• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUTOLOGOUS FAT TRANSFER PADA WAJAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AUTOLOGOUS FAT TRANSFER PADA WAJAH"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Korespondensi : Jl. Perintis Kemerdekaan Km.11, Tamalanrea, Makassar 90245 Telp: 0411-582353 Email: nokang@yahoo.co.id ABSTRAK

Autologous fa t transfer telah berkemba ng dan merupakan metode po puler dalam soft tissue augmentation. Prosedur ini telah digunakan untuk mengoreksi hemiatrofi wajah, lipodistrofi, skar, kerut, atrofi lemak setelah pembedahan dan defek pasca bedah. Hingga kini prosedur ini relatif aman dan efektif.

Kasus pertama laki-laki, 43 tahun dengan skar atrofi di pipi kiri akibat prosedur operasi sebelumnya. Kasus kedua perempuan, 25 tahun dengan lipodistrofi pada pipi kiri. Pada kedua pa sie n ini dilak uka n fat transfer d eng an lem ak autolo gou s y an g b era sal da ri ab dom en menggunakan anestesi tumesen. Hasil memuaskan sampai follow up enam bulan kemudian.

Pada autologous fat transfer tidak terjadi perubahan respons imun karena lemak yang disuntikkan adalah lemak autologous sehingga relatif aman. Hasil transfer lemak tergantung dari respons pasien, pengalaman operator, prosedur yang lege artis, serta perawatan pasca operasi. Kebanyakan kasus terkoreksi sekitar 50%. Untuk hasil yang maksimal dibutuhkan operasi ulang. (MDVI 2012; 39/s; 36s - 41s)

Kata kunci: Autologous fat transfer, anastesi tumescent, lipodistrofi, skar atrofi.

ABSTRACT

Autologous fat transfer has been growing and a popular method in the soft tissue augmentation. This procedure has been used to correct the face hemiatropi, lipodystrophy, scars, wrinkle, fat atrophy after surgery and post surgical defect. Until now, this procedure is relatively safe and effective.

Case-1: Male,43 years old with atrophic scars on his left cheek due to previous surgical procedure. Case-2: Female, 25 years old with lipodystrophy on her left cheek. Management both of patients performed fat transfer in which the fat derived from the abdominal region with tumescent anesthesia and after a follow-up six months it showed good result.

The autologous fattransfer there will be no change of the immune response because of the fatis autologous which procedure was relatively safe. The results of fat transferis very dependent on patient response, operator experience, lege artis prosedure and post operative care. Most cases are corrected about 50%, there fore for maximum result repetition prosedur is required. (MDVI 2012; 39/s; 36s - 41s)

Key words: Autologous fat transfer, tumescent anesthesia, lipodystrophy, atrophic scars.

AUTOLOGOUS FAT TRANSFER PADA WAJAH

Sri Rubiaty Br Sembiring, Khairuddin Djawad, Anni Adriani, Asnawi Madjid, Siswanto Wahab, Anis Irawan Anwar

Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

(2)

PENDAHULUAN

Prosedur autologous fat transfer (AFT) disebut juga dengan istilah injeksi lemak, tran splantasi lemak, mikrolipoinjeksi, liposkulptur serta restorasi volume. AFT telah mengalami perkembangan dan merupakan metode populer dalam soft tissue augmentation.1 Beberapa ahli

bedah telah menggunakan prosedur ini sejak akhir abad ke-19.2 Bahan organik pertama yang digunakan untuk

augmentasi jaringan lunak, adalah lemak yang dilakukan oleh Neuber pada 1883, lebih dari seratus tahun yang lalu. Baru setelah itu digunakan parafin, silikon dan bahan lain untuk mengisi jaringan lunak. Penggunaan lemak sebagai “skin filler’ baru populer kembali setelah era liposuction modern. Injeksi lemak merupakan perkembangan alamiah dari sedot lemak.3

Prosedur ini telah digunakan untuk mengoreksi hemiatrofi wajah, lipodistrofi, skar, kerut, atrofi lemak setelah pembedahan dan defek pasca bedah.3,4 Keuntungan tindakan

AFT adalah menggunakan bahan dari tubuh sendiri sehingga kecil kemungkinan terjadi reaksi alergi atau penolakan oleh tubuh, jumlah jaringan lemak donor cukup banyak tersedia, dapat bertahan dalam beberapa tahun, secara kosmetik hasilnya lebih alamiah, serta lebih hemat biaya.3,5 Hingga kini prosedur ini relatif aman dan efektif.5, 6

Hasil transfer lemak tergantung dari respons pasien, pengalaman operator, prosedur yang lege artis serta perawatan pasca bedah.4,7 Komplikasi yang timbul dapat

berupa pembengkakan dan memar di daerah resipien serta rasa nyeri di daerah donor.[7-9] Kami melaporkan dua kasus

yaitu kasus defek pasca bedah serta kasus lipodistrofi yang diperbaiki dengan autologous fat transfer.

LAPORAN KASUS Kasus 1

Seorang laki-laki berusia 43 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin dengan keluhan bekas luka yang dalam di pipi kiri sejak 2 tahun. Terdapat riwayat bisul di daerah tersebut yang makin lama makin membesar. Kemudian pasien

berobat ke dokter ahli bedah dan dilakukan operasi pertama (pasien tidak tahu nama tindakan operasinya). Karena luka operasi besar, dilakukan lagi operasi ke-2 (flap) dan menghasilkan bekas luka yang atrofik (Gambar 1). Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada. Tidak ada riwayat konsumsi obat atau herbal dalam dua minggu terakhir.

Pada pemeriksaan fisis, keadaan umun baik, kesadaran kompos mentis. Pemeriksaan dermatologi di regio bukalis sinistra didapatkan skar atrofi. Hasil pemeriksaan laboratorium hematologis, waktu perdarahan, waktu bekuan dan kimia darah dalam batas normal. Direncanakan tindakan

fat transfer pada pasien dengan lemak autologous yang

diambil dari daerah abdomen.

Prosedur operasi. Alat dan bahan terdiri atas syringe (1 cc dan 10 cc), lidokain HCl 2% dengan epinefrin 1:100.000 (pehacain®), skalpel, bisturi no. 15, kasa steril, duk steril,

kanul serta cairan anastesi tumesen (500 ml NaCl 0,9%, 25 ml lidokain HCl 2%, 0,5 ml epineprin 1:1000 dan 6,25 ml sodium bikarbonat 8,4%).

Pasien berbaring di meja operasi kemudian dilakukan desinfeksi daerah abdomen dengan povidon iodin sebagai daerah donor lemak dan demarkasi lapangan operasi dengan

sterile drape. Anestesi di daerah umbilikus dengan lidokain

HCl 2% - epinefrin 1:100.000 (pehacain®) kemudian di insisi

untuk lubang kanul anetesi tumesen. Cairan anastesi tumesen dimasukkan melalui kanul. Kemudian dilakukan

lipoextraction dengan tekanan negatif dari syringe 10 cc

secara hati-hati. Syringe yang berisi lemak diletakkan vertikal selama 10-15 menit, kemudian lemak dicuci dengan Na-Cl 0,9% sampai bersih. Luka insisi dibersihkan lalu diberi

povidon iodin akhirnya ditutup dengan kasa dan plester.

Kemudian desinfeksi regio bukalis sinistra dengan

povidon iodin dan ditutup dengan sterile drape. Dilakukan

anestesi lokal menggunakan lidokain HCl 2% - epinefrin 1:100.000 (pehacain®) di daerah skar atrofi. Selanjutnya

tindakan subsisi pada skar atrofi menggunakan jarum suntik. Sebanyak 10 ml lemak disuntikkan di bawah skar atrofi menggunakan kanul sampai permukaan kulit terangkat lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Dilakukan pijatan untuk meratakan penyebaran lemak.

(3)

A

A

B

C

D

E

F

A

Gambar 2. Lipoextraction dengan anastesi tumesen dan tindakan Autologous fat transfer

2A. Anestesi daerah donor, 2B. Infiltrasi cairan anastesi tumesen, 2C. Lipoextraction, 2D. Lemak dicuci dengan NaCl 0,9%, 2E. Anastesi daerah skar atrofi, 2F. Injeksi lemak autologous.

Pasien diberi obat sefadroksil 500 mg dua kali sehari setelah tindakan. Pada saat kunjungan ulang hari ketiga setelah tindakan tidak ditemukan komplikasi yang berarti. Pada kontrol tiga bulan dan enam bulan setelah tindakan, hasilnya masih memuaskan.

Gambar 3. Kontrol hari ketiga setelah tindakan

Gambar 4. Kontrol tiga bulan setelah tindakan

Gambar 5. Konrtol enam bulan setelah tindakan

Kasus 2

Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin dengan keluhan pipi kiri mengempis sejak satu tahun. Awalnya pipi kiri bagian bawah sebelah dagu mengempis diikuti pipi kiri bagian atas (depan telinga). Riwayat trauma tidak ada. Riwayat penurunan berat badan disangkal. Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga disangkal. Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada.

Pada pemeriksaan fisis, keadaan umun baik, kesadaran kompos mentis. Pada pemeriksaan dermatologi di regio bukalis sinistra dan infraaurikular sinistra didapatkan lipoatrofi (gambar 6). Pemeriksaan laboratorium hematologi, waktu perdarahan, menunjukkan waktu bekuan dan kimia darah dalam batas normal. Direncanakan tindakan fat transfer pada pasien dengan lemak autologous yang diambil dari daerah abdomen.

(4)

Gambar 6. Kunjungan awal

Prosedur operasi. Alat dan bahan terdiri atas syringe (1 cc dan 10 cc), lidokain HCl 2% - epinefrin 1:100.000 (pehacain®), skalpel, bisturi no. 15, kasa steril, sterile drape,

kanul serta cairan anastesi tumescent (500ml NaCl 0,9%, 25ml lidokain HCl 2%, 0,5ml epineprin 1:1000 dan 6,25ml sodium bikarbonat 8,4%).

Pasien berbaring di meja operasi, dilakukan desinfeksi daerah abdomen dengan povidon iodin sebagai daerah donor lemak dan ditutup dengan sterile drape. Dilakukan anestesi di daerah umbilikus dengan lidokain HCl 2% -epinefrin 1:100.000 (pehacain®) kemudian diinsisi untuk

lubang kanul anestesi tumesen. Cairan anestesi tumesen dimasukkan melalui kanul. Dilakukan lipoextraction dengan tekanan negatif dari spuit 10cc secara hati-hati. Syringe yang berisi lemak diletakkan vertikal selama 10-15 menit kemudian lemak dicuci dengan Na Cl 0,9% sampai bersih. Luka insisi dibersihkan, diberi povidon iodin, kemudian ditutup dengan kasa dan plester.

Selanjutnya desinfeksi regio bukalis sinistra dan infraaurikularis sinistra dengan povidon iodin dan ditutup den gan sterile drape. Dilakukan an estesi lokal menggunakan lidokain HCl 2% - epinefrin 1:100.000 (pehacain®) di daerah lipodistrofi. Kemudian lemak

Gambar 7. Pasca tindakan Gambar 9. Kontrol hari ke-30 setelah tindakan

disuntikkan di bawah lesi lipodistrofi menggunakan kanul sampai permukaan kulit terangkat lebih tinggi dari daerah sekitarnya (5 ml di infraaurikularis sinistra dan 10 ml di daerah bukalis sinistra). Dilakukan pijatan untuk meratakan penyebaran lemak.

Pasien diberi obat sefadroksil 500 mg dua kali sehari setelah tindakan. Pada kontrol hari ketiga setelah tindakan tidak ditemukan komplikasi yang berarti, pada kontrol satu bulan setelah tindakan hasilnya masih memuaskan. PEMBAHASAN

Transfer lemak atau microlipoinjection dari lemak

autologous merupakan tindakan yang aman dan efektif

untuk mengoreksi defek kontur akibat proses penuaan, trauma, pembedahan serta beberapa kelainan atrofi. Area yang dapat dilakukan transfer lemak antara lain lipatan nasolabial, sudut mulut, bibir, dagu, pipi, pelipis, cuping telinga dan skar atrofik.3,9

Lemak autologous merupakan bahan filler yang ideal untuk soft tissue augmentation karena cocok dengan tubuh, stabil, dapat bertahan lama, hasilnya tampak lebih alami, selalu tersedia dalam jumlah yang banyak, tidak mahal serta

(5)

trauma yang minimal pada daerah donor. Oleh karena itu AFT telah dipertimbangkan untuk mengoreksi kontur wajah dan volume lemak yang hilang pada berbagai kasus.6,10

Sebelum tindakan transfer lemak harus diperhatikan riwayat gangguan perdarahan, pemakaian obat aspirin, vitamin E, warfarin atau obat herbal lainnya yang berefek antikoagulan.8,11,12 Tidak ada riwayat mengkonsumsi

obat-obatan maupun obat herbal pada kedua kasus.

Umumnya donor lemak yang adekuat dapat diperoleh dari abdomen, bokong, paha dan pinggul. Anestesi yang digunakan berupa anestesi tumesen yang terdiri atas tiga prosedur dengan berbagai keunggulannya. Cairan tumesen terdiri atas 1000 ml NaCl 0,9%, 50 ml lidokain 2% atau 1%, 1 ml epineprin 1:1000 dan 12,5 ml sodium bikarbonat 8,4%.9, 13

Autologous fat transfer dilakukan pada kedua kasus

ini, lemak diambil dari daerah abdomen dengan anastesi tumesen (500 ml NaCl 0,9%, 25 ml lidokain HCl 2%, 0,5 ml epineprin 1:1000 dan 6,25 ml sodium bikarbonat 8,4%). Pada kasus 1 dilakukan subsisi pada skar sebelum menyuntikkan 10 cc lemak. Pada kasus 2 disuntikkan 5 cc lemak di pipi kiri bagian atas dan 10 cc di pipi kiri bagian bawah.

Augmentasi efektif pada skar yang dalam dan pernah

dilakukan subsisi sebelumnya.[7] Prosedur ini bertujuan

membebaskan lapisan fibrosa pada subkutaneus yang melekat erat pada jaringan. Trauma tersebut menciptakan jaringan konektif baru di bawah defek untuk membantu menyokong defek.[14]

Hasil transfer lemak sangat bergantung pada respons pasien, pengalaman operator, jenis lemak yang dimasukkan (lemak yang segar akan lebih lama bertahan dibandingkan dengan lemak yang dibekukan).4,7,15-17 Butterwick KJ, Bevin

AA, Iyer S melaporkan sepuluh pasien dengan autologous

fat transfer di kedua punggung telapak tangannya. Lemak

segar 10 cc pada tangan yang satu dan lemak beku 10 cc pada tangan yang lain kemudian dikontrol setelah 1, 3 dan 6 bulan dengan hasil lebih baik pada penyuntikan lemak segar.4

Hal yang perlu diperhatikan, prosedur lipoektraksi (pengambilan lemak donor) secara kasar dan terburu-buru dapat menyebabkan rusaknya sel-sel lemak yang akan mempengaruhi kesempatan hidup sel lemak tersebut. Tambahan lagi angka resorbsi lemak yang ditransfer tinggi sehingga dilakukan penyuntikan lemak donor dengan volume yang besar untuk memperoleh hasil yang maksimal.3, 9 Umumnya jumlah lemak donor yang disuntikkan sebesar

10-20 ml. Kebanyakan kasus terkoreksi sekitar 50% (lemak yang dapat tumbuh sekitar 50%)5 oleh karena itu untuk hasil

yang maksimal biasanya dibutuhkan pengulangan tindakan transfer lemak tersebut.5, 9, 16

Jason D. Meier, dkk. melakukan analisis prospektif pada 66 orang yang menjalani autologous fat transfer di area

midface. Jumlah rata-rata lemak autologous yang disuntikkan

ke setiap daerah midfacial adalah 10.1 ml. Rerata waktu

follow-up adalah 16 bulan. Secara keseluruhan, volume

augmentasi absolut yang diukur pada kunjungan terakhir

pasca operasi sebesar 3,3 mL (31,8%).16 Pengukuran hasil

transfer lemak pasca operasi dilakukan dengan kamera tiga dimensi.3,16 Pengukuran hasil transfer lemak autologous pada

kasus hanya bersifat subjektif dan berdasarkan gambaran klinis volume pipi. Pasien merasa puas dengan hasil yang terlihat pada kontrol 3 bulan dan 6 bulan setelah tindakan AFT.

Umumnya ahli bedah kulit memberikan antibiotik sistemik setelah tindakan tumescent-liposuction selama beberapa hari dan menghentikan penggunaan aspirin, atau NSAIDs untuk mengurangi kemungkinan infeksi dan perdarahan.9 Setelah tindakan transfer lemak pada kasus

diberikan sefadroksil 500 mg duakali sehari selama lima hari. Komplikasi yang timbul dapat berupa rasa nyeri, eritem, edema hematom serta infeksi.18 Komplikasi yang paling

sering terjadi berupa edema dan ekimosis selama 2-14 hari setelah tindakan.13 Pada kedua kasus tidak ditemukan

komplikasi yang berarti. KESIMPULAN

Transfer lemak atau microlipoinjection dari lemak

autologous adalah tindakan yang aman dan merupakan

metode yang efektif untuk mengoreksi kontur defek akibat proses penuaan, trauma, pembedahan serta beberapa kelainan atrofi. Lemak autologous merupakan bahan filler yang ideal untuk soft tissue augmentation karena cocok dengan tubuh, stabil , dapat bertahan lama, hasilnya tampak lebih alami, selalu tersedia dalam jumlah yang banyak, tidak mahal serta trauma yang minimal pada daerah donor. Oleh karena itu AFT telah dipertimbangkan untuk mengoreksi kontur wajah dan volume lemak yang hilang pada berbagai kasus. Defek pasca bedah dan lipodistrofi di wajah tindakan AFT memberikan hasil yang memuaskan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Shippert RD. Autologous Fat Transfer, Eleminating the Centrifuge, Decreasing Liposit Trauma and Estabilishing Standarization of Scantific Study. Am J Cosmetic Surg. 2006; 23: 21-7.

2. Aiache AE. Autologous Fat Transfer Gluteal Augmentation. Dalam Shiffman MA, penyunting. Autologous Fat Transfer Art, Science, and Clinical Practice. Baverly Hills: Springer; 2010.h. 297-300.

3. Pinski KS, HH Roeningk. Fat Transfer, in Dermatology Surgery Current techniques in Procedural Dermatology. Dalam: RK Roeningk, JL Ratz, HH Roeningk, penyunting. New York: Informa Healthcare USA Inc; 2007.h.797-804. 4. Butterwick KJ, Bevin AA, Iyer S. Fat transplantation using

(6)

fresh versus frozen fat: A side-by-side two-Hand Comparison Pilot Study. Dermatol Surg. 2006; 32: 640-44.

5. Pinski KS. Fat Transplantation and Autologous Collagen. Dalam: RS Narins, penyunting. Cosmetic Surgery. An Interdisciplinary Approach. New York: Marcel Dekker AG; 2001.h. 241-66.

6. Narins RS, JL Cohen, K Beer. Injectable Skin Fillers. Dalam: RK Roenigk, JL Ratz, HH Roenigk, penyunting. Roeningk’s Dermatology Surgery Current techniques in Procedural Dermatology. New York: Informa Healthcare USA Inc; 2007.p.705-15.

7. Julianto I. Autologous Lipoaugmentation, in Prosedur Lunch Time & Tekn ik Khu sus Bedah Kulit. Jakarta: KSB KI PERDOSKI; 2003.p. 1-10.

8. Hopkins JMJ. Filler Complication. J Am Acad Dermatol. 2010; 63: 703-5.

9. Narins RS and PH Bauman. Liposuction and Fat Transfer. Dalam: RK Roenigk, JL Ratz, HH Roenigk, penyunting. Roeningk’s Dermatology Surgery Current techniques in Procedural Dermatology. New York: Informa Healthcare USA Inc; 2007.p. 789-96.

10. Lavaoglu M, E Yavuz. Soft Tissue Augmentation with Autologous Fat Graft: The Dissected Pouch Technique. J

Cutan Aesthetic Surg. 2009; 29: 21-5.

11. Donoprio LM. Sofe Tissue Augmetation. Dalam: K. Wolff, et al. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicne. New York: McGraw Hill Medical; 2008.p.2380-87.

12. Donofrio LM. Structural Lipoaugmentation. Dalam: RS Narin, penyunting. Dermatology Surgery An Interdisciplinary Approach. Washington DC: Springer; 2001.p.221-40. 13. Donofrio LM. Augmentation with Autologous Fat. Dalam: J

Carruthers, A Carruthers, JS Dover, penyunting. Soft Tissue Augmentation. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2005. p. 55-75.

14. Batara RS. Surgical technique for Scar Revision. 2005:10-5. 15. Gutowski K. Fat Transfer/Fat Graft and Fat Injection ASPS

Guiding Principles. 2009:1-2

16. Meier JD, RA Gasgold, MJ Gasgold. Autologous Fat Grafting Long-term Evidence of Its Efficacy in Midfacial Rejuvination. Arch Facial Plast Surg. 2009; 11: 24-8.

17. Smith KC. Reversible versus nonreversible filler in facial aesthetics: Concerns and considerations. Dermatology Online Journal. 2008; 14:1-11.

18. Sherman RN. Avoiding dermal filler complications. Clin Dermatol. 2009; 27: 23-32.

Gambar

Gambar 1. Kunjungan awal
Gambar  3.  Kontrol  hari  ketiga  setelah  tindakan
Gambar  6.  Kunjungan  awal

Referensi

Dokumen terkait

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan survei statis dan dinamis, analisis biaya operasional kendaraan sopir dan pemilik kendaraan juga kemampuan (ATP) dan

Sumber Daya Manusia Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d merupakan Pegawai Negeri sipil yang mempunyai kualifikasi dan wewenang tertentu yang bertugas

pasien urtikaria kronis dan didapatkan hasil positif pada 16 pasien tersebut, namun pada 10 pasien tidak memenuhi kelengkapan evaluasi sampai minggu ke 8 setelah injeksi

Penelitian yang dilakukan oleh (Alvi, Muhamad I, dkk, 2019) studi kasus pada toko online instagram yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

sampah di Kabupaten Konawe, yaitu (a) komunikasi, dalam melaksanakan implemen- tasi kebijakan pengelolaan senantiasa terjadi interaksi antara pimpinan dan

Obat-obat antipsikotik atipikal seperti klozapin, olanzapin, quetiapin, risperidon menunjukkan penurunan potensi efek samping ekstrapiramidal, mengatasi gejala negatif

ternyata Tirza cukup aktif menggunakan salah satu fitur Instagram ini, saat ditanya seberapa seringkah ia menggunakan Instagram live ia mengaku sangat sering menggunakan live

Masalah dalam penelitian ini adalah persepsi siswa tentang variasi mengajar guru yang negatif dan belum efektifnya cara belajar siswayang diduga mempengaruhi hasil