17 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Objek penelitian ini difokuskan di Kawasan Selingkar Ijen Provinsi
Jawa Timur dengan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Jawa
Timur, Beberapa Kabupaten di Kawasan Selingkar Ijen diantaranya adalah
Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jember, dan
Kabupaten Banyuwangi. Pemilihan Kawasan Selingkar Ijen sebagai objek
dalam penelitian karena mengacu pada Peraturan Presiden (Perpres) 80/2019
tentang Percepatan Pembangunan di Kawasan Gerbang Kertasusila, Kawasan
Bromo-Tengger-Semeru (BTS), Kawasan Lintas Selatan, dan Kawasan
Selingkar Wilis (KSW). Kawasan-kawasan tersebut memiliki potensi besar
untuk peningkatan daya saing kawasan dan perekonomian nasional secara
berkelanjutan. Sehingga ditambahkan Kawasan Selingkar Ijen dan Kawasan
Madura dan Kepulauan untuk memberikan nilai yang dapat memberikan
kontribusi tambahasan dalam perekonomian.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pola
pertumbuhan ekonomi dan sektor ekonomi unggulan yang ada di Kawasan
Selingkar Ijen menggunakan data PDRB ADHK. Metode dalam penelitian ini
18 C. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari data yang telah di publikasi
Badan Pusat Statistik (BPS) di Provinsi Jawa Timur dengan jenis data sekunder.
Literatur lain seperti buku dan jurnal juga menjadi pendukung dalam
pemenuhan data penelitian ini. Data sekunder yang digunakan adalah data
jumlah penduduk tahun 2015-2019 dan PDRB atas dasar harga konstan 2010
menurut lapangan usaha pada tahun 2015-2019.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Studi Kepustakaan.
Metode pengumpulan literatur dan informasi untuk mendukung sebuah
penelitian yang berasal dari buku, arsip maupun jurnal penelitian
sebelumnya.
2. Dokumentasi
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data
sekunder. Data sekunder diperoleh dari buku, dokumen resmi, dan hasil
penelitian yang berbentuk laporan.
E. Definisi Operasional Variabel
Dalam analisis dan pengumpulan data, diperlukan beberapa definisi
operasional variabel untuk memudahkan proses penelitian. Antara lain adalah:
1. Ketimpangan pendapatan adalah variabel untuk mengetahui disparitas
19
ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari tinggi atau rendahnya tingkat
ketimpangan pendapatannya.
2. Sektor unggulan (leading sector) adalah sektor yang memiliki peran
penting dalam pembangunan suatu daerah (PDB) dibandingkan sektor
yang lainnya.
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai tambah bruto yang
diperoleh dari hasil barang dan jasa masing-masing sektor ekonomi di
suatu wilayah/daerah dalam waktu tertentu atas dasar harga konstan
menurut lapangan usaha sehingga dapat menentukan pola pertumbuhan
ekonomi.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul maka dapat diolah dengan analisis Indeks
Williamson untuk mengetahui tingkat ketimpangan pendapatan antar daerah,
Tipologi Klassen dan analisis Location Quotient (LQ) dengan mengabungkan
analisis Static Location Quotient (SLQ) dan analisis Dynamic Location
Quotient (DLQ).
1. Analisis Tingkat Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah
Untuk mengetahui tingkat disparitas pendapatan antar daerah dan
untuk mengukur ketimpangan pendapatan regional dapat menggunakan
analisis Indeks Williamson.
Indeks Williamson :
𝐼𝑊 =√∑(𝑌𝑖−𝑌)2Fi/n
20
Keterangan : IW = Indeks Williamson
Yi = PDRB perkapita di Kabupaten i
Y = PDRB perkapita Provinsi
Fi = Jumlah Penduduk di Kabupaten i
n = Jumlah Penduduk Provinsi
Untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan antar daerah
Indeks Williamson (IW), berkisar antara 0-1.
a. Jika IW > 0,5 maka daerah tersebut memiliki tingkat ketimpangan
pendapatan tinggi.
b. Jika IW 0,3 – 0,5 maka daerah tersebut memiliki tingkat ketimpangan
pendapatan sedang.
c. Jika IW < 0,3 maka daerah tersebut memiliki tingkat ketimpangan
pendapatan rendah
2. Analisis Tipologi Klassen
Menurut Sjahrizal (1997) mengemukakan bahwa untuk mengetahui
pola dan struktur pertumbuhan ekonomi berdasarkan masing-masing
wilayah yaitu dapat menggunakan teknik analisis Tipologi Klassen.
Indikator penting untuk menganalisis data mengunakan Tipologi Klassen
terbagi menjadi 2 bagian, diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi
menjadi sumbu vertikal dan pendapatan perkapita daerah menjadi sumbu
horizontal dengan menghitung rata-rata tersebut. Sementara klasifikasi
21
cepat tumbuh, daerah maju tertekan, daerah berkembang cepat, dan daerah
tertinggal.
Tabel 3. 1 Klasifikasi Tipologi Klassen Berdasarkan Pola Pertumbuhan Daerah
PDRB per Kapita (y)
Laju Pertumbuhan(r)
(y1< y) (y1> y)
(r1> r) Daerah berkembang cepat
Daerah cepat maju dan cepat tumbuh
(r1< r) Daerah tertinggal Daerah maju tertekan
Keterangan :
r = Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Timur
y = Pendapatan perkapita Provinsi Jawa Timur
r1 = Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota
y1 = Pendapatan perkapita Kabupaten/Kota
3. Analisis Location Quotient (LQ)
Menurut Tarigan (2009) mengatakan bahwa Location Quotient (LQ)
adalah suatu pengaruh atas jumlah sektor maupun industri yang berperan di
daerah yang dibandingkan dengan sektor atau industri di nasional. Untuk
mengetahui masing-masing sektor disetiap daerah yang berpotensi menjadi
sektor ungulan ataupun sektor non ungulan juga dapat dianalisis dengan
metode ini.
Meningkatnya pendapatan yang lebih optimal pada tiap daerah
disebabkan oleh potensi sektor unggulannya dimana potensi tersebut
berkembang secara pesat dan berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi
22
mengkateorikan suatu kegiatan ekonomi termasuk sektor basis atau non
basis. Untuk mengetahui perbandingan antara sektor di suatu wilayah
dengan nasional terhadap kegiatan ekonomi dapat digambarkan dengan
rumus :
LQ =
𝑆𝑖𝑘 /𝑃𝐷𝑅𝑅𝑘 𝑆𝑖𝑃 /𝑃𝐷𝑅𝑅𝑃Keterangan :
Sik = Jumlah PDRB sektor ekonomi di Provinsi Jawa Timur (i)
Sip = Jumlah PDRB sektor ekonomi Kabupaten di Kawasan
Selingkar Ijen (p)
PDRRk = Jumlah keseluruhan PDRB di Kawasan Selingkar Ijen (k)
PDRRp = Jumlah keseluruhan PDRB Kabupaten di Kawasan Selingkar
Ijen (p)
Berdasarkan rumus diatas maka kesimpulan dari 3 nilai LQ yang
diperoleh mengunakan persamaan tersebut adalah :
a. Nilai LQ yang berada di sektor i = 1, ini berarti laju pertumbuhan pada
sektor i di daerah studi k tersebut sama dengan laju pertumbuhan
sektor perekonomian daerah referensi p.
b. Nilai LQ yang berada pada sektor i > 1, ini berarti laju pertumbuhan
pada sektor i di daerah studi k memiliki nilai yang lebih besar daripada
laju pertumbuhan sektor perekonomian daerah referensi p.
c. Nilai LQ yang berada di sektor i < 1, ini berarti laju pertumbuhan pada
sektor i di daerah studi k memiliki nilai yang lebih kecil daripada laju
23
4. Analisis Static Location Quotient (SLQ)
Rumus yang digunakan untuk mengetahui analisis SLQ yaitu :
𝑆LQ =𝑉𝑖𝑘 /𝑉𝑘
𝑉𝑖𝑃 /𝑉𝑃 Keterangan :
Vik = Nilai PDRB masing-masing sektor di daerah studi Kabupaten
di Kawasan Selingkar Ijen.
Vk = Nilai PDRB keseluruhan sektor di daerah studi Kabupaten di
Kawasan Selingkar Ijen.
Vip = Nilai PDRB masing-masing sektor di daerah referensi Provinsi
Jawa Timur.
Vp = Nilai PDRB keseluruhan sektor di daerah referensi Provinsi
Jawa Timur.
Berdasarkan rumus diatas maka kesimpulan dari 3 nilai SLQ yang
diperoleh menggunakan persamaan tersebut adalah :
a. Apabila nilai SLQ = 1, ini berarti sektor yang berada di daerah
referensi mampu dispesialisasikan dengan baik di daerah studi
Kabupaten dan juga di daerah referensi Provinsi Jawa Timur.
b. Apabila nilai SLQ > 1, ini berarti daerah studi Kabupaten memiliki
spesialisasi di suatu sektor referensi dibandingkan dengan sektor
yang memiliki kesamaan di daerah referensi Provinsi Jawa Timur.
c. Apabila nilai SLQ < 1, ini berarti sektor yang berada di daerah
24
dibandingkan dengan sektor yang memiliki kesamaan di daerah
referensi Provinsi Jawa Timur.
5. Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ)
Rumus yang digunakan untuk mengetahui analisis DLQ yaitu :
𝐷𝐿𝑄 = [ (1+𝑔𝑖𝑝) (1+ 𝑔𝑝) ⁄ (1+ 𝐺𝑖𝐺) (1+𝐺𝐺) ⁄ ] 𝑡 =IPP𝑆𝑖𝑝 IPP𝑆𝑖
Keterangan :
IPPSip = Petunjuk potensi perkembangan sektor i didaerah p
IPPSi = Petunjuk potensi perkembangan sektor i diwilayah i
Gip = Laju pertumbuhan sektor i didaerah p.
GiG = Laju pertumbuhan sektor i diwilayah i.
Gp = Rata-rata laju pertumbuhan didaerah p.
GG = Rata-rata laju pertumbuhan didaerah i.
t = Periode studi (tahun).
G = Rata-rata laju pertumbuhan di wilayah i
Berdasarkan rumus diatas maka kesimpulannya adalah ada 2
kemungkinan nilai DLQ yang diperoleh menggunakan persamaan tersebut,
diantaranya :
a. Apabila nilai DLQ > 1, ini berarti sektor yang berada di daerah i
memiliki potensi berkembang pesat jika dibandingkan dengan daerah
25
b. Apabila nilai SLQ < 1, ini berarti sektor yang berada di daerah i
memiliki potensi perkembangan yang lebih lambat dibandingkan