• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERKEMBANGAN PINDAD SELAMA ERA ORDE BARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PERKEMBANGAN PINDAD SELAMA ERA ORDE BARU"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

58

1976-1983

A. Perindustrian Angkatan Darat (Pindad)

Kegiatan Pindad dititikberatkan untuk memproduksi senjata dan mesiu, dengan perkataan lain untuk memenuhi kebutuhan militer.Perindustrian Angkatan Darat yang lebih dikenal dengan Pindad sudah melakukan berbagai jenis produksi hingga tahun 1976 seperti Senapan Serbu 77 (SS77).

1. Perkembangan PerindustrianAngkatanDarat

Tahapan pengembangan di era Pindad lebih fokus pada tujuan pembinaan yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip pengelolaan terpadu dan kemajuan teknologi mutakhir. Proses produksi Pindad pun dilakukan untuk mendukung kebutuhan TNI AD. Serangkaian percobaan dan evaluasi pembuatan senjata baru pun dilakukan dan menghasilkan berbagai Surat Keputusan dari Angkatan Bersenjata untuk memakai senjata Pindad sebagai senjata standar mereka. Setelah itu, senjata pun diproduksi secara massal.1

Pindad diharapkan secara perlahan tapi pasti agar berkembang menjadi industri senjata dalam negeri yang ampuh berkompetisi dengan industri-industri senjata lainnya, untuk membuat alat-alat keperluan prajurit sehari-hari serta perlengkapan untuk bertempur dalam arti yang sangat luas. Dari sangkur, senjata ringan dan berat seperti pistol, revolver, senapan mesin, mortir, meriam hinngga peluru-pelurunya. Melalui kerja sama dengan berbagai badan dan instansi lainnya,

1

Abrar Yusra., Azwar Anas Teladan dari Ranah Minang, (Jakarta : Kompas, 2011), hlm. 68.

(2)

Pindad juga melakukan eksperimen pembuatan dan peluncuran roket. Lebih jauh Pindad juga memproduksi alat-alat transportasi militer dan suku cadangnya, seperti panser dan tank.

Namun perkembangan industri pertahanan masih kurang dapat perhatian dari pemerintah karena pada masa Orde Baru yang banyak melakukan import alutsista, maka industri pertahanan tidak mendapat anggaran yang seharusnya dimana anggaran untuk pembelian lebih besar dibandingkan dengan anggaran untuk modal bagi industri pertahanan dalam negeri.

Seperti ditulis Radius Prawiro:

“Saat itu industri Indonesia masih belum berkembang; Indonesia masih merupakan suatu negara yang agraris, maka pengadaan barang-barang kebutuhan hidup dilakukan melalui kegiatan perdagangan, dalam hal ini kegiatan impor. Sedangkan kegiatan perdagangan tidak dapat berjalan lancar karena kelangkaan devisa, berhubung sebelumnya devisa banyak dipakai untuk mendanai perjuangan pembebasan Irian Barat, lalu untuk konfrontasi dengan Malaysia. Negara kita mengalami suatu kesulitan untuk meredakan inflasi yang waktu itu sudah menuju ke 650 persen pada tahun 1966...”2

Sejalan dengan itu, Indonesia membenahi politik luar negerinya, antara lain menyambung kembali hubungan dan kerja samanya yang sebelumnya terputus dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga-lembaga internasional lainnya, serta mengundang masuknya investasi asing di Indonesia. Semua itu membawa konsekuensi-konsekuensi yang mendasar dan luas di semua sektor kehidupan.

Setelah rehabilitasi ekonomi (1966-1969), lalu dirancangkan program pembangunan nasional sesuai Repelita jangka panjang Pertama (1969-1994), yang

(3)

menitik beratkan pembangunan ekonomi yang dititikberatkan pada pembangunan pertanian dengan target swasembada beras sebagai basis pembangunan industri. Pembangunan pertanian besar-besaran di Indonesia itu didukung antara lain oleh pembangunan berbagai irigasi besar dan kecil, pembangunan jalan raya yang didukung rehabilitasi dan pembangunan industri semen dan pupuk, serta penerapan teknologi pertanian di negara yang wilayahnya luas dan agraris ini. Perubahan agenda pokok pemerintah itu pada gilirannya menimbulkan perubahan pula pada status dan funsi Operasi Karya Pindad.3

Mesin-mesin Pindad mengalami idle capacity walaupun menganggur tetapi mesin-mesin harus tetap produktif. Operasi Karya adalah bagian dari kegiatan Pindad sebagai badan usaha milik negara di lingkungan Angkatan Darat, yang secara resmi merupakan usaha industri untuk membuat senjata dan mesiu. Kegiatan Operasi Karya Pindad sendiri hanya merupakan kegiatan ekstra, yang tidak memiliki sarana, fasilitas, dan alokasi dana pemerintah (APBN).4

Kurang ketersediaan dana bagi produksi senjata merupakan suatu kendala yang cukup besar. Tanpa biaya operasi ataupun alokasi dana pemerintah, industri tidak mampu untuk memproduksi senjata secara masif. Pemerintah yang kurang memperhatikan perkembangan industri senjata akibat dari kelangkaan devisa dari pemerintahaan Orde Lama membuat Pemerintahan Orde Baru berusaha untuk lebih memperhatikan bagaimana produksi industri senjata dalam negeri.5

Dengan menggunakan Operasi Karya Pindad berusaha membuat inovasi dan kreasi dengan menggunakan sumber daya yang ada. Ini bertujuan

3Ibid., hlm. 71. 4Ibid.

(4)

menggembangkan peran serta Pindad dalam pembangunan industri dalam negeri.Pada 29 April 1983, industri militer ini dimasukkan ke industri stragis dengan nama PT Pindad (Persero), yang berada di bawah kendali Dr. B.J. Habibie. Pada masa inilah proses alih dan akumulasi teknologi dilakukan secara sistematis, dinamis, dan terprogram. Dengan empat tahap transformasi teknologi, Habibie melalui tahap produksi senjata dengan lisensi. PT Pindad kemudian melakukan program manufaktur senjata baru, yaitu senapan serbu FNC, dengan lisensi dari Fabrique Nationale Herstal (FNH), Belgia. Senapan serbu ini lebih maju dari yang pernah dibuat Pindad karena memenuhi standar NATO.6

Melalui perjanjian lisensi dengan perusahaan Inggris, Pindad melakukan perakitan sepuluh unit tank Scorpion. Hal ini menambah pengetahuan, baik implisit maupun eksplisit, di bidang kendaraan tempur. Dan kelak kemampuan ini digunakan untuk mendesain dan membuat water canoon dan tactical combat

vehicle. Perbaikan dan pemeliharaan tank Scorpion juga dilakukan di Pindad.7

Industri yang bergerak dibidang senjata ini juga mengembangkan di bidang kendaraan tempur. Untuk mengurangi ketergantungan Industri alutista dalam negeri dalam import kendaraan tempur seperti tank maupun alat berat lainnya.

Produksi di bawah lisensi FNH, PT Pindad mendapatkan pembelajaran. Dari kerja sama ini, mereka memperoleh kesempatan mempelajari karateristik senjata. Selain itu, Pindad dapat melakukan perbandingan senjata dari segi desain, khususnya dengan senapan buatan Amerika Serikat yang terkenal, M-16. Maka pada tahap ini PT Pindad sudah mampu melakukan adaptasi desain senjata

6 Silmy Karim., Op.Cit., hlm. 117. 7Ibid.

(5)

Fabrique Nationale Carabine (FNC) menjadi senapan serbu SS1 berkaliber 5,56

mm, yang sekarang menjadi salah satu senjata organik TNI.8

Program produksi dengan sistem lisensi seperti itu juga memberikan pengetahuan bagaimana meningkatkan kualitas dan kinerja senjata. Dari sini, dilakukan adaptasi desain sesuai dengan kondisi pemakainya, yaitu TNI dengan karateristik keindonesiaannya. Maka diproduksilah senapan serbu SS1 dengan versi 1, 2, 3, dan 5. Program ini akhirnya terbukti memberikan pelajaran yang berharga bagi PT Pindad dalam memproduksi senjata dan granat.9

Dari pengalaman di atas, PT Pindad kemudian memproduksi versinya atau modifikasinya, baik pistol P1 maupun revolver (R1), dengan menggunakan teknologi balistik berupa laras berulir. Pistol P1 Dan P2 kaliber 9 mm dibuat lebih sesuai dengan dengan ergonomi orang Indonesia dan juga dengan memperhatikan serta melakukan remodifikasi balistik dalam dan luar pistol tersebut. Pistol ini dirancang beroperasi dari Jerman.10

Gambar 1. Pistol-P1

Sumber : Buku Catur Windu Perindustrian TNI AD

8

Ibid.

9Ibid., hlm. 118. 10Ibid.

(6)

Industri senjata adalah salah satu komponen penting dalam faktor mendukung alutsista negara. Indonesia dengan pengembangan industri Badan Usaha Milik Negara Strategis (BUMNIS) dapat membantu dalam pertahanan dan keamanan negara. Kekuatan militer negara dilihat dari kelengkapan alutsista negara serta persenjataan yang digunakan oleh tentaranya.

B. Kepemilikan TNI Terhadap Pindad

Angkatan Bersenjata menjadi faktor dominan dalam pembentukan kebijakan Pemerintah. Pabrik Industri Senjata pada masa Orde Baru dikelola oleh Angkatan Darat.Sejak diserah terimakan dari Belanda, PSM (Pabrik Senjata dan Mesiu) langsung diterima oleh TNI, sehingga industri senjata menjadi tanggung jawab pihak militer dalam produksi maupun pengembangan senjata maupun alutsista. Sebagai pemegang industri alutsista, TNI fokus dalam pembuatan senjata.

1. IndustriSenjata TNI AD PraPindad

Perkembangan PSM. Tanggal 1 Januari 1953 reorganisasi PSM yang dititik beratkan pada penyelesain tugas pokok. Terutama untk pembaharuan mesin-mesin guna membuat jenis/type jenis senjata dan munisi, sucad senjata, rematerialisasi dan alat perlengkapan keperluaan TNI Angkatan Darat. Kemudian juga diadakan modernisasi instalasi dan tahun 1955 membangun pabrik munisi kaliber ringan di PSM, sehingga tahun 1956 telah berhasil memproduksi munisi kaliber ringan secara besar-besaran. Hasil yang dicapai PSM saat itu meliputi pisotl isyarat 1 inch, stengun 9 mm, rebuild karabin 6,5 mm menjadi 7,7 mm

(7)

granat-granat tangan, pesawat mortir 5 cm, 6 cm dan 8 cm, hasil-hasil tersebut telah digunakan TNI untuk operasi militer.11

Saat bernama Pabal AD, terjadi beberapa perkembangan dalam bidang teknologi persenjataan. Mereka mulai menjalin kerja sama dengan perusahaan senjata Eropa untuk pembelian dan pembangunan satu unit pabrik senjata. Hasilnya, mereka berhasil membangun pabrik senjata ringan.12

Pabrik Alat Peralatan AngkatanDarat (Pabal-AD). Tanggal 1 Desember 1958 PSM dirubah menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat. Usaha pengembangan pabrik, khususnya bidang persenjataan makin ditingkatkan guna mengurangi ketergantungan kebutuhan senjata dan munisi dari negara lain. Setelah berhasil memodernisir Pabrik munisi tahun 1957, usaha pengembangan selanjutnya adalah untuk membangun pabrik senjata, usaha ini akhirnya berhasil pada tahun 1959 dengan ditandatangani kontrak kerasama untuk pembelian satu unit Pabrik Senjata dikenal dengan kontrak BB/KOYA. Disamping merencanakan pembangunan pabrik senjata, juga berhasil mengembangkan Fuse untuk granat mortir serta munisi kaliber. 30 M/T, munisi kaliber 9mm.13

Keberhasilan itu membuat Pabal AD ditunjuk sebagai badan pelaksana utama pengadaan senjata di kalangan TNI AD. Pada era ini pula pemerintahan

11Lestari Wijono., “Pemberdayaan Industri Strategis Dalam Mendukung

Alutsista TNI AD Untuk Meningkatkan Pertahanan Keamanan Negara (Studi Di PT Pindad)”, Tesis, (Yogyakarta : UGM, 2008), hlm. 4

12

Silmy Karim., Membangun Kemandirian Industri Pertahanan Indonesia, (Jakarta : PT.Gramedia, 2014), hlm. 108.

(8)

Belanda menyerahkan Cassava Factory, pabrik ubi kayu, di Turen, Malang, Jawa Timur yang kemudian menjadi lokasi Divisi Munisi PT Pindad (Persero).14

2. IndustriSenjata TNI AD Pindad

Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) melakukan pembangunan instalasi yang dilakukan secara bertahap, ternyata semakin meningkatan kemampuan tekonologinya, sehingga mengantarkan ke fase kedewasaan menjadi satu instalasi industri. Pada tanggal 17 Mei 1962 namanya dirubah menjadi Perindustrian TNI Angkatan Darat (Pindad). Pembangunan tahap-tahap berikutnya diarahkan untuk lebih menitikberatkan pada pencapaian tujuan pembinaan disesuaikan dengan tingkat perkembangan teknologi.

Komando Perindustrian TNI Angkatan Darat. Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam re-organisasi departemen-departemen pemerintahan, termasuk Departemen Hankam, maka Pindad mengalami perubahan nama menjadi Komando Perindustrian TNI Angkatan Darat (Kopindad). Perubahan ini ternyata membawa perubahan sikap mental yang lamban.

Perkembangan selanjutnya, sebagai realisasi Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Nomor Kep/18/IV/1976 tertanggal 28 April 1976 tentang Pokok-pokok Organisasi dan Prosedur Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, nama Kopindad dikembalikan menjadi Pindad. Pindad berubah dari komando utama pembinaan menjadi badan pelaksana utama di lingkungan TNI AD. Sebagai realisasi Keputusan Menhankam/Pangab No: Kep/18/IV/1976 tanggal 28 April 1976

(9)

tentang pokok-pokok organisasi dan Prosedur Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat dan Keputusan Kasad No: Kep/58/X/1979 tanggal 12 Oktober 1979 tentang organisasi dan tugas Pindad, nama Kopindad dirubah menjadi Pindad sejak tangggal 12 Oktober 1979. Perubahan nama ini mengakibatkan perubahan status Pindad dari Komando Utama Pembinaan Menjadi Badan Pelaksana Utama di lingkungan TNI Angkatan Darat.15

Perkembangan selanjutnya Pindad membentuk pabrik-pabrik sesuai kemampuan teknologi meliput : Pabrik Senjata Ringan dengan tugas pokok memproduksi senjata ringan berbagai kaliber serta senjata untuk berburu.; Pabrik Munisi Ringan (Pabmuri) Bandung, dengan tugas pokok memproduksi munisi kaliber ringan serta munisi untuk berburu berbagai macam type; Pabrik Munisi Ringan (Pabmuri) Turen dengan tugas pokok memproduksi munisi kaliber ringan; Pabrik Munisi Berat dengan tugas pokok memproduksi berbaagai macam munisi kaliber berat.; Pabrik Perkakas dan Instrumen (Pabkakmen), dengan tugas pokok memproduksi perakakas dan sarana pabrik termasuk onderdil mesin dll.; Pabrik Konstruksi Umum (Pabkonsum) dengan kegiatan pokok meliputi bidang perkayuan. Berbagai pengembangan produksi telah dilakukan Pindad antara bidang senjata, pada tahun 1977 berhasil membuat pramodel senjata ringan yang dinamakan senapan serbu (SS 77) kaliber 5,56 mm dan 7,62 mm, serta pengembangan-pengembangan munisi maupun produk-produk untuk kepentingan industri dan rumahtangga.16

15Ibid., hlm. 48. 16

Departemen Pertahanan Nasional.,

PerindustrianTentaraNasionalIndonesiaAngkatanDarat, (Bandung : PT Pindad,

(10)

Gambar 2.

Prototype SS 77 dengan popor yang dapat dilipat

Sumber : Buku Catur Windu Perindustrian TNI AD

Dilihat dari segi kemampuan teknologinya, Pindad mendasarkan kepada kemampuan teknologi dari tiap-tiap unit pabrik yang berada di dalam tubuh Pindad sendiri, yang meliputi kegiatan :17

1. Pabrik Senjata Ringan :

a. Tugas pokoknya memproduksi senjata ringan berbagai macam kaliber dan tipe. Senjata ringan yang telah diproduksi adalah: 1) Pistol P-1. 2) Pistol mitraliur PM-1. 3) Senapan SP-1. 4) Senapan SP-2. 5) Senapan SP-3. 6) Pesawat mortir 5 cm. 7) Pesawat mortir 6 cm. 8) Pesawat mortir 8 cm.

9) Pistol isyarat 1 inch dan 15 mm.

(11)

b. Kemampuan dalam produksi sipil berupa senjata berburu berbagai macam kaliber dan tipe.

2. Pabrik Munisi Ringan (Pabmuri) Bandung :

a. Tugas pokoknya memproduksi berbagai macam munisi ringan. Munisi kaliber ringan yang telah diproduksi adalah : 1) Munisi kaliber 7,62 mm long MU-2 Tj.

2) Munisi kaliber 7,62 mm MU-2 Tj. 3) Munisi kaliber 9 mm MU-1 Tj. 4) Munisi kaliber 30 Hampa M2 HK.

5) Munisi kaliber 7,62 mm Hampa MU-2 H. 6) Munisi kaliber 9 mm MU-1 Tj.

b. Kemampuan dalam produksi sipil berupa munisi berburu berbagai macam tipe.

3. Pabrik Munisi Berat (Pabmurat) :

a. Tugas pokoknya memproduksi berbagai macam munisi kaliber berat dan bahan peledak. Munisi kaliber berat dan bahan peledak telah diproduksi adalah:

1) Granat mortir 5 cm. 2) Granat mortir 6 cm. 3) Granat mortir 8 cm. 4) Granat tangan offensief. 5) Granat tangan asap. 6) Granat tangan defensief.

7) Penggalak untuk munisi kaliber ringan dan lain-lain peluru.

8) Tabung ledak (fuze) untuk granat mortir, granat tangan dan lain-lain alat peledak.

9) Peluru pendorong untuk granat mortir. 10) Alat-alat penghancur (demolition charge). 11) Pengisian TNT.

12) Detonator untuk mortir, granat tangan. 13) Peluru isyarat 1 inch dan 15 mm.

(12)

1) Pompa-pompa air. 2) Metalic packing. 3) Mesin rami. 4) Emposan tikus. 5) Signal flares.

6) Rupa-rupa kembang api.

7) Detonator listrik dan non listrik. 8) Peluru kaliber 22

9) Dan lain-lain.

4. Pabrik perakas dan Instrumen (Pabkakmen) : a. Kegiatan pokoknya meliputi :

1) Pembuatan perkakas khusus, umum, alat ukur/kaliber, alat pemegang dan lain-lain.

2) Proses penyepuhan.

3) Pekerjaan pelapisan (coatingverchroom). 4) Pengasahan (pemeliharaan perkakas).

5) Pembuatan spare-parts untuk mesin-mesin produksi. b. Kemampuan dalam produksi sipil pembuatan :

1) Perkakas potong (cutting tool) untuk produksi sipil. 2) Instrumen-instrumen ukur.

3) Roda gigi teliti. 4) Stempel mattrijs. 5) Onderdil mesin-mesin.

5. Pabrik Konstruksi Umum (Pabkonsum) :

a. Kegiatan pokoknya meliputi bidang perkayuan, konstruksi, permesinan, tuangan dan stamping :

1) Pembuatan popor.

2) Pancar pasir (sandblasting).

3) Pengelasan bagian-bagian senjata menjadi

sub-assembling.

4) Pekerjaan konstruksi dan las umum. 5) Pembuatan peti-peti pengemasan. 6) Pembuatan peti-peti angkut produk. 7) Pembuatan pelor kayu hampa. 8) Pengecatan alat-alat pengemas.

9) Pemeliharaan mesin-mesin dan pekerjaan penyelesaian (finishing) produk secara mekanis.

10) Melakukan pekerjaan-pekerjaan penjahitan barang-barang perlengkapan senjata ringan dari kain.

(13)

11) Barang-barang tuangan untuk bantuan pemeliharaan. 12) Badan granat tangan.

13) Parts senjata dari sheet-metal.

14) Pembuatan peti pengemasan (dari kaleng) untuk senjata, munisi dan lain-lain.

15) Pembuatan dus-dus pengemas untuk munisi dan lain-lain.

16) Pembuatan tabung pengangkut granat mortir (carriers). 17) Pembuatan komponen-komponen untuk senjata dan

lain-lain yang dilakukan dengan proses stamping. b. Kemampuan produksi sipil :

1) Konstruksi kayu.

2) Pembuatan spre-parts (roda gigi dll). 3) Pembuatan pompa-pompa air/tambang. 4) Pembuatan pintu-pintu air.

5) Pembuatan mesin-mesin/alat-alat pertanian (pedal threser).

6) Rumah-rumah pompa tambang.

7) Segala macam benda tuangan, besi cor, baja dan non-ferro.

8) Pembuatan Perlengkapan Perorangan dan Lapangan. 9) Bintang-bintang tanda jasa, medali dan lain-lain. 10) Piala-piala dan emblim.

11) Alat-alat intendans (ranjang, muk, lunchtray dll)

12) Pembuatan mesin-mesin dan alat-alat pertanian (Sprayers dan pelmolen).

13) Komponen-komponen motor Honda dan mobil Daihatsu.18

Kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai salah satu faktorpenting dalam rangka penyempurnaan produksi telah dilaksanakan semenjak P.S.M, PABAL-AD dan Pindad. Kegiatan ditujukan kepada peningkatan mutu produksi, perbaikan proses disesuaikan dengan kemajuan teknologi mutakhir.

Kepemilikan TNI AD, Pindad mampu berkembang dan mendapatkan perhatian dari Pemerintah akan pentingnya industri alutsista. Melalui Keppres Nomor 40 tahun 1980 (BPP), Tentang Tim Pengembangan Industri Strategis

(14)

Hankam yang Terdiri Atas Menteri Negara Riset dan Teknologi/Kepala BPP Teknologi, Menhankam/Pangab, dan Menteri Perindustrian.

Pembahasan mengenai Pindad, industri yang bergerak di bidang alutsista untuk masuk ke dalam industri strategis negara mulai menjadi wacana penting bagi pemerintah. Secara perlahan pemerintah mulai masuk kedalam dewan direksi serta struktur organisasi dalam instansi tersebut. Industri yang telah dikelola oleh TNI-AD sejak pemerintahan era Soekarno mulai melakukan perombakan dalam struktur organisasi yang melibatkan pihak luar kalangan militer. Kalangan militer yang selama lebih dari 30 tahun memegang kendali penuh terhadap industri senjata perlahan berganti kepemimpinan dengan kepemimpinan sipil dengan B.J Habibie mewakili Kementrian Riset dan Teknologi (KEMENRISTEK)melalui upacara pemindahanPindad dari Kementrian Pertahanan dan Keamanan (KEMENHANKAM) diwakili oleh Panglima ABRI (PANGAB). Disamping itu koordinasi antardepatemen, yang sangat penting bagi pengembangan industri pertahanan dan keamanan, juga telah dimantapkan melalui Keputusan Presiden No 59 Tahun 1983 Tentang Pembentukan Dewan Pembina dan Pengelola Industri-industri Strategis dan Industri Pertahanan Keamanan.

C. Kepemilikan BUMN ( Perseroan Terbatas) PT PINDAD

Setelah masuk kedalam Perseroan melalui BUMN kemudian Pindad mulai dikelola oleh Kemenristek dibawah B.J Habibie. Menjadi persero bukan suatu kendala bagi perkembangan Pindad karena justru melalui persero yang masuk ke dalam BUMN, Pindad menjadi salah satu target kemajuan perkembangan ekonomi negara. Karena setelah menjadi persero Pindad harus bisa memajukan

(15)

kemampuan daya saing industri dalam negeri untuk dapat meningkatkan kuantitas produksi maupun kulitas.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 740/KMK 00/1989 yang dimaksud Badan Usaha Milik Neara (BUMN) adalah : Badan usaha yang seluruh modalnya dimiliki negara (Pasal 1 Ayat 2a). Atau badan usaha yang tidak seluruh sahamnya dimiliki negara tetapi statusnya disamakan dengan BUMN yaitu (Pasal 1 Ayat 2b).19

1. BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan pemerintah daerah.

2. BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan BUMN lainnya,

3. BUMN yang merupakan badan-badan usaha patungan dengan swasta nasional/asing di mana negara memiliki saham mayoritas minimal 51%.20

Bahasa asingnya BUMN adalah public enterprise. Dengan demikian BUMN berisikan dua elemen esensial yakni unsur pemerintah (public) dan unsur bisnis (enterprise). BUMN tidaklah murni pemerintah 100 persen dan tidak juga murni bisnis 100 persen. Berapa besar presentase masing-masing elemen itu di suatu BUMN tergantung pada jenis atau tipe BUMN-nya. Dalam hal Perjan unsur pemerintah lebih besar dari unsur bisnis, sedangkan untuk Persero unsur bisnisnya lebih dominan dari unsur pemerintah. Perum boleh dikatakan fifty-fifty. Tetapi pasti di setiap jenis BUMN kedua unsur tersebut pasti harus ada.21

19Pandji Anoraga., BUMN, SWASTA dan KOPERASI , (Jakarta : PT.

Dunia Pustaka Jaya, 1995), hlm. 1.

20Ibid. 21Ibid.

(16)

1. Persero (KUHD) Goverment/State Company

a) Makna usaha, tujuan perusahaan : profit sebagai titik berat.

b) Status hukum : badan hukum berdasarkan KUHD dan PP pendirian (dengan akte notaris).

c) Hubungan organisatoris dengan pemerintah : berdiri sendiri sebagai suatu kesatuan organisasi yang tercapai (otonom).

d) Pemilikan/penguasaan oleh pemerintah : dapat sepenuhnya atau sebagian yaitu melalui pemilikan saham secara keseluruhan atau sebagian.

e) Pengurusan oleh pemerintah : pimpinan adalah suatu direksi, diangkat oleh Rapat umum Pemegang Saham.

f) Pengawasan oleh pemerintah : melalui dewan komisaris yang diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

g) Kekayaan/permodalan : dari kekayaan negara yang dipisahkan dan merupakan modal dasar persero, untuk keseluruhan atau sebagian modal perseroan terbagi dalam saham-saham.

h) Status kepegawaian : pegawai perusahaan swasta biasa.

i) Ruang lingkup kegiatan usaha : seperti pada perusahaan swasta biasa.22 2. PerananBUMN

Peranan BUMN erat berkaitan dengan berbagai tujuan yang perlu dicapai BUMN, seperti yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983. PP No. 3/1983 ini, yang meliputi ketiga BUMN, yaitu Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Umum (Perum), dan Perusahaan Jawatan (Perjan), menetapkan bahwa tujuan-tujuan BUMN adalah :

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan ekonomi negara pada umumnya dan penerimaan negara khususnya;

2. Mengadakan pemupukan keuntungan dan pendapatan;

3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa barang dan jasa bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. 4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat

dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.

5. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat melengkapi kegiatan swasta dan koperasi dengan antara lain menyediakan kebutuhan masyarakat, baik dalam bentuk barang maupun bentuk jasa dengan memberikan pelayanan yang bermutu.

6. Turut aktif memberikan bimbingan kepada sektor swasta, khususnya pengusaha golongan ekonomi lemah dan sektor koperasi.

(17)

7. Turut aktif melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program dan kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan umumnya.23

Pada seminar Peranan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dalam Pelita IV yang diadakan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 1984, Menteri Keuangan Republik Indonesia juga mengemukakan bahwa, seperti juga halnya dengan Pelita I, II, dan III, maka dalam Pelita IV BUMN tetap memegang peranan Penting.24

BUMN sebagai unit ekonomi milik negara merupakan sektor yang penting perannya dalam membantu pemerintah mengiplementasikan kebijakan pembangunan yang telah digariskan. Dalam konteks pencarian alternatif sumber dana, pemerintah memberikan perhatian atau mungkin semcam tuntutan yang makin besar kepada BUMN, khususnya yang berstatus persero. Hal ini mengingatkan untuk memupuk keuntungan, besarnya jumlah BUMN dalam status Persero, besarnya investasi yang ditanamkan oleh negara; BUMN merupakan sektor kunci dalam perkembangan perekonomian negara, mempunyai potensi dalam pengembangan sumber daya manajerial dan keterampilan serta mempunyai potensi alih teknologi. Tuntutan yang makin besar di masa mendatang ini akan menuntut peningkatan pengelolaan yang lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain, pada masa-masa mendatang fungsi BUMN khususnya Persero sebagai unit bisnis strategis (SBU : Strategic Business Unit) akan lebih menonjol dibandingkan dengan fungsi-fungsi lainnya majemuk itu.25

Kerangka ini, pemerintah membatasi diri pada BUMN-BUMN yang dipandang vital dan strategis, sementara yang lain tidak menutup kemungkinan

23

Ibid., hlm. 5.

24Ibid.

(18)

diswastakan dan bisa juga ditutup/dilikuidasi untuk persero-persero yang terus merugi.26 PT Pindad dapat dikategorikan sebagai BUMN yang vital dan dipandang strategis bagi negara, maka dari itu pemerintah memasukan Pindad ke dalam BUMN sehingga menjadi Persero dengan pemerintah mendapat Keuntungan (Profit) dari perkembangan industri tersebut.

Penunjang gerak dan langkah BUMN, pemerintah melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 740/89 dan No. 741/89 merumuskan langkah-langkah menyehatkan BUMN. Keputusan ini memungkinkan adanya : peningkatan status hukum BUMN; adanya kerja sama operasi atau kontrak manajemen dengan pihak lain yang dianggap memiliki keahlian profesional; penggabungan satu sama lain BUMN atau pemecahan BUMN bila dianggap perlu. Untuk meningkatkan peranan BUMN sebagai profit center, berbagai upaya ditempuh misalnya meningkatkan sikap profesional jajaran menejemennya, menggunakan manajemen profesional dari swasta (kalau dipandang perlu), membudayakan kultur budaya perusahaan yang berorientasi pada bisnis/profit dan meningkatkan efisensi.27

Salah satu target dalam pengembangan PT Pindad yaitu mengejar ketinggalan teknologi, baik dalam kuantitas produksi maupun kuantitas agar dapat memajukan industri senjata yang termasuk dalam alutsista negara dalam rangka pertahanan dan keamanan. Dalam pernyataan Kemenristek sasaran utama PT Pindad untuk kebutuhan Hankam (Pertahanan dan Keamanan) negara. Untuk mempertahankan kedaulatan negara dibutuhkan kekuatan militer yang mendukung.

26Ibid., hlm. 22. 27Ibid., hlm. 23.

(19)

D. AnggaranPemerintahTerhadap PT PINDAD Sebagai BUMN

Kekuatan militer dibantu oleh kemajuan dan perkembangan alutsista negara, dimana setiap negara memerlukan alutsista yang efektif dan efisien. PT Pindad sebagai salah satu industri alutsista negara yang bergerak di bidang senjata dan munisi serta beberapa kendaraan tempur ringan, membutuhkan dukungan oleh pemerintah.

Melalui anggaran negara untuk belanja alutsista maupun kebutuhan peralatan dan perlengkapan militer membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selama pemerintahan Soeharto dalam bidang pertahanan dan keamanan cukup banyak dianggarkan untuk pembelian alutsista. Namun dalam setiap belanja alutsista, negara tidak cukup hanya mengeluarkan dana untuk pembelian (purchase) namun juga untuk perawatan dan reparasi (maintenance &

reparation). Kebutuhan selanjutnya yang kemudian dalam anggaran negara untuk

hankam tidak efisien.

1. Perencanaan Anggaran dalam menunjang SektorPertahanandanKeamananNasional

Penyusunan Rancangan APBN 1984/1985 tidak dapat dilepaskan dari situasi dan keadaan perekonomian nasional. Pemerintah mendurung untuk menjalankan berbagai langkah kebijaksanaan ekonomi untuk memperkecil pengaruh resesi ekonomi dunia dan di bidang keuangan negara Pemerintah telah melaksanakan berbagai langkah untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri di luar minyak dan di sampingitu langkah-langkah penghematan dan peningkatan efisiensi di dalam penggunaan uang negara juga terus dilakukan.

Anggaran pendapatan dan Belanja Negara tahun 1984/1985 direncanakan berimbang pada jumlah sebesar Rp 20.560,4 milyar. Di bidang penerimaan negara

(20)

jumlah tersebut terdiri dari penerimaan dalam negeri dan penerimaaan pembangunan, yang masing-masing direncanakan sebesar Rp 16.149,4 milyar dan Rp 4.411,0 milyar. Sedangkan di bidang pengeluaran negara jumlah tersebut terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, yang masing-masing direncanakan sebesar Rp 10.101,1 milyar dan 10.459,3 milyar. Dengan demikian Tabungan Pemerintah yang merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin direncanakan sebesar Rp 6.048,3 milyar. Dana pembangunan yang merupakan gabungan dari Tabungan Pemerintah dan penerimaan pembangunan akan mencapai Rp 10.459,3 milyar. Bagian daripada dana pembangunan yang berupa rupiah akan digunakan untuk membiayai berbagai jenis pengeluaran pembangunan yaitu untuk membiayai pembangunan sektoral yang dilaksanakan oleh departemen/lembaga negara non-departemen sebesar Rp 3.510,0 milyar, untuk membiayai pembangunan regional berupa proyek-proyek Inpres dan Inpeda sebesar Rp 1.516,5 milyar dan berbagai pengeluaran pembangunan lainnya yang keseluruhan direncanaan sebesar Rp 1.061,3 milyar. Di samping itu sebagian daripada dana pembangunan dalam bentuk bantuan proyek juga digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran pembangunan yang direncanakan senilai Rp 4.371,5 milyar.28

Sektor Pertahanan dan Keamanan Nasional diberikan porsi dana sebesar Rp 697.761.600,0 dalam RAPBN tahun1984/1985.29 Dan pada RAPBN tahun 1985/1986 naik jumlah dana menjadi Rp 714.064.000,0 .30Makin besar porsi

28Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja

Negara Tahun 1984/1985., Republik Indonesia, hlm. 38.

29Ibid., hlm. 419.

30Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja

(21)

anggaran pertahanan, yang tidak hanya digunakan untuk pengadaan berbagai barang dan jasa, tapi juga untuk pengoperasian dan perawatan alutsista, makin besar potensi demand untuk industri pertahanan yang bersangkutan. Makin kecil belanja pertahanan, makin kecil pula potensi permintaan dan pendapatan bagi industri pertahanan.31

2. Peran Pemerintah dalam Membangun Sektor Industri Pertahanan

Hubungan yang simpel antara pemerintah dan industri senjata ini, dengan anggaran sebagai perantaranya, kerap belum dapat dipahami oleh banyak pemerintah negara berkembang. Tidak mungkin membangun atau mengembangkan industri pertahanan tanpa memperbesar alokasi belanja pertahanan dalam anggaran negara.32

Pembiayaan pembangunan sektor industri, dalam Repelita IV prioritas diberikan pada industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri baik industri berat maupun ringan yang akan terus dikembangkan dalam Repelita-Repelita selanjutnya. Disamping itu diambil langkah-langkah untuk mengembangkan penguasaan teknologi yang diperlukan oleh industri permesinan dan akan lebih dikembangkan beberapa industri tertentu sepertin industri maritim, industri penerbangan, industri alat-alat berat, industri elektronika serta industri lainnya yang dapat menunjang pertahanan dan keamanan nasional. Untuk dapat mendukung usaha pembangunan industri nasional, maka berbagai kebijaksanaan yang dapat menciptakan iklim penanaman modal dan iklim berusaha yang lebih sehat dan dinamis akan terus ditingkatkan. Tercapainya sasaran tersebut akan membantu kemantapan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis sehingga

31Silmy Karim., Op.Cit., hlm. 160. 32Ibid., hlm. 161.

(22)

mampu menciptakan ketahanan nasional yang lebih kokoh dan dinamis dalam rangka meletakkan kerangka landasan yang lebih kuat untuk melanjutkan pembangunan nasional pada Repelita-Repelita selanjutnya.33

Karakter khas sektor pertahanan mendorong kedua dari pemerintah sebagai sponsor industri pertahanan. Ini berbeda dengan hubungan sebagai pelanggan yang lebih menyoroti dimensi hubungan komersial dan manajerial dari pemerintah dan industri pertahanan. Sebagai sponsor, pemerintah dan industri pertahanan memiliki keterkaitan yang lebih erat. Dengan menjadi sponsor, artinya pemerintah melindungi, mempromosikan, dan memberdayakan industri pertahanan dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk melaksanakan fungsinya melindungi negara.34

Hubungan pemerintah dengan industri pertahananya substansial, sangat sistematis dan institusional. Dalam hubungan jenis ini, infrastruktur keuangan dan transaksi menjadi batang tubuhnya, dengan kultur, komitmen, dan mekanisme mengikuti transaksi yang besar ini. Konteksnya, infrastruktur transaksional adalah fungsi atau bentuk dari peran sponsor negara.

Pengeluaran dana yang berlebih dalam penganggaran yang tidak efisien dalam pembelian kebutuhan alutsista yang menyebabkan kurang terporsirnya anggaran untuk kemajuan dan pengembangan industri alutsista dalam negeri sendiri. Ketertinggalan teknologi dalam Pindad sendiri yang menjadi salah satu faktor penyebab negara lebih memilih untuk membeli alutsista dari luar.

33Nota Keuangan dan Rancangan

AnggaranPendapatanDanBelanjaNegaraTahun 1984/1985., Republik Indonesia, hlm. 75.

(23)

3. PasarIndustriPertahanan PINDAD Sebagai BUMN

Aktivitas utama PT Pindad adalah melakukan bisnis di bidang alat dan peralatan yang akan membantu kebijakan yang independen dalam pertahanan dan keamanan dan juga alat dan peralatan. Dilihat dari produknya, Pindad terdiri atas dua direktorat, yaitu Direktorat Produk Militer dan Direktorat Produk Komersial. Direktorat Produk Militer terdiri atas Divisi Amunisi, Divisi Senjata, serta Unit Bisnis Workshop dan Prototipe. Sedangkan Direktorat Produk Komersial terdiri atas Divisi Mekanik, Listrik, Forging, dan Pengecoran serta Unit Bisnis Tool Shop, Stamping dan Laboratorium.35

Divisi Senjata mengambil tempat untuk fasilitas produksinya di Bandung, Jawa Barat. Di Kota Kembang, divisi ini terus berupaya berkembang dengan fasilitas yang terus dimutakhirkan. Fasilitas yang ada membuat Divisi Senjata dapat melakukan semua aktivitas, dari desain, manufaktur, pengembangan, pengujian, hingga bantuan teknis kepada pemakai semua produknya. Kekuatan dan kinerja produk diteliti secara terus-menerus untuk mendapatkan peningkatan kualitas dan keandalan produk.

Kebijakan pengadan untuk pemerintah di banyak negara banyak mendasarkan diri pada iklim kompetisi. Pemikiran yang umum, kompetisi beberapa pemasok akan menghasilkan inovasi dan kapasitas yang berujung pada kinerja produk yang tinggi tapi dengan harga yang masuk akal. Persoalannya, pasar pertahanan memiliki keunikan tersendiri, yang kerap menafikan logika pasar komersial.

(24)

Di pasar komersial, peningkatan supply dan demand sangat berkolerasi dengan level harga. Supply naik, harga akan turun. Jika harga turun, demand akan naik. Persoalannya, di sektor pertahanan, jumlah pemesanan dari pemerintah tidak sensitif terhadap penurunan harga, dan juga kenaikan, karena dilandasi perhitungan kebutuhan, proyeksi struktur angkatan bersenjata, dan kapabilitas dari sistem persenjataan yang diinginkan. Dengan kondisi ini, perusahaan hanya memiliki sedikit insentif pasar untuk lebih efisien demi memangkas harga.36

Kondisi monopsoni dan regulasi yang ketat dalam pengembangan senjata dan industri pertahanan pada akhirnya menimbulkan dampak monopolistik (atau oligopolistik) karena hanya perusahaan yang memiliki reputasi dan sejarah di lingkungan industri pertahanan yang memiliki struktur, prosedur, dan kultur yang sesuai dengan keinginan pemerintah.37

Meski manfaat prinsip kompetisi sudah dan sangat disadari, semua proses pengadaan barang dan jasa pemerintah sektor pertahanan sering melimpah kontrak pengadaan kepada sumber tunggal. Selintas seperti ada pada standar ganda bahwa di satu sisi pengadaan barang dan jasa di sektor lain harus mendasarkan pada prinsip kompetisi, sementara di pihak lain sektor pertahanan menoleransi semacam praktek monopoli. Ini karea ada perbedaan mendasar antara pasar komersial dan pertahanan.

36Ibid., hlm. 162. 37Ibid., hlm. 181.

(25)

E. Kebijakan Ekspor Impor dalam pengaruh Produksi Industri Pertahanan

Perdagangan bukanlah menjadi tujuan secara tersendiri. Usaha untuk meluaskan kegiatan niaga adalah salah satu jalan penting untuk meningkatkan pendapatan dan meluaskan kesempatan kerja. Perdagangan adalah jalur yang bermanfaat untuk menanggulangi kesulitan – kesukaran ekonomis yang menghadapi perekonomian dunia dewasa ini: pengangguran merajalela, pendapatan rendah yang tertekan, pertumbuhan tersendat-sendat, masalah beban hutang negara-negara berkembang, inflasi. Golongan negara berkembang maupun golongan negara industri dihadapkan dengan serangkaian permasalahan pokok tersebut.38

1. ProteksiPemerintahdalampengaruhkebijakaneksporimpordalamS

ektor Pembangunan IndustriPertahanan

Pembangunan sektor pembangunan daerah, desa dan kota diarahkan pada keselarasan pembangunan daerah dan pembangunan sektoral, sehingga pembangunan sektoral yang berlangsung di daerah-daerah benar-benar sesuai dengan potensi dan prioritas daerah. Dengan demikian keseluruhan pembangunan daerah juga benar-benar juga merupakan satu kesatuan , demi terbinanya Indonesa sebagai kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan di dalam mewujudkan tujuan nasional.39

Perkembangan industri pertahanan, impor dan ekspor merupakan faktor penting untuk membantu perkembangan ekonomi negara. Menunjang untuk

38Sumitro Djojohadikusumo., Perdagangan dan Industri dalam

Pembangunan , (Jakarta : LP3ES, 1985), hlm. 15.

39Nota Keuangan dan Rancangan

AnggaranPendapatanDanBelanjaNegaraTahun 1984/1985., Republik Indonesia, hlm. 72.

(26)

perbandingan teknologi senjata dengan negara lain merupakan langkah tepat bagi Pindad untuk membantu dalam ketertinggalan teknologi senjata Pindad. Namun dalam kebijakan untuk membantu perkembangan industri juga untuk membantu industri dalam negeri. Pemerintah melaksanakan berbagai kebijakan untuk membantu industri dalam negeri termasuk industri pertahanan yang menekankan mengenai pembatasan impor untuk membantu industri dalam negeri.

Faktor ketidakpastian selalu meningkatkan biaya produksi dan pemasaran serta pembiayaanya. Pengaturan bersama untuk meningkatkan perdagangan internasional secara semakin luas akan membangut menguari ketidakpastian bagi dunia usaha. Hal itu merupakan kepentingan bersama. Usaha bersama untuk mengurangi ketidakpastian bagi dunia usaha selanjutnya membantu untuk mencapai kesempatan kerja secara penuh di negara-negara industri dan lapangan kerja di negara-negara berkembang.40 Dalam faktor biaya produksi maupun pemasaran serta pembiayaan industri senjaa juga tidak lepas dari keadaan produk pasar di Internasional. PT Pindad mengoptimalkan biaya produksi senjata dengan pemasaran sehingga mendapatkan keuntungan dari setiap pemasaran produk.

Kebijaksanaan proteksi atau subsidi yang menyangkut subtitusi impor biasanya dimaksud sebagai pengaturan yang bersifat “sementara”. Akan tetapi setelah beberapa waktu berlalu sering muncul kepentingan-kepentingan bercokol yang kuat dan besar pengaruhnya terhadap kebijaksanaan pemerintah. Kepentingan-kepentingan tersebut tidak segan menempuh berbagai jalan dan cara untuk menekan pemerintah agar proteksi dan/atau subsidi dilanjutkan secara terusmenerus.

(27)

2. KondisipasarInternasionalberpengaruhterhadapimporeksporPind

ad

Langkah-langkah tindakan untuk menghemat impor mempunyai batasansendiri, tidak bisa terus dilakukan sampai pada titik merugikan usaha pengembangan ekspor. Dari sudut kedudukan neraca pembayaran luar negeri, peningkatan ekspor bahkan lebih penting dari penghematan impor semata-mata. Mungkin pada suatu tahap tertentu, keadaan pasar internasional tidak menguntungkan bagi ekspor barang-barang yang dihasilkan dalam struktur dan komposisi produksi pada saat itu. Akan tetapi dalam dinamika perkembangan masa, sumber-sumber daya dan dana yang kini dicurahkan pada subtitusi impor dapat dialihkan pada kegiatan untuk menciptakan kesempatan ekspor yang baru. Segala sesuatau itu harus didasarkan atas pertimbangan biaya komparatif dan keunggulan komparatif dalam dinamika perkembangan keadaan. Subtitusi impor atau penghematan impor membawa dampak negatif terhadap ekonomi masyarakat secara menyeluruh, jika satu sama lain itu merugikan produksi dan konsumsi barang hasil dalam negeri.41

Kerahasiaan teknologi sesungguhnya juga ada di produk militer. Karena itu, banyak negara maju menerapkan pembatasan ekspor produk militernyakebijakan untuk mencegah peredaran informasi dan teknologi persenjataan.42 Penerapan dalam impor dan ekspor tetap mempertimbangkan dalam terjaminnya kerahasiaa teknologi produk yang dipasarkan.

41Ibid., hlm. 23.

(28)

Kontrol perdagang dan ekspor barang-barang atau material yang memiliki dual-use function untuk membuat senjata, selain untuk kepentingan sipil. Selain membatasi penyebaran informasi dan teknologi, kontrol ini juga bertujuan agar senjata yangdijual tidak digunakan untuk kepentingan lain pemerintah negara yang menerima senjata, misalnya membantai warga negaranya sendiri atau menginvasi negara tetangganya.43

Pada asasnya pengembangan ekspor tidak perlu bertentangan dengan subtitusi impor secara efisien. Kedua-duanya bisa saling menunjang, sejauh satu dan lain ditopang oleh serangkaian insentif yang wajar dan seimbang. Pengalaman empiris menunjukan bahwa pertambahan hasil produksi juga untuk pasar dalam negeri. Lagi pula dalam proses yang bersangkutan dengan itu akan terwujud diversifikasi dan pemantapan pada struktur industri. Penggunaan sumber daya produksi dan pembiayaan yang dilakukan secara efisien bermanfaat, baik bagi produksi dalam negeri maupun untuk ekspor.44

43Ibid.

(29)

Bagan 1.

KEMANDIRIAN ALUTSISTA

Sumber: www.ristek.go.id

Pindaddalam produksi impor dan ekspor belum mampu bersaing teknologi barang dan kualitas produk. Persaingan produk pasar industri senjata internasional mengalami peningkatan sesuai dengan eskalasi konflik perang dingin antara Amerika dengan Uni Soviet. Kondisi daya saing pasar industri senjata yang meningkat akibat konflik perang yang tidak pernah terjadi membuat banyak produk-produk senjata maupun alutsista turut menyebar ke Indonesia. Pada saat

KEMANDIRIAN INDUSTRI PERTAHANAN NASIONAL KEMAMPUAN MENJAMIN KETERSEDIAAN ALUTSISTA KEMANDIRIAN PERTAHANAN NEGARA KEUTUHAN KEDAULATAN N K R I MANDIRI INDUSTRI KEMAMPUAN dalam membuat/mengintegrasikan Alutsista

KEBEBASAN dalam memilih Sumber Material/ Sistem/Teknologi

KETIDAK-KETERGANTUNGAN terhadap berbagai ikatan

(30)

pemerintahan Soekarno selama era Orde Lama banyak senjata TNI yang meng-impor dari Russia, sedangkan pemerintahan Orde Baru cenderung memilih kerjasama dengan Amerika. Indonesia yang selama masa Orde Baru pemerintaha Soeharto lebih cenderung bekerjasama dengan pemerintahan blok barat diwakili Amerika.

Kondisi pasar internasional selama perang dingindipenuhi oleh peredaran senjata dari Russia maupun Amerika. Untuk bersaing dengan produk yang lebih memiliki daya tawarpasar dalam pasar industri senjata Indonsia belum mampu bersaing dengan senjata-senjata produksi Amerika ataupun Russia. Maka pemerintah dengan kebijakan untuk pemakaian produk dalam negeri membantu dalam perkembangan produksi maupun pemasaran PT Pindad.

TNI AD banyak yang menyukai senjata laras panjang dari Amerika seperti M-16 karena kualitas produk senjata yang lebih baik dari dalam negeri. Sebenarnya kemampuan untuk produksi senjata dari divisi senjata Pindad sudah banyak dibantu dari teknisi luar negeri untuk membantu dalam produksi peralatan militer khususnya senjata.

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip organisasi ruang seperti luan-teben dan Sanga Mandala , dalam kon- teks permukiman berbasis unit kosmologis desa adat, akan sulit dimanfaatkan dalam proses analisis

Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardana (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang demam

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa konseling individu dengan teknik logoterapi efektif untuk meningkatkan makna hidup anak yang mengalami gejala stres

Cara yang paling leluasa dan bebas- masalah adalah dengan pembaruan Online, yang biasanya memungkinkan pengunduhan image langsung ke memori receiver dari Internet,

Bahwa benar selanjutnya setelah situasi aman Saksi-III dan Saksi-IV menyusul Saksi-I dan Saksi-II yang telah berangkat ke Puskesmas dan disana Saksi-I, Saksi-II, dan

Jika kecepatan kapal itu tetap 18 km/jam, maka berapa kecepatan awal peluru jika harus mengenai sasaran di titik puncak lintasannya.. Sebuah mobil dengan massa 1500 kg menaiki

Terdapat perbe- daan yang nyata (P<0,05) pada panjang kepala, panjang midpiece, dan panjang ekor utama antara anoa dewasa (A) dan anoa muda (B) pada pewarnaan W (Tabel 4),

Stasiun Meulaboh yang memiliki tipe hujan ekuatorial menunjukkan penurunan tren pada indeks hujan sangat lebat(R95p) dan ekstrim(R99p) sedangkan terjadi peningkatan