• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eka Nuraini Rachmawati 1) Dosen Universitas Islam Riau. Siska Veronika Purwanti 2) Alumni Universitas Islam Riau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Eka Nuraini Rachmawati 1) Dosen Universitas Islam Riau. Siska Veronika Purwanti 2) Alumni Universitas Islam Riau"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

186

PADA SEKTOR PERBANKAN YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

(BEI)

Eka Nuraini Rachmawati

1)

Dosen Universitas Islam Riau

Siska Veronika Purwanti

2)

Alumni Universitas Islam Riau

Abstract

Bonds is one source of funding for both governments and companies that can be obtained from the capital market. The main purpose of the investors in the fund is invested for profit. In profit or yield bonds called yield.Banyak factors affecting yield. This study aimed to examine the effect of firm size, Debt to Equity Ratio (DER), rating and maturity of the banking sector bond yields listed in Indonesia Stock Exchange. The existence of differences in the results of previous studies lead researcher wants to re-examine the factors that affect the yield. The population used in this study is the banking sector bonds recorded during the years 2010-2011 with the title Tbk (Open). The method used in this research is purposive sampling method. Methods of data analysis using multiple regression analysis, using the classical assumption test and test hypotheses in the form of F test and t test. Results of Multiple Regression Analysis is Y = 16 624 - 0,104X1 + 0,073X2 - 0,202X4 0,803X3 + e. The results of this study prove that the size of the company is negative and significant meaning to the bond yield, DER but not significant positive effect on bond yields. Rating significant negative effect on the yield obligasi.Maturitas positive and significant effect on bond yields.

Keywords: companysize, DER, Rating, Maturity, and Yield Bond

PENDAHULUAN

Jumlah penduduk dengan pendapatan kelas menengah di Indonesia terus meningkat dari 37,7% pada tahun 2003 menjadi 56,5% dari populasi pada tahun 2010 (Widiatmanti, 2015). Pendapatan rata-rata penduduk juga meningkat, meskipun pertumbuhan ekonomi konsisten turun (BPS, 2014). Kondisi ini mengindikasikan bertambahnya keinginan penduduk untuk menyimpan sebagian pendapatnnya dalam bentuk investasi, dengan harapan mendapatkan keuntungan tanpa bersusah payah dalam pengelolaannya. Investasi dapat

1)

Koresponden Penulis : ekanura212@yahoo.co.id 2)

(2)

187

dilakukan di pasar modal yang menawarkan berbagai instrumen seperti hutang (obligasi) maupun investasi dalam surat kepemilikan (saham). Menurut Suad Husnan dan Enny (2006) pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun investasi dalam surat kepemilikan (saham) yang diterbitkan pemerintah dan perusahaan swasta.

Obligasi merupakan surat utang jangka menengah - panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Perkembangan obligasi di Indonesia pada awalnya masih lamban jika dibandingkan saham. Raharjo (2003) menyatakan bahwa, sejak tahun 1990, tercatat lebih dari 23 perusahaan yang menerbitkan obligasi dan hanya mengalami perkembangan menjadi 120 penerbit obligasi sampai september 2003 dengan nilai lebih dari Rp. 45 triliun. Sedangkan perkembangan perusahaan yang menerbitkan produk saham telah mencapai 340 perusahaan pada tahun 2003 tersebut. Nilai penerbitan obligasi korporasi juga masih relatif kecil dari tahun 1990 sebesar Rp 2,1 triliun hanya meningkat Rp 29 triliun ditahun 2001 atau masih jauh lebih kecil jika dibandingkan nilai penerbitan saham yang mencapai nilai lebih dari Rp 200 triliun. Perkembangan yang lamban ini disebabkan karena salah satu kendalanya adalah kondisi pasar obligasi yang tersedia belum dioptimalkan oleh pelaku pasar modal. Selain itu pemahaman perdagangan instrumen obligasi dikalangan masyarakat umum juga masih terbatas sekali.

Perkembangan obligasi mulai menunjukkan peningkatan yang berarti sebagai salah alat investasi dan instrumen keuangan pada periode tahun 2000 disebabkan karena adanya pengetatan prosedur pinjaman di lembaga perbankan yang menyebabkan pihak perusahaan yang membutuhkan dana untuk ekspansi bisnis atau melakukan pelunasan utangnya mulai melirik instrumen obligasi sebagai salah satu alternatif penggalangan dana.

Sebelum melakukan investasi, sebaiknya investor mempelajari tentang bagaimana kinerja obligasi serta mempertimbangkan perusahaan terbaik dari sejumlah perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini dikarenakan instrumen obligasi dapat merugikan jika investor kurang mengerti dan tidak memperhatikan informasi tentang obligasi yang diinvestasikannya. Selain itu, investor juga harus menghindari diri dari terjadinya resiko yang menyertai keputusannya. Menurut Zalmi Zubir (2012), pemegang obligasi adalah kreditur bagi pihak yang mengeluarkan obligasi tersebut (issure) dan tidak mempunyai hak kepemilikan atas perusahaan seperti saham, tetapi pemegang obligasi mempunyai hak untuk mendapatkan pembayaran lebih dahulu daripada pemegang saham, termasuk bila perusahaan dilikuidasi, perusahaan harus membayar utangnya kepada kreditur terlebih dahulu (bunga, cicilan, dan pokok pinjaman) sebelum membayarkan dividen kepada pemegang sahamnya.

Dalam pemilihan obligasi, ukuran perusahaan merupakan salah satu bagian yang harus diperhatikan. Ukuran perusahaan dapat memberikan informasi kepada investor mengenai kondisi suatu perusahaan. Menurut Ibrahim (2008) ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah

(3)

188

yang tinggi lebih cenderung untuk memperkecil tingkat utang (Myers, 1977).Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Machfoedz, 1994). Maka perusahaan dengan total aset atau ukuran perusahaan yang besar akan mengurangi resiko kegagalan bayar. Begitu pula sebaliknya, jika perusahaan dengan total aset atau ukuran perusahaan yang kecil maka akan berfrekuensi lebih besar resiko gagal bayarnya.

Faktor lain yang menentukan pilihan obligasi adalah Debt to equity ratio

(DER), yaitu total utang dibagi dengan total modal sendiri (ekuitas). Debt to equity ratio yang terlalu tinggi menunjukkan bahwa perusahaan kelebihan beban utang

dan pertanda perusahaan mempunyai resiko gagal bayar yang besar karena pendapatan perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi kewajibannya (Zalmi Zubir, 2012). Dengan demikian DER juga harus diperhatikan dengan jelas sebelum melakukan investasi pada obligasi agar investor terhindar dari resiko gagal bayar. DER yang terlalu tinggi menunjukkan utang yang berlebihan dan menandakan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tidak akan mampu menciptakan laba untuk membayar kewajiban obligasinya (Bodie, dkk, 2008).

Sebelum melakukan investasi obligasi, sebaiknya investor juga harus memperhatikan peringkat obligasi. Menurut Ratih (dalam Ibrahim, 2008) pemeringkatan terhadap obligasi yang akan diterbitkan bertujuan untuk menilai kinerja perusahaan. Pemeringkatan terhadap obligasi dinilai sangat penting karena dapat dimanfaatkan untuk memutuskan apakah obligasi tersebut layak terbit atau tidak serta mengetahui tingkat risikonya. Salah satu implikasi atas tinggi rendahnya tingkat risiko ini turut menentukan peringkat obligasi yang bersangkutan. Surya dan Nasher (2011) menyatakan bahwa peringkat obligasi adalah metode penelitian akan kemungkinan gagal bayar pada obligasi, pemeringkat efek yaitu PT.PEFINDO, yang kegiatan usahanya adalah menganalisa kekuatan posisi keuangan dari perusahaan penerbit obligasi. Peringkat yang ditetapkan berkisar dari AAA (sangat istimewa atau superior) sampai D (gagal bayar). Biasanya perusahaan dengan peringkat rendah akan menawarkan tingkat pengembalian yang tinggi, dengan tujuan untuk menarik minat investor agar bersedia memberikan kredit dalam bentuk obligasi kepada perusahaan tersebut. Resiko yang tinggi tercermin dalam peringkat obligasi yang rendah. Semakin besar perusahaan akan mempunyai peringkat obligasi yang lebih tinggi karena risiko pasarnya rendah sehingga akan menurunkan yield (Bhojraj dan Sengupta 2003; Kurana dan Raman 2003).

Obligasi juga memiliki jangka waktu jatuh tempo yang biasa di sebut dengan maturitas. (Bierwag, 1987) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa jangka waktu jatuh tempo merupakan faktor yang penting dalam memutuskan

return obligasi. Menurut (Raharjo, 2003) masa waktu jatuh tempo obligasi

kebanyakan berjangka waktu 5 tahun. Untuk obligasi pemerintah bisa berjangka waktu lebih dari 5 tahun sampai 10 tahun. Semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati oleh investor karena di anggap resikonya semakin kecil. Begitu pula menurut (Surya dan Nasher, 2011) obligasi yang memiliki periode jatuh tempo lebih lama maka akan memiliki tingkat resiko yang tinggi sehingga yield yang didapatkan juga berbeda dengan obligasi yang umur jatuh temponya cukup pendek. Hal ini disebabkan karena dengan umur jatuh tempo yang lebih lama, akan menimbulkan kesempatan gagal bayar sebab arus kas yang diterima investor akan sangat bergantung pada umur investasi tersebut serta pada saat jatuh tempo pihak penerbit obligasi berkewajiban melunasi pembayaran pokok obligasi tersebut.

(4)

189

Sehubungan dengan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, debt to equity ratio (der), rating bond dan

maturitas terhadap yield obligasi pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia(BEI). Kajian Pustaka 1. Obligasi

Obligasi merupakan instrumen utang dimana emiten memiliki kewajiban membayar kepada pemilik obligasi sesuai nilai yang dipinjamkan ditambah dengan bunga selama waktu yang telah ditentukan (Surya dan Nasher, 2011). Menurut Ang (dalam Ibrahim, 2008) obligasi adalah efek pendapatan tetap yang diperdagangkan di masyarakat dimana penerbitnya setuju untuk membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan akan membayar kembali jumlah pokoknya pada jatuh tempo. Sedangkan menurut Tandelilin (2013) obligasi merupakan sertifikat atau surat berharga yang berisi kontrak antara investor sebagai pemberi dana dengan penerbitnya sebagai peminjam dana.

Untuk menghasilkan suatu strategi investasi obligasi yang baik diperlukan suatu analisis terhadap faktor - faktor yang berpengaruh terhadap harga obligasi. Harga obligasi dipengaruhi oleh risk (risiko) dan return (hasil) yang diharapkan dari obligasi itu. Hasil yang bisa didapatkan dari investasi pada obligasi yaitu kupon yang merupakan bunga dari obligasi dan capital gain, yang merupakan selisih harga beli dengan harga jual obligasi. Investor bisa mensyaratkan tingkat hasil (rate of return) yang dikehendaki dengan membandingkan obligasi itu dengan alternatif investasi lain yang sebanding yang tersedia di pasar. Jika hasil yang disyaratkan pasar sama dengan hasil yang dijanjikan obligasi, maka harga obligasi akan sama dengan nilai nominalnya. Jika hasil yang disyaratkan pasar lebih tinggi dari hasil yang dijanjikan obligasi, maka harga obligasi akan berada di bawah nilai nominalnya, atau dijual secara discount. Jika hasil yang disyaratkan pasar lebih rendah dari hasil yang dijanjikan obligasi maka harga obligasi akan berada di atas nilai nominalnya, atau dijual secara premium (Fabozzi, 2000 dalam Ibrahim 2008).

2. Yield To Maturity

Menurut Raharjo (2003) yield obligasi merupakan faktor terpenting sebagai pertimbangan investor dalam melakukan pembelian obligasi sebagai instrumen investasinya. Investor obligasi akan menghitung seberapa besar pendapatan investasi atas dana yang dibelikan obligasi tersebut dengan menggunakan alat ukur yield.

Sedangkan menurut Samsul (2006) yield adalah keuntungan atas investasi obligasi yang dinyatakan dalam persentase. Yield obligasi merupakan faktor terpenting sebagai pertimbangan investor dalam melakukan pembelian obligasi sebagai instumen investasinya. Investor akan menghitung seberapa besar pendapatan investasi atas dana yang dibelikan obligasi tersebut menggunakan alat tukar yield.

Zalmi Zubir (2012) mengatakan bahwa Yield to maturity (YTM) dapat digunakan untuk membandingkan suatu obligasi dengan obligasi lainnya. Investor akan memilih obligasi yang memberikan Yield to maturity (YTM) yang tinggi pada tingkat resiko dan jangka waktu (maturity) yang sama. (Brealy,

(5)

190

Myers dan Marcus, 2007) menambahkan imbal hasil terhadap jatuh tempo didefinisikan sebagai tingkat diskonto yang membuat nilai sekarang pembayaran obligasi sama dengan harganya.

Perhitungan penghasilan investasi obligasi sampai jatuh tempo dapat dihitung (Sapto Raharjo, 2003) menggunakan rumus sebagai berikut :

F - P C + n YTM = _________ X 100% F + P 2 Keterangan : C = Coupon

F = Face value/ Par Value (Nilai nominal) P = Harga pasar obligasi

n = Waktu jatuh tempo (time to maturity). 3. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah jumlah total asset yang dimiliki suatu perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2006) ukuran perusahaan adalah rata – rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian. Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan tinggi membutuhkan dukungan sumber daya organisasi (modal) yang semakin besar, demikian juga sebaliknya. Pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah, kebutuhan terhadap sumber daya organisasi (modal) juga semakin kecil. Jadi konsep tingkat pertumbuhan penjualan tersebut memiliki hubungan yang positif, tetapi implikasi tersebut dapat memberikan efek yang berbeda terhadap struktur modal yaitu dalam penentuan jenis modal yang akan digunakan.

Apabila perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana yang semakin meningkat akibat pertumbuhan penjualan, dan dana dari sumber intern sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain bagi perusahaan untuk menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari kreditur pun akan lebih mudah. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil. (Hartono, 2010)

Francis (1986), Grubber dan Elton (1995) serta Fama dan French (1995) dalam Panjaitan, dkk (2004) berpendapat bahwa perusahaan yang mempunyai nilai skala kecil cenderung kurang menguntungkan dibandingkan

(6)

191

dengan perusahaan yang berskala besar. Perusahaan kecil hanya memiliki factor-faktor pendukung untuk memproduksi barang dengan jumlah terbatas.Oleh karena itu, perusahaan yang berskala kecil mempunyai risiko yang lebih besar daripada perusahaan besar. Perusahaan yang mempunyai risiko yang besar biasanya menawarkan return yang besar untuk menarik investor.

Ukuran (size) perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva, penjualan, atau modal dari perusahaan tersebut. Salah satu tolok ukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan adalah ukuran aktiva dari perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset yang kecil (Indriani, 2005 dalam Daniati dan Suhairi, 2006).

4. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to equity ratio adalah total utang dibagi dengan total modal sendiri

(ekuitas). Debt to equity ratio yang terlalu tinggi menunjukkan bahwa perusahaan kelebihan beban utang dan pertanda perusahaan mempunyai resiko gagal bayar yang besar karena pendapatan perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi kewajibannya (Zalmi Zubir, 2012).

Menurut Samsul (2006) investor perlu mengetahui kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara modal sendiri dan modal pinjaman. Jika modal sendiri lebih besar daripada modal pinjaman, maka perusahaan itu sehat dan tidak mudah bangkrut. Jadi investor harus selalu mengikuti perkembangan rasio ekuitas terhadap utang ataupun debt to equity ratio. Para kreditor lebih menyukai rasio hutang yang moderat, oleh karena semakin rendah rasio ini, akan ada semacam perisai sehingga kerugian yang diderita kreditor semakin kecil jika terjadi likuidasi. Sebaliknya, pemilik lebih menyukai rasio hutang yang tinggi, oleh karena leverage yang tinggi akan memperbesar laba bagi pemegang saham atau oleh karena menerbitkan saham baru berarti melepaskan sejumlah kendali perusahaan (Weston dan Copeland, 1994).

Debt To Equity Ratio juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur

modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang (Suharli, 2005 dalam Hadiasman Ibrahim, 2008).

Menurut (Hadiasman ibrahim, 2008) Debt To Equity Ratio dapat di hitung dengan rumus :

DER = Total Debt ___ Total Equity

Keterangan :

DER = Debt to Equity Ratio

Total Debt = jumlah hutang perusahaan. Total equity = jumlah modal perusahaan.

(7)

192 5. Rating Bond (Peringkat Obligasi)

Obligasi sebagai salah satu produk investasi, selain memberikan keuntungan juga berpotensi menimbulkan kerugian atas investasi tersebut. Untuk mengurang risiko tersebut diperlukan pihak ketiga sebagai penyedia informasi tentang kinerja keuangan, manajemen, bisnis, dan kondisi industri emiten obligasi tersebut. Pihak institusi yang memberikan evaluasi dan penilaian atas kinerja emiten tersebut biasanya disebut Lembaga Pemeringkat (Rating Company), yang lembaga ini bertugas untuk melakukan evaluasi dan analisi atas kemungkinan macetnya pembayaran surat utang (Sapto Raharjo, 2003). Ditambahkan, tujuan utama proses rating adalah memberikan informasi akurat mengenai kinerja keuangan, posisi bisnis industri perseroan yang menerbitkan surat utang (obligasi) dalam bentuk peringkat kepada calon investor.

Obligasi dengan peringkat rendah merupakan obligasi yang lebih berisiko. Implikasinya obligasi dengan peringkat rendah harus menyediakan YTM lebih tinggi karena untuk mengkompensasi kemungkinan risiko yang besar (Ratih, 2006 dalam Ibrahim, 2008). Untuk pengukuran rating bond digunakan kategori yaitu memberikan score dari peringkat yang tertinggi hingga peringkat yang terendah yaitu mulai dari 10 sampai 1 (10-1), sebagai berikut:

Tabel 1. Skala untuk perhitungan Rating

Rating Skala AAA 10 AA,AA-,AA+ 9 A, A-, A+ 8 BBB, BBB-, BBB+ 7 BB, BB-, BB+ 6 B, B-, B+ 5 CCC, CCC-, CCC+ 4 CC, CC-, CC+ 3 C, C-, C+ 2 D 1 6. Maturitas

Setiap obligasi mempunyai masa jatuh tempo atau dikenal dengan istilah

term to maturity adalah masa sisa hidup suatu obligasi beredar yang di hitung

mulai obligasi diterbitkan (Hartono, 2010). Sedangkan maturity date yaitu tanggal dimana nilai pokok obligasi tersebut harus dilunasi oleh penerbit obligasi (Cahaya, 2004). Masa jatuh tempo obligasi korporasi kebanyakan berjangka 5-10 tahun. Emiten obligasi mempunyai kewajiban mutlak untuk membayar nilai nominal obligasi kepada pemegang obligasi pada saat jatuh tempo (biasanya tercantum pada kesepakatan yang di buat sebelumnya).

Semakin pendek jangka waktu obligasi maka akan semakin diminati investor karena di anggap resikonya lebih kecil. Obligasi yang memiliki periode jatuh tempo lebih lama akan semakin lebih tinggi tingkat resikonya sehingga

yield to maturity yang di dapatkan juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan

(8)

193

Alat pengukuran yang digunakan untuk mengukur maturitas atau masa jatuh tempo yaitu dihitung dengan menggunakan jumlah tahun sampai obligasi tersebut jatuh tempo.

METODE PENELITIAN

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berikut pengukurannya masing-masing adalah sebagai berikut:

a. Variabel ukuran perusahaan pengukurannya dilakukan dengan menghitung LnTotal Asset.

b. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) pengukurannya dilakukan dengan membagikan total hutang dengan total equity.

c. Variabel Rating bond (peringkat obligasi) pengukurannya dilakukan menggunakan peringkat yang dikeluarkan oleh PT.Pefindo yang kemudian data data tersebut diberi score dari peringkat yang tertinggi hingga peringkat yang terendah (10-1).

d. Variabel maturitas pengukurannya dihitung menggunakan sisa jumlah tahun sampai obligasi tersebut jatuh tempo.

e. Variabel Yield Obligasi dihitung menggunakan rumus dengan unsur-unsur coupon, nilai nominal dan nilai pasar obligasi, dan waktu jatuh tempo. Populasi penelitian ini adalah obligasi yang berada dibawah pengawasan IBPA (Indonesia Bond Pricing Agency ) atau yang juga disebut LPHE (Lembaga Penilaian Harga Efek) pada sektor perbankan yang listed diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia periode 2010 – 2011, yaitu sebanyak 23 perusahaan dengan 69 obligasi. Sedangkan metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah dengan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan kriteria tertentu. Adapun kriterianya sebagai berikut :

a. perusahaan perbankan memiliki Predikat terbuka (Tbk),

b. obligasi sektor perbankan yang tercatat selama 2010 – 2011 dalam Bond

Book

c. obligasi sektor perbankan memiliki peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PT. Pefindo,

d. perusahaan memiliki laporan keuangan lengkap selama periode observasi yaitu 2010 - 2011.

Berdasarkan kriteria sampel tersebut, maka diperoleh 19 obligasi dari 11 perusahaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang tidak diperoleh langsung dari sumbernya dan bukan di usahakan sendiri oleh penulis/peneliti. Jenis data yang dimaksud bersifat kuantitatif, yaitu data total asset, total debt dan total equity, waktu jatuh tempo (maturity), peringkat obligasi dan harga obligasi. Sedangkan sumber datanya diperoleh dari Indonesia Stock

Exchange (IDX), Bond Book, Indonesian Capital Market Directory (ICMD),

website PT. Pefindo dan juga website IBPA (Indonesia Bond Pricing Agency). Teknik analisis data dalam penelitian menggunakan model Regresi Linier Berganda atau Multiple Linier Regressiondengan bantuan program SPSS.17 (Sunyoto, 2011) dengan tahapan sebagai berikut:

a. Perhitungan variabel independen dan variabel dependen,

b. Uji asumsi klasik, meliputi uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi. (Priyatno, 2010)

c. Koefisien Determinasi (R2), d. Pengujian hipotesis.

(9)

194

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Berikut hasil regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS.17 ; Tabel 2. Hasil Regresi Berganda

variabel Y Variabel X Sig.t t hitung

Yield Obligasi Size 0.805 -0.249 DER 0.347 0.954 Rating 0.010 -2.730 Maturitas 0.003 3.210 F Sig = 0.000 Adjusted R = 0.592

Sumber : data diolah penulis

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai signifikansi F sebesar 0.000 < α= 0.05, ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel x yaitu ukuran perusahaan (size), DER (Debt to Equity Ratio), rating bond, dan maturitas berpengaruh terhadap variabel Y yaitu Yield Obligasi (Priyatno, 2010). Hasil uji parsial dari penelitian ini menunjukkan bahwa size (ukuran perusahaan) dan DER (Debt to Equity Ratio) memiliki signifikansi t > α=0.05 ini berarti bahwa ukuran perusahaan dan Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity. Variabel Rating Bond dan Maturitas memiliki signifikansi t < α=0.05, ini berarti Rating Bond dan Maturitas berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi. Berdasarkan uji koefisien koefisien determinasi (R2) diperoleh nilai sebesar 0.592. Hal ini menunjukkan bahwa 59,2% variabel yield obligasi dapat dijelaskan oleh variabel bebas yaitu ukuran perusahaan, DER, Rating dan maturitas. Sisanya 40,8% dijelaskan oleh variabel bebas lain diluar dari penelitian ini. 2. Pembahasan Hasil

a. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Yield Obligasi

Penelitian ini berhasil membuktikan pengaruh negatif dan tidak signifikan antara ukuran perusahaan terhadap yield obligasi. Hasil pengujian secara parsial (uji t) diperoleh nilai t hitung (-0,249) < t tabel (1,692). Arah koefisien regresinya negatif yaitu sebesar -0,040, yang berarti semakin besar ukuran perusahaan, maka yield obligasi akan semakin kecil. Ukuran perusahaan yang tinggi akan memiliki resiko yang rendah, sehingga menurunkan yield. Sebaliknya, ukuran perusahaan yang rendah akan memiliki resiko yang tinggi, sehingga untuk menarik minat investor perusahaan menawarkan yield yang tinggi pula. Hasil ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dipertimbangkan oleh investor dalam berinvestasi pada obligasi. Dimana semakin besar ukuran perusahaan maka mempunyai resiko yang lebih kecil, jika dibandingkan dengan perusahaan yang berskala kecil yang memiliki resiko yang tinggi sehingga perusahaan menawarkan yield yang tinggi untuk menarik minat investor.

Penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Surya dan Nasher (2011) yang menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan terdapat pengaruh yang tidak signifikan terhadap terhadap

(10)

195

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2008) yang menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negative dan signifikan terhadap yield obligasi.

b. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Yield Obligasi

Penelitian ini berhasil membuktikan pengaruh negatif dan tidak signifikan antara Debt to Equity Ratio terhadap yield obligasi. Hasil pengujian secara parsial (uji t) diperoleh hasil t hitung (0,954) < t tabel (1,692). Arah koefisien regresi yang positif yaitu 0,116, yang berarti Debt to

Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap yield

obligasi sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Ini disebabkan karena perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat utang yang tinggi belum tentu perusahaan tersebut memiliki resiko yang tinggi pula. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut mampu mengelola utang-utangnya dengan baik dan tetap mampu menciptakan laba yang tinggi untuk membayar utang-utangnya termasuk juga membayar pokok dan bunga obligasi yang diterbitkannya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa investor mempertimbangkan seberapa besar hutang yang dimiliki perusahaan dalam struktur modalnya yang tercermin pada besarnya Rasio DER (Debt to Equity Ratio) dimana apabila rasio DER cukup besar, maka hal ini menunjukkan hutang yang dimiliki oleh perusahaan berlebihan dan mengindikasikan adanya kemungkinan resiko gagal bayar. Namun arah yang tidak signifikan disebabkan karena perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat utang yang tinggi belum tentu memiliki resiko yang tinggi pula. Ini disebabkan karena perusahaan tersebut masih mampu mengelola utang-utangnya dan mampu menciptakan laba yang tinggi untuk membayar utang-utangnya termasuk juga pokok dan bunga obligasi yang diterbitkannya.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurfauziah dan Adiestien (2004) yang menemukan hasil bahwa DER tidak berpengaruh sinifikan terhadap yield obligasi, serta penelitian yang dilakukan oleh Wirdayandari dan Sri Artini (2012) yang menemukan hasil bahwa keputusan pendanaan (yang di ukur dengan DER) berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap yield obligasi. Namun hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2008) yang menemukan hasil bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Debt to Equity Ratio (DER) terhadap yield obligasi .

c. Pengaruh Rating Bond terhadap yield obligasi.

Penelitian ini berhasil membuktikan pengaruh negatif dan signifikan antara rating bond terhadap yield obligasi. Hasil pengujian secara parsial (uji t) diperoleh t hitung (-2,730) > t tabel (1,692). Arah koefisien regresi yang negatif yaitu sebesar -0.468, yang berarti rating bond berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield obligasi pada sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Apabila rating bond mengalami kenaikan maka terjadi penurunan terhadap yield obligasi namun memiliki resiko yang rendah, obligasi dengan rating yang rendah akan menawarkan yield yang tinggi untuk menarik investor namun memiliki resiko gagal bayar yang tinggi.

(11)

196

Dengan demikian, maka sesuai dengan hipotesis atau tanda koefisien yang memiliki arah negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi rating maka semakin menurun (semakin kecil) yield obligasi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah rating maka semakin meningkat (semakin besar) yield yang ditawarkan namun resiko yang dimiliki juga semakin tinggi, hal ini bertujuan untuk menarik investor. Hal tersebut mengindikasikan bahwa

rating yang dikeluarkan atau diperingkat oleh PT.PEFINDO dipertimbangkan oleh investor dalam memutuskan untuk transaksi obligasi.

Hasil Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2008) yang menemukan hasil bahwa terjadi pengaruh negatif dan signifikan antara rating dengan yield obligasi. Juga penelitian yang dilakukan oleh Surya dan Nasher (2011) yang menemukan hasil yaitu terdapat hubungan yang berlawanan antara rating dan yield obligasi korporasi.

d. Pengaruh Maturitas terhadap yield obligasi.

Penelitian ini berhasil membuktikan pengaruh positif dan signifikan antara maturitas terhadap yield obligasi. Hasil pengujian secara parsial (uji t) diperoleh t hitung ( 3,210) > t tabel (1,692). Arah koefisien regresi yang positif yaitu sebesar 0,383. Sehingga dapat disimpulkan bahwa maturitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield obligasi. Semakin panjang masa jatuh tempo ( maturitas), maka semakin tinggi yield yang di tawarkan, namun semakin tinggi pula resiko gagal bayar yang mungkin terjadi. Sebaliknya, semakin pendek masa jatuh tempo, maka semakin rendah yield yang diterima, namun resiko yang mungkin terjadi juga semakin rendah.

Dengan demikian, maka sesuai dengan hipotesis yang menunjukkan arah yang positif yaitu berarti semakin lama masa jatuh tempo ( maturitas) maka semakin tinggi yield yang ditawarkan. Sebaliknya, semakin pendek masa jatuh tempo maka semakin tinggi yield obligasinya. Ini menunjukkan bahwa, semakin lama masa jatuh tempo ( maturitas) semakin tinggi resiko terjadinya gagal bayar nilai pokok dari obligasi tersebut.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nanik Indarsih (2013) yang menemukan hasil bahwa maturitas berpengaruh positif terhadap Yield to Maturity.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan analisi penelitian yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

a. Ukuran perusahaan, Debt to Equity Ratio (DER), Rating Bond dan Maturitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap yield obligasi..

b. Secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan Debt to Equity

Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap yield obligasi. Pengaruh kedua

variabel tersebut tidak signifikan. Adapun rating bond berpengaruh negatif dan maturitas berpengaruh positif, keduanya berpengaruh secara signifikan terhadap yield obligasi.

(12)

197 KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan sebagai bahan

revisi untuk penelitian selanjutnya. Keterbatasan penelitian ini antara lain :

1. Dalam periode penelitian hanya 2 tahun yaitu periode 2010-2011, karena untuk tahun selanjutnya bond book belum dikeluarkan.

2. Sampel pada penelitian ini hanya pada sektor perbankan dengan jumlah sampel 19 obligasi.

3. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya 4 variabel, dengan nilai adjusted R Square sebesar 0,592 atau 59,2%. Sehingga masih terdapat 40,8% lagi pengaruh variabel independen lainnya terhadap yield. 2. Saran

Merujuk pada hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran , yaitu sebagai berikut :

a. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa maturitas dan rating

bond berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi. Dilihat dari sisi

investor, dalam membeli suatu obligasi investor harus memperhatikan

rating bond serta maturitas (masa jatuh tempo), karena faktor-faktor

tersebut akan berpengaruh terhadap yield obligasi yang akan diterima oleh investor. Jangan hanya melihat dari penawaran yield tinggi, namun resiko yang akan dihadapi juga harus sangat diperhatikan.

b. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui pula bahwa ukuran perusahaan dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh tidak signifikan terhadap yield obligasi. Dilihat dari sisi perusahaan, sebaiknya selalu diperhatikan mengenai total assaet yang dimiliki oleh perusahaan. Serta tetap harus memperhatikan komposisi dana perusahaan yang menggunakan utang terlalu tinggi untuk hal diluar kinerja perusahaan yang tidak menghasilkan keuntungan, karena dapat mengakibatkan kemungkinan kesulitan untuk melunasi utang-utang yang ada.

c. Disarankan kepada peneliti selanjutnya, agar menambahkan periode penelitian lebih dari 2 tahun agar hasilnya lebih dapat mewakili kondisi yang ada, menambahkan perusahaan sektor lain agar sampel juga meningkat, menambahkan variabel independen atau faktor lain yang mempengaruhi

yield obligasi, selain daripada 4 variabel pada penelitian ini. Seperti inflasi,

nilai tukar rupiah, likuiditas, durasi obligasi dan banyak lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bhojraj, Sanjeev dan Partha Sengupta. 2003. Effect of Corporate Governance on

Bond Ratings and Yields: The Role of Institutional Investors and Outside Directors.”Journal of Business 76: 455-475.

Bierwag, Gerald O.1987, “Bond Returns, Discerete Stochastic Processes, and Duration”, The journal of financial Research, Vol. 10 No.3, p.191-209. Bodie, Z., Kane, A. and Marcus, A.J. 2008. Investments. International Edition.

(13)

198

BPS 2014, Pendapatan Rata-rata Orang Indonesia 41 juta/tahun (online) (http://www.merdeka.com/uang/data-bps-2014-pendapatan-rata-rata-orang-indonesia-rp-41-jutatahun.html)

Brigham, E.F. dan Houston, J.F .2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Cahaya, E.Jaka. 2004. Langkah Taktis Metodis Berinvestasi Di Obligasi. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Daniati, N dan Suhairi. 2006. Penaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan

arus Kas, Laba Kotor, Size Perusahaan terhadap Expected Return Saham. Makalah SNA IX

Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi edisi ketujuh. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Ibrahim, Hadiasman. 2008. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi,

Ukuran Perusahaan dan DER Terhadap Yield To Maturity Obligasi Korporasi di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2004-2006. Semarang :

Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.(TESIS).

http://eprints.undip.ac.id (di akses 24 februari 2013 pukul 19:38 WIB) Indarsih, Nanik. 2013. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Rating, Likuiditas, dan

Maturitas terhadap Yield to Maturity Oblogasi. Surabaya : UNS.

Machfoedz, Mas’ud, 1994, Financial Ratio Analysis and The Prediction of

Earnings Change in Indonesia, Kelola, Vol. 7, No.2, h.35-52.

Myers S. 1977. “Determinants of Corporate Borrowing”. Journal of Financial

Economics, 5: 147-175.

Nurfauziah dan Adiestien. 2004. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Yield

Obligasi Perusahaan (studi kasus pada industri perbankan dan industri finansial). Yogyakarta : UII.

Panjaitan. 2004. Analisis Harga Saham, Ukuran Perusahaan, dan Resiko terhadap Return Yang Diharapkan Investor Pada Perusahaan Saham Aktif. Jurnal Balance Vol. 1: 55-72

Priyatno, Duwi. 2010. Pemahaman analisa statistic data dengan SPSS plus! Tata

cara dan tips menyusun skripsi dalam waktu singkat. Yogyakarta :

MediaKom.

Raharjo, Sapto. 2003. Panduan investasi obligasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Samsul, Mohammad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Surabaya : Erlangga.

(14)

199

Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Sunyoto, Danang. 2011. Praktik SPSS untuk KASUS (dilengkapi contoh

penelitian bidang ekonomi).Yogyakarta : Nuha Medika.

Surya dan Nasher. 2011. Analisa Pengaruh Suku Bunga SBI, Exchange Rate,

Ukuran Perusahaan, Debt To Equity Ratio, dan Rating Bond terhadap Yield Obligasi Korporasi di indonesia. Bandung : ITB.

Tandelilin, Eduardus. 2013. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Wirdayandari dan Artini. 2012. Pengaruh Faktor Ekonomi Makro, Keputusan

Pendanaan Investasi Dan Keputusan Pendanaan Terhadap Yield Obligasi Korporasi Dibursa Efek Indonesia. Bali : Universitas Udayana.

Widiatmanti, Herru. 2015. Penghasilan Kelas Menengah Naik = Potensi Pajak. Publikasi Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementrian Keuangan. (online) ( http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/167-artikel-pajak/21014-penghasilan-kelas-menengah-naik-potensi-pajak) Zalmi Zubeir. 2012. Portofolio Obligasi. Jakarta: Salemba Empat

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan pengaruh yang lemah antara asupan vitamin E terhadap fungsi paru diduga karena pada saat proses pengolahan makanan sumber vitamin E tersebut diolah dengan suhu

Respon yang diukur untuk melihat pengaruh lama waktu perendaman terhadap daya kecambah dan pertumbuhan saga adalah daya berkecambah benih,.. persentase benih

Kita sering membagi tema agama menjadi dua, yaitu hal-hal yang bertema aqidah dan syariah. Di dalam tema aqidah, kita menemukan wilayah dasar dan wilayah cabang,

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dengan sumber data berupa laporan anggaran pendapatan dan anggaran biaya operasional serta return

Bayi dengan riwayat BBLR mempunyai kemungkinan terdapat kendala perkembangan dalam jangka panjang tetapi tidak semua BBLR akan mengalami hambatan perkembangan, hal

1.. Pemanfaatan eugenl /ebaga% fung%/%$a mam#u menekan /erangan Pytophtora  palmivora #a$a tanaman la$a* Fusarium oxysporum #a$a tanaman 7an%l%*  Drechslera maydis  #a$a tanaman

Sedangkan fungsi pendukungnya (non teknis yudisial) meliputi : 1) Manajemen Sumber Daya Manusia. 2) Manajemen Sumber Daya Keuangan. 3) Manajemen Sarana dan Prasarana. 4)

Telah dilakukan penelitian mengenai sintesis dan uji aktivitas antibakteri senyawa N ’-(4-metoksibenziliden)-4-hidroksibenzohidrazida terhadap bakteri Staphylococcus