S3h D5e 5 30 - 45 % N 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Sedang S1 24,13 S1 80,4 S1 6,6 S1 0,80 S2 Ne D6c 6 8 - 15 % S2 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Agak Kasar S3 12,0 S2 112 S1 7,3 S2 0,3 S3 S3hrn D7b 7 3 - 8 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 halus S1 33,7 S1 134 S1 7,3 S2 0,6 S3 S3hn D8c 8 8 - 15 % S2 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Agak Kasar S3 15,4 S2 127 S1 6,6 S1 1,0 S2 S3hr D9b 9 3 - 8 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Kasar N 11,30 S2 100 S1 6,34 S1 0,65 S3 Nr D10b 10 3 - 8 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Kasar N 11,30 S2 100 S1 6,34 S1 0,65 S3 Nr D11b 11 3 - 8 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Sedang S1 13,55 S2 75,5 S1 6,5 S1 0,33 S3 S3hn D12b 12 3 - 8 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Sedang S1 15,91 S2 100 S1 6,5 S1 0,56 S3 S3hn D13c 13 8 - 15 % S2 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 halus S1 22,96 S1 82,5 S1 5,7 S2 0,73 S3 S3hn DS1f 14 > 45 % N 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 agak Halus S1 16,87 S1 108 S1 6,2 S1 0,65 S3 Ne DS2d 15 15 - 30 % S3 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Sedang S1 10,85 S2 70,7 S1 6,0 S1 0,4 S3 S3ehn DS3e 16 30 - 45 % N 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Sedang S1 25,53 S1 90,25 S1 6,85 S1 0,4 S3 Ne DS4c 17 8 - 15 % S2 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Kasar N 11,30 S2 100 S1 6,34 S1 0,65 S3 Nr DS5d 18 15 - 30 % S3 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Sedang S1 24,13 S1 80,4 S1 6,6 S1 0,80 S2 S3eh DS6b 19 3 - 8 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Sedang S1 24,13 S1 80,4 S1 6,6 S1 0,80 S2 S3h DS7e 20 30 - 45 % N 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Kasar N 11,298 S2 100 S1 6,34 S1 0,652 S3 Ner DS8c 21 8 - 15 % S2 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 agak Halus S1 21,024 S1 104 S1 7,24 S2 0,64 S3 S3hn DS9c 22 8 - 15 % S2 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 agak Halus S1 17,78 S1 92,2 S1 5,87 S2 0,88 S2 S3h DS10d 23 15 - 30 % S3 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Kasar N 11,30 S2 100 S1 6,34 S1 0,65 S3 Nr DS11e 24 30 - 45 % N 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Kasar N 11,30 S2 100 S1 6,34 S1 0,65 S3 Ner DS12c 25 8 - 15 % S2 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 agak Halus S1 17,78 S1 92,2 S1 5,87 S2 0,88 S2 S3h DV1f 26 > 45 % N 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Kasar N 11,30 S2 100 S1 6,34 S1 0,65 S3 Ner DV2d 27 15 - 30 % S3 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Kasar N 11,30 S2 100 S1 6,34 S1 S3 Nr DV3e 28 30 - 45 % N 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Kasar N 11,30 S2 100 S1 6,34 S1 0,65 S3 Ner DV4c 29 8 - 15 % S2 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Kasar N 11,30 S2 100 S1 6,34 S1 0,65 S3 Nr DV5f 30 > 45 % N 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 halus S1 22,96 S1 82,5 S1 5,65 S1 0,73 S3 Ne

DV6d 31 15 - 30 % S3 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Sedang S1 30,5 S1 110 S1 7,2 S2 1,18 S2 S3eh DV7e 32 30 - 45 % N 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Sedang S1 30,56 S1 111 S1 7,0 S1 1,17 S2 Ne DV8c 33 8 - 15 % S2 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Sedang S1 24,13 S1 80,4 S1 6,6 S1 0,80 S2 S3h DV9e 34 30 - 45 % N 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Sedang S1 30,5 S1 110 S1 7,2 S2 1,18 S2 Ne DV10b 35 3 - 8 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Kasar N 11,298 S2 100 S1 6,34 S1 0,652 S3 Nr DV11d 36 15 - 30 % N 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Kasar N 11,298 S2 100 S1 6,34 S1 0,652 S3 Nr L1a 37 0 - 3 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 halus S1 33,30 S1 127 S1 7,1 S2 0,56 S3 S3hn L2b 38 0 - 3 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 agak Halus S1 17,78 S1 92,2 S1 5,87 S1 0,88 S2 S3h M1b 39 3 - 8 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 agak Halus S1 26,13 S1 100 S1 6,6 S1 0,5 S3 S3hn P1a 40 0 - 3 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Kasar N 11,298 S2 100 S1 6,34 S1 0,652 S3 Nr P2a 41 0 - 3 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 agak Halus S1 37,68 S1 91 S1 7,1 S2 0,5 S3 S3hn P3b 42 3 - 8 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 agak Halus S1 16,87 S1 108 S1 6,2 S1 0,65 S3 S3hn PM1b 43 3 - 8 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 agak Halus S1 26,13 S1 100 S1 6,6 S1 0,5 S3 S3hn PM2b 44 3 - 8 % S1 1694,8 S1 27,1 S1 81,5 S3 Agak Kasar S3 6,71 S2 139 S1 6,64 S1 0,4 S3 S3hrn

Lampiran 4. Salah Satu Perhitungan Erosi Wilayah Penelitian

Simbol

Curah

Hujan Erodibilitas Tanah (K)

Panjang Lereng (L) Kecuraman Lereng (S) Vegetasi Erosi Aktual (R) Jenis tanah Nilai

K kelas lereng Nilai LS R.K.L.S C CPAktual RKLSCP

1 899,97 Typic Tropaquepts 0,29 0 - 3 % 0,15 39,15 Pemukiman - - 2 899,97 Typic Tropaquepts 0,22 0 - 3 % 0,15 29,70 Perkebunan 0,2 5,94 3 899,97 Ustic Endoaquerts 0,27 0 - 3 % 0,15 36,45 Sawah 0,01 0,36 4 899,97 Typic Tropaquepts 0,29 0 - 3 % 0,15 39,15 Tegalan 0,7 27,40 5 899,97 Fluventic Ustropepts 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Hutan Produksi Terbatas 0,2 13,05 6 899,97 Fluventic Ustropepts 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Semak Belukar 0,3 19,57 7 899,97 Typic Haplustalfs 0,22 0 - 3 % 0,15 29,70 Sawah 0,01 0,30 8 899,97 Ustic Endoaquerts 0,27 0 - 3 % 0,15 36,45 Perkebunan 0,2 7,29 9 899,97 Pluventic Haplustepts 0,29 0 - 3 % 0,15 39,15 Sawah 0,01 0,39

65

10 899,97 Typic Haplustalfs 0,22 0 - 3 % 0,15 29,70 Tegalan 0,7 20,79 11 899,97 Typic Argiustolls 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Tegalan 0,7 45,67 12 899,97 Typic Ustropepts 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Hutan Produksi Terbatas 0,2 13,05 13 899,97 Typic Ustropepts 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Perkebunan 0,2 13,05 14 899,97 Typic Haplusteps 0,29 > 45 % 12 3131,91 Hutan Produksi Terbatas 0,2 626,38 15 899,97 Typic Haplusteps 0,29 > 45 % 12 3131,91 Hutan Produksi Tetap 0,2 626,38 16 899,97 Typic Haplusteps 0,29 > 45 % 12 3131,91 Kawasan Suaka Alam 0,001 3,13 17 899,97 Typic Haplusteps 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Hutan Produksi Terbatas 0,2 221,84 18 899,97 Typic Ustropepts 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Hutan Produksi Tetap 0,2 221,84 19 899,97 Typic Haplusteps 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Sawah 0,01 11,09 20 899,97 Typic Ustropepts 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Semak Belukar 0,3 332,77 21 899,97 Typic Argiustolls 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Tegalan 0,7 776,45 22 899,97 Typic Ustropepts 0,29 30 - 45 % 9,5 2479,43 Hutan Produksi Terbatas 0,2 495,89 23 899,97 Typic Haplustalfs 0,22 30 - 45 % 9,5 1880,95 Hutan Produksi Tetap 0,2 376,19 24 899,97 Typic Haplustalfs 0,22 30 - 45 % 9,5 1880,95 Semak Belukar 0,3 564,28 25 899,97 Typic Ustropepts 0,29 30 - 45 % 9,5 2479,43 Tegalan 0,7 1735,60 26 899,97 Typic Haplusteps 0,29 8 - 15 % 1,2 313,19 Hutan Produksi Terbatas 0,2 62,64 27 899,97 Typic Haplusteps 0,29 8 - 15 % 1,2 313,19 Hutan Produksi Tetap 0,2 62,64 28 899,97 Typic Dystrudepts 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Hutan Produksi Dpt Dikonversi 0,005 5,55 29 899,97 Typic Dystrudepts 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Hutan Produksi Terbatas 0,2 221,84 30 899,97 Typic Dystrudepts 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Hutan Produksi Tetap 0,2 221,84 31 899,97 Typic Dystrudepts 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Semak Belukar 0,3 332,77 32 899,97 Typic Dystrudepts 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Tegalan 0,7 776,45 33 899,97 Typic Dystrudepts 0,29 30 - 45 % 9,5 2479,43 Hutan Produksi Terbatas 0,2 495,89 34 899,97 Typic Dystrudepts 0,29 30 - 45 % 9,5 2479,43 Hutan Produksi Tetap 0,2 495,89 35 899,97 Typic Dystrudepts 0,29 8 - 15 % 1,2 313,19 Hutan Produksi Terbatas 0,2 62,64 36 899,97 Fluventic Ustropepts 0,29 > 45 % 12 3131,91 Semak Belukar 0,3 939,57 37 899,97 Typic Haplustolls 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Hutan Produksi Terbatas 0,2 221,84 38 899,97 Typic Haplustolls 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Semak Belukar 0,3 332,77

39 899,97 Typic Haplustalfs 0,22 15 - 30 % 4,25 841,48 Tegalan 0,7 589,03 40 899,97 Typic Ustropepts 0,29 30 - 45 % 9,5 2479,43 Hutan Produksi Terbatas 0,2 495,89 41 899,97 Typic Haplustolls 0,29 30 - 45 % 9,5 2479,43 Perkebunan 0,2 495,89 42 899,97 Typic Haplustalfs 0,22 30 - 45 % 9,5 1880,95 Semak Belukar 0,3 564,28 43 899,97 Typic Ustropepts 0,29 30 - 45 % 9,5 2479,43 Tegalan 0,7 1735,60 44 899,97 Typic Ustropepts 0,29 >45% 9,5 2479,43 Hutan Lindung 0,001 2,48 45 899,97 Typic Ustropepts 0,29 8 - 15 % 1,2 313,19 Hutan Produksi Terbatas 0,005 1,57 46 899,97 Typic Haplustalfs 0,22 15 - 30 % 4,25 841,48 Semak Belukar 0,3 252,44 47 899,97 Typic Haplustalfs 0,22 15 - 30 % 4,25 841,48 Tegalan 0,7 589,03 48 899,97 Typic Haplustalfs 0,22 3 - 8 % 0,25 49,50 Tegalan 0,7 34,65 49 899,97 Typic Ustropepts 0,29 30 - 45 % 9,5 2479,43 Perkebunan 0,2 495,89 50 899,97 Typic Haplustalfs 0,22 8 - 15 % 1,2 237,59 Perkebunan 0,2 47,52 51 899,97 Typic Haplustalfs 0,22 8 - 15 % 1,2 237,59 Tegalan 0,7 166,32 52 899,97 Typic Haplustolls 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Semak Belukar 0,3 332,77 53 899,97 Typic Haplustolls 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Semak Belukar 0,3 19,57 54 899,97 Typic Haplustalfs 0,22 3 - 8 % 0,25 49,50 Perkebunan 0,2 9,90 55 899,97 Typic Haplustalfs 0,22 3 - 8 % 0,25 49,50 Sawah 0,01 0,49 56 899,97 Typic Haplustalfs 0,22 3 - 8 % 0,25 49,50 Semak Belukar 0,3 14,85 57 899,97 Typic Haplustolls 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Tegalan 0,7 45,67 58 899,97 Typic Haplustolls 0,29 8 - 15 % 1,2 313,19 Tegalan 0,7 219,23 59 899,97 Typic Argiustolls 0,29 8 - 15 % 1,2 313,19 Perkebunan 0,2 62,64 60 899,97 Typic Argiustolls 0,29 8 - 15 % 1,2 313,19 Semak Belukar 0,3 93,96 61 899,97 Typic Argiustolls 0,29 8 - 15 % 1,2 313,19 Tegalan 0,7 219,23 62 899,97 Typic Haplusteps 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Perkebunan 0,2 13,05 63 899,97 Typic Haplusteps 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Tegalan 0,7 45,67 64 899,97 Pluventic Haplustepts 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 sawah 0,01 0,65 65 899,97 Pluventic Haplustepts 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Semak Belukar 0,3 19,57 66 899,97 Pluventic Haplustepts 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Tegalan 0,7 45,67 67 899,97 Typic Dystrudepts 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Sawah 0,01 0,65

67

68 899,97 Typic Dystrudepts 0,29 8 - 15 % 1,2 313,19 Hutan Produksi Dpt Dikonversi 0,005 1,57 69 899,97 Typic Argiustolls 0,29 8 - 15 % 1,2 313,19 Semak Belukar 0,3 93,96 70 899,97 Typic Ustropepts 0,29 30 - 45 % 9,5 2479,43 Semak Belukar 0,3 743,83 71 899,97 Ultic Haplustalfs 0,22 30 - 45 % 9,5 1880,95 Hutan Produksi Terbatas 0,2 376,19 72 899,97 Typic Haplusteps 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Hutan Produksi Dpt Dikonversi 0,005 5,55 73 899,97 Typic Haplusteps 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Hutan Produksi Terbatas 0,2 221,84 74 899,97 Typic Ustropepts 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Hutan Produksi Tetap 0,2 221,84 75 899,97 Typic Ustropepts 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Semak Belukar 0,3 332,77 76 899,97 Typic Haplusteps 0,29 15 - 30 % 4,25 1109,22 Tegalan 0,7 776,45 77 899,97 Typic Haplusteps 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Semak Belukar 0,3 19,57 78 899,97 Typic Ustropepts 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Semak Belukar 0,3 19,57 79 899,97 Typic Ustropepts 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Tegalan 0,7 45,67 80 899,97 Typic Dystrudepts 0,29 30 - 45 % 9,5 2479,43 Tegalan 0,7 1735,60 81 899,97 Typic Ustropepts 0,29 8 - 15 % 1,2 313,19 Hutan Produksi Terbatas 0,2 62,64 82 899,97 Typic Ustropepts 0,29 8 - 15 % 1,2 313,19 Hutan Produksi Tetap 0,2 62,64 83 899,97 Typic Ustropepts 0,29 8 - 15 % 1,2 313,19 Semak Belukar 0,3 93,96 84 899,97 Ultic Haplustalfs 0,22 8 - 15 % 1,2 237,59 Hutan Produksi Terbatas 0,2 47,52 85 899,97 Typic Eutrudepts 0,29 8 - 15 % 1,2 313,19 Hutan Produksi Dpt Dikonversi 0,005 1,57 86 899,97 Typic Eutrudepts 0,29 8 - 15 % 1,2 313,19 Hutan Produksi Tetap 0,2 62,64 87 899,97 Typic Ustropepts 0,29 30 - 45 % 9,5 2479,43 Perkebunan 0,2 495,89 88 899,97 Typic Ustropepts 0,29 30 - 45 % 9,5 2479,43 Semak Belukar 0,3 743,83 89 899,97 Typic Haplusteps 0,29 3 - 8 % 0,25 65,25 Tegalan 0,7 45,67

Lampiran 5. Salah satu Analisis A’wot untuk Penentuan Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan

Kekuatan Tingkat kepentingan

rata-rata nilai

kekuatan Ratting 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Prioritas A*w' A*w'/w'

1 9 0,27 4 1,00 1,13 1,29 1,80 2,25 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 1,36 5 2 8 0,24 2 0,89 1,00 1,14 1,60 2,00 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 1,21 5 3 7 0,21 2 0,78 0,88 1,00 1,40 1,75 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 0,21 1,06 5 4 5 0,15 3 0,56 0,63 0,71 1,00 1,25 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,76 5 5 4 0,12 3 0,44 0,50 0,57 0,80 1,00 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,61 5 33 3,67 4,13 4,71 6,60 8,25 M 5 CI 0 Kelemahan Tingkat kepentingan rata-rata nilai

kelemahan Ratting 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Prioritas A*w' A*w'/w'

1 7 0,23 3 1,00 0,88 1,17 1,40 1,75 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 1,17 5 2 8 0,27 4 1,14 1,00 1,33 1,60 2,00 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 0,27 1,33 5 3 6 0,20 2 0,86 0,75 1,00 1,20 1,50 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 0,20 1,00 5 4 5 0,17 3 0,71 0,63 0,83 1,00 1,25 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,17 0,83 5 5 4 0,13 3 0,57 0,50 0,67 0,80 1,00 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13 0,67 5 30 1 4,29 3,75 5,00 6,00 7,50 M 5 CI 0 Peluang Tingkat kepentingan rata-rata nilai

Peluang Ratting 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Prioritas A*w' A*w'/w'

1 9 0,28 4 1,00 3,00 1,13 1,29 1,80 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 1,41 5 2 3 0,09 2 0,33 1,00 0,38 0,43 0,60 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,47 5 3 8 0,25 4 0,89 2,67 1,00 1,14 1,60 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 1,25 5 4 7 0,22 3 0,78 2,33 0,88 1,00 1,40 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 1,09 5 5 5 0,16 3 0,56 1,67 0,63 0,71 1,00 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,78 5 32 3,56 10,67 4,00 4,57 6,40 M 5 CI 0 Ancaman Tingkat kepentingan rata-rata nilai

kekuatan Ratting 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Prioritas A*w' A*w'/w'

1 9 0,28 4 1,00 1,13 1,29 1,80 3,00 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 1,41 5 2 8 0,25 3 0,89 1,00 1,14 1,60 2,67 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 1,25 5 3 7 0,22 4 0,78 0,88 1,00 1,40 2,33 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 1,09 5 4 5 0,16 3 0,56 0,63 0,71 1,00 1,67 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,16 0,78 5 5 3 0,09 3 0,33 0,38 0,43 0,60 1,00 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,47 5 32 3,56 4,00 4,57 6,40 10,67 M 5 CI 0 69

Lampiran 6. Salah Satu Analisis Kelayakan Ekonomi Untuk Komoditas Unggulan

Uraian Satuan Harga/satuan Volume Nilai (Rp) Persentase

A. Penerimaan Usahatani (Rp) (%)

A.1. Penerimaan Tunai Kg 10.000 1000 10.000.000 26,7

A.2. Penerimaan Diperhitungkan Kg 10.000 2750 27.500.000 73,3

A 3. Total Penerimaan Usahatani Kg 10.000 3750 37.500.000 100

B. Biaya Usahatani B.1. Biaya Tunai 1. Benih Kg 10000 10 100.000 1,9 2.Pupuk Kg a. Urea Kg 2000 150 300.000 5,7 b. Phonska Kg 1700 300 510.000 9,6 3. Pestisida 500.000,00 9,5

4. Tenaga Kerja Luar Keluarga

- Perempuan HOK 75000 5 375.000 7,1

- Laki-laki HOK 100000 10 1.000.000 18,9

5. Sewa Traktor 1 1.000.000,00 18,9

6. Pajak Lahan 1 500.000,00 9,5

7. Irigasi 1 1.000.000 18,9

Total Biaya Tunai 5.285.000,00 100

B.2 Biaya diperhitungkan

1.Sewa Lahan 1 2.500.000 59,2

2. Tenaga Kerja Dalam Keluarga

- Perempuan HOK 75000 3 225.000 5,3

- Laki-laki HOK 100000 5 500.000 11,8

3. Penyusutan Alat 1.000.000 23,7

Total Biaya Diperhitungkan 4.225.000 100

C Total Biaya Usahatani (B1+B2) 9.510.000

D. Pendapatan Atas Biaya Tunai (A3-

B1) 32.215.000

E. Pendapatan Atas Biaya Total (A3-

C) 27.990.000

F. Pendapatan Tunai (A1-B1) 4.715.000

G. R/C Atas Biaya Tunai (A3/B1) 7,1

Dokumen terkait