1
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal. Untuk lebih memantapkan pertumbuhan sektor pariwisata dalam rangka mendukung pencapaian sasaran pembangunan, diperlukan berbagai upaya pengembangan produk-produk yang mempunyai keterkaitan erat dengan sector pariwisata. Perkembangan kepariwisataan berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan pengembangan budaya bangsa, dengan memanfaatkan seluruh potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti merubah secara total, tetapi lebih berarti mengelola, memanfaatkan dan melestarikan setiap potensi yang ada, dimana potensi tersebut dapat dirangkaikan menjadi salah satu daya tarik wisata.
Allah SWT berfirman didalam Al-Qur’an Surah Ar-Ruum : 41 :
Artinya : “Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Q.S. Ar-Ruum 41)”
Dari ayat tersebut, Allah SWT. Menegaskan pada manusia bahwa segala kerusakan didarat dan dilaut adalah buah dari perbuatan mereka sendiri. Barang siapa yang menanam kebaikan maka akan memanen kebaikan, begitu pula sebaliknya barang siapa menanam keburukan maka akan memanen keburukan pula. Hal ini hendaknya dapat disadari oleh umat manusia sehingga segera mungkin menghentikan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan timbulnya kerusakan di daratan dan di lautan dan menggantinya dengan perbuatan baik dan bermanfaat untuk kelestarian alam.
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai khalifah Allah SWT diamanati oleh Allah SWT untuk melakukan usaha-usaha agar alam semesta dan segala isinya tetap lestari, sehingga umat manusia dapat mengambil manfaat, menggali dan mengelolanya untuk kesejahteraan umat manusia dan sekaligus sebagai bekal dalam beribadah dan beramal shaleh. Ketamakan manusia terhadap alam berkaitan buruk terhadap diri mereka sendiri khalifah Allah SWT agar kewajiban untuk memelihara dan melestarikan alam demi kesejahtraan bersama tetap terjaga dengan baik, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Surah An-Nahl : 10-16 :
3
Artinya :
Ayat ke 10 : Dia lah yang menurunkan hujan dari langit; sebahagian daripadanya untuk minuman kamu dan sebahagian lagi menyebabkan tumbuhnya pokok-pokok (tumbuh-tumbuhan) untuk kamu melepaskan binatang-binatang ternak: makan padanya.
Ayat ke 11 : Ia juga menumbuhkan bagi kamu dengan sebab hujan itu tanaman-tanaman dan pokok-pokok zaitun dan tamar (kurma) serta anggur; dan juga dari segala jenis buah-buahan. Sesungguhnya yang demikian mengandungi satu tanda (yang membuktikan kekuasaan Allah) bagi kaum yang mahu berfikir.
Ayat ke 12 : Dan ia memudahkan bagi kamu malam dan siang, dan matahari serta bulan; dan bintang-bintang dimudahkan dengan perintahNya untuk keperluan-keperluan kamu. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi tanda-tanda (yang membuktikan kebijaksanaan Allah) bagi kaum yang mahu memahaminya.
Ayat ke 13 : Dan apa-apa jua yang dijadikan untuk kamu di bumi yang berlainan jenisnya (dimudahkan juga untuk kegunaan kamu). Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi satu tanda (yang membuktikan kemurahan Allah) bagi kaum yang mahu mengingati nikmat Allah itu.
Ayat ke 14 : Dan Dia lah yang memudahkan laut, supaya kamu dapat makan daripadanya daging yang lembut hidup-hidup, dan dapat pula mengeluarkan daripadanya benda-benda perhiasan untuk kamu memakainya dan (selain itu) engkau melihat pula kapal-kapal belayar padanya; dan lagi supaya kamu dapat mencari rezeki dari limpah kurniaNya; dan supaya kamu bersyukur.
Ayat ke 15 : Dan Ia mengadakan di bumi gunung-ganang yang menetapnya supaya ia tidak menghayun-hayunkan kamu; dan Ia mengadakan sungai-sungai serta jalan-jalan lalu lalang, supaya kamu dapat sampai ke matlamat yang kamu tuju.
Ayat ke 16 : Dan (Ia mengadakan) tanda-tanda panduan jalan, dan dengan bintang-bintang (pada waktu malam) mereka dapat mengetahui arah yang hendak dituju.
Pembangunan bidang pariwisata diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, karena sector pariwisata merupakan salah satu sector pembangunan di bidang ekonomi. Kegiatan pariwisata merupakan salah satu sektor non-migas yang diharapkan dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian suatu daerah. Usaha pengembangan dunia pariwisata ini didukung dengan adanya UU No 10 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa keberadaan objek wisata pada suatu daerah akan sangat menguntungkan bagi daerah tersebut. Keuntungan-keuntungan yang didapatkan dari sektor pariwisata ini, antara lain :
a. Dapat Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) b. Meningkatkan taraf hidup masyarakat
c. Memperluas kesempatan kerja
d. Meningkatkan rasa cinta lingkungan serta melestarikan alam dan budaya setempat
Sebagai salah satu wilayah tujuan wisata di Indonesia, Kabupaten Belitung menawarkan berbagai macam objek wisata, baik objek wisata alam maupun wisata budayanya. Salah satu daerah tujuan wisata di Kabupaten Belitung yang kaya akan objek dan daya tarik wisata tetapi belum begitu dikenal oleh masyarakat Indonesia tersebut terdapat di Kecamatan Badau.
Kecamatan Badau memiliki potensi wisata yang luar biasa. Kecamatan Badau mempunyai beberapa objek dan daya tarik wisata (ODTW) yang dikategorikan dalam dua bagian yaitu objek wisata alam dan objek wisata Budaya. Jenis ODTW ini dikelompokkan berdasarkan kategori wisata alam dan budaya. Adapun objek dan daya tarik wisata berdasarkan jenisnya yang terdapat di Kecamatan Badau dapat dilihat pada Tabel 1.1.
5
Tabel 1.1
Data Objek dan Daya Tarik Wisata di Kecamatan Badau
No Objek Wisata Alam
Lokasi Jarak Atraksi Potensial Fas. Pendukung Pengelola Air Terjun 1 Air Terjun Gurok Beraye Desa Air Begantungan Kec. Badau
30 Air Terjun dan Kolam Pemandian Kolam Pemandian, Tempat Bersalin (Rusak), Kolam Renang (Rusak) Tidak Jelas
2 Air Terjun Batu Mentas
Desa Badau Kec. Badau
30 Air Terjun Lahan Parkir, Pemandian Tidak Jelas Pegunungan 3 Gunung Tajam Laki& Bini Desa Air Begantungan Kec. Badau 30 Gunung, Pemandangan Jalan berbukit, Mushola rusak Dinas Kebudayaan & Pariwisata
4 Museum Badau Desa Badau Kec. Badau
20 Barang Peninggalan Raja Badau
Lahan Parkir Dinas Kebudayaan & Pariwisata dan Swasta 5 Makam Keramat Gunung Tajam Desa Air Begantungan Kec. Badau - Makam - Dinas Kebudayaan & Pariwisata dan Swasta
Sumber : Pemetaan Tapak Kawasan Pariwisata Kabupaten Belitung , 2010
Dari semua potensi-potensi serta keanekaragaman yang dimiliki oleh kawasan wisata Kecamatan Badau yang telah dipaparkan diatas, ternyata memiliki berbagai kendala. Kendala-kendala tersebut antara lain :
a. Belum didukung sepenuhnya oleh sumberdaya manusia yang optimal sehingga menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat tentang arti penting pengembangan kepariwisataan (sadar wisata) khususnya masyarakat yang memiliki hak di kawasan wisata Kecamatan Badau. Disamping itu, kekuatiran akan rusaknya lingkungan yang disebabkan oleh
pengembangan pariwisata menjadi pertimbangan penting dari masyarakat yang memiliki hak.
b. Keterbatasan sarana dalam memasarkan produk kawasan wisata ini belum cukup dikenal. Hal ini didapat dari tingkat jumlah kunjungan wisatawan yang relative kecil.
c. Keterbatasan komponen supply (daya tarik wisata dan atraksi wisata, transportasi, sarana dan prasarana serta informasi dan promosi) dan komponen demand (karateristik wisatawan, motivasi perjalanan, fasilitas dan utilitas, Persepsi Terhadap Kawasan Wisata).
Berdasarkan fenomena yang sudah diuraikan diatas, dengan demikian diperlukan suatu penelitian mengenai “ Strategi Pengembangan Pariwisata Kecamatan Badau”. Pada studi ini diharapkan akan diperoleh strategi pengembangan periwisata yang cermat dan informatif, sehingga dapat meningkatkan daya tariknya sebagai slah satu kawasan wisata andalan di Kecamatan Badau.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belekang yang telah diuraikan diatas, nampak jelas bahwa kawasan wisata Kecamatan Badau mempunyai potensi yang sangat baik untuk dikembangkan. Namun pada kenyataannya kawasan wisata ini belum dikembangkan dengan baik. Hal ini disebabkan karena permasalahan-permasalahan baik dari tingkat pemahaman masyarakat yang masi sangat minim di dalam pengembangan kawasan wisata maupun dalam strategi pemasaran serta menyediakan komponen supply dan demand. Berdasarkan masalah-masalah yang dihadapi tersebut maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang jadi rumusan maslah dari penelitian ini adalah “Bagaimana merumuskan strategi pengembangan pariwisata Kecamatan Badau agar mampu meningkatkan jumlah wisatawan baik nusantara maupun mancanegara?”.
1.3
Tujuan dan Sasaran
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini adalah menyusun strategi pengembangan pariwisata di Kecamatan Badau, sedangkan sasaran yang ingin di capai yaitu :
a. Mengidentifikasi supply dan demand dari kawasan wisata Kecamatan Badau.
7
b. Meningkatkan daya tarik dan atraksi wisata Kecamatan Badau
1.4
Ruang Lingkup Perencanaan
1.4.1 Ruang Lingkup WilayahRuang lingkup yang akan dibahas pada studi Arahan Pengembangan Kawasan Wisata di Kecamatan Badau ini adalah ruang lingkup wilayah (ruang lingkup wilayah makro dan ruang lingkup wilayah mikro), ruang lingkup materi studi dan ruang lingkup waktu.
1.4.1.1 Ruang Lingkup Wilayah Makro
Kabupaten Belitung merupakan daerah kepulauan yang secara geografis terletak antara 107°08’-107°58,5’ Bujur T imur dan 02°30’- 03°15’ Lintang Selatan dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Natuna;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Belitung Timur; Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa;
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Gaspar
Kabupaten Belitung tercatat memiliki luas 2.293,690 km2 meliputi lima kecamatan dengan 42 desa/kelurahan termasuk. Kecamatan Membalong dan Kecamatan Badau merupakan kecamatan terluas, masing-masing 909,550 km2 dan 458,200 km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.2 dan Gambar 1.5 Peta Administrasi Kabupaten Belitung.
Tabel 1.2
Luas Wilayah Tiap Kecamatan di Kabupaten Belitung No. Kecamatan Luas Wilayah
(Km2)
Persentase Luas Terhadap Kabupaten Belitung (%) 1 Tanjung Pandan 378,448 16,50 2 Badau 458,200 19,98 3 Sijuk 413,992 18,05 4 Selat Nasik 133,500 5,82 5 Membalong 909,550 39,65 Jumlah Total 2.293,690 100,00
Sumber : Belitung Dalam Angka 2012
1.4.1.2 Ruang Lingkup Wilayah Mikro
Secara geografis, Kecamatan Badau terletak antara 107°30’ BT - 108°00’ BT dan 02°42’ LS - 03°00’ LS. Kecamatan Badau memil iki luas wilayah 458,200 Km² atau sekitar 19,98 % dari luas wilayah Kabupaten Belitung. Secara administratif, Kecamatan Badau berbatasan dengan :
• Sebelah utara : Kecamatan Sijuk dan Kecamatan Tanjung Pandan
• Sebelah Barat : Kecamatan Tanjung Pandan dan Kecamatan Selat Nasik
• Sebelah Timur : Kabupaten Belitung Timur
• Sebelah Selatan : Kecamatan Membalong dan Kabupaten Belitung Timur Untuk lebih jelasnya mengenai Peta Administrasi Kecamatan Badau dapat dilihat pada gambar 1.6
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi yang akan dikaji secara garis besar meliputi dua pokok lingkup materi yaitu :
a. Analisis komponen pengembangan pariwisata
• Analisis supply, terdiri dari daya tarik wisata dan atraksi wisata, transportasi, sarana dan prasarana serta informasi dan promosi
• Analisis demand, terdiri dari karateristik wisatawan, motivasi perjalanan, fasilitas dan utilitas, Persepsi Terhadap Kawasan Wisata
b. Analisis SWOT
• Analisis komponen pengembangan kawasan wisata Kecamatan Badau
• Analisis faktor strategis internal dan eksternal (Matriks IFAS-EFAS)
• Anaisis Matriks Space dan Pemetaan
1.5
Metodologi
Dalam proses pelaksanaan Studi, digunakan metode pembahasan yang akan diterapkan, yaitu metode pendekatan studi, metode pengumpulan data dan metode analisis atau pengolaan data.
1.5.1 Metode Pendekatan Studi
Pariwisata banyaknya hasil penelitian pariwisata dalam dekade terakhir ini, menunjukan bahwa pariwisata menjadi objek studi yang telah menarik
9
perhatian banyak pihak, baik dari kalangan akademis maupun non akademis. Berdasarkan sudut pandang peneitian dari studi in, penelitian in menggunakan pendekatan secara umum yaitu top down planning dan bottom up planning. Top down plannning merupakan alur perencanaan yang berdasarkan atas kebijakan, baik kebijakan pemerintah pusat maupun daerah ataupun kebijakan lainnya, sedangkan bottom up planning merupakan alur perencanaan yang berdasarkan aspirasi dan kebutuhan, pendekatan ini melihat langsung kondisi lapangan dengan melakukan observasi. Disamping itu, metode pendekatan lainnya yang digunakan antara lain :
a. Pendekatan budaya
Pariwisata senantiasa terkait dengan budaya masyarakat. Dengan demikian meneliti pariwisata berarti meneliti budaya suatu masyarakat yang menjadi daya tarik wisatawan.
b. Pendekatan ekonomis
Pentingnya peran pariwisata dalam ekonomi daerah dan nasional, maka para ahli ekonomi memfokuskan diri pada masalah penawaran, tenaga kerja, pembelanjaan, pembangunan dan faktor-faktor ekonomi lainnya.
c. Pendekatan partisipasif
Pendekatan partisipasif bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri yang sejahtera melalui proses pemberdayaan dengan mengedepankan prinsip demokratisasi, kesetaraan dan keberpihakan pada masyarakat. Ada berbagai metode perencanaan partisipatif yang langsung melibatkan peran masyarakat yang telah banyak dikenal, tetapi pada studi ini hanya menggunakan metode ZOPP. Metode ZOOP merupakan perencanaan kegiatan yang berorientasi kepada tujuan. Zopp adalah singkatan dari kata Ziel (tujuan), Orienterte (berorientasi), Project (proyek), Planning (Perencanaan). Perencanaan partisipatif melalui metode ZOPP ini dilakukan dengan menggunakan empat alat kajian dalam ramgka mengkaji keadaan suatu wilayah perencanaan, yaitu: a. Kajian permasalahan; dimaksudkan untuk menyidiki masalah-maslah yang
terkait dengan suatu keadaan yang ingin diperbaiki melalui suatu kegiatan pembangunan.
b. Kajian tujuan; untuk meneliti tujuan-tujuan yang dapat dicapai sebagai akibat dari pemecahan masalah-masalah tersebut.
c. Kajian alternatif (pilihan-pilihan); untuk menetapkan pendekatan proyek yang paling memberi harapan untuk berhasil.
d. Kajian peran; untuk mendata berbagai pihak (lembaga, kelompok masyarakat dan sebagainya) yang terkait dengan kegiatan studi selanjutnya mengkaji kepentingan dan potensi.
Perencanaan dengan metode ZOPP mempunyai kegunaan untuk meningkatkan kerjasama semua pihak yang terkait, mengetahui keadaan yang ingin diperbaiki melalui kegiatan studi, merumuskan tindakan-tindakan yang diperlakuakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan studi.
1.5.2 Kerangka Pemikiran
Dalam studi ini dikemukakan suatu kerangka pemikiran studi yang merupakan keterkaitan antara latar belakang, perumusan masalah, tujuan, variabel penelitian, metode pendekatan studi, metode pengumpulan data maupun metode analisis sehingga menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi. Secara skematis kerangka pemikiran pada studi in dapat dilihat pada Gambar 1.1 sebagai berikut :
11 Rumusan Masalah
“Bagaimana merumuskan strategi pengembangan pariwisata Kecamatan Badau agar mampu meningkatkan jumlah wisatawan baik nusantara maupun mancanegara?”.
Landasan Teori dan Kajian Literatur
Tujuan
Untuk menyusun starategi pengembangan Pariwisata Kecamatan Badau
STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA KECAMATAN BADAU
FEED BACK Kecamatan Badau Memiliki potensi kekayaan alam yang luar biasa. Potensi yang dapat dijadikan tempat wisata adalah Gunung Tajam Laki Dan Bini, Air Terjun Gurok Beraye, Makam Keramat Gunung Tajam, Air Terjun Batu Mentas Dan Museum Badau. Sesuai dengan tujuan daerah Kecamatan Badau, maka pengembangan pariwisata derah Kecamatan Badau memiliki arti yang sangat penting dan strategis, karena sector in adalah sector andalan yang nantinya diharapkan mampu mendukung perkembangan pembangunan daerah dengan cara usaha ekonomi daerah serta memperdayakan dan meningkatkan kesejahtraan masyarakat.
Analisis
Analisis Supply dan Analisis Demand
Analisis Supply :
a. Daya Tarik dan Atraksi Wisata b. Transportasi
c. Sarana dan Prasarana d. Informasi dan Promosi
Analisis Demand : a. karateristik wisatawan b. motivasi perjalanan c. fasilitas dan utilitas
d. Persepsi Terhadap Kawasan Wisata
Analisis Strategi Internal dan Eksternal: a. Kekuatan b. Kelemahan c. Peluang d. Ancaman Anaisis SWOT
Gambar 1.1 Kerangka Berfikir
1.5.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dan informasi ini dibutuhkan dalam upaya kelancaran dalam proses analisis dan penyusunan rencana yang dilakukan melalui studi literatur, survey, dan wawancara.
Teknik pengumpulan data dan informasi ini diantaranya yaitu : 1. Berdasarkan Data Primer dan Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan secara langsung diwilayah studi yang berguna untuk menunjang proses analisa dengan cara :
a) Observasi,
Yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung ke lapangan dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan secara rinci berupa karakteristik objek wisata, kondisi perekonomian masyarakat, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung wisata, serta mengetahui kebutuhan wisatawan terhadap pelayanan di objek wisata. Observasi lapangan dilakukan dengan mengamati keadaan objek wisata, fasilitas, utilitas, kegiatan sosial budaya, demografi kependudukan, potensi dan permasalahan yang terdapat di daerah studi berdasarkan data skunder yang telah didapatkan. Hasil observasi lapangan adalah visualisasi berupa foto ataupun bentuk pemetaan lokasi objek wisata.
b) Kuesioner/Angket,
Yaitu cara yang dilakukan untuk berkomunikasi langsung dengan responden baik itu secara sistematis maupun tidak sistematis. Tujuannya untuk mengetahui tanggapan terhadap pertanyaan mengenai potensi dan permasalahan pariwisata yang ada di Kecamatan Badau. Dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan yang ditujukan kepada masing-masing responden (wisatawan dan masyarakat). Responden menjawab secara tertulis pertanyaan yang telah dibuat. Alat yang digunakan adalah lembar kuesioner. Cara penyampaian kuesioner dapat berbentuk langsung dan tidak langsung. Objek kuesioner ditujukan kepada individu dan diberikan kepada pengunjung dan masyarakat terkait objek wisata tersebut. Dalam melakukan studi ini, akan diajukan kuesioner sebanyak 40 eksemplar kepada pengunjung serta 40 eksemplar kepada penduduk lokal yang menurut RIPPDA Kabupaten Belitung merupakan objek wisata
13
potensial dan penunjang yang ada di wilayahnya tersebut. Untuk model kuesioner yang akan disampaikan kepada masing-masing responden. c) Wawancara,
Yaitu cara yang dilakukan untuk berkomunikasi langsung dengan responden secara langsung. Tujuannya untuk mengetahui tanggapan terhadap pertanyaan mengenai potensi dan permasalahan yang terdapat di objek wisata. Wawancara atau tanya jawab terhadap responden yang dianggap dapat mewakili kelompoknya. Sebagai pedoman wawancara dapat dibuat daftar pertanyaan sesuai dengan kondisi serta permasalahan pariwisata yang ada di Kecamatan Badau. Respondennya yaitu pengunjung, masyarakat dan aparat setempat.
d) Pemotretan
Pemotretan dilakuakn terhadap beberapa objek di wilayah studi yang dianggap dapat menunjang argumentasi lapangan.
2. Berdasarkan Data Sekunder
Metode pengumpulan data sekunder yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mendatangi secara langsung instansi-instansi terkait baik pemerintah maupun swasta dengan tujuan mendapatkan informasi yang lebih rinci melalui karateristik wilayah studi serta ekosistemnya. Selain itu dapat juga diperoleh melalui :
a) Survei literatur / studi literatur,
Yaitu pengumpulan data dengan mengkaji buku-buku serta artikel yang terkait dengan pokok bahasan studi. Studi literatur dapat dilakukan dengan mengunjungi perpustakaan, mencari buku-buku, majalah dan sebagainya, yang dapat menunjang kegiatan survei di lapangan.
b) Internet,
Yaitu pengumpulan data-data ataupun informasi dari web-web yang berhubungan dengan pariwisata daerah Kecamatan Badau.
1.5.4 Metode Analisis
Metoda analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
1. Analisis Kualitatif
Metode analisis kualitatif ini yaitu analisis yang digunakan, didasari pada suatu penguraian dan perhitungan sebab akibat untuk menganalisa data yang tidak dapat diuraikan (diangkakan) yang berupa deskriprif. Dalam penyusunan strategi pengembangan kawasan wisata Kecamatan Badau, yang termasuk dalam analisis kualitatif adalah analisis komponen pengembangan pariwisata berupa analisis supply dan demand. Yang tergoong kedalam analisis supply adalah daya tarik wisata dan atraksi wisata, transportasi, sarana dan prasarana serta informasi dan promosi dan komponen demand adalah karateristik wisatawan, motivasi perjalanan, fasilitas dan utilitas, Persepsi Terhadap Kawasan Wisata.
2. Analisis Kuantitatif
Metode analisis kuantitatif yaitu metode yang menggunakan perhitungan-perhitunganmasing-masing sektor dengan berbagai rumus perhitunga serta standar-standar yang berlaku. Yang termasuk dalam analisis kuantitatif adalah analisis SWOT. Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Kekuatan dan kelemahan dikelompokkan kedalam faktor internal, sedangkan peluang dan ancaman diidentifikasi sebagai faktor eksternal. Didalam bukunya “SWOT Balanced Scorecard” Freddy Rangkuti menjelaskan bahwa untuk melakuakan analisis SWOT ada beberapa langka-langka yang harus dilakukan, antara lain :
1. Melakukan proses input atau pengumpulan data. Tujuannnya untuk melakukan informasi strategis apa saja yang harus dilakukan sebelum melakukan analisis SWOT. Biasanya pengumpulan data lebih dianjurkan menggunakan data primer.
2. Sebelum melakukan analisis SWOT terlebih dahulu dilakukan pencermatan (scanning) yang pada dasarnya merupakan pendekatan dan mengidentifikasian sebagai praanalisis. Biasanya sebelum menentukan ukuran yang akan dipakai, perlu membuat suatu skema analisis.
Skema analsis diawali dengan penentuan indikator-indikator yang akan dijadikan sebagai bahan penilaian dalam analsis. Indikator-indikator ditentukan berdasarkan variabel-variabel yang telah ditetapkan berdasarkan kondisi eksisting serta dari hasil analisis yang telah dilakukan. Untuk lebih jelas mengenai skema anaisis SWOT dapat dilihat pada Gambar 1.2 di bawah ini :
15
Gambar 1.2 Skema Analisis SWOT
Berdasarkan skema analisis SWOT yang telah diuraikan diatas, langka selanjutnya adalah menjabarkan mengenai variabel analisis yang telah dilakukan berdasarkan kondisi eksisting diwilayah studi dan hasil analisis yang terjabarkan dalam beberapa indikator perkembangan dalam penentuan strategi pengembangan pariwisata Kecamatan Badau. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut :
Tabel 1.3
Indikator Analisis SWOT
Pengembangan Pariwisata Kecamatan Badau
Kondisi Variabel Indikator Analisis
Eksisting Fungsi dan Peranan Wilayah
Keterkaitan Wilayah Studi dengan konstelasi yang lebih luas
Dukungan kebijakan lokal dalam pengembangan kawasan wisata Teluk Triton
Analisis SWOT
Kondisi Eksisting Hasil Analisis
Penetapan Variabel
Penentuan Indikator-indikator perkembangan
Analisis Tiap Indikator
Analisis Strategi Internal Analisis Strategi Eksternal
Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
Perbandingan Anatara Kekuatan dan Kelemahan Perbandingan Anatara Peluang dan Ancaman
Kesimpulan Analisis SWOT
Kegiatan penunjang bagi kenerlangsungan dan perkembangan Pariwisata Kecamatan Badau
Kondisi fisik Alamiah Dukungan kondisi fisik alamiah dalam pengembangan Pariwisata Kecamatan Badau
Hasil Analisis
Potensi Pariwisata Kecamatan Badau
Distribusi fasilitas penunjang pariwisata Kecamatan Badau
Penilaian tingkat kemudahan pencapaian kawasan pariwisata Kecamatan Badau
Perkembangan dan distribusi pergerakan
arus wisatawan
Penilaian tingkat kelengkapan fasilitas kawasan Pariwisata Kecamatan Badau
Penilaian tingkat pengelolaan kawasan pariwisata Kecamatan Badau
Penilaian tingkat kemungkinan perkembangan fisik bagi pengembangan kawasan Pariwisata Kecamatan Badau
Penilain perkembangan kawasan wisata kecamatan Badau
Sumber : Hasil Analisis, 2015
Didalam melakukan penilaian terhadap indikator anaisis dilakukan dengan cara memberi kriteria penilaian terhadap seluruh indikator analisis kedalam dua kriteria yaitu :
a. Penilaian yang bersifat mendorong (kekuatan dan peluang) diberikan nilai positif (+)
b. Penilaian yang bersifat memberatkan (kelemahan dan ancaman) deberikan nilai negatif (-)
3. Memberikan bobot dan nilai
Setelah melakukan ukuran analisis yang akan digunakan, langka selanjutnya adalah memberikan bobot dan nilai pada tiap indikator analisis SWOT. Setiap indikator analisis memiliki penialaian yang berbeda. Hal ini disebabkan oeh karena berbedanya interpretasi dan kemungkinan hasil analisis yang diperoleh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut :
17
Tabel 1.4
Kriteria Penilaian Indikator Analisis SWOT Pengembangan Pariwisata Kecamatan Badau
No Indikator Kriteria Penilaian Nilai
1
Keterkaitan Wilayah Studi dengan konstelasi yang
lebih luas
Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain dalam konstelasi regional maupun nasional
+2
Memiliki keterkaitan dengan wilayah lain hanya dalam konstelasi regional
+1
Tidak memiiki keterkaitan dalam konstelasi regional maupun nasional
-1
2
Dukungan kebijakan lokal dalam pengembangan
kawasan wisata
Kebijakan lokal dengan diterapkan telah efektif menunjang pengembangan pariwisata Kecamatan Badau
+2
Kebijakan lokal dengan diterapkan belum efektif menunjang pengembangan pariwisata Kecamatan Badau
-1
Tidak adanya kebijakan lokal yang mendukung dalam pengembangan pariwisata Kecamatan Badau
-2
3
Kegiatan penunjang bagi kenerlangsungan dan
perkembangan Pariwisata Kecamatan
Badau
Adanya Kegiatan promosi wisata secara kontinyu dan berkesinmbungan serta melibatkan pemerintah daerah
+2
Masih kurangnya promosi objek wisata dan tidak melibatkan pariwisata daerah
-1
Tidak adanya kegiatan promosi wisata -2
4
Dukungan kondisi fisik alamiah dalam pengembangan Pariwisata Kecamatan
Badau
Tidak adanya kendala fisik dalam pengembangan pariwisata Kecamatan Badau serta memiliki daya tarik alamiah
+2
Terdapat kendala fisik dalam pengembangankawasan pariwisata Kecamatan Badau
-1
Pengembangan kawasan wisata Kecamatan
Badau merupakan kawasan
lindung/konservasi
-2
5 Distribusi fasilitas Memiliki > 3 komponen fasilitas penunjang +2
No Indikator Kriteria Penilaian Nilai penunjang pariwisata
Kecamatan Badau
pariwisata
Memiliki 1 – 3 komponen fasilitas penunjang pariwisata
+1
Tidak memiliki komponen fasilitas penunjang pariwisata -2 6 Penilaian tingkat kemudahan pencapaian kawasan pariwisata Kecamatan Badau
Tinggi, bagi kawasan yang memiliki kelengkapan fasilitas wisata yang tinggi, dimana fasilitas pelayanan wisata tersebut telah bervariasi dan jangkauan pelayanan mencakup kawasan pariwisata Kecamatan Badau
+2
Sedang, ketersediaan atau kelengkapan fasilitas wisata sedang, belum banyak variasinya dan jangkauan pelayanannya sebatas pariwisata Kecamatan Badau
+1
Rendah, ketersedian fasilitas wisata yang kurang dimana fasilitas wisata yang ada berskala pelayanan kawasan Pariwisata Kecamatan Badau atau bahkan belum memiliki fasilitas wisata sama sekali.
-2 7 Penilaian tingkat kelengkapan fasilitas kawasan Pariwisata Kecamatan Badau
Tinggi, bagi kawasan yang mempunyai potensi wisata yang telah dikelola dan didayagunakan dengan intensitas tinggi.
+2
Sedang, bagi kawasan yang mempunyai potensi wilayah dengan pengelolaan dan tingkat pendayagunaannya masih sedang
+1
Rendah, bagi kawasan pariwisata yang mempunyai potensi wisata tertentu yang belum dikelola (masih alami) dan pendayagunaannya masih jarang/rendah
-2 8 Penilaian tingkat pengelolaan kawasan pariwisata Kecamatan Badau
Tinggi, bagi kawasan objek wisata yang memiiki nilai aksesibilitas tinggi.
+2
Sedang, bagi kawasan objek wisata yang memiliki nilai aksesibilitas sedang
+1
19
No Indikator Kriteria Penilaian Nilai
memiliki nilai aksesibilitas rendah
9
Penilaian tingkat kemungkinan perkembangan fisik bagi pengembangan kawasan
Pariwisata Kecamatan Badau
Tinggi, bagi kawasan yang memiliki area pengembangan yang relatif luas untuk menampung perkembangan-perkembangan fisik. Dengan kata lain, kawasan ini tidak mempunyai rintangan fisik pengembangan kegiatan pariwisata.
+2
Sedang, bagi kawasan yang memiliki area pengembangan yang agak terbatas akibat adanya rintangan fisik. Sehingga area pengembangan fisik terbatas untuk menampung perkembangan kegiatan pariwisata tertentu, seperti lokasinya yang berdekatan dengan permukiman penduduk.
+1
Rendah, bagi kawasan yang perkembangan sangat terbatas untuk menampung pengembangan pariwisata, dikarenakan keterbatasan alam yang dimilikinya, seperti : hutan lindung ataupun cagar alam
-2
10
Penilain perkembangan kawasan wisata kecamatan Badau
Tinggi, bagi kawasan wisata yang mendapat angka kunjungan wisatawan relatif besar.
+2
Sedang, bagi kawasan wisata yang mendapat angka kunjungan wisatawan sedang
+1
Rendah, bagi kawasan wisata yang mendapat angka kunjungan wisatawan relatif kecil.
-2
Sumber : Hasil Analisis, 2011
4. Pemetaan posisi pariwisata bertujuan untuk mengetahui posisi pariwisata dari suatu kawasan wisata dalam kondisi perkembangannya saat ini. Pemetaan di dasarkan pada analogi sifat yang dimiliki pada faktor-faktor strategis. Pemetaan posisi pariwisata ini didasarkan pada kuadran SWOT. Kuadran SWOT terbagi kedalam 4 (empat) kuadran, dimana masing-masing kuadran memiliki penafsiran yang berbeda-beda. Menurut Freddy Rangkuti (2011:199) dalam
bukunya “SWOT Balanced Scorecard”. Menjabarkan pengertian tiap kuadran sebagai berikut:
a. Kuadran I
Kuadran ini menunjukan bahwa situasi kawasan pariwisata berada dalam posisi yang sangat menguntungkan. Artinya suatu kawasan pariwisata memiliki peluang dan kekuatan yang sangat besar sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada secara optimal. Posisi ini ditunjukan dengan kriteria bahwa S (Strength) > W (Weakness) dan O (Opportunity) > T (Threat). Posisi ini mengandung makna bahwa dibutuhkan strategi untuk mencari alternatif pengembangan lain, denga perilaku yang “bertahan” dalam usaha pengembangan kawasan wisata Kecamatan Badau.
b. Kuadran II
Meskipun menghadapi beberapa ancaman, suatu kawasan wisata masih memiliki kekuatan dari segi internal. Posisi ini ditunjukan dengan kriteria bahwa S (Strength) > W (Weakness) dan O (Opportunity) < T (Threat). Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan yang memanfaatkan peuang jangka panjang dengan cara strategi “diversifikasi” (produk/pasar).
c. Kuadran III
Kuadran ini menunjukan bahwa suatu kawasan wisata menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak juga menghadapi beberapa kendala-kendala yang bersifat internal. Posisi ini ditunjukan dengan kriteria bahwa S (Strength) < W (Weakness) dan O (Opportunity) > T (Threat). Strategi yang harus diterapkan adalah dengan prilaku yang “berputar arah” dalam usaha pengembangan kawasan parawisata kecamatan badau.
d. Kuadran IV
Kuadran ini menunjukkan bahwa suatu kawasan wisata berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Artinya suatu kawasan wisata sedang mengalami berbagai macam ancaman dan kelemahan-kelemahan yang bersifat internal. Posisi ini di tunjukkan dengan kriteria bahwa S (Strength) < W (Weakness) dan O (Opportunity) > T (Threat). Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung strategi “agresif” dalam memacu perkembangannya.
Dari penjelasan mengenai kuadran SWOT diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa setiap kuadran memiliki alternatif strategi yang harus
21
diterapkan. Untuk lebih jelasnya mengenai pembagian kuadran SWOT dapat dilihat pada Gambar 1.3 berikut :
Gambar 1.3 Kuadran SWOT Sumber : Freddy Rangkuti, 2011
Keterangan:
a. Strategi bertahan adalah strategi untuk mengurangi atau merubah bentuk suatu produk kawasan wisata.
b. Strategi Diversifikasi adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki suatu kawasan wisata saat ini untuk membuka peluang jangka panjang dalam pengembangan produk yang baru.
c. Strategi putar balik adalah strategi untuk mengambil bergagai langkah yang diperlukan guna mengatasi kelemahan yang dihadapi suatu kawasan wisata agar peluang eksternal dapat dimanfaatkan.
d. Strategi Agresif adalah strategi untuk meningkatkan dan mengembangan suatu kawasan wisata.
Oppurtunities Strengths Weakness Threats Kuadran I “ BERTAHAN” Kuadran III “ PUTAR BALIK” Kuadran II “ DIVERSIFIKASI” Kuadran IV “ AGRESIF” S>W & O>T S<W & O>T S>W & O<T S<W & O<T repository.unisba.ac.id
5. Pembuatan matriks SWOT
Matriks SWOT adalah matrik yang mengintegrasikan faktor strategis internal dan eksternal. Matrik ini dapat mengambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Adapun keluaran dari matriks SWOT ini yaitu berupa alternatif strategi. Alternatif strategi adalah hasil dari matriks analisis SWOT yang dihasilkan berupa 4 (empat) jenis strategi yaitu:
a. Strategi SO
Strategi ini disusun dengan maksud menggunakan semua kekuatan untuk merebut peluang.
b. Strategi ST
Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi.
c. Strategi WO
Srategi ini diterapkan untuk meminimalkan kelemahan yang ada untuk memanfaatkan peluang yang ada.
d. Srategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan usaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman yang akan dihadapi.
Gambar 1.4 Matrik SWOT Sumber: Freddy Rangkuti, 2011
Objek/Sasaran Analisis Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Peluang) S – O Strategy W – O Strategy Threats (Ancaman) S – T Strategy W – T Strategy Eksternal Factor In te rn a l F a c to r
23
25
1.
6
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan bagian-bagian dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Sistematikanya antara lain:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan uraian yang berisikan tentang latar belakang studi, rumusan masalah, tujuan, sasaran dan manfaat studi, ruang lingkup studi, metodologi, kerangka pemikiran dan sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentang kajian teori-teori yang dipakai dalam menganalisa pokok materi yang dijabarkan dan materi yang akan dilakukan dan di analisa dalam strategi pengembangan pariwisata Kecamatan Badau beserta pengertian-pengertian yang berhubungan dengan studi yang dilakukan.
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
Berisikan tentang gambaran umum wilayah studi yang terdiri dari fisik dasar, sarana prasarana wisata, struktur penduduk.
BAB IV ANALISIS
Bab ini menjelaskan mengenai analisis komponen-komponen wisata di Kecamatan Badau
BAB V STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA KECAMATAN BADAU Berisikan mengenai rencana strategi untuk pengembangan pariwisata kawasan batu besar serta rekomendasi yang dikeluarkan