• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 8, No. 7, Oktober 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vol. 8, No. 7, Oktober 2020"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Oktober 2020 eISSN 2657- 0998

1138

Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Memahami Kurikulum 2013

melalui Pelatihan In House Training di SMA Negeri 1 Blangkejeren

Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh

Aguswati Gulo

Kepala SMAN 1 Blangkejeren Email: anisadara@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam memahami penerapan kurikulum 2013 melalui pelatihan in house training di SMA Negeri 1 Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Sekolah yang terdiri atas 2 siklus. Subjek penelitian adalah guru-guru SMA Negeri 1 Blangkejeren tahun pelajaran 2019/2020 sebanyak 41 orang guru. Analisis data menggunakan teknik analisis diskriptif komparatif dengan membandingkan kondisi awal dengan hasil-hasil yang dicapai pada setiap siklus, dan analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan membandingkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I, dan siklus II. Hasil penelitian dapat dismpulkan bahwa kegiatan pelatihan in house training mengenai prosedur pemahaman konsep implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Blangkejeren memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan guru dalam pemahaman konsep implementasi kurikulum 2013. Hal ini ditandai dengan meningkatnya konsep implementasi kurikulum 2013 yang dibuat oleh guru pada setiap siklus yaitu siklus I, 68,49 (proposisi 0,68) dan Siklus II, 86,44 (proposisi 0,86).

Kata Kunci: In House Training, Kemampuan Guru PENDAHULUAN

Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan yang selaras dengan tuntutan dunia kerja. Pendidikan harus mencerminkan proses memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas. Sudrajat (2003) mengemukakan bahwa Muara dari suatu proses pendidikan, apakah itu pendidikan yang bersifat akademik ataupun pendidikan kejuruan adalah dunia kerja, baik sektor formal maupun sektor non formal”.

Tingkat keberhasilan pembangunan nasional Indonesia di segala bidang akan sangat bergantung pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya tersebut dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu lembaga pada jalur pendidikan

(2)

1139

formal yang menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja, diantaranya melalui jalur pendidikan kejuruan.

Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia diantaranya adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) dirancang untuk menyiapkan peserta didik atau lulusan yang mampu untuk melanjutkan pendidikan kejenjang perguruan tinggi terutama perguruan tinggi yang ternama dan berkualitas. Upaya untuk mencapai kualitas lulusan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman tersebut, perlu didasari dengan kurikulum yang dirancang dan dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan stakeholders. Kurikulum pendidikan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah kepada pembentukan kecakapan lulusan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum SMA yang meliputi kelompok eksakta dan non eksakta.

Kurikulum yang diimplementasikan di SMA Negeri 2 Blangkejeren saat ini, sudah menggunakan model pengelolaan kurikulum 2013 (K13). Kurikulum 2013 yaitu kurikulum yang terintegrasi, maksudnya adalah suatu model kurikulum yang dapat mengintegrasikan skiil, themes, concepts, snd topics baik dalam bentuk within singel discipline, accross several disciplines and within and across learners (Poewwati dan Amri, 2013, 28). Pada tataran implementasi kurikulum ini mauntut kreativitas guru di dalam memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan kompetensi peserta didik, karena betapapun baiknya kurikulum yang telah direncanakan pada akhirnya berhasil atau tidaknya sangat tergantung pada sentuhan aktivitas dan kreativitas guru sebagai ujung tombak implementasi suatu kurikulum. Pendidikan dan pelatihan di SMA Negeri 2 Blangkejeren khusnya pada program produktif yang sesuai dengan bidang keahlian, secara ideal dituntut untuk menerapkan kurikulum yang baru yaitu kurikulum 2013. Keberhasilan dalam impelementasi kurikulum 2013 dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya ketersedianya sarana dan prasarana, kesiapan guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah, dukungan orang tua dan masyarakat, serta dukungan manjemen sekolah. Guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan Implementasi Kurikulum, memiliki posisi yang strategis bahkan menjadi penentu keberhasilan dalam implementasi kurikulum ini. Oleh karena itu, guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah perlu dibekali dengan kompetensi dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013.

Ada beberapa faktor yang bisa mendukung berhasilnya pelaksanaan kurikulum 2013 nanti antara lain: Pertama, Kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dengan kurikulum yang diajarkan dan buku teks yang dipergunakan. Hal itu menjadi pusat perhatian dalam pengembangan kurikulum ini. Kemampuan guru harus bisa mengimbangi perubahan kurikulum dan menyesuaikan dengan buku teks yang akan diajarkan pada peserta didik. Jika kemampuan tenaga pendidik belum memadai maka segera diberikan pelatihan khusus misalnya: Uji Kompetensi, Penilaian Kinerja, dan Pembinaan Keprofesionalan Berkelanjutan sehingga dapat mendukung berhasilnya pelaksanaan kurikulum 2013 tersebut. Kedua, Ketersediaan buku sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang: (a) mengintegrasikan keempat standar pembentuk kurikulum; (b) sesuai dengan

(3)

1140

model interaksi pembelajaran; (c) sesuai dengan model pembelajaran berbasis pengalaman individu; dan (d) mendukung efektivitas sistem pendidikan. Ketiga, Penguatan peran pemerintah dalam pembinaan dan pengawasan. Pemerintah harus benar-benar serius untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 ini agar tidak terjadi kesenjangan kurikulum seperti yang telah terjadi sebelumnya.Sehingga pengawasan terhadap pelaksanaan kurikulum itu dapat dijalankan pada setiap jenjang pendidikan di seluruh Indonesia. Keempat, adalah Penguatan manajemen dan budaya sekolah.Sekolah juga memegang peranan yang sangat penting dalam menetukan keberhasilan pelaksanaan kurikulum 2013. Untuk itu, sekolah harus mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif dan menyenangkan dengan berpedoman pada jalur pelaksanaan kurikulum.sehingga kurikulum 2013 tesebut dapat menjadi arah pengembangan yang betul-brtul sesuai dengan apa yang diharapkan.

Kepala sekolah dapat mengimplementasikan kurikulum 2013 secara bertahap dan terbatas disekolah, dengan melihat ketersedianya sarana dan prasarana. Pada awalnya sangat wajar bila ditemukan berbagai kendala di lapangan, baik yang bersifat konseptual maupun teknis, kendala yang bersifat konseptual, diantaranya adalah masih rendahnya pemahaman terhadap Kurikulum 2013, seperti: rasional, landasan, pendekatan dan prnisip-prinsip pengembangan kurikulum, metodelogi pembelajaran dan penilaian hasil belajar.

Berdasarkan pernyataan di atas, kepemimpinan kepala sekolah sangat menunjang tercapainya pengelolaan sekolah yang efektif dan efisien. Untuk menciptakan sekolah yang efektif dan efisien, kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di tingkat sekolah dan peran utama dalam mengelola pendidikan diharapkan mampu memegang tugas dan bertanggung jawab, memegang peran aktif dalam memajukan sekolah/lembaga pendidikan tetapi dalam mewujudkannya terdapat berbagai faktor yang memperlambat tercapai tujuan. Dalam hal ini, peran kepala sekolah mampu menjalankan tugas dan fungsinya untuk mengajak, membina, serta mempengaruhi tenaga pendidikan untuk meningkatkan kinerjanya khususnya pemahaman guru mengenai penerapan kurikulum 2013. Untuk memudahkan pemahaman guru-guru mengenai kurikulum 2013 salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan adalah pelatihan mengenai pengenalan konsep-konsep kurikulum 2013 salah satunya yaitu dengan melakukan pelatihan in house training.

Menurut Sujoko (2012: 40) In House Training merupakan program pelatihan yang diselenggarakan di tempat sendiri, sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menjalankan pekerjaannya dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada. Sedangkan menurut Danim (2011: 94) In House Training (IHT) merupakan program pelatihan yang dilaksanakan secara internal oleh kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang ditetapkan sebagai penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan berdasarkan pada pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karier guru tidak harus dilakukan secara eksternal, namun dapat dilakukan secara internal oleh guru. Tujuan IHT menurut Meldona (2009: 234) yaitu: a) meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM); b) memperbaiki kinerja, c) menciptakan interaksi antara peserta; d) mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan; serta e) meningkatkan motivasi dan budaya belajar yang berkesinambungan. Sedangkan berkaitan dengan langkah-langkah

(4)

1141

IHT, Marwansyah (2012: 170), menjelaskan bahwa IHT dilakukan melalui tiga fase, yaitu fase perencanaan, fase proses penyelenggaraan dan fase evaluasi.

Pelatihan in house training di SMA Negeri 2 Blangkejeren adalah merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya untuk mengembangkan kemampuan professional guru. Melalui pelatihan in house training yang dirancang sesuai dengan kebutuhan dan diselenggarakan dengan baik, maka guru-guru dapat menyerap cara-cara baru, pengetahuan baru dan juga ketrampilan baru yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kerjanya. Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat, mengikuti pelatihan in house training merupakan cara yang efektif untuk dapat mengejar ketertinggalan. Hal ini diyakini banyak kalangan dan juga menjadi cara yang lebih efisien dibandingkan dengan upaya-upaya tak terstruktur untuk belajar sendiri dari keadaan tidak mengetahui sama sekali. Dengan bekal pemahaman yang baik dari hasil pelatihan, maka guru akan dapat mengembangkan diri dengan lebih baik dan terarah dalam melaksanakan tugas negara sebagai guru bangsa.

Sementara itu, Bernadin dan Russel (2003) mengemukakan bahwa proses dasar dari kegiatan pelatihan ini meliputi : penilaian kebutuhan, pengembangan dan evaluasi. Penilaian kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang perlu tidaknya dilakukan pelatihan, apa jenis pelatihannya dan keterampilan apa yang diperlukan. Dengan melakukan langkah ini, diharapkan sasaran dari program pelatihan tersebut akan menjadi lebih jelas. Pelatihan sangat diperlukan untuk diberikan kepada karyawan/pegawai sebagai bagian dari persyaratan legislatif untuk kinerja industri dan standar keselamatan atau persyaratan pendidikan berkelanjutan. Hal ini pun sangat dibutuhkan untuk menjaga kualitas SDM untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki dan relevan dengan yang mereka hadapi dalam bekerja. Pelatihan in house training biasanya diselenggarakan dengan berbagai tujuan dan target tertentu. Tujuan in-house training diantaranya: (1) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang bekerja atau didayagunakan oleh instansi terkait. Hal ini diharapkan dapat mendukung target organisasi dalam upaya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Bekerja sesuai Misi dan Visi organisasi/lembaga; (2) Menciptakan interaksi antara peserta. Jika organsisasi, instansi atau perusahaan yang memiliki banyak cabang di berbagai daerah yang tersebar di Indonesia maka besar kemungkinan mereka memiliki cara kerja yang berbeda, pengalaman yang berbeda, dan kualitas yang berbeda. Dengan in house training peserta dapat bertukar informasi sehingga bukan tidak mungkin ini cara yang paling efektif untuk menciptakan standarisasi kinerja yang paling efektif. Mana yang paling bagus, mana yang paling efektif dan mana yang terbaik bisa dibuat standar kerja di semua cabang sehingga semua cabang bisa berkembang secara merata dengan kualitas terdahsyat; (3) Mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan antara karyawan. Karena mereka bekerja untuk satu naungan yang sama, bukan tidak mungkin mereka tidak lagi kaku untuk sharing, bersahabat dan lebih kompak; (4) Meningkatkan motivasi dan budaya belajar yang berkesinambungan. Hal ini bisa mengeksplorasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan yang berkaitan dengan peningkatan efektifitas kerja, sehingga dapat mencari solusi secara bersama-sama dengan kemungkinan solusi terbaik.

(5)

1142

Berkaitan dengan masalah diatas untuk itu peneliti ingin mengadakan penelitian mengenai “Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Memahami Kurikulum 2013 Melalui Pelatihan In House Training di SMA Negeri 1 Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh T.P 2019/2020.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan guru-guru di SMA Negeri 1 Blangkejeren Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh pada tahun pelajaran 2018/2019 pada semester ganjil. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Subjek penelitian ini adalah guru-guru SMA Negeri 1 Blangkejeren yang berjumlah 41 orang guru. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah kemampuan guru dalam memahami kurikulum 2013. Penelitian dimulai pada bulan Agustus 2019 sampai dengan Nopember 2019. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui data kualitatif yang diperoleh dari wawancara, pengumpulan data sekunder dan hasil observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisi kualitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kondisi Awal

Sebelum peneliti mengadakan penelitian tindakan sekolah (PTS) ini berdasarkan hasil pengamatan peneliti kondisi berdasarkan realita keseharian bahwa kenyataan dilapangan guru-guru belum memahami dengan sebenarnya konsep implementasi kurikulum 2013, mereka tidak mau ambil pusing sehingga inilah salah satu yang menyebabkan kurang berhasilnya siswa dalam belajar. Oleh karena itu perlu ada kebijakan dari masing-masing sekolah untuk mengadakan sebuah sosialisasi mengenai konsep implementasi kurikulum 2013 yang dapat memberikan informasi kepada guru-guru yang bisa dijadikan pedoman dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Adapun salah satu bentuk sosialisasi tersebut adalah pelaksanaan pelatihan in house training. Pelatihan in house training adalah suatu adalah sebuah program pelatihan yang diselenggarakan oleh SMA Negeri 2 Blangkejeren dengan menggunakan tempat training, peralatan training, menentukan peserta, dan juga dengan mendatangkan trainer sendiri yaitu dari widyaswara dari luar kabupaten.

Pelaksanaan Siklus 1

a. Tahap Perencanaan (Planing)

Pada langkah pertama ini, sebelum peneliti melakukan penelitiannya lebih lanjut pertama sekali yang dilakukan peneliti adalah melakukan atau memberikan test terlebih dahulu kepada guru dalam bentuk monitoring evaluasi pemahaman guru mengenai implementasi kurikulum 2013 melalui Test Pengetahuan Awal (Pretest) yang dinilai oleh peneliti. Test Pengetahuan Awal (Pretes) ini diberikan dengan tujuan untuk mengetahui sampai dimana pemahaman guru SMA Negeri 2 Blangkejeren dalam memahami konsep implementasi kurikulum 2013 sebelum guru tersebut belum mendapatkan sosialisai dalam bentuk pelatihan in house training mengenai konsep implementasi kurikulum 2013. Aspek yang dinilai dalam Test Pengetahuan Awal (Pretest) adalah beruba penyiapan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013 (1) kemampuan membuat Silabus, (2) kemampuan

(6)

1143

membuat RPP, (3) Kemampuan menentukan minggu efektif (4). Kemampuan membuat program semester dan program tahunan.

b. Tahap Tindakan (Acting)

Setelah selesai melakukan Test Pengetahuan Awal (Pretest) dan mengetahui hasilnya maka peneliti pada tahap ini melakukan 3 x pertemuan. Adapun kajian dari masing-masing pertemuan sebagai berikut:

1) Hari pertama : Pengarahan Kepala Sekolah dan Pemaparan implementasi kurikulum 2013

2) Hari kedua : Mensosialisasikan Konsep implementasi kurikulum 2013 melalui kegiatan pelatihan in house training dengan mengundang widyaswara LPMPAceh, Tanya jawab, Presentasi kelompok kecil dan Revisi

3) Hari ketiga adalah presentasi visual pemahaman guru mengenai implementasi kurikulum 2013

c. Pemantauan atau Observasi

Pada tahap ini peneliti mengadakan pemantauan atau observasi terhadap hasil kerja kelompok guru berupa pembuatan Perangkat pembelajaran seperti Silabus, RPP, minggu efektif, membuat program semester dan program tahunan. yang dipresentasikan di depan kelompok dan kemudian dapat diadakan dengar pendapat (public hearing) terhadap masing-kelompok. Masing-masing kelompok tersebut dalam menyajikan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para plur atau peserta diskusi yang dipandu oleh kepala sekola dalam hal ini adalah peneliti

Berdasarkan hasil pemantauan peneliti, diskusi kelompok yang dipresentasikan oleh masing-masing kelompok berjalan dengan baik dan lancar, tanyajawab maupun dengar pendapat (hearing) dari plur sangat aktif. Peneliti berperan hanya sebagai pemandu sekaligus pengarah jalannya diskusi. Pada tahap observasi ini peneliti melakukan penilaian terhadap kemampuan guru mengenai pengetahuan konsep-konsep Implementasi kurikulu 2013. Adapun hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan penilaian tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Test Siklus 1 Test Siklus 1

Kode Guru Indikator Penilaian Implementasi Kurikulum 2013 RATA-RATA

Pemahaman Silabus Pemahaman RPP Pemahaman Minggu Efektif Pemahaman Prosem dan Prota Guru 1 70 65 68 70 68.25 Guru 2 68 72 68 68 69.00 Guru 3 70 65 65 65 66.25 Guru 4 68 72 65 68 68.25 Guru 5 70 72 72 75 72.25 Guru 6 70 65 68 70 68.25 Guru 7 68 72 68 68 69.00 Guru 8 70 65 65 65 66.25 Guru 9 68 70 65 68 67.75 Guru 10 70 68 68 70 69.00

(7)

1144 Guru 11 68 70 68 68 68.50 Guru 12 72 65 72 70 69.75 Guru 13 68 65 65 68 66.50 Guru 14 70 72 68 68 69.50 Guru 15 68 70 68 68 68.50 Guru 16 72 65 72 75 71.00 Guru 17 68 68 68 65 67.25 Guru 18 70 68 72 70 70.00 Guru 19 68 60 65 60 63.25 Guru 20 68 70 68 72 69.50 Guru 21 70 72 68 70 70.00 Guru 22 65 60 65 60 62.50 Guru 23 68 72 65 68 68.25 Guru 24 70 72 72 75 72.25 Guru 25 70 65 68 70 68.25 Guru 26 68 72 68 68 69.00 Guru 27 68 72 65 68 68.25 Guru 28 68 72 65 68 68.25 Guru 29 70 72 72 75 72.25 Guru 30 70 65 68 70 68.25 Guru 31 68 72 68 68 69.00 Guru 32 68 70 68 72 69.50 Guru 33 70 72 68 70 70.00 Guru 34 68 70 68 72 69.50 Guru 35 70 72 68 70 70.00 Guru 36 65 60 65 60 62.50 Guru 37 68 70 68 72 69.50 Guru 38 70 72 68 70 70.00 Guru 39 65 60 65 60 62.50 Guru 40 68 72 65 68 68.25 Guru 41 70 72 72 75 72.25 RATA-RATA 68.80 68.66 67.73 68.78 68.49

Berdasarkan data tersebut diatas dapat peneliti simpulkan bahwa pengetahuan awal guru SMA Negeri 1 Blangkejeren dalam memahami implementasi kurikulum 2013 tergolong tidak kompeten (68,49), Hal ini mengacu pada sistem penilaian dalam indikator keberhasilan dalam penelitian yang menetapkan standarisasi penilaian (70-79: Cukup Kompeten).

d. Refleksi

Setelah selesai satu siklus maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama. Refleksi dilaksanakan bersama-sama kolaborator untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya.

(8)

1145 Pelaksanaan Siklus 2

a. Perencanaan

Dari hasil refleksi pada siklus pertama, peneliti merencanakan tindakan yang lebih tegas dibandingkan dengan siklus pertama Peneliti merencanakan untuk mengumumkan hasil observasi mengenai kemampuan guru dalam memahami konsep dasar implementasi kurikulum 2013 berupa pembuatan perangkat pembelajaran seperti (1) kemampuan membuat Silabus, (2) kemampuan membuat RPP, (3) Kemampuan menentukan minggu efektif (4) Kemampuan membuat program semester dan program tahunan. Hal ini terlebih dahulu disosialisasikan kepada semua guru pada saat refleksi siklus pertama.

b. Tahap Tindakan (Acting)

Pada prinsipnya langkah langkah pelaksanan tindakan pada siklus I diulang pada siklus II dengan modifikasi dan perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I .Kegiatan pada siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan dengan mengikuti langkah langkah sebagai berikut:

1) Hari pertama : Pengarahan Kepala Sekolah dan Pemaparan kembali implementasi konsep kurikulum 2013

2) Hari kedua : Memberikan penugasan kepada guru untuk membuat perangkat pembelajaran sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing yang dihimpum melalui kelompok produktif, adaptif dan normatif, Tanya jawab, Presentasi kelompok kecil, dan Revisi sekaligus penilaian terhadap pembuatan perangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013

c. Tahap Pengamatan (Observing)

Dalam siklus kedua ini peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru melalui lembar kinerja guru, kemudian memberi tes siklus II untuk mengetahui tingkat kemampuan guru dalam memahami implementasi kurikulum 2013. Pada tahan selanjutnya adalah mengadakan test siklus 2. Test siklus 2 diberikan dalam rangka untuk menguji kembali pengetahuan guru setelah mendapat sosialisasi melalui pelatihan in house training mengenai pemahaman konsep implementasi kurikulum 2013 dalam hal menyiapkan perangkat pembelajaran. Adapun yang menjadi evaluasi dalam test siklus 2 tersebut adalah sama dengan soal test siklus 2. Hal ini diberikan karena untuk membandingkan antara hasil dari siklus 1 dengan siklus 2. Berikut ini adalah hasil dari siklus 2 kemampuan guru dalam memahami implementasi kurikulum 2013 yang tertera dalam table berikut ini:

Tabel 2. Hasil test siklus 2 Test Siklus 2

Nama Guru

Indikator Penilaian Implementasi Kurikulum 2013

RATA-RATA Pemahaman Silabus Pemahaman RPP Pemahaman Minggu Efektif Pemahaman Prosem dan Prota

Guru 1 88 90 88 90 89.00 Guru 2 86 88 85 87 86.50 Guru 3 88 85 86 85 86.00 Guru 4 85 80 85 85 83.75 Guru 5 88 90 88 90 89.00 Guru 6 86 88 85 87 86.50

(9)

1146 Guru 7 88 85 86 85 86.00 Guru 8 85 80 85 85 83.75 Guru 9 86 88 85 87 86.50 Guru 10 88 85 86 85 86.00 Guru 11 88 90 88 90 89.00 Guru 12 86 88 85 87 86.50 Guru 13 88 85 86 85 86.00 Guru 14 80 85 87 85 84.25 Guru 15 90 88 90 88 89.00 Guru 16 88 85 87 85 86.25 Guru 17 85 80 86 85 84.00 Guru 18 90 85 88 87 87.50 Guru 19 85 88 90 90 88.25 Guru 20 80 80 85 88 83.25 Guru 21 80 86 86 87 84.75 Guru 22 85 87 90 87 87.25 Guru 23 88 85 86 85 86.00 Guru 24 85 80 85 85 83.75 Guru 25 88 85 86 85 86.00 Guru 26 85 80 85 85 83.75 Guru 27 86 88 85 87 86.50 Guru 28 88 85 86 85 86.00 Guru 29 88 85 86 85 86.00 Guru 30 85 80 85 85 83.75 Guru 31 86 88 85 87 86.50 Guru 32 88 85 86 85 86.00 Guru 33 85 80 85 85 83.75 Guru 34 88 85 87 85 86.25 Guru 35 85 80 86 85 84.00 Guru 36 90 85 88 87 87.50 Guru 37 88 85 87 85 86.25 Guru 38 85 80 86 85 84.00 Guru 39 90 85 88 87 87.50 Guru 40 85 88 90 90 88.25 Guru 41 80 80 85 88 83.25 RATA-RATA 86.24 84.76 86.44 86.37 85.95

Berdasarkan data tersebut diatas dapat peneliti simpulkan bahwa pengetahuan guru SMA Negeri 1 Blangkejeren di Siklus 2 dalam memahami konsep implementasi kurikulum 2013 tergolong kompeten (85,95). hal ini ditunjukan dari hasil rata-ratanya jumlah pemahaman Silabus, pemahaman RPP, pemahaman minggu efektif dan pemahaman prosem dan prota yang merupakan hasil penilaian peneliti terhadap guru-guru SMA Negeri 1 Blangkejeren. Adapun nilai yang diperoleh adalah 86,24+84,74+86,44+86,37/4 = 85,95.

Dengan demikian diperoleh bahwa kegiatan sosialisasi pelatihan in house training mampu meningkatkan prosedur pemahaman konsep implementasi kurikulum 2013. Hal ini tampak dari analisis hasil tes setelah akhir pelaksanaan siklus II. Ketuntasan klasikal pada

(10)

1147

siklus I 60% meningkat menjadi 100% pada siklus II, dan ketuntasan klasikal (85%) sudah tercapai.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dari data tes siklus II, berikut ini diuraikan keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II, yaitu:

a) Dari hasil tes yang dilakukan pada siklus II, guru yang tuntas dalam memahami konsep implementasi kurikulum 2013, 41 guru (100%), sedangkan yang tidak tuntas 0 guru (0%) dengan rata-rata kelas 86,32 sehingga ketuntasan dalam memahami konsep implementasi kurikulum 2013 sudah tercapai.

b) Terdapat peningkatan pada keaktifan guru, kerjasama kelompok dalam sosialisasi kegiatan pelatihan in house training. Hal ini berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru selama mengikuti kegiatan pelatihan in house training , dari 60% pada siklus I dengan rata semua aspek yang diamati 2,4 menjadi 80% dengan rata-rata semua aspek yang diamati 3,2 pada siklus II.

Pelaksanaan pada siklus II ini, secara garis besar berlangsung baik. Karena ketuntasan klasikal sudah tercapai maka kegiatan sosialisasi pelatihan in house training mengenai prosedur pemahaman konsep implementasi kurikulum 2013 berhenti. Dengan demikian diperoleh bahwa kegiatan sosialisasi pelatihan in house training mampu meningkatkan prosedur pemahaman konsep implementasi kurikulum 2013. Hal ini tampak dari analisis hasil tes setelah akhir pelaksanaan siklus II. Ketuntasan klasikal pada siklus I 60% meningkat menjadi 100% pada siklus II, dan ketuntasan klasikal (85%) sudah tercapai.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil Penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa kegiatan pelatihan in house training mengenai prosedur pemahaman konsep implementasi kurikulum 2013 di SMA Negeri 2 Blangkejeren memiliki dampak positif dalam meningkatkan kemampuan guru dalam pemahaman konsep implementasi kurikulum 2013.

2. Berdasarkan hasil analisis ketuntasan guru dalam menetapkan konsep implementasi kurikulum 2013 membuktikan, guru SMA Negeri 2 Blangkejeren telah tuntas/kompeten dalam memahami konsep implementasi kurikulum 2013.

3. Dengan pelaksanaan kegiatan sosialisasi pelatihan in house training mengenai prosedur konsep implementasi kurikulum 2013 dapat memotivasi guru dalam mempelajari dan meningkatkan kemampuan diri dalam memahami konsep implementasi kurikulum 2013.

(11)

1148

DAFTAR PUSTAKA

Bernardin, H.John and Russel. 2010. Human Resource Management. New York: McGraw-Hill.

Danim, Sudarwan. 2011. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Marwansyah. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta.

Meldona, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Prespektif Integrative. Malang: UIN Malang Pres.

Poerwati, Endah. L dan Amri Sofan. 2013. Panduan Memahami Kurikulum. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya.

Sujoko, Alfaris. 2012. Peningkatan Kemampuan Guru Mata Pelajaran Melalui InHouse Training. Jurnal Pendidikan Penabur-No.18 tahun ke11/Juni.

Sudrajat, Hari. 2003. Undang Undang Pendidikan Nasional. Yogyakarta : Pustaka. Belajar.

Gambar

Tabel 1. Hasil Test Siklus 1
Tabel 2. Hasil test siklus 2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil deteksi histologik, luka pada kulit mencit dapat diobati dengan daun mengkudu, dan pada minggu keempat telah memberikan gambaran histologis kulit

Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Koperasi dan UM Kabupaten Banyuwangi Tahun 2016 - 2021 merupakan dokumen resmi perencanaan satuan kerja perangkat daerah

Langkah berikutnya adalah penggunaan media dan bahan ajar oleh siswa dan guru. Melimpahnya ketersediaan media dan bergesernya filsafat dari belajar yang berpusat pada guru ke

Fuzzy Inference System (FIS) dalam penentuan kelayakan peneriman dosen tetap STIKes Hang Tuah Pekanbaru dengan menggunakan fuzzy inferece system (FIS) mempunyai

Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Pada Kantor Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Pengadaan Langsung. :

Terdapat penyedia yang meminta penjelasan terhadap dokumen pengadaan paket pekerjaan Pengadaan Makan Jaga Kawal (Ulp Non Organik/Jaga Fungsi) Polres Badung dan

Analisis keranjang pasar dengan Algoritma Apriori merupakan salah satu metoda data mining yang bertujuan untuk mencari pola assosiasi berdasarkan pola belanja

Dalam anggaran tersebut penyusunannya berdasar pada data-data tahun sebelumnya, serta tidak terlepas dari pengguna biaya standar Biaya standar tersebut meliputi