• Tidak ada hasil yang ditemukan

A Borrowed Scot KAREN RANNEY PENERBIT PT ELEX MEDIA KOMPUTINDO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A Borrowed Scot KAREN RANNEY PENERBIT PT ELEX MEDIA KOMPUTINDO"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

A Borrowed Scot

KAREN RANNEY

(4)

A Borrowed Scot by Karen Ranney

Published in 2011 by Avon All rights reserved.

No part of this book may be reproduced, scanned, or distributed in any printed or electronic form without per-mission. Please do not participate in or encourage piracy of copyrighted materials in violation of the author’s rights. Purchase only authorized editions.

Copyright © 2011 by Karen Ranney All rights reserved.

A Borrowed Scot

Alih bahasa: Meggy Soedjatmiko Hak Cipta Terjemahan Indonesia Penerbit PT Elex Media Komputindo Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Diterbitkan pertama kali tahun 2016 oleh Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta 716031432

ISBN: 978-602-02-9152-9

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan

(5)

Bab 1

Awal musim semi, 1866 London

Orang-orang tolol sialan ini mengidung.

Ia merasa seperti orang tolol, dan Montgomery Fair-fax tidak suka memainkan peran orang tolol.

Lingkaran para pria berjubah biarawan itu bergu-mam bersama, seolah telah mempraktikkan ritual ini selama berbulan-bulan, jika bukan bertahun-tahun. Ia berani bersumpah ia mendengar suara manik-manik ber adu sementara mereka berdesakan dalam lingkaran.

Hanya dua lilin dari malam lebah yang menerangi ruang duduk itu. Lilin-lilin tersebut, ditemani pelbagai pembakar dupa dan satu patung wanita telanjang dari kuningan, berdiri di rak atas perapian yang dingin di ujung ruangan. Dupa itu berbau kuat, konvergensi bau beraroma bunga dan rempah, bercampur kehangatan, akibat kehadiran terlalu banyak orang dalam ruangan yang terlalu kecil.

Seharusnya ia tidak pernah mendengarkan penga-caranya.

(6)

Karen Ranney

2

“Saya anjurkan Anda untuk membawa cermin itu ke Mercaii, Your Lordship,” ucap Edmund Kerr. “Mereka dapat menetapkan asal-usulnya secara akurat.” Edmund yang mendapatkan undangan ke pertemuan ini un-tuknya, sekaligus memberinya petunjuk arah ke rumah ini.

Dari percakapan itu, dari apa yang ditangkapnya dalam percakapan itu, ia mengira Society of the Mercaii beranggotakan para pria yang cukup cerdas, yang ber-tujuan untuk menyelidiki, lalu menghilangkan apa pun yang abnormal atau tidak rasional.

Sebaliknya, yang dihadapinya adalah sekelompok biarawan yang mengidung.

Jubah yang diberikan kepadanya untuk dikenakan terlalu pendek, dan tudungnya yang terbuat dari bahan wol membuat wajahnya gatal. Ia melakukan apa yang mereka minta, dan menarik tudung tersebut menutupi kepala agar ia tetap anonim. Untuk itu saja, ia sudah bersyukur. Setidaknya, tak seorang pun dari kenalan ba-runya akan mengetahui usaha tolol ini.

Ia cukup mengenal bahasa latin untuk mengetahui bahwa para pria tersebut mengidung menggunakan ba-hasa tersebut. Suara mereka rendah, bermelodi, dan tak seorang pun dari para pria yang konon biarawan tersebut tergelincir dalam resitasinya.

Lingkaran itu memecah, membentuk dua formasi bulan sabit. Montgomery mengepalkan tangan, memak-sa dirinya untuk memak-santai meski meramemak-sakan debar jantung-nya kian cepat.

(7)

A Borrowed Scot

3

Satu sosok memisahkan diri dari yang lain, berjalan ke rak atas perapian, dan mengambil salah satu lilin. Dengan upacara besar, orang itu menyalakan lilin-lilin yang dipegang para pria lain di depan mereka. Karena tudung jubah mereka ditarik ke depan, ia tak bisa meli-hat wajah pria-pria itu, sekalipun lilin-lilin mereka telah dinyalakan.

Suara kidungan semakin keras; cahaya lilin bekerlip saat satu pintu di dinding yang berlawanan terbuka. Satu sosok tinggi berjubah hitam masuk, dan bergerak ke te-ngah kelompok.

Pria itu—pemimpinnya?—berbicara dalam bahasa latin dengan suara dalam, bergemuruh. Para biarawan menjawabnya dalam satu suara. Pertemuan itu meng-ambil keseriusan upacara keagamaan, namun bukan itu satu-satunya alasan yang membuat Montgomery merasa makin tak nyaman.

Seturut instruksi yang diberikan padanya, ia harus tetap berada di kamar depan hingga dipanggil. Ia pasti sudah akan melakukan itu seandainya para biarawan itu tidak melewatinya sembari mengidung. Rasa ingin tahu membuatnya mengikuti mereka, namun sekarang ia berharap tadi ia tetap tinggal di ruangan satunya, atau bahkan memilih pergi.

Baginya, biar saja cermin sialan itu tetap menjadi misteri.

Pintu lain terbuka, pintu yang tadinya tidak ia per-hatikan hingga saat itu. Satu sosok yang mengenakan jubah biru, dipapah dua biarawan dan dibawa melewati lingkaran untuk berdiri di hadapan sang pemimpin.

(8)

Karen Ranney

4

Sembari menggumamkan sesuatu dalam bahasa la-tin, pria berjubah hitam itu maju ke depan dan menarik tudung dari kepala si pemohon, menampilkan seorang wanita berambut ikal cokelat gelap yang langsung ter-urai.

Kerumunan mengasak maju ke arah perempuan itu, atmosfer berubah mendadak dari upacara kegamaan menjadi lebih buas. Kawanan anjing liar yang lapar dan penuh harap, siap menyerang seekor rusa yang terluka.

Montgomery mengambil beberapa langkah ke kanan untuk melihat wanita itu lebih jelas. Wajah perempuan itu pucat, raut wajahnya nyaris sempurna. Bibir merah jambu pucat menyunggingkan setengah senyuman; mata nya mengerjap lambat seolah ia baru saja terjaga.

Wanita itu tidak seharusnya berada di sana namun, begitu juga juga dirinya.

Satu sosok lagi yang berjubah cokelat membawa satu bangku panjang ke tengah lingkaran. Wanita itu dibuat berlutut di sana dan menempatkan tangannya yang menangkup pada birai kecil di depannya. Sebatang lilin menyala ditempatkan di antara kedua tangannya, jemari perempuan itu diposisikan melingkari batang lilin, ke-tika ia tak mampu memegangnya sendiri.

Dari cara wanita itu merespons, Montgomery curiga perempuan itu dibius. Jika tidak, perempuan itu pasti memahami bahaya implisit dalam antusiasme mendadak para pria di sekelilingnya.

“Apakah kau menyerahkan kehendakmu pada So-ciety?” tanya si pempimpin, berbicara pada wanita itu dalam bahasa Inggris yang pendek-pendek.

(9)

A Borrowed Scot

5

Wanita itu menggeleng, kemudian mempertimbang-kan ulang ketika salah seorang pria membungkuk dan membisikkan sesuatu ke telinganya.

“Ya,” ucapnya pelan, nyaris terlalu pelan untuk dapat didengar oleh Montgomery.

Ia mendesak melewati baris pertama para anggota berjubah, tak mengindahkan gumaman protes di seke-lilingnya.

Wanita itu tampak begitu halus dengan ganjilnya, dalam keadaan berlutut seperti itu, dengan cahaya lilin menerangi wajahnya. Ia mengangkat wajah menatap si pempimpin, rautnya khidmat penuh tanya, mata hijau-nya jernih dan jujur.

“Apakah kau menyerahkan diri pada Society of Mer-caii?”

Sekali lagi wanita itu ragu, kemudian menggeleng-gelengkan kepala seolah untuk menjernihkan pikiran-nya.

Pemimpin itu membungkuk, membisikkan sesuatu yang tak dapat didengar Montgomery.

Ketika wanita itu tidak menjawab, pemimpin itu membungkuk sekali lagi. Kali ini, suaranya lebih keras. “Katakan: aku menyerahkan diriku pada Society of Mer-caii.”

Wanita itu memejamkan mata, kepalanya tertunduk. Montgomery maju selangkah mendekatinya, tahu bahwa ia tak bisa membiarkan permainan ini berlang-sung hingga mencapai akhir.

Kerumunan di sekelilingnya mendesak maju kian dekat, jelas sudah tak sabar melihat sisanya. Para pria

(10)

Karen Ranney

6

di belakang si pemimpin memisah, menampilkan meja yang ditutupi taplak kain putih.

Montgomery memegang pistol yang terselip di ba-lik jasnya. Empat tahun kebiasaan tak pernah pergi ke mana pun tanpa membawa senjata akan terbukti ber-guna malam ini. Ia meraih ke dalam jubahnya, meme-gang gameme-gang cermin. Sedikitnya, benda sialan itu akan berfungsi sebagai senjata kedua.

Diliriknya wanita itu, kemudian pintu, diperhitung-kannya jaraknya. Dari apa yang dilihatnya mengenai orang-orang Inggris, mereka bukan tipe yang terlalu konfrontatif. Seorang pria Fairfax tahu kapan harus ber-juang dan kapan harus berlalu pergi.

Ia harus menyelamatkan wanita itu, namun itu sama sekali tak membuatnya senang.

Veronica merasa kesulitan untuk duduk tegak, apa lagi berlutut. Ia dipaksa menengadah, dan posisi itu mem-buatnya pening. Nyala api di bagian atas lilin yang dipe-gangnya dikelilingi lingkaran cahaya putih terang.

Mungkin seharusnya ia tidak meminum minuman yang mereka berikan kepadanya.

“Minuman ini akan menghilangkan dingin malam ini,” ujar seseorang, ketika ia memasuki rumah.

“Saya tidak minum minuman beralkohol, sir,” tim-palnya.

Pria itu tersenyum. “Ini bukan minuman beralkohol,

(11)

Tentang Penulis

KAREN RANNEY ingin menjadi penulis sejak ber­ umur lima tahun dan sering mengisi Big Chief tablet ­ nya dengan cerita­cerita. Orang­orang dalam ceritanya melakukan hal­hal yang hebat sementara dia terlalu pemalu untuk melakukan hal­hal yang hebat. Setelah bertahun­tahun berada di Jepang, Paris, dan Italia, hal itu bukan hanya membuat imajinasinya makin bertam­ bah, tapi terbukti kalau dia bukan pemalu seperti yang ia pikirkan. Namun ia tetap memilih untuk menyimpan petualangannya di dalam sebuah buku. Karen tinggal di San Antonio, Texas, dan sangat senang mendengar ke­ san­kesan pembacanya di www.karenranney.com

Referensi

Dokumen terkait

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Ammar Rifqi, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Pengaruh Profitability, Debt to Equity Ratio, Firm Size, Innovation, dan Time

Bagi mereka wanita bercadar sebagai aktor atau pelaku dalam suatu tindakan sosial, cadar yang mereka kenakan mempunyai makna tersendiri yang dipakai untuk

Menjadikan Program Studi Magister Ilmu Kedokteran Dasar (IKD) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga terkemuka di tingkat Nasional dan Asia, terutama pemuka

Dalam pelaksanaan pemanenan, perlu diperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah memperoleh produksi yang baik dengan rendemen minyak yang

Berdasarkan hasil penelitian ini, padi varietas Ciherang hanya akan menghasilkan kalus embriogenik dengan jumlah maksimal pada konsentrasi 2,4-D 3 mg/l dalam

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan yang ditemukan di Taman Kanak-kanak Kebon Baru Utara Kecamatan Kesambi Kota Cirebon yaitu

Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM merupakan potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif

Dalam hal ini fiskus memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri jumlah pajak terutangnya, dengan kepercayaan yang sudah diberikan oleh fiskus kepada