• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI DESA LENTEA KECAMATAN KALEDUPA SELATAN KABUPATEN WAKATOBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFISIENSI USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI DESA LENTEA KECAMATAN KALEDUPA SELATAN KABUPATEN WAKATOBI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN

DI DESA LENTEA KECAMATAN KALEDUPA SELATAN

KABUPATEN WAKATOBI

The Efficiency Of Salt Fish Processing In Lentea Village Of South Kaledupa District Wakatobi

1)

Hawiani, 2)Budiyanto, dan 3)Roslindah Daeng Siang

Jurusan/Program Studi Agribisnis Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Kampus Hijau Tridarma Anduonohu Kendari 93232

E-mail : 1)hawianikaledupa@yahoo.com, 2)gadhangku@gmail.com, 3)roslindasiang@gmail.com ABSTRAK

Usaha pengolahan ikan asin memiliki tujuan memaksimumkan keuntungan yang berkaitan erat dengan efisiensi dalam berproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan efisiensi penggunaan input produksi pada usaha pengolahan ikan asin. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lentea Kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi dimana data yang diambil yaitu bahan baku ikan segar, garam dan tenaga kerja. Responden sebanyak 30 pelaku usaha pengolahan ikan asin ditentukan dengan metode sensus. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi non linear berganda dan efisiensi alokatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan baku ikan segar berpengaruh nyata positif terhadap hasil produksi pengolahan ikan asin. Selain itu, garam dan tenaga kerja juga berpengaruh nyata tetapi bersifat negatif terhadap hasil produksi ikan asin. Berdasarkan nilai efisiensi, diketahui bahwa bahan baku ikan segar belum efisien sehingga untuk menghasilkan sejumlah output ikan asin maka input bahan baku ikan segar perlu dilakukan penambahan

input tersebut, sedangkan garam dan tenaga kerja tidak efisien, sehingga untuk menghasilkan jumlah output yang sama perlu mengurangi input garam dan tenaga kerja.

Kata Kunci : Efisiensi, ikan asin, input produksi

ABTRACT

The salt fish processing business has the objective of maximizing the advantages that are closely related to the efficiency in production.The aim of study was to know some factors effecting salt fish production and efficiency of production input used for salt fish processing business. The study was conducted in Lentea Village of South Kaledupa Districh Wakatobi, where the captured data is the raw material of fresh fish, salt and labor. There were 30 respondents has been taken using census method. The analytical tool used in this research is non linear multiple regression analysis and allocative efficiency. The result of study showed that fresh fish raw material significantly and positive affect salt fish processing productions, while salt and labour also significantly affect salt fish processing production, but negative correlation. Based on efficiency value, fresh fish raw material was not efficient yet so to producing some amount of salt fish that raw material inputs need to add some of these inputs, while salt and labour was not efficient, so produce some amount of similar output need to reduce inputs of salt and labour.

Keywords: Efficiency, salt fish, production input

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic country) memiliki sumber daya perikanan dan kelautan yang

melimpah. Lebih dari 70% wilayah Indonesia merupakan laut dengan keanekaragaman yang tinggi. Laut inilah yang menghubungkan lebih dari 17.000 daratan pulau-pulau besar dan kecil.

(2)

Hawiani, et al. – Efisiensi Usaha Pengolahan Ikan Asin…

Potensi lestari ikan laut nasional sekitar 6,4 juta ton per tahun (Mulyadi, 2005). Sektor perikanan sebagai salah satu pendukung sektor ekonomi memiliki peran dalam pembangunan ekonomi nasional, yaitu memberikan nilai tambah dan mempunyai nilai strategis, serta dapat memberikan manfaat finansial maupun ekonomi, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja. Sejauh ini, pembangunan perikanan yang dilakukan telah menunjukkan hasil yang nyata dan positif terhadap pembangunan nasional. Hal ini terlihat dari sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor perikanan terhadap PDB Nasional yang terus meningkat. Kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDB Nasional mencapai sekitar 12,4%. Bahkan industri perikanan menyerap lebih dari 16 juta tenaga kerja secara langsung (Dahuri, 2004).

Data Perikanan dan Kelautan dalam Angka (2014) menunjukkan bahwa konsumsi ikan perkapita nasional mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sampai dengan Tahun 2013, konsumsi ikan perkapita nasional terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, setidaknya dalam lima tahun terakhir dari Tahun 2009-2013 dengan rata-rata peningkatan sebesar 4,90%. Karena itu Indonesia dapat dikatakan negara yang kaya akan sumber protein hewani, khususnya yang berasal dari ikan. Namun demikian, jumlah konsumsi ikan di Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan Malaysia. Menurut hasil perhitungan, angka konsumsi ikan di Indonesia yaitu 30,47 kg/kapita/tahun sedangkan Malaysia 45 kg/kapita/tahun (Milo, 2013).

Kabupaten Wakatobi adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Wangi-Wangi. Kabupaten ini terletak diantara 50-60 25’ LS dan 1230 34’-1240 1’4’’ BT. Wilayah Kabupaten Wakatobi disebelah Utara berbatasan dengan Laut Banda, disebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores, Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Flores, dan sebelah Barat berbatasan dengan Laut Banda. Kabupaten Wakatobi memiliki luas wilayah daratan seluas 823km2 dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas 18.377,31km2.

Desa Lentea merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian memanfaatkan sumber daya laut yang ada sebagai sumber pendapa-tan atau mata pencahariannya yaitu sebagai nelayan tradisional dan petani budidaya rumput laut. Salah satu ke-giatan usaha yang dilakukan oleh masyarakat nelayan untuk menanggula-ngi kemerosotan harga akibat pembusu-kan ipembusu-kan yaitu dengan melakupembusu-kan kegiatan usaha pengelolaan ikan secara tradisional khususnya kegiatan penge-ringan dan penggaraman ikan atau kegiatan pengolahan ikan asin yang dilakukan oleh ibu rumah tanggah nelayan.

Tujuan kegiatan usaha pengolahan ikan asin adalah memaksimumkan keuntung-an. Perolehan keuntungan maksimum berkaitan erat dengan efisiensi dalam berproduksi. Proses produksi tidak efisien dapat disebabkan oleh dua hal berikut. Pertama, karena secara teknis tidak efektif. Ini terjadi karena ketidakberhasilan mewujudkan produk-tivitas maksimal. Kedua, secara alokatif tidak efisien karena pada tingkat harga

(3)

-harga masukan (input) dan keluaran (output) tertentu, proporsi penggunaan masukan tidak optimum, ini terjadi karena produk penerimaan marjinal (marginal revenue product) tidak sama dengan biaya marjinal (marginal cost)

masukan (input) yang digunakan. Dalam proses produksi ikan asin,

produsen menggunakan beberapa input diantaranya bahan baku ikan segar, garam dan tenaga kerja. Setiap usaha atau proses produksi biasanya mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara mengoptimalkan penggunaan input

produksi. Optimalisasi penggunaan input dapat dicapai ketika usaha atau proses produksi pada kondisi yang efisien. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan baku ikan segar, garam dan tenaga kerja terhadap produksi ikan asin dan efisiensi pada usaha pengolahan ikan asin di Desa Lentea Kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Agustus 2016 di Desa Lentea Kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi.

Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh pengusaha ikan asin yang berjumlah 30 orang. Metode yang digunakan dalam penarikan sampel adalah sampling jenuh atau sensus, sehingga peneliti mengambil jumlah sampel sama dengan jumlah populasi.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari : (1) produksi, (2) ikan segar, (3) garam, (4) tenaga kerja.

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.

Analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu:

Y = β0 X1b1, X2b2, X3b3, e ... (1)

Keterangan :

Y : Produksi ikan asin (Kg/bulan) b0 : Konstanta

X1 : Ikan segar (Kg/bulan)

X2 : Garam (Liter/bulan)

X3 : Tenaga kerja (HOK/bulan)

e : Error term

Alat analisis yang digunakan untuk mengatahui efisiensi penggunaan input secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

NPMx = Px ... (2)

Keterangan :

NPM : Nilai Produk Marginal Px : Harga input

NPM/Px = 1 secara ekonomis penggunaan faktor produksi efisien – pertahankan penggunaan input.

NPM/Px < 1 secara ekonomis penggunaan faktor produksi tidak efisien – kurangi peng-gunaan input.

NPM/Px > 1 secara ekonomis penggunaan faktor produksi belum efisien – tambahkan penggunaan input tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Ikan Asin

Faktor–faktor yang mempengaruhi hasil produksi (output) dari pengolahan ikan asin di Desa Lentea yang dikaji dalam penelitian ini yaitu ikan segar, garam dan tenaga kerja (HOK). Penggunaan input

(4)

Hawiani, et al. – Efisiensi Usaha Pengolahan Ikan Asin…

(x) dan produksi (y) yang dihasilkan perbulan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rata-rata input dan produksi/bulan Input dan Produksi Rata-rata/bulan Ikan segar (x1)

Garam (x2)

93 kg 25 liter Tenaga kerja (x3) 28 hok

Produksi (y) 46 kg

Sumber : Data primer setelah diolah, 2016

Tabel 1 menunjukkan bahwa dalam melakukan proses kegiatan pengolahan ikan asin penggunaan input produksi rata-rata perbulan yaitu ikan segar 93 kg/bulan, garam 25 liter/bulan dan tenaga kerja 28 HOK/bulan. Sedangkan produksi yang dihasilkan rata-rata 46 kg. Hasil analisis regresi non linear berganda dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2 Hasil analisis regresi berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients B 1 (Constant) -.633 .000 X1 1.012 .000 X2 -.012 .011 X3 -.014 .034

R2 = 1,000 Ket: Nyata pada α 0,1 FSig = 0,000

Sumber : Data primer setelah Diolah, 2016

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dilakukan analisis model Cobb Douglas. Berdasarkan hasil analisis data maka diperoleh persamaan regresi non linear berganda yaitu sebagai berikut: Y=-0,633 b0 X11,012 X2 -0,012 X3 -0,014e (3)

Selanjutnya untuk persamaan regresi non linear berganda diubah dalam bentuk regresi linear, sehingga persamaannya menjadi :

Y=0,531 b0 +1,012 X1 + -0,012 X2 –

0,014 X3 + e ………….(4)

Keterangan:

Y : Produksi Ikan Asin (kg/bulan) b0 : Konstanta b1-b3 :

X1 : Ikan Segar (kg/bulan)

X2 : Garam (Liter/bulan)

X3 : Tenaga Kerja (HOK)

e : Standar error

Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa nilai R2 yaitu sebesar 1,000 atau sama dengan 1 sehingga model tersebut tepat untuk digunakan (goodness of fit). Berdasarkan nilai R2 itu pula dapat dikatakan bahwa 100% variasi produksi ikan asin (Y) di Desa Lentea, dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas (Xi) yang digunakan dalam model yaitu ikan segar (X1), garam (X2) dan tenaga

kerja (X3).

Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel ikan segar, garam dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 90%, ini berarti H0 adalah ditolak atau H1

diterima.

Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan bahwa secara parsial ikan segar, garam dan tenaga kerja berpengaruh terhadap hasil produksi ikan asin di Desa Lentea pada tingkat kepercayaan 90%.

Pengaruh Bahan Baku Ikan Segar (X1) Terhadap Produksi Ikan Asin Penelitian ini diketahui bahwa ikan segar (X1) signifikan terhadap produksi ikan

asin di Desa Lentea. Pada tingkat kepercayaan 90% nilai signifikan α (0,000 < 0,1), yang artinya variabel ikan segar berpengaruh nyata terhadap produksi ikan asin di Desa Lentea. Nilai koefisien regresi ikan segar (kg) adalah 1,012, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan bahan baku

(5)

sebesar 1% dengan input-input lainnya dianggap konstan, maka produksi rata-rata usaha pengolahan ikan asin akan meningkat sebesar 1,012%.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Mutiara (2010), bahwa bahan baku mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi, karena apabila bahan baku sulit didapatkan maka produsen akan menunda proses produksi. Berdasarkan hasil analisi uji t, ternyata produksi secara nyata oleh ikan segar, ini berarti hipotesis H0 adalah

ditolak dan hipoteis H1 diterima.

Pengaruh Garam (X2) Terhadap Produksi Ikan Asin

Dari penelitian ini diketahui bahwa garam berpengaruh signifikan terhadap produksi ikan asin di Desa Lentea pada tingkat kepercayaan 90% nilai signifikan α (0,011 < 0,1), yang artinya variabel garam berpengaruh nyata terhadap produksi ikan asin. Akan tetapi variabel garam memberikan pengaruh negatif terhadap hasil produksi. Nilai koefisien regresi garam (liter) adalah -0,012, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan garam sebesar 1% dengan input-input lainnya dianggap konstan maka rata-rata produksi ikan asin akan menurunkan sebesar 0,012%. Garam berpengaruh nyata terhadap hasil produksi ikan asin di Desa Lentea tetapi bersifat negatif. Hal ini disebabkan oleh data empiris dilapangan yang menunjukkan bahwa preferensi konsu-men terhadap ikan asin tidak semua berasa/bersifat asin saja, tapi juga ada menghendaki dengan yang tawar, sehingga penggunaan garam berpenga-ruh negatif signifikan terhadap produksi ikan asin. Dengan demikian penggunaan

input garam dalam proses produksi ikan

asin dapat diatur sesuai dengan pesanan selera konsumen.

Menurut Sukirno (2000), garam merupakan faktor penting yang digunakan dalam proses produksi ikan asin. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Mubyarto (1989), bahwa garam mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan berhasil tidaknya suatu usaha produksi ikan asin dan juga sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa penambahan garam berbanding lurus dengan peningkatan produksi (Budianto, 2000). Berdasarkan hasil analisis uji t, ternyata produksi dipengaruhi secara nyata oleh garam, ini berarti hipotesis H0 adalah

ditolak dan H1 diterima.

Pengaruh Tenaga Kerja (X3) Terhadap Produksi Ikan Asin

Dari penelitian ini diketahui bahwa tenaga kerja (X3) atau jumlah jam yang

digunakan oleh para pengusaha ikan asin dalam melakukan proses produksi ber-pengaruh signifikan terhadap produksi ikan asin di Desa Lentea. Pada tingkat kepercayaan 90% nilai signifikan α (0,034 < 0,1), yang artinya variabel tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi. Akan tetapi variabel tenaga kerja memberikan pengaruh negatif terhadap hasil produksi. Nilai koefisien regresi hari kerja (HOK) adalah -0,014, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa setiap penambahan tenaga kerja sebesar 1% dengan input-input lainnya dianggap konstan, maka produksi rata-rata usaha pengolahan ikan asin akan menurunkan produksi sebesar 0,014%.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (1998), bahwa perubahan

output akibat perubahan jumlah salah

satu input akan mengikuti hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (The Law of Deminishing Return) yang artinya setelah melewati suatu tingkat tertentu, peningkatan itu akan makin berkurang dan akhirnya mencapai titik

(6)

Hawiani, et al. – Efisiensi Usaha Pengolahan Ikan Asin…

negatif. Hal tersebut berarti bahwa semakin banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses kegiatan pengolahan ikan asin maka akan terjadi penurunan produksi ikan asin di Desa Lentea.

Menurut Sukirno (2000) tenaga kerja merupakan individu yang menawarkan keterampilan dan kemampuan dengan tujuan untuk menghasilkan barang-barang yang diproduksi.

Berdasarkan hasil analisis uji t, ternyata produksi dipengaruhi secara nyata oleh hari kerja (HOK), hal ini berarti hipotesis H0 adalah ditolak dan hipotesis

H1 diterima.

Produksi Ikan Asin (Y)

Produksi merupakan hasil dari kegiatan pengolahan ikan yang dihitung berdasarkan banyaknya jumlah ikan yang diolah dalam satuan kilogram. Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi satu atau lebih output (produk). Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output (Sutanto & Imaningati, 2014).

Berdasarkan estimasi model pada persamaan 4, nilai konstanta (intersep) yaitu sebesar 0,531 diinterpretasikan bahwa jumlah produksi usaha pengolahan ikan asin akan meningkatkan sebesar 0,531% jika variabel-variabel

input produksi dikeluarkan dari model

atau variabel-variabel input sama dengan nol.

Nilai Efisiensi

Efisiensi usaha penggunaan input

produksi ikan asin yaitu ikan segar (X1), garam (X2) dan tenaga kerja (X3), dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Efisiensi penggunaan input produksi ikan asin di Desa Lentea

No. Jenis Input Koefisien (bi) Efisiensi 1 Ikan Segar 1,012 2,01 2 Garam (0,012) (216,57) 3 Tenaga Kerja (0,014) (0,02) Sumber : Data primer setelah diolah, 2016

Berdasarkan hasil analisis data efisiensi pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa faktor produksi ikan segar memiliki nilai perbandingan rasio NPM dengan Px sebesar 2,01, nilai dapat diartikan bahwa pada harga yang berlaku, secara ekonomis penggunaan faktor produksi ikan segar kurang dari kondisi optimum atau belum efisien sehingga perlu me-nambahkan penggunaan input ikan segar untuk mencapai kondisi yang efisien. Hernanto (1996), mengungkap-kan bahwa efisiensi merupakan penekanan sumber-sumber yang diguna-kan untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Berdasarkan kriteria efisien yaitu nilai rasio NPM dengan Px harus sama dengan satu, sehingga penggunaan bahan baku harus ditambahkan dalam proses produksi ikan asin di Desa Lentea. Nicholson (1995), menyatakan bahwa penggunaan faktor produksi yang efisien jika nilai produk marginal dibagi dengan harga input sama dengan satu (1), sehingga tidak perlu menambah atau mengurangi penggunaan input produksi, sedangkan jika nilai efisiensi >1 berarti belum efisien sehingga perlu menambah penggunaan faktor produksi.

Berdasarkan hasil analisis data efisiensi yang dilakukan seperti terlihat pada Tabel 3, menunjukkan bahwa garam memiliki nilai efisiensi sebesar -216,75 atau < 1 hal ini berarti secara ekonomis penggunaan faktor produksi garam pada usaha pengolahan ikan asin di Desa

(7)

Lentea tidak efisien sehingga perlu mengurangi penggunaan garam untuk mencapai kondisi yang efisien.

Hasil perhitungan efisiensi harga untuk NPM faktor produksi tenaga kerja pada Tabel 3, menunjukkan nilai efisiensi sebesar –0,02. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi tenaga kerja ternyata tidak efisien secara harga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Khazanani & Nugroho (2001), bahwa apabila nilai efisiensi penggunaan input produksi kurang dari 1 berarti input produksi tersebut tidak efisien, sehingga perlu dikurangi.

Perlu dilakukkan dengan mengurangi jumlah jam kerja (HOK) agar lebih efisien. Hal ini yang menyebabkan tidak efisiensinya penggunaan faktor produksi tenaga kerja karena tidak fokusnya dalam melaksanakan pekerjaan. Sehing-ga akan menSehing-gakibatkan penurunan produksi. Sesuai pernyataan Herlambang (2001), bahwa hukum kenaikan hasil yang berkurang merupakan kaidah yang menunjukkan pola yang berlaku bagi perubahan marjinal product (MP) dari suatu faktor produksi.

SIMPULAN

Simpulan dalam penelitian ini yaitu : 1. Secara simultan faktor produksi ikan

segar, garam dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi, sedangkan secara parsial ikan segar, garam dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi.

2. Dalam usaha pengolahan ikan asin, penggunaan input ikan segar belum efisien dan penggunaan input garam dan tenaga kerja tidak efisien terhadap produksi ikan asin.

DAFTAR PUSTAKA

Budianto. 2000. Kebutuhan Informasi

dan Perilaku Pencarian

Informasi Peneliti Bidang Sosial dan Kemanusiaan di Lembaga Ilmu. Bayu Media. Malang.

Dahuri R. 2004. Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan. LISPI.

Jakarta.

Herlambang T. 2001. Ekonomi Makro:

Teori Analisis dan Kebijakan.

Gramedia. Jakarta.

Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. PT Penebar Swadaya Anggota IKAPI. Jakarta.

Kartasapoetra A.G. 1998. Pengantar

Ekonomi Produksi Pertanian.

Bina Aksara. Jakarta

Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Kelautan dan Perikanan

dalam Angka 2014. Kementerian

Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Milo M.S. 2013. Perikanan dan

Kandungan Gizi dalam Ikan.

Skripsi. Universitas Atma Jaya

Yogyakarta. Yogyakarta.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi

Pertanian. LP2ES. Jakarta.

Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Cetakan Ketujuh. UPP AMP YKPN. Yogyakrta.

Mutiara A. 2010. Analisis Bahan Baku, Bahan Bakar dan Tenaga Kerja Terhadap Produksi Tempe di Kota Semarang (Studi Kasus Kelurahan Krobokan). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Dipenogoro. Semarang.

Nicholson W. 1995. Teori Ekonomi

Mikro. Prinsip Dasar dan

Pengembangannya. PT Radja

Grafindo. Jakarta.

Sukirno S. 2000. Pengantar Teori Mikro

Ekonomi. Raja Grafindo. Jakarta.

Sutanto H.A & Imaningati S. 2014. Tingkat Efisiensi Produksi Dan Pendapatan Pada Usaha

(8)

Hawiani, et al. – Efisiensi Usaha Pengolahan Ikan Asin…

Pengolahan Ikan Asin Skala Kecil. Journal of Economics and

Referensi

Dokumen terkait

Komunitas miskin di perkotaan ini timbul dengan karakteristik yang khas dari individu-individu di dalam komunitas miskin tersebut yang diduga berhubungan dengan

Beda potensial air antara tanah dan atmosfir pada frekuensi irigasi setiap hari lebih besar dari pada frekuensi irigasi 6 hari sekali, sehingga evapotranspirasinya juga lebih

Metode Hopfield modifikasi merupakan pengembangan metode Hopfield dengan menambahkan integrator metode Euler dan fungsi sigmoid unilopar serta mengasumsikan bahwa

[r]

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi minyak jarak dan pemanfa’atannya sebagai sumber minyak serta sumber bahan bakar

Mansyur Medan harus terus meningkatkan kualitas Produk, Mempertahankan Fasilitas Rumah Makan, dan memberikan jenis pendekatan kepada Pelanggan, baik dengan interaksi

13 Saya malas mengerjakan PR terutama pelajaran matematika, karena sulit 14 Saya senang saat guru memberikan PR karena bisa membuat saya pandai 15 Saya tidak suka saat diberi

Dalam perhitungan budgeting sebuah produksi, seorang produser (dalam perannya sebagai production manager) maka perlu memperhatikan berapa lama syuting akan