• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUPERVISI KLINIS DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MADRASAH ALIYAH AL-HAMIDIYAH DI SEN-ASEN KONANG BANGKALAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUPERVISI KLINIS DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MADRASAH ALIYAH AL-HAMIDIYAH DI SEN-ASEN KONANG BANGKALAN"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

SUPERVISI KLINIS DALAM RANGKA MENINGKATKAN KINERJA GURU DI MADRASAH ALIYAH AL-HAMIDIYAH DI SEN-ASEN KONANG

BANGKALAN

Abdul Rasid

Madrasah Aliyah Al-Hamidiyah Sen-Asen Konang Bangkalan

Abstrak; Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses menejemen kepemimpinan kepala Madrasah Aliyah Al-Hamidiyah, dalam meningkatkan Kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui program supervisi klinis. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan respon guru terhadap kegiatan yang dilakukan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan Penelitian Tindakan kelas (PTK) model Kemmis yang terdiri dari atas empat langkah, yakni: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, dan langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksnaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini guru-guru Madrasah Aliyah Al-Hamidiyah. yang berjumlah 25 orang, yang terdiri atas: 16 orang guru laki-laki, 9 orang guru perempuan. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran selama dua bulan mulai dari bulan Nopember sampai bulan Desember tahun 2013. Dari hasil penilitian dapat di simpulkan bahawa terjadi peningkatan kesiapan guru dalam program supervisi klinik di madrasah Aliyah Al-Hamidiyah Sen-asen Konang Bangkalan. Di samping itu juga, terjadi peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui pembinaan berupa class visit/wais activity di madrasah Aliyah Al-Hamidiyah dari siklus I ke siklus II dan mencapai target minimal yang telah ditetapkan yakni 94,16%, artinya 94,16% guru telah efektif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada masing-masing aspek. Guru madrasah Aliyah Al-Hamidiyah memberikan respon sangat positif terhadap peningkatan kegiatan pembelajaran melalui program supervisi klinik.

Kata kunci: Supervisi Klinis, Kinerja guru.

PENDAHULUAN

Faktor yang meyebabkan guru madrasah belum mampu

melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan tepat karena tingkat kinerja melaksanakan kegiatan pembelajaran belum optimal, bahkan ada guru yang hanya asal datang dan mengajar (astajar) saja. Peningkatan kinerja dalam

(2)

rangka melaksanakan kegiatan pembelajaran sangat penting, karena proses kegiatan pembelajaran yang baik berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Upaya mengatasi hal tersebut perlu di lakukan dengan melakukan peningkatan kinerja guru dalam dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui program supervisi klinik. Oleh karena itu diperlukan bentuk supervisi yang baik, bukan mengarah kepada bentuk inspeksi yang dilakukan oleh orang yang merasa serba tahu superior kepada orang yang dianggap belum tahu sama sekali inferior, tetapi supervisi yang merupakan bentuk pembinaan (Ekosusilo, 2003 :3).

Supervisi pendidikan adalah suatu pembinaan dalam rangka peningkatan kemampuan pengelola pendidikan, baik guru, kepala sekolah, serta tenaga kependidikan lainnya”. (Depdikbud, 1993 : 199). Dalam hal ini supevisi adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka membrikan suatu pembinaan dan pengarahan agar proses pendidikan yang dilakukan berjalan dengan baik dan proses pembelajaran sesuai dengan yang dinginkan. Dalam pelaksanaan supervisi, dikenal beberapa model supervisi, yakni: a) model konvensional, b) model ilmiah, c) model klinis, dan d) model artistik.

Supervisi klinis merupakan bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. (Willem dalam Sahertian, 2003 : 36). Sergiovanni (1979) menyatakan bahwa pembinaan guru dengan pendekatan klinik adalah suatu pertemuan tatap muka antara pembina dengan guru, membahas tentang hal mengajar di dalam kelas guna perbaikan pengajaran dan pengembangan profesi.

Dalam pelaksanaan Supervisi, Supervisor hendaknya dapat memilih teknik supervisi yang tepat, sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Menurut Pidarta (1992:87) teknik supervisi meliputi:

1. Teknik supervisi yang berhubungan dengan kelas; yaitu: a) teknik supervisi observasi kelas, dan b) teknik supervisi kunjungan kelas. Tujuan dari observasi kelas ialah ingin memperoleh data tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam proses belajar mengajar. Melalui data tersebut, supervisor dapat melakukan pembinaan terhadap guru yang diobservasi. Pada teknik kunjungan kelas dalam supervisi, supervisor mengadakan observasi dalam satu pertemuan yang terdiri dari satu sampai tiga jam. Waktu observasi tersebut berguna untuk mengamati secara lengkap segala sesuatu yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Tujuan yang diinginkan oleh teknik kunjungan kelas adalah: (1) membantu guru yang belum berpengalaman, (2) membantu guru yang telah berpengalaman

(3)

tentang kekeliruan yang dia lakukan, (3) membantu guru pindahan yang belum jelas tentang situasi dan kondisi kelas yang dikerjakan, (4) membantu melaksanakan proyek pendidikan, (5) mengamati perilaku guru pengganti, (6) mendengarkan nara sumber mengajar, (7) mengamati tim pengajar melaksanakan tugasnya pada siswa dalam kelompok kecil/kelompok besar, (8) mengamati cara mengajar bidang studi yang istimewa, (9) membantu menilai pemakaian media pendidikan (Pidarta, 1992).

2. Teknik supervisi klinis; Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bentujuan mengadakan perubahan dengan cara yang rasional. Supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan antara tingkah laku rnengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal.

Supervisi berdasarkan pengalaman di lapangan dalam menangani obyek-obyek yang beragam kemudian dianalisis terlebih dahulu sebelum menentukan pendekatan dan metode yang akan dipakai agar pekerjaan itu berhasil. Pengamatan yang dilakukan oleh supervisor harus mendalam dan holistik untuk menemukan karakteristik yang disupervisi.

3. Teknik Supervisi Individual yaitu: a) teknik supervisi perkembangan, b) teknik supervisi direncanakan bersama, c) teknik supervisi sebaya, d) teknik supervisi memanfaatkan siswa, e) teknik supervisi dengan alat-alat elektronik dan f) teknik supervisi dengan pertemuan informal.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti, sebagai dasar untuk usaha merubah perilaku mengajar guru. Pada posisi demikian, peneliti ingin melakukan pengkajian lebih mendalam tentang kepemimpinan kepala madrasah dan tugas supervisi klinis yang dilakukan oleh kepala madrasah, pengaruhnya terhadap kinerja para guru.

Tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan penerapan program supervisi klinik dan pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja guru Madrasah Aliyah Al-Hamidiyah Sen-asen Konang Bangkalan

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan Penelitian Tindakan kelas (PTK) model Kemmis yang terdiri dari atas empat langkah, yakni: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi (Wardhani, 2007:

(4)

45). Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, dan langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksnaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini guru-guru Madrasah Aliyah Al-Hamidiyah. yang berjumlah 25 orang, yang terdiri atas: 16 orang guru laki-laki, 9 orang guru perempuan. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

Penelitian dilakukan pada guru Madrasah Aliyah Al-Hamidiyah Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai dari bulan Nopember sampai bulan Desember tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dan masing-masing siklus terdiri atas: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

KAJIAN PUSTAKA

Tinjauan Tentang Manajemen Kepala Madrasah

Aboebakar (2005: 130) mengatakan manajemen kepemimpinan kepala madrasah bertujuan untuk mmberikan nilai tambah, terutama yang berhubungan dengan meningkatnya kinerja guru dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang bersangkutan.

Oleh karena itu, untuk meminimalisir lemahnya kinerja guru, peran dan posisi kepala madrasah menjadi sangat penting untuk mewujudkan tercapainya tujuan madrasah. Karena itu pula, kepala madrasah dituntut memiliki jiwa kepemimpinan untuk mengatur semua aktifitas madrasah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Dalam arti, kepala madrasah tidak saja mengatur para guru dan karyawan melainkan juga hubungan madrasah dengan orang tua murid, masyarakat dan instansi terkait guna terwujudnya tujuan lembaga. Kepala madrasah merupakan figur seorang pemimpin, seorang inovator dan seorang dinamisator. Maka kualitas kepemimpinan kepala adrasah cukup signifikan dalam menentukan keberhasilan madrasah. Karenanya dapat

dikatakan bahwa aspek yang penting dari kepala madrasah adalah kepemimpinan, sebab kepala madrasah dapat mempengaruhi lembaga dan orang lain untuk mencapai tujuan atau melakukan perubahan-perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini berarti kompetensi kemanusiaan (human competencies) yang dimiliki oleh kepala madrasah menjadi taruhan mutu kepemimpinannya.

Faktor kepemimpinan merupakan hal yang cukup dominan dalam menentukan keberhasilan lembaga. Dan sebagaimana telah peneliti kemukakan di atas, persoalan kepemimpinan dalam penelitian ini akan

(5)

difokuskan pada persoalan tugas pokok dan fungsi dari kepala Madrasah Aliyah. Pada persoalan ini, walaupun dari sisi tugas pokok dan fungsi sama antara Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan Madrasah Aliyah, namun dalam faktor aplikasinya dapat saja mengalami perbedaan-perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini dapat diakibatkan oleh gaya kepemimpinan, faktor kultural madrasah, dan hal-hal lain. Hal ini bisa terjadi, mengingat faktor kepribadian pemimpin, atau bisa juga karena keinginan pemimpin dalam kerangka menyesuaikan diri dengan bawahan, sehingga muncul keselarasan antara pimpinan dengan bawahan, atau dalam hal ini antara kepala madrasah dengan para guru, karyawan dan seluruh peserta didiknya.

Ini dilakukan untuk mencapai suasana kerja madrasah yang kondusif. Jika suasana madrasah kondusif, maka akan mudah mencapai semua program madrasah yang telah menjadi komitmen bersama. Realisasi program madrasah yang tercapai dengan baik akan mengarah pada perkembangan madrasah dan menjadikan madrasah yang efektif.

Selain persoalan kepemimpinan yang merupakan tugas umum, disisi lain terdapat tugas kepala madrasah untuk melakukan supervisi. Hal ini harus dilakukan sebagai bentuk pemberian bantuan dan layanan kepada para guru, karena tujuan supervisi adalah untuk memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas, yang pada gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa (Sahertian, 2000 : 19).

Upaya peningkatan mutu pendidikan di Madrasah Aliyah, dapat dicapai manakala proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, berdayaguna dan berhasilguna. Hal ini bisa terlaksana apabila dalam prosess pembelajaran ditunjang dengan peningkatan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, sebab guru memiliki peranan langsung dalam pengelolaan pembelajaran secara menyeluruh. Karenanya dapat dikatakan bahwa keberhasilan upaya peningkatan mutu pendidikan banyak ditentukan oleh kemampuan yang ada pada guru dalam mengemban tugas pokok sehari-hari yakni mengelola kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sejalan dengan hal tersebut Ekosusilo (2003) mengemukakan bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan harus didukung oleh kehadiran guru yang

berkualitas, berdedikasi, berintegritas dan disiplin tinggi. Oleh karena itu diperlukan kepala madrasah yang mempunyai kemampuan manajerial yang memadai. Kepala madrasah harus mampu menciptakan iklim kerja yang menggairahkan, sehingga para guru termotivasi untuk maju dan berkembang. Hubungan antar guru, antar karyawan, juga harus diciptakan. Kepalasekolah harus melaksanakan fungsinya sebagai pimpinan sekolah

(6)

dalam meningkatkan dan memperbaiki proses belajar mengajar dengan melakukan supervisi.

Tegasnya kepemimpinan kepala madrasah merupakan sebuah implikasi dari sebuah menejemen yang dapat diartikan sebagai tindakan untuk mencapai tujuan melalui kerjasama dengan orang lain.

Kepemimpinan itu situasional, artinya suatu tipe kepemimpinan dapat efektif untuk situasi tertentu dan kurang efektif untuk situasi yang lain. Sebagai contoh, dalam situasi perang tipe kepemimpinan otoriter mungkin efektif, agar semua terkendali. Dengan demikian, seorang pemimpin harus dapat memahami situasi yang terjadi di sekolah, sehingga dapat menerapkan tipe kepemimpinan yang efektif.

Supervisi Klinik dan Penerapannya

Supervisi memiliki pemahaman yang luas (Purwanto, 2004: 76). Menurut Purwanto menjelaskan bahwa supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, serta bimbingan dalam usaha pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode pembelajaran yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran dan sebagainya (2004:76). Pemahaman umum bahwa peranan utama dari supervisi adalah ditujukan kepada perbaikan pengajaran. Franseth Jane dalam Piet A. Sahertian, berkeyakinan bahwa supervisi akan dapat memberi bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacam-macam cara sehingga kwalitas kehidupan akan diperbaiki olehnya. Ayer, Frend E, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program pengajaran yang ada dengan sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia supervisi berarti pengawasan utama, pengontrolan tertinggi, penyeliaan (2002:1107). Sedangkan klinis memiliki arti bersangkutan atau berdasarkan pengamatan klinik (575). Sedangkan supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar mengajar, dan langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau kekurangan tersebut (Purwanto, 2004:90)

(7)

Senada dengan hal tersebut John J Bolla menyatakan supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap penampilan pembelajaran guru dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran (John Bolla dalam Mukhtar dan Iskandar, 2009:60). Purwanto juga menjelaskan bahwa Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis sebagai berikut:

“Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional”

Adapun Keith Anderson dan Meredith D. Gall mengemukakan bahwa supervisi klinis adalah proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian atau kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Secara teknik mereka mengatakan bahwa supervisi klinis adalah suatu model supervisi yang terdiri atas tiga fase, yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas, dan pertemuan balik. Supervisi klinis adalah supervisi yang terfokus pada penampilan guru secara nyata di kelas, termasuk pula guru sebagai peserta atau partisipan aktif dalam proses supervisi tersebut (Mukhtar dan Iskandar, 2009:61)

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut .

Ada tiga tahapan yeng berhubungan dengan penerapan manejemen Supervisi klinik sebagaimana berikut :

a. Previvious Activit : Sebelum guru melaksanakan kegiatan pembelajaran kepala madrasah secara rasional melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui kesiapan mental dan fisik.

b. wais activity/class visit : Kepala Madrasah secara kharismatik menunggui, dan memperhatikan guru secara langsung di dalam kelas pada saat guru melaksanakan kegiatan pembelajaran.

c. Obesrvasi Klinik : Kegiatan ini dilakukan oleh kepala madrasah kepada para guru yang sudah di supervisi dengan tujuan untuk sharing, memberikan pengarahan dengan menyampaikan kelebihan dan kekurangan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

(8)

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Dan Pembahasan Deskripsi Kondisi Awal

Sebagian guru ditemukan kurang paham semua aspek yang berhubungan dengan kinirjanya sebagai seorang pendidik terutama dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kesalahan umum yang tampak adalah guru belum mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Dengan kondisi awal seperti ini perlu adanya tindakan nyata dari kepala madrasah yang diharapkan mampu meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, yakni berupa program supervisi klinik.

Deskripsi Siklus I (Pertama) Perencanaan

Perencanaan terdiri atas: (1) melaporkan kegiatan penelitian kepada Ketua Yayasan, (2) berkoordinasi dengan para wakil kepala madrasah, (3) Kepala madrasah memberikan pengarahan tentang program supervisi klinik dalam kegiatan pembelajaran, (4) mengelompokkan guru berdasarkan mata pelajaran, (5) menelaah konsep kegiatan pembelajaran yang mendekati kondisi mata pelajaran,(6) mendiskusikan konsep kegiatan pembelajaran dan tindak lanjut, (7) penyampaian kelebihan dan kekurangan secara rasional kharismatik, dan (8) menghasilkan strategi kegiatan pembelajaran final.

Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini dilakukan beberapa langkah, yakni: (1) Absensi guru, (2) kepala madrasah masuk kedalam ruang kelas, (3) kepala madrasah mengamati, mencatat proses kegiatan pembelajaran, (3) guru di ajak sharing setelah pembelajaran selesai, atau terjadwal di hari berikutnya, (4) guru mengkaji: standar kompetensi, kompetensi dasar sesuai model silabus rnata pelajaran masing-masing, materi pembelajaran, indikator, penilaian, dan memaparkan kelebihan dan kekurangannya (5) kepala madrasah memberikan pengarahan dan mesukan, dan (6) guru menyusun strategi tindak lanjut.

Hasil Observasi

Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan, yaitu menitikberatkan pada kompetensi guru dalam merealisasikan strategi pembelajaran sebagai akibat diterapkan program supervise klinik. Tujuan dilaksanakan class visit adalah untuk mengetahui kegiatan yang mana patut dipertahankan, diperbaiki, atau dihilangkan sehingga kegitan pembinaan

(9)

melalui supervisi klinik benar-benar berjalan sesuai dengan tujuan yang ada dan mampu meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Tabel VII.1 Rangkuman Hasil Observasi Tentang Kinerja Guru dalam kegiatan pembelajaran pada Siklus I

Aspek yang Diamati Kesiapan mental dan fisik guru Kesiapan bahan Kinerja Guru Pemanfaat an Media S TS S TS KT KR M TM Jumlah 18 6 16 8 20 4 14 10 Persentase (%) 75,00 25,00 66. 66 33. 33 83. 33 6.6 7 58, 33 41,66 Pencapaian indiaktor keberhasilan Belum Tercapai Belum Tercapai Tercapai Belum Tercapai Keterangan:

S = siap KR = Kompetensi Rendah

TS = tidak siap M = Memanfaatkan

KT = Kompetensi Tinggi R = Tidak mmanfaatkan

Dari Tabel VII.1 di atas, tampak bahwa: pada aspek kesiapan mental dan fisik; 18 orang atau 75,00% peserta siap dan 6 orang atau 25,00% tergolong belum siap. Pada aspek kesipan bahan; tampak bahwa 16 orang guru atau 66,66% siap dan 8 orang atau 33,33% belum siap. Pada aspek Kompetensi guru tampak bahwa 20 orang atau 83,33% tinggi dan 4 orang atau 6,67% renda. Pada aspek Pemanfaatan Media tampak bahwa 14 orang atau 58,33% memanfaatkan dan 10 orang atau 41,66% tidak memanfaatkan. Berdasarkan dekripsi ini tampaknya kesiapan guru dalam mengikuti melaksanakan proses pembelajaran belum memenuhi kriteria keberhasilan untuk ketiga aspek kecualin tingkat kompetensi guru mencapai 83,33%.

Dari hasil evaluasi terhadap peoses pembelajaran yang dilakukan oleh 24 orang guru setelah diadakan supervise klinik pada tahap awal (siklus I) diperoleh kinerja guru melaksanakan proses pembelajaran seperti tampak pada Tabel VII.2 berikut.

(10)

Tabel VII.2 Rangkuman Hasil Penilaian Komptensi Guru dalam Kegiatan pembelajaran pada Siklus I

No Aspek yang Dinilai

Skor 1 2 3 4 Jml % Jml % Jml % Jml % 1. Format 3 12, 50 5 20,8 3 10 41, 66 6 25, 00 2. Relevansi antara

waktu dengan bahan ajar 2 8,2 2 4 16,6 6 10 41, 66 8 33, 33 3. Pembukaan (apersepsi, pre-tes) 3 12, 50 4 16,6 6 10 41, 66 7 29, 15 4. Inti (kesesuaian antara pembelajaran sesuai dengan bahan ajar, kualitas urutan penyajian, kualitas penugasan siswa, dan waktu 2 8,2 2 5 20,8 3 12 50, 00 5 20, 83 5. Penutup (simpulan, postes) 1 4,1 6 5 20,8 3 10 41, 66 8 33, 33 Keterangan:

4 = sangat baik 2 = cukup

3 = baik 1 = tidak baik

Dari Tabel VII.2 di atas, pada aspek format; 3 orang atau 12,50% guru dalam kategori tidak baik, 5 orang 20,83% tergolong cukup, 10 orang atau 41,66% tergolong baik dan 6 orang atau 25,00% tergolong sangat baik. Bila dijumlahkan antara yang berkategori baik dan sangat baik mencapai 16 orang atau 66,66%. Pada aspek relevansi antara waktu dengan bahan ajar, tampak bahwa 2 orang atau 8,22% tergolong tidak baik, 4 orang atau 16,66% tergolong cukup, 10 orang atau 41,66% tergolong baik dan 8 orang atau 33,33% tergolong sangat baik. Bila dijumlahkan antara yang baik dan sangat baik mencapai 18 orang atau 75,00%. Pada aspek pembukaan; 3 orang atau 12,50% guru dalam kategori tidak baik, 4 orang atau 16,66% tergolong cukup, 10 orang atau 41,66% tergolong baik dan 7 orang atau 29,15% tergolong sangat baik. Bila dijumlahkan antara yang berkategori baik dan

(11)

sangat baik mencapai 17 orang atau 70,83%. Pada aspek inti pembelajaran; 2 orang atau 8,22% guru dalam kategori tidak baik, 5 orang atau 20,83% tergolong cukup, 12 orang atau 50,00% tergolong baik dan 5 orang atau 20,83% tergolong sangat baik. Bila dijumlahkan antara yang berkategori baik dan sangat baik mencapai 17 orang atau 70,83%. Pada aspek penutup pembelajaran; 1 orang atau 4,16% guru dalam kategori tidak baik, 5 orang atau 20,83% tergolong cukup, 10 orang atau 41,66% tergolong baik dan 8 orang atau 33,33% tergolong sangat baik. Bila dijumlahkan antara yang berkategori baik dan sangat baik mencapai 18 orang atau 70,83%.

Berdasarkan dekripsi pada tabel VII.1 dan VII.2 tampaknya kinerja guru melaksanakan kegiatan pembelajaran para guru Madrasah Aliyah Al-Hamidiyah belum memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan pada semua aspek, baik menyangkut kesiapan mengajar maupun kinerja dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Refleksi

Dari hasil yang diperoleh menunjukkan kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran pada siklus I belum menunjukkan hasil sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Setelah diadakan refleksi terhadap hasil yang diperoleh, diputuskan untuk memperbaiki dari segi pola kepemimpinan kepala madrasah dengan melaksanakan supervise klinik terutama untuk mengetahui lebih mendalam tentang aspek-aspek yang belum sesuai dengan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Dari hasil tersebut tampaknya secara umum guru melaksanakan proses pembelajaran tidak sesuai dengan format terutama dalam hal waktu. Demikian pula halnya dengan kegiatan awal, belum menunjukkan proporsi waktu yang sesuai, guru belum jelas membedakan mana kegiatan awal, inti dan penutup.

Deskripsi Hasil Siklus II (Kedua)

Pada siklus II, langkah-langkah yang diambil sesuai dengan refleksi hasil siklus I mengikuti langlah-langkah seperti siklus I dengan memfokuskan pada penjelasan aspek-aspek kekurangan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran lebih menitikberatkan pada aspek observasi klinik dan pembimbingan secara individu. Dari 24 orang guru semua juga dilibatkan dalam siklus II untuk memperdalam pengetahuan dan mengali informasi tentang kelebihan dan kekurangan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Setelah siklus II dijalankan yang mengacu pada refleksi dan pemecahan masalah pada sikuls I diperoleh data tentang seperti tampak pada Tabel VII.3 berikut.

(12)

Tabel VII.3 : Rangkuman Hasil Observasi Tentang Kinerja Guru Dalam Kegiatan pembelajaran pada Siklus II

Aspek yang Diamati Kesiapan mental dan fisik guru Kesiapan bahan Kinerja Guru Pemanfaata n Media S TS S TS KT TR M TM Jumlah 22 2 21 3 20 4 15 9 Persentase (%) 91,66 8,33 87,5 0 12,5 0 83,3 3 16, 66 62,5 0 37,5 0 Pencapaian indiaktor keberhasilan

Tercapai Tercapai Tercapai Belum

Tercapai Keterangan:

S = siap KR = Kompetensi Rendah

TS = tidak siap M = Memanfaatkan

KT = Kompetensi Tinggi R = Tidak mmanfaatkan

Dari Tabel 4.1 di atas, tampak bahwa: pada aspek kesiapan mental dan fisik; 28 orang atau 93,33% peserta siap dan 2 orang atau 6,67% tergolong belum siap. Pada aspek kesiapan bahan; tampak bahwa 27 orang guru atau 90,00% siap dan 3 orang atau 10,00% belum siap. Pada aspek kehadiran guru tampak bahwa 30 orang atau 100% hadir dan tidak ada orang atau 0,00% tidak hadir. Pada aspek kesiapan laptop tampak bahwa 20 orang atau 66,67% siap dan 10 orang atau 33,33% belum siap. Berdasarkan dekripsi ini tampaknya kesiapan guru dalam mengikuti worksop belum telah memenuhi kriteria keberhasilan untuk semua aspek. Namun belum sepenuhnya tercapai seratus persen.

Dari hasil evaluasi terhadap penyusunan strategi pembelajaran yang dibuat oleh 30 orang guru setelah diadakan workshop pada siklus II diperoleh kinerja guru menyusun strategi pembelajaran seperti tampak pada Tabel 4.4 berikut.

(13)

Tabel 4.4 : Rangkuman Hasil Penilaian Kinarja Guru dalam Kegiatan pembelajaran pada Siklus II (Kedua)

No Aspek yang Dinilai

Skor 1 2 3 4 Jml % Jml % Jml % Jml % 1. Format 0 0,00 1 4,16 11 45,83 12 50,00 2. Relevansi antara waktu dengan bahan ajar 0 0,00 2 8,22 10 41,66 12 50,00 3. Pembukaan (apersepsi, pre-tes) 1 4,16 2 8,22 11 45,83 11 45,83 4. Inti (kesesuaian antara pembelajaran sesuai dengan bahan ajar, kualitas urutan penyajian, kualitas penugasan siswa, dan waktu 0 0,00 1 4,16 11 45,83 12 50,00 5. Penutup (simpulan, postes) 0 0,00 1 4,16 10 41,66 13 53,33 Keterangan:

4 = sangat baik 2 = cukup

3 = baik 1 = tidak baik

Dari Tabel VII.4 di atas, pada aspek format; tidak ada orang atau 0,00% guru dalam kategori tidak baik, 1 orang atau 4,16% tergolong cukup, 11 orang atau 45,83% tergolong baik dan 12 orang atau 50,00% tergolong sangat baik. Bila dijumlahkan antara yang berkategori baik dan sangat baik mencapai 23 orang atau 95,83%. Pada aspek relevansi antara waktu dengan bahan ajar, tampak bahwa 0 orang atau 0,00% tergolong tidak baik, 2 orang atau 8,22% tergolong cukup, 10 orang atau 41,66% tergolong baik dan 12 orang atau 50,00% tergolong sangat baik. Bila dijumlahkan antara yang baik dan sangat baik mencapai 22 orang atau 91,66%. Pada aspek pembukaan; 1 orang atau 4,16% guru dalam kategori tidak baik, 2 orang atau 8,22%

(14)

tergolong cukup, 11 orang atau 45,83% tergolong baik dan 11 orang atau 45,83% tergolong sangat baik. Bila dijumlahkan antara yang berkategori baik dan sangat baik mencapai 22 orang atau 91,66%. Pada aspek inti pembelajaran; tidak ada orang atau 0,00% guru dalam kategori tidak baik, 1 orang atau 4,16% tergolong cukup, 11 orang atau 45,83% tergolong baik dan 12 orang atau 50,00% tergolong sangat baik. Bila dijumlahkan antara yang berkategori baik dan sangat baik mencapai 23 orang atau 95,83%. Pada aspek penutup pembelajaran; tidak ada orang atau 0,00% guru dalam kategori tidak baik, 1 orang atau 4,16% tergolong cukup, 10 orang atau 41,66% tergolong baik dan 13 orang atau 53,33% tergolong sangat baik. Bila dijumlahkan antara yang berkategori baik dan sangat baik mencapai 23 orang atau 95,83%.

Respon Guru Terhadap Kegiatan Supervisi Klinis.

Penilaian ini penting dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang respon guru terhadap program supervisi klinik dalam kegiatan pembelajaran. Bila guru merespon positif terhadap kegiatan tersebut, maka kegiatan tersebut perlu dilanjutkan dalam kegiatan-kegiatan yang lain.

Rata-rata skor guru terhadap kegiatan pembelajaran dengan program supervisi klinik adalah 60,07 dan standar deviasi sebesar 4,051 (selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5). Bila dicocokkan dengan klasifikasi di atas, respon guru tergolong sangat positif. Dengan demikian supervisi klinik dalam kgiatan pmebelajaran mendapat respon yang sangat positif dari guru madrasah Aliyah Al-Hamidiyah. Oleh karena itu, penerapannya perlu dilanjutkan dalam kegiatan-kegiatan yang lain.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kinerja guru dalam kegiatan pembelajaran bagi guru di madrasah Aliyah Al-Hamidiyah melalui program supervisi klinik sebagai implementasi dari pola manajemen kepala madrasah dari siklus I ke siklus II pada masing-masing aspek dengan target ketercapaian sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Keberhasilan tindakan ini disebabkan oleh pemahaman secara menyeluruh tentang kegiatan supervisi klinik dalam pembelajaran sangat diperlukan. Dengan pkinerja yang baik, maka kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Mengoptimalkan pemahaman guru terhadap kegiatan

(15)

pembelajaran melalui pola kepemimpinan program supervisi klinik menunjuk pada metode kooperatif konsultatif dimana diharapkan para guru berdiskusi, bekerja sama dan berkonsultasi secara aktif dengan kepala madrasah.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

a. Terjadi peningkatan kesiapan guru dalam program supervisi klinik di madrasah Aliyah Al-Hamidiyah Sen-asen Konang Bangkalan. Di samping itu juga, terjadi peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui pembinaan berupa class visit/wais activity di madrasah Aliyah Al-Hamidiyah dari siklus I ke siklus II dan mencapai target minimal yang telah ditetapkan yakni 94,16%, artinya 94,16% guru telah efektif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada masing-masing aspek.

b. Guru madrasah Aliyah Al-Hamidiyah memberikan respon sangat positif terhadap peningkatan kegiatan pembelajaran melalui program supervisi klinik.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disarakan beberapa hal, antara lain:

a. Para guru sebaiknya menyusun strategi pembelajaran berdasarkan kebutuhan siswa dan memperhatikan proporsi waktu yang ada dan tidak hanya mencontoh strategi pembelajaran yang telah ada.

b. Agar pembinaan melalui program supervisi klinik dapat berjalan secara efektif, maka semua guru harus mampu bekerjasama dengan kepala madrasah yang bersifat kolaboratif konsultatif.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Aboebakar, 1957. Sejarah Hidup KH. A. Wahid Hasyim dan Karangan tersiar, Jakarta Pan. Buku Peringatan Alm. Wahid Hasyim

Badudu, J.S. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia.

Burhanuddun. 1994.Analisis Administrasi Manajaemen kepemimpinan pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysus, and Use. Boston: Allyn and Bacon.

Mathis dan Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat

Nasir, Ridlwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Perspectives. New York : Mc Graw Hill Book, Co.

Prokton and W.M. Thornton. 1983. Latihan Kerja Buku Pegangan Bagi Para Manager. Jakarta: Bina Aksara

Purwanto, M Ngalim. 1984. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosda Karya

Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia). Jakarta : Rineka Cipta.

Rasyid, Mahmunar. 2005. Strategi Pembelajaran Sejarah Melalui Pendekatan Team Games Tournament dengan Sistem Porlimawih. Jakarta: Depdiknas

Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan (Dalam

Saleh, Abd. Rahman 1976, Penyelenggaraan Madrasah, Jakarta : Dharma Bhakti.

Sergiovanni, J.T., & Starrat, R.J. 1979. Emerging Pattern of Supervision : Human

Simamora, Henry. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : STIE YPKN.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Gambar

Tabel VII.1 Rangkuman Hasil Observasi Tentang Kinerja Guru dalam  kegiatan pembelajaran pada Siklus I
Tabel VII.2 Rangkuman Hasil Penilaian Komptensi Guru dalam Kegiatan  pembelajaran pada Siklus I
Tabel VII.3 : Rangkuman Hasil Observasi Tentang Kinerja Guru Dalam  Kegiatan pembelajaran pada Siklus II
Tabel 4.4 : Rangkuman Hasil Penilaian Kinarja Guru dalam Kegiatan  pembelajaran pada Siklus II (Kedua)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan berbicara siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

Selain itu untuk memperkuat hasil peningkatan pemahaman siswa dilakukan dengan analisis t-test yang menunjukkan Thitung = 4,153 lebih besar dari Ttabel = 1,734, maka disimpulkan

HARGA DASAR MUARA TEWEH (5) DALAM KOTA MUARA TEWEH TEWEH TIMUR GUNUNG PUREI... NAMA

Bagi menjadikan Malaysia negara maju menjelang tahun 2020, negara memerlukan model ekonomi yang baru untuk terus maju dan mampu menyertai kumpulan negara

mempengaruhi impulse buying pada konsumen Lazada Indonesia sebesar 14,7% Sedangkan, pengaruh total dari penelitian ini sebesar 0,769 atau dalam persentase sebesar 76,9

Menganalisis karakeristik perilaku menyiap kendaraan ringan yang meliputi kecepatan menyiap (passing speed) dan kecepatan disiap (passed speed), jarak lateral, jarak

Pemanfaatan sistem perkantoran elektronis dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan data dan informasi dengan lebih produktif, transparan, tertib, cepat, mudah, akurat,

Skenario sangat optimis ini adalah pilihan yang paling tepat dilaksanakan untuk dapat memenuhi ketersediaan ruang terbuka hijau di Jakarta dalam jangka panjang, sehingga