• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori 1. Modal Kerja

Modal kerja dapat diartikan sebagai mnajemen modal kerja yaitu administrasi aktiva lancar perusahaan dan kebutuhan pembelanjaan untuk memenuhi aktiva lancar. Menurut James C. Van Horne dan John M. Machowicz, Jr, manajemen modal kerja adalah “the administration of the firm’s current assets and the financing needed to support current assets”. Sedangkan modal kerja adalah “current assets minus current liabilities”. Menurut Lawrence L. Gitman, modal kerja adalah “current assets, which represent the portion of investmen that circulates from one form to another in the ordinary conduct of busines”.26

Ada dua konsep utama tentang modal kerja yaitu modal kerja bersih (net working capital) dan modal kerja kotor (gros working capital). Modal kerja berish adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar. Sedangkan modal kerja kotor adalah semua aktiva lancar.27

Modal kerja berfungsi untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari, dan pada umumnya modal kerja ini akan tertanam dalam perusahaan

26 Moh Benny Alexandri, Manajemen Keuangan Bisnis Teori Dan Soal, (Bandung:

Alfabeta, 2009), hal. 75

(2)

kurang dari satu tahun.28 Manajemen modal kerja merupakan administrasi aktiva lancar perusahaan dan kebutuhan pembelanjaan untuk memenuhi aktiva lancar.29 Sedangkan aktiva lancar meliputi:

a. Kebutuhan kas b. Persediaan c. Piutang

d. Pengeluaran di muka.30

Manajemen modal kerja sangat dibutuhkan perusahaan terutama untuk beberapa alasan. Modal kerja yang terlalu besar dari kebutuhan nyata akan mengakibatkan tidak efisiennya penggunaan dana perusahaan. Sebaliknya bila modal kerjanya terlalu kecil juga akan mengganggu jalannya operasi perusahaan. Fungsi pengaturan atau manajemenlah yang akan menjaga agar jumlah modal kerja di perusahaan sesuai dengan kebutuhan.

Dasar bagi manajemen modal kerja yang sehat adalah dua keputusan yang menyangkut dasar perusahaan yaitu:

a. Tingkat investasi optimal dalam aktiva lancar.

b. Campuran pembelanjaan jangka pendek dan pembelanjaan jangka panjang yang digunakan untuk mendukung investasi dalam aktiva lancar.

Keputusan tersebut dipengaruhi oleh hasil yang diharapkan dari profitabilitas dan risiko. Mengurangi tingkat investasi aktiva lancar,

28

Jumingan, op.cit., hal. 209

29 Moh Benny Alexandri, op.cit., hal. 76 30

(3)

asalkan masih mampu memenuhi penjualan, akan mengarah pada peningkatan “Return On Asset” perusahaan. Untuk investasi luas dimana biaya eksplisit dari pembelanjaan jangka pendek lebih kecil dari biaya pembelanjaan jangka panjang, maka semakin besar probabilitas perusahaan. Kadang-kadang tingkat bunga jangka pendek melebihi tingkat bunga jangka panjang, namun biasanya tingkat bunga jangka pendek lebih kecil. Bahkan apabila tingkat bunga jangka pendek lebih tinggi dari tingkat bunga jangka panjang, situasi tersebut hanya bersifat sementara. Penggunaan hutang jangka pendek mungkin untuk menghasilkan laba lebih besar karena hutang tersebut akan dilunasi pada periode tersebut bila sudah tidak dibutuhkan.

Asumsi probabilitas ini menyarankan untuk memelihara aktiva lancar pada tingkat rendah dan hutang lancar pada porsi yang tinggi dari total hutang. Strategi ini menghasilkan tingkat modal kerja yang rendah atau sama sekali negatif. Strategi tersebut akan diimbangi dengan resiko yang lebih tinggi. Disini risiko berarti perusahaan tidak menggunakan aktiva lancar yang cukup untuk:

a. Memenuhi kewajiban kasnya pada saat terjadi.

b. Mendukung tingkat penjualan yang sesuai (misal karena kehabisan persediaan).

Persoalan yang terjadi dalam modal kerja adalah semakin besar pengeluaran, semakin besar kebutuhan investasi aktiva lancar untuk menghasilkan keluaran tersebut dan penjualannya. Hubungan tersebut

(4)

didasarkan pada gagasan bahwa jumlah yang sedikit, maka aktiva lancar akan besar proporsinya bila perusahaan dapat menggunakan aktiva lancarnya secara lebih efisien.

Sebagai aktiva lancar, modal kerja dapat diklasifikasikan berdasarkan pada:

a. Komponen kas, surat berharga, piutang dan pesediaan b. Waktu, yaitu permanen atau sementara.

Modal kerja permanen adalah sejumlah aktiva lancar yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan minimum jangka panjang. Modal kerja ini paling sederhana an paling penting. Sedangkan modal kerja sementara adalah investasi dalam aktiva lancar yang berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan musiman.

Modal kerja permanen serupa dengan aktiva tetap perusahaan dalam dua hal penting. Pertama, investasi rupiah dalam kedua kelompok aktiva jangka panjang. Jadi, pemasok modal perusahaan menyadari bahwa kebutuhan dana untuk aktiva lancar permanen adalah jangka panjang, meskipun tampak kontradiktif bahwa aktiva tersebut diakatakan lancar. Kedua, untuk pertumbuhan perusahaan, tingkat modal kerja permanen yang dibutuhkan akan meningkat sepanjang waktu, dalam cara yang sama aktiva tetap perusahaan akan meningkat sepanjang waktu. Bagaimanapun juga modal kerja permanen berbeda dengan aktiva tetap dalam satu hal penting yang berubah secara konstan. Modal kerja musiman juga teridri dari aktiva lancar dalam bentuk yang berubah secara konstan.

(5)

Dalam hal pembelanjaan aktiva lancar, apabila perusahaan menggunakan pendekatan membatasi pembelanjaannya, maka setiap aktiva akan diimbangi dengan instrumen pembelanjaan yang jatuh temponya sama. Dengan pendekatan ini, jangka pendek atau variasi musiman dalam aktiva lancar akan dibelanjai dengan hutang jangka pendek, komponen permanen dari aktiva lancar dan semua aktiva tetap akan dibelanjai dengan hutang jangka panjang atau modal sendiri.

Persediaan dikurangi melalui penjualan, piutang akan bertambah. Kas yang dibutuhkan dari pembayaran kembali hutang tersebut diambil dari pengumpulan piutang. Semua terjadi hanya dalam beberapa bulan saja. Denga cara demikian, pembelanjaan akan dilaksanakan bila dibutuhkan. Bantuan dana ini untuk mendukung kebutuhan musiman dengan diikuti prinsip menguangkan sendiri. Itulah bantuan dengan tujuan menghasilkan dana yang diperlukan untuk membayar kembali pada saat operasi berjalan normal.

Kebutuhan aktiva permanen akan dibelanjai dengan hutang jangka panjang dan modal sendiri. Pada situasi pertumbuhan, pembelanjaan permanen akan ditingkatkan sesuai dengan kenaikan kebutuhan aktiva permanen.31

31

(6)

Jenis-jenis modal kerja menurut W.B. Taylor dibagi menjadi: a. Modal kerja permanen (permanent working capital)

Modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan yang dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain nodal kerja ang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.

Modal kerja permanen dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Modal kerja primer (primary working capital)

Jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

2) Modal kerja normal (normal working capital)

Jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

b. Modal kerja variabel (variable working capital)

Modal kerja yang jumlahnya berubah sesuai dengan perubahan keadaan dibedakan menjadi:

1) Musiman

Modal kerja yang jumlahnya berubah karens fluktuasi musiman.

2) Siklis

Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur.

(7)

3) Darurat

Modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

Periode perputaran modal kerja adalah dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali menjadi kas.

Perputaran modal kerja dapat dibagi menjadi tiga: Gambar 2.1

Skema perputaran modal kerja melalui penjualan tunai

Gambar 2.2

Skema perputaran modal kerja melalui penjualan kredit

Gambar 2.3

Skema perputaran modal kerja melalui Proses produksi

Kas Barang Kas

Beli Jual

Piutang Barang

Kas Kas

Beli Jual Dilunasi

Kas Barang Piutang

Upah Produksi

Bahan

(8)

Perputaran modal kerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:

a. Merupakan keseluruhan atau jumlah periode yang meliputi jangka waktu piutang, lamanya penyimpanan barang mentah digudang, lamanya barang jadi disimpan digudang dan jangka waktu penerimaan piutang.

b. Jumlah pengeluaran kas setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah, dan lain-lain.32

Sedangkan pembiayaan modal kerja merupakan sumber pembiayaan jangka panjang yang khusus membiayai kegiatan perusahaan sehari-hari. Pembiayaan untuk modal dapat berasal dari perbankan, adapun jenis pembiayaan/kredit adalah sebagai berikut:

a. Kredit Usaha Kecil (KUK) adalah kredit atau pembiayaann dari Bank untuk investasi dan atau modal kerja, yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan plafond kredit keseluruhan maksimal Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk membiayai usaha yang produktif. Kredit Usaha Kecil ini diberikan sesuai kebutuhan usaha nasabah yang dapat dalam bentuk:

1) KUK-Kredit jangka menengah dan atau panjang yang diberikan kepada calon debitur untuk membiayai barang-barang modal dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, dengan jangka waktu maksimal 10 tahun.

32 Ibid., hal. 80-81

(9)

2) KUK-Kredit Modal Kerja adalah kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu tahun iklus usaha.

3) KUK-Kredit Modal Kerja Kontemporer adalah kredit yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja khusus bagi usaha jasa kontraktor yang habis dalam satu siklus usaha.

4) KUK-Channeling adalah kredit modal kerja atau kredit investasi yang diberikan melalui kerjasama dengan lembaga pembiayaan atau Bank Umum lainnya.

b. Kredit Modal Kerja (KMK) adalah fasilitas kredit modal kerja yang diberikan untuk memenuhi modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal satu tahun. Kredit Modal Kerja ini dapat dalam bentuk:

1) KMK-Revolving adalah fasilitas kredit modal kerja yang diberikan untuk memenuhi modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal satu tahun namun dapat diperpanjang.

2) KMK-Afolpend adalah fasilitas kredit modal kerja yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha.

3) KMK-Kontraktor adalah fasilitas kredit modal kerja yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja khusus bagi usaha jasa kontraktor yang habis dalam satu siklus usaha.

(10)

c. Kredit Investasi adalah kredit jangka menengah/panjang yang diberikan kepada calon debitur untuk membiayai barang-barang modal dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin-mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik, yang perluaannya dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang dibiayai.

d. Kredit dengan Agunan Tunai (Cash Collateral) adalah kredit yang diberikan dengan jaminan setoran tunai, deposito berjangka, dan/atau tabungan yang diterbitkan oleh Bank yang bersangkutan.

e. Kredit degan Agunan Piutang (Receivable Collateral) adalah kredit yang diberikan dengan jaminan piutang.

f. Kredit Tanpa Agunan adalah kredit yang diberikan kepada perorangan yang memenuhi persyaratan tertentu yeng ditetapkan oleh Bank yang berangkutan.33

2. Profesionalisme Sumber Daya Manusia

Profesionalisme yang diartikan perilaku, cara, dan kualitas yang menjadi ciri suatu profesi seseorang, dikatakan professional apabila pekerjaannya memiliki ciri standar teknis atau etika suatu prinsip. Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapnnya. Namun, profesionalisme bukan sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari

33

(11)

seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.34

Ada beberapa tingkat profesionalisme sumber daya manusia memiliki harus dipenuhi antara lain: kemampuan memberikan pelayanan, disiplin, bertindak sesuai tanggung jawab, kemampuan menarik konsumen.35

Selain itu, juga diperlukan untuk menumbuh kembangkan jiwa entrepreneur dalam diri individu seperti kreativitas SDM.36 SDM yang baik mengedepankan kejujuran dan mampu bekerja sama dengan baik.37

Perlunya pengembangan sumber daya manusia yang mengedepankan profesionalisme dikarenakan perubahan paradigma dari tangible asset sebagai sumber keunggulan kompetitif menjadi intangible assets sebagai mkeunggulan kompetitif telah menciptakan lahirnya knowledge society dan membawa dampak pada berkembangnya persaingan berbasis pengetahuan. Organisasi harus berupaya penuh menemukan solusi yang terbaik dalam mengelola aset aset intangible untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berbasis pengetahuan yang kita kenal sebagai profesional intellect. Kunci kesuksesan dan kelangsungan hidup intelektual melalui transfer pengetahuan antar individu, individu dan organisasi atau perusahaan, dan

34

Kuat Ismanto, Manajemen Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009) hal. 235

35 Ibid., hal. 236

36 Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan ke-5 (Jakarta: Kencana,

2013) hal. 21

37 Sanusi Hamid, Manajemen Sumber Daya Manusia Lanjutan, (Yogyakarta: Deepublish,

(12)

antar organisasi yang efisien. Megelola profesional intellect memerlukan proses pembelajaran organisasi melalui manajemen pengetahuan yang diindikasikan dengan adanya perubahan perilaku dan perbaikan kinerja melalui proses organisasi pembelajaran.

Untuk menetapkan suatu sumber sebagai sumber keunggulan bersaing adalah sumber daya tersebut harus mampu menciptakan nilai, sulit ditiru, bersifat langka, dan tidak ada subtitusi. Berdasarkan kriteria tersebut, SDM merupakan salah satu sumber keunggulan bersaing disamping sumber daya fisik, dan kemampuan teknologi dan sistem. SDM merupakan salah satu komponen dari sistem organisasi yang dapat menjadi salah satu keunggulan kompetitif dalam organisasi. Oleh karen itu perusahaan harus benar-benar memperhatikan kualitas dan kompetensi SDM yang dimiliki dengan cara mengelola SDM yang ada untuk dikembangkan baik melalui proses pendidikan, pelatihan, maupun pengembangan.

SDM sebagai salah satu sumber keunggulan kompetitif dapat dikelola untuk membangun kompetensi organisasional. Penggunaan dan pengembangan kompetensi manajerial dilakukan dengan mewujudkan realisasi visi perusahaan dengan dukungan sumber daya organisasional sebagai modal organisasional yang mendukung perusahaan dalam menarik, mengembangkan, dan mempertahankan pekerja yang memiliki kompetensi yang tinggi. Akuisisi dan mobilisasi berbasis input dilakukan melalui perekrutan pekerja untuk organisasi, mengeksploitasi

(13)

ketidaksempurnaan pasar tenaga kerja eksternal, mengembangkan pasar tenaga kerja internal yang cukup efisien, dan memupuk pembentukan modal SDM yang spesifik bagi perusahaan. Akumulasi dan mobilisasi ini dimaksudkan bahwa dengan investasi SDM, fungsi-fungsi SDM seperti seleksi, sosialisasi, penilaian kinerja, pengaturan perusahaan, pengupahan berbasis skill akan menjadi sumber potensial bagi keunggulan kompetitif perusahaan.

Pengembangan dan penggunaan kompetensi transformasional melalui sistem SDM dapat memupuk dan mendorong akumulasi pengetahuan organisasional melalui inovasi, entrepreneurship, budaya organisasi, dan pembelajaran organisasi yang diperlukan untuk mengubah input menjadi output dilakukan dengan cara menciptakan keterlibatan dan komitmen pekerja terhadap prusahaan, memupuk idiosyncratic (pencarian peluang dan interpretasi spesifikasi perusahaan dan simbol pengetahuan), serta membangun reputasi organisasional yang positif.

Dalam pengelolaan SDM sebagai profesional intellect, organisasi harus bisa memahami potensi yang bersumber dari kompetensi intelektual karyawan sebagai sumber pembentuk modal SDM dalam organisasi. Kemampuan intelektual merupakan karakter, sikap dan perilaku, atau kemampuan individual yang relatif stabil ketika menghadapi situasi krja,

(14)

yang terbentuk dari segi watak, konsep diri, motivasi internal, serta kapasitas pengetahuan kontekstual.38

Karena pentingnya tingkat profesionalisme maka sangat diperlukan adanya pelatihan dan pengembangan SDM. Pelatihan adalah proses meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan. Pelatihan mungkin juga meliputi pengubahan sikap sehingga karyawan dapat melakukan pekerjaanya lebih efektif. Pelatihan bisa dilakukan pada semua tingkat dalam organisasi. Pada tingkat bawah/ rendah pelatihan berisikan pengajaran bagaimana mengerjakan suatu tugas, misalnya mengoperasikan mesin. Pegembangan sebaliknya merupakan upaya memberi kemampuan kepada karyawan yang akan diperlukan organisasi di masa yang akan datang. Proses pelatihan dikendalikan oleh pemilik keahlian yang diajarkan atau ahli yang membantu mengambangkan keterampilan melalui pengalaman terstruktur. Sedangkan dalam pengembangan, orang yang dikembangkan berada di pusat proses yang menentukan keberhasilan dengan menggali riwayat pengembangan dan potensinya di masa depan, beberapa syaratnya adalah:

a. Orang harus memiliki motivasi yang datang dari diri sendiri dan mandiri

b. Lebih bersifat holistik, mempertimbangkan situasi sebagai suatu kesatuan

c. Lebih berorientasi jangka panjang

38 Lina Anatan, Lena Ellitan, Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Bisnis Modern,

(15)

d. Lebih berkaitan dengan situasi “tidak ada jawaban yang benar atau salah”.

Pengembangan lebih berkaitan dengan membuka potensi, salah satu kemampuan manusia yang mengagumkan dari manusia adalah kapasitasnya untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan sampai tidak terbatas.39

3. Lama Usaha

Lama usaha adalah waktu yang telah dilalui untuk mengelola usaha, terhitung sejak berdirinya usaha. Pada umumnya para pelaku usaha berharap agar usaha dapat berjalan selama mungkin. Namun seiring berjalanny waktu, saat menghadapi hambatan ternyata ada risiko yang mungkin tidak dapat diantisipasi sehingga muncul keputusan untuk mengakhiri usaha.40 Lama usaha sangat berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan yaitu lamanya seseorang dalam menggeluti usaha yang dijalaninya. Ada suatu asumsi bahwa semakin lama seseorang menjalankan usahanya maka akan semakin berpengalaman orang tersebut. Keunggulan seseorang yang berpengalaman dapat mempengaruhi pengelolaan usaha seseorang karena adanya pengembangan keahlian dan hal tersebut cenderung menghasilkan kinerja yang lebih baik. Seseorang

39 Kaswan, Pelatihan Dan Pengembangan Untuk Meningkatkan Kinerja SDM, (Bandung,

Alfabeta, 2013), hal. 2

40

Aries Heru Prasetyo, Sukses Mengelola Keuangan Usaha Mikro Kecil Menengah, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010), hal. 20

(16)

yang cukup banyak pengalaman akan lebih menguasai sehingga mereka pun cenderung disebut sebagai ahli dibidangnya. 41

Lamanya seorang pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan memberi pengaruh terhadap kemampuan profesionalnya. Semakin lama seseorang menekuni bidang usaha perdagangan akan makin meningkatkan pengetahuan tentang selera ataupun perilaku konsumen. Ketrampilan berdagang makin bertambah dan semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil dijaring. Sehingga dari banyaknya pelanggan yang dijaring maka akan menambah pendapatan dan akhirnya laba yang diperoleh akan bertambah.42

Seseorang yang masa usaha lebih tinggi akan memiliki strategi yang lebih matang dan tepat dalam mengelola usahanya, serta mampu mengambil keputusan dalam setiap kondisi dan keadaan, selain itu pedagang dengan pengalaman dan lama usaha yang lebih banyak, secara tidak langsung akan mendapatkan jaringan atau koneksi yang lebih luas yang berguna dalam perolehan laba.

Semakin lama usaha seseorang dalam membuka usaha, semakin terampil melakukan pekerjan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu lama usaha yang yang dijalani seseorang akan meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan usaha tersebut sehingga akan dapat

41

Manulang, Manajemen Personalia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1984), Hlm.15

42Nurhidayah Ilham, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba Usaha Dagang

pada Pasar Tradisional di Kabupaten Pangkep, Skripsi, (Makasar: Universitas Hasanuddin Makasar, 2014), hal. 18

(17)

meningkatkan produktivitas usaha tersebut. Lama sesorang dalam membuka usahanya mempunyai dampak atau pengaruh yang positif terhadap pendapatan usaha.43

4. Laba

Laba adalah apa yang telah diterima atau diharapkan untuk diterima oleh suatu entitas dari suatu output dan apa yang telah dikorbankan untuk menghasilkan output tersebut. Laba adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode. Laba akuntansi secara operasional adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tertentu.44

Laba adalah Selisih antara pendapatan/penjualan dengan beban usaha. Laba dapat dihitung melalui laporan laba rugi, jika laba pada penjualan menunjukkan angka yang rendah maka dapat disebabkan oleh harga lemah atau beban operasional tinggi ataupun keduanya.45 Oleh sebab itu, pembiayaan modal yang mengharuskan menyisihkan sebagian laba untuk menanggung angsuran juga dapat menimbulkan biaya operasional yang tinggi.

43

Heni Rahayu Wulandari, Analisis Pengaruh Variabel-varaiabel yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Sentra Industri Keramik (studi kasus sentra industri keramik kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang), Jurnal, (Malang: Universitas Brawijaya Malang, 2015), hal. 9

44 Cut Yusriati, Pengaruh Pinjaman Modal Kerja dan Profesionalisme Sumber Daya

Manusia terhadap Laba Usaha Kecil Menengah Kota Banda Aceh, Jurnal Akuntansi, (Banda Aceh: Universitas Syah Kuala Banda Aceh, 2012), hal. 30

45

(18)

Dalam sebuah usaha sangat diperlukan perencanaan laba. Rencana laba adalah janji yang mana bagan manajemen bertindak untuk tahun yang akan datang. Ini bermanfaat bagi perencanaan dan pengendalian. Alternatif harus dievaluasi, dan rencana laba harus menjadi fleksibel untuk menyesuaikan terhadap biaya yang tak terduga. Perencanaan laba meliputi suatu studi dari penilaian laba sehubungan dengan investasi. Anggaran laba mungkin digunakan untuk melengkapi anggaran biaya. Anggaran laba mungkin oleh pelanggan, wilayah, atau produk. Rencana laba harus menyatakan harga penjualan, volume penjualan, penjualan campuran, per unit biaya, kompetisi, iklan, riset, pasar potensial dan kondisi ekonomi.

Laba mungkin ditingkatkan melalui satu korelasi dari pabrikasi yang semakin dekat, penjualan, dan penganggaran belanja administratif untuk penjualan dan tujuan laba. Pengurangan biaya program akan menurunkan belanja. Perencanaan laba berkepanjangan digunakan ketika perencanaan berulang diperlukan. Rencana tahunan atau triwulanan mungkin diperbaiki setiap bulan.46

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian Cut Yusriati, Muhammad Arfan, M. Rizal Yahya dengan judul Pengaruh Pinjaman Modal Kerja dan Profesionalisme Sumber Daya Manusia terhadap Laba Usaha Kecil Menengah Kota Banda Aceh. Menggunakan variabel independen pinjaman modal kerja dan profesionalisme sumber daya manusia dan variabel dependen laba UKM. Dengan metode

46 Ida Bagus Agung Dharmanegara, Penganggaran Perusahaan (Teori Dan Aplikasi),

(19)

regresi linear berganda menghasilkan Pinjaman modal kerja berpengaruh signifikan terhadap laba UKM di Kota Banda Aceh. Profesionalisme karyawan berpengaruh signifikan terhadap laba UKM di Kota Banda Aceh. Dan Pinjaman modal kerja dan profesionalisme karyawan berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap laba UKM di Kota Banda Aceh. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama meneliti mengenai pinjaman modal kerja untuk UKM dan profesionalisme sumber daya manusia UKM berpengaruh terhadap laba UKM.

Ari Syofwan dengan judul Peranan Kredit Usaha Rakyat terhadap Pengembangan UMK di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat ( studi kasus : bank BRI Kecamatan Gebang) dengan variabel independen: X1 = Modal sendiri X2 = Modal Kredit Usaha rakyat dan variabel dependen: Pendapatan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) . Penelitian ini menghasilkan besarnya pengaruh modal Kredit Usaha Rakyat terhadap perubahan tingkat pendapatan. pengaruh ini bernilai positif atau dapat dikatakan semakin tinggi modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) maka akan semakin tinggi pula perubahan tingkat pendapatan yang akan didapatkan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK), dimana setiap kenaikan modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) pendapatan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil di Kecamatan Gebang juga akan meningkat. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian Ari Syofwan sama meneliti mengenai pengaruh modal terhadap perkembangan yang diukur dengan pendaptan UMK. Sedangkan perbedaannya, penelitian Ari Syofwan hanya meneliti dari sisi modal KUR

(20)

(Kredit Usaha Rakyat) tanpa menliti manajemen sumber daya mnusia yang dimiliki UMK tersebut.

Ekaningtyans Widiastuti, Sulistyandari, Retno Widur dengan judul Working Capital Management Role In Improving Economic Profitability In Small And Medium Enterprises (Smes) In Banyumas Region. (Peranan Manajemen Modal Kerja dalam Meningkatkan Rentabilitas Ekonomi pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Wilayah Kabupaten Banyumas). Menggunakan variabel independen: Perputaran Piutang, Tingkat Perputaran Persediaan dan variabel dependen: Rentabilitas Ekonomi menghasilkan berdasarkan hasil pengujian regresi linear berganda ditemukan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifi kan antara tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan terhadap rentabilitas UKM di Wilayah Kabupaten Banyumas selama tahun 2009 – 2011. Pengaruh tersebut sebesar 26,4 %, sedangkan sisanya sebesar 73,6% dipengaruhi oleh variable-variabel lain yang tidak diteliti. Berdasarkan hasil uji secara parsial (uji t) hanya variable tingkat perputaran persediaan yang berpengaruh signifi kan terhadap rentabilitas ekonomi UKM di Wilayah Kabupaten Banyumas selama tahun 2009 – 2011, sedangkan variable tingkat perputaran persediaan secara parsial tidak mempengaruhi rentabilitas ekonomi UKM.47 Perbedaan dengan penelitian ini adalah meneliti bagian dari modal kerja yaitu persediaan, dan piutang terhadap rentabilitas ekonomi UKM.

47Ekaningtyas Widiastuti, Sulistyandari, Retno Widur , Working Capital Management

Role In Improving Economic Profitability In Small And Medium Enterprises (Smes) In Banyumas Region, Jurnal Pascasarjana Universitas Jenderal Soedirman, (Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman, 2011), hal. 192

(21)

I.D.K.R. Ardiana, I.A. Brahmayanti, Subaedi dengan judul Kompetensi SDM UKM dan Pengaruhnya terhadap Kinerja UKM di Surabaya menghasilkan kompetensi SDM UKM memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja UKM. Hal ini juga didukung oleh hasil analisa determinasi. Pengaruh variabel pengetahuan ternyata tidak signifikan terhadap kinerja UKM karena nilainya negatif dan sangat kecil, akan tetapi dua variabel alinnya yaitu ketrampilan dan kemampuan memiliki pengaruh yang signifikan sehingga kedua variabel ini perlu diperhatikan dalam mengembangkan meningkatkan kinerja UKM. Dari hasil analisa data diketemukan bahwa kompetensi yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan masing-masing memiliki pengaruh yang signifikan kecuali variabel pengetahuan yang tidak signifikan. Namun demikian jika diuji lebih lanjut secara bersama-sama ketiga variabel diatas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja UKM di Kota Surabaya. Dari ketiga variabel kompetensi yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan dan pengetahuan ternyata variabel kemampuan memiliki pengaruh paling dominan terhadap kinerja UKM di kota Surabaya.48

Anna Nurfarhana dengan judul Pengaruh Modal Kerja dengan Laba Usaha Koperasi pada Koperasi Serba Usaha Sejati Mulia Jakarta menghasilkan terdapat hubungan yang signifikan antara modal kerja dan laba usaha koperasi pada Koperasi Serba Usaha Sejati Mulia Jatipadang. Besarnya

48 Ardiana, I.A. Brahmayanti, Subaedi, Kompetensi SDM UKM dan Pengaruhnya

Terhadap Kinerja UKM di Surabaya, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 12, No. 1, Maret 2010: 42-55 (Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945, 2010), hal. 50

(22)

hubungan yang diberikan oleh variabel Modal Kerja dengan Laba Usaha pada Koperasi Serba Usaha Sejati Mulia Jatipadang adalah sebesar 76%.49

Priyo Harsono dengan judul Analisis Bantuan Kredit dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati terhadap Perkembangan UMK Binaan Kub Rukun Mina Barokah di Kecamatan Juwana menghasilkan peningkatan secara signifikan pada variabel modal usaha yaitu sebesar 13%. Pada variabel tenaga kerja ada peningkatan secara signifikan pada variabel tenaga kerja yaitu sebesar 15%. Pada variabel jumlah pembeli ada peningkatan secara signifikan pada variabel jumlah membeli yaitu sebesar 27%. Pada variabel total penjualan ada peningkatan secara signifikan pada variabel total penjualan yaitu sebesar 30%.50

Kusumawardani dengan judul Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Pedagang Tekstil di Kabupaten Kepulauan Selayar. Dari keempat variabel yang digunakan, variabel modal kerja, jam kerja, dan lama usaha menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang tekstil di Kabupaten Kepulauan Selayar. Perbedaan penelitian ini Objek penelitian ini adalah pedagang tekstil di Kabupaten Kepulauan Selayar. Variabel independen modal kerja, jam kerja, lama usaha, dan tingkat pendidikan.

49 Anna Nurfarhana, Pengaruh Modal Kerja Dengan Laba Usaha Koperasi Pada

Koperasi Serba Usaha Sejati Mulia Jakarta, Skripsi, (Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI, 2013), hal. 53

50Priyo Harsono, Analisis Bantuan Kredit Dari Dinas Kelautan Dan Perikanan

Kabupaten Pati Terhadap Perkembangan Umk Binaan Kub Rukun Mina Barokah Di Kecamatan Juwana, Skripsi, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2010), hal. 78

(23)

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti/Tahun Penelitian Variabel Metode

Penelitian Hasil Perbedaan 1. Cut Yusriati, Muhammad Arfan, M. Rizal Yahya. (2012) Pengaruh Pinjaman Modal Kerja an Profesionalisme Sumber Daya Manusia terhadap Laba Usaha Kecil Menengah Kota Banda Aceh Variabel independen: Pinjaman modal kerja, Profesionalisme sumber daya manusia. Variabel dependen: Laba UKM Jenis penelitian: kuantitatif Sampel: 32 responden Uji Analisis: regresi linear berganda

1) Pinjaman modal kerja berpengaruh signifikan terhadap laba UKM di Kota Banda Aceh.

2) Profesionalisme karyawan berpengaruh signifikan terhadap laba UKM di Kota Banda Aceh. Pinjaman modal kerja dan profesionalisme karyawan berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap laba UKM di Kota Banda Aceh.

3) Penelitian ini dilakukan di kota Banda Aceh, tanpa mencantumkan variabel lama usaha dan penelitian ini ditujukan untuk usaha kecil dan menengah bukan usaha mikro.

2. Ari Syofwan (2012) Peranan Kredit Usaha Rakyat terhadap pengembangan UMK di Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat (studi kasus : Bank BRI Kecamatan

Variabel independen:

Modal sendiri, Modal Kredit Usaha

rakyat.

Variabel dependen: Pendapatan

pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Jenis penelitian: kuantitatif Sampel: 32 responden Uji Analisis: regresi linear berganda

Besarnya pengaruh modal Kredit Usaha Rakyat terhadap perubahan tingkat pendapatan. pengaruh ini bernilai positif atau dapat dikatakan semakin tinggi modal Kredit Usaha Rakyat (KUR) maka akan semakin tinggi pula perubahan tingkat pendapatan yang akan didapatkan pengusaha Usaha Mikro dan Kecil (UMK), dimana setiap kenaikan

Penelitian ini meneliti Kredit Usaha Rakyat yang di fasilitasi pemerintah dan meneliti di wilayah Kecamatan Gebang Kabupaten langkat.

(24)

dan Kecil di Kecamatan Gebang juga akan meningkat

3. Ekaningtyans Widiastuti, Sulistyandari, Retno Widuri (2011) Peranan Manajemen Modal Kerja dalam meningkatkan Rentabilitas Ekonomi Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Wilayah Kabupaten Banyumas ). Variabel independen: Perputaran Piutang, Tingkat Perputaran Persediaan Variabel dependen: Rentabilitas Ekonomi Jenis penelitian: kuantitatif Sampel: 60 responden Uji Analisis: regresi linear berganda

Berdasarkan hasil uji secara parsial hanya variable tingkat perputaran persediaanyang berpengaruh signifi kan terhadaprentabilitas ekonomi UKM, sedangkan variable tingkat perputaranpersediaan secara parsial tidak mempengaruhi rentabilitas ekonomi UKM.

Penelitian ini meneliti bagian dari modal kerja yaitu persediaan, dan piutang terhadap rentabilitas ekonomi UKM 4. I.D.K.R. Ardiana, I.A. Brahmayanti, Subaedi (2010) Kompetensi SDM UKM dan Pengaruhnya terhadap Kinerja UKM di Surabaya Variabel independen: Knowladge , Skill dan Ability. Variabel dependen:

Kinerja UKM (Y).

Jenis penelitian: kuantitatif Sampel:150 orang Uji Analisis: regresi linear berganda

Dari hasil analisa data diketemukan bahwa kompetensi yang terdiri dari pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan

masing-masingmemiliki pengaruh yang signifikan kecuali variabel

pengetahuan yang tidak signifikan. Namun demikian jika diuji lebih lanjut secara bersama-sama ketiga variabel diatas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja UKM di Kota Surabaya.

Penelitian ini meneliti mengenai kompetensi SDM dengan variabel independen berupa kinerja. Objek penelitian adalah UKM di Surabaya

(25)

pada Koperasi Serba Usaha Sejati Mulia Jakarta Variabel dependen: laba usaha/SHU keuangan 2007 – 2012. Uji Analisis: regresi linear berganda

Usaha Sejati Mulia Jatipadang. Besarnya hubungan yang diberikan oleh variabel Modal Kerja dengan Laba Usaha pada Koperasi Serba Usaha Sejati Mulia Jatipadang adalah sebesar 76%.

dan laba usaha

koperasi dengan objek penelitian koperasi serba usaha sejati ulia jakarta.

6. Priyo Harsono (2010)

Analisis Bantuan Kredit dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati terhadap Perkembangan UMK Binaan Kub Rukun Mina Barokah di

Kecamatan Juwana

Variabel independen:

Modal usaha , Tenaga kerja. Variabel dependen: jumlah pembeli, Total penjualan, keuntungan. Jenis penelitian: kuantitatif Sampel: 45 UMK Uji Analisis: regresi linear berganda

Berdasarkan hasil uji statistik pangkat tanda wilcoxon,

peningkatan secara signifikan pada variabel modal usaha yaitu sebesar 13%. Pada variabel tenaga kerja ada peningkatan secara signifikan pada variabel tenaga kerja yaitu sebesar 15%. Pada variabel jumlah pembeli ada peningkatan secara signifikan pada variabel jumlah pembeli yaitu sebesar 27%. Pada variabel total penjualan ada peningkatan secara signifikan pada variabel total penjualan yaitu sebesar 30%. Pada variabel keuntungan ada

peningkatan secara signifikan pada variabel keuntungan yaitu sebesar 32%.

Penelitian ini meneliti mengenai modal usaha bantuan dari Dinas Kelautan dan tenaga kerja yang dimiliki oleh UMK yang mempengaruhi perkembangan usaha. 7. Moh. Fatkhul Mujib (2010) Analisis Faktor-Faktor yang Variabel Independen: Jenis Penelitian: Kuantitatif

Nilai kewirausahaan mempunyai pengaruh secara langsung positif

Penelitian ini meneliti nilai kewirausahaan

(26)

dan Tidak Langsung

Terhadap Kinerja Usaha Kecil & Menengah (UKM) Studi pada Pelaku UKM di Kabupaten Kebumen strategi Variabel Dependen: kinerja usaha Uji Analisis: Analisis Jalur (Path Analysis

terhadap kinerja usaha melalui strategi. Meskipun pemilik/ pengelola usaha perempuan

memiliki nilai kewirausahaan yang lebih rendah dari pada laki-laki namun dalam prakteknya,

perempuan memiliki tingkat kinerja yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Sebab,perempuan memiliki potensi dan keunggulan dalam menjalankan usahanya. penelitian UKM Kabupaten Kebumen 8. Fitra Ananda (2011) Analisis Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil Setelah memperoleh Pembiayaan Mudharabah dari Bmt At-Taqwa Halmahera Di Kota Semarang Variabel Independen: modal Variabel Dependen: omzet penjualan, keuntungan Jenis Penelitian: Kuantitatif Sampel: 75 Responden Uji Analisis: uji validitas, uji reliabilitas dan uji pangkat tanda wilcoxon

Adanya pembiayaan dari BMT At Taqwa Halmahera di Kota Semarang maka modal usaha, omzet penjualan dankeuntungan Usaha Mikro dan Kecil (UMK) mengalami

peningkatan yang sangat berarti.

Penelitian ini meneliti mengenai UMK yang yang memperoleh pembiayaan mudharabah dari BMT 9. Rifda Zahra Afifah (2012) Analisis Bantuan Modal dan Kredit Bagi Kelompok Pelaku Usaha Mikro Oleh Dinas

Variabel Independen: modal usaha. Variabel Dependen: omzet penjualan, Jenis Penelitian: Kuantitatif Sampel: 48 Responden Uji Analisis: uji

Hasil analisis menunjukkan bahwa kredit dari Dinas Koperasi dan UMKM dapat membantu

meningkatkan modal usaha, omzet penjualan, dan laba para pelaku

Penelitian ini meneliti kelompok usaha mikro yang

memperoleh bantuan daru Dinas Koperasi.

(27)

Semarang (Studi Kasus: Kpum di Kelurahan Pekunden, Kecamatan Semarang Tengah)

uji pangkat tanda wilcoxon

modal usaha, omzet penjualan, dan laba antara sebelum dan setelah mendapat kredit. Hal tersebut memberikan implikasi bahwa program perkreditan dari pemerintah melalui pemberian pinjaman modal dapat membantu pengembangan usaha mikro.

dalah modal usaha, mempengaruhi omzet penjualan dan laba usaha.

10 Kusumawardani Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Tekstil di Kabupaten Kepulauan Selayar Variabel Independen : Modal kerja, jam kerja, lama usaha, dan tingkat pendidikan Variabel Dependen : Pendapatan pedagang Regresi Linier Berganda

Dari keempat variabel

yang digunakan, variabel modal kerja, jam kerja, dan lama usaha menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang tekstil di Kabupaten Kepulauan Selayar.

Objek penelitian ini adalah pedagang tekstil di Kabupaten Kepulauan Selayar. Variabel independen modal kerja, jam kerja, lama usaha, dan tingkat pendidikan

(28)

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.4

Skema kerangka pemikirian

a. Hubungan pembiayaan modal kerja (X1) dengan laba (Y) berpengaruh

positif. Karena pada prinsipnya tanpa modal kerja seseorang tidak bisa menyelesaikan pembuatan barang dan jasa sesuai permintaan. Jadi tanpa modal kerja seseorang tidak akan mendapatkan pembeli karena tidak ada barang dan jasa yang dihasilkan.51

b. Hubungan profesionalisme SDM (X2) dengan laba (Y) berpengaruh

positif. Karena tingkat profesional yang tinggi mampu meningkatkan kinerja usaha sehingga meningkatkan laba yang dihasilkan.52

c. Hubungan lama usaha (X3) dengan laba (Y) berpengaruh positif. Terdapat asumsi bahwa semakin lama seseorang menjalankan usahanya maka akan semakin berpengalaman orang tersebut.53

51

Suharyadi dan Arissetyanto Nugroho, Kewirausahaan : Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda, (Jakarta : Salemba Empat, 2007), hal. 168

52

Cut yusriati, op.cit., hal. 32

53Manulang, Manajemen Personalia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1984), Hlm.15

PEMBIAYAAN MODAL KERJA PROFESIONALIS ME SDM LAMA USAHA LABA

(29)

D. Pengembangan Hipotesis

Dari penelitian terdahulu mengenai pengaruh pinjaman modal kerja dan profesionalisme sumber daya manusia terhadap laba usaha kecil menengah Kota Banda Aceh oleh Cut Yusriati, Muhammad Arfan, M. Rizal Yahya dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Penelitian ini menghasilkan Pinjaman modal kerja berpengaruh signifikan terhadap laba UKM di Kota Banda Aceh. Profesionalisme karyawan berpengaruh signifikan terhadap laba UKM di Kota Banda Aceh. Pinjaman modal kerja dan profesionalisme karyawan berpengaruh secara simultan dansignifikan terhadap laba UKM di Kota Banda Aceh.54 Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Pinjaman modal kerja berpengaruh terhadap laba usaha mikro nasabah

Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah

H2: Profesionalisme sumber daya manusia berpengaruh terhadap laba usaha

mikro nasabah Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah

H3: Lama usaha berpengaruh terhadap laba usaha mikro nasabah Bank

Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah

H4: Pinjaman modal kerja, profesionalisme sumber daya manusia dan lama

usaha berpengaruh terhadap laba usaha mikro nasabah Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah.

54

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan theoretical framework dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: terdapat perbedaan hasil belajar kognitif siswa antara kelas eksperimen yang

Hal ini dapat dilihat bahwa ada sekitar 20% siswa tidak memiliki minat untuk belajar matematika, jarang membaca buku pelajaran, siswa lebih suka duduk mendengarkan dari pada

a) Sedangkan sumber data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data penelitian secara langsung. 17 Data primer yaitu data yang diperoleh dari

Penulis mencoba memperbaiki kesalahan dan kekurangan dari penelitian sebelumnya yaitu dengan melakukan penelitian yang ketiga, pada penelitian ini kadar tepung tapioka, ketumbar

Tentunya, pendampingan dalam hal pendidikan dari orangtua dan pengasuh (grandparenting) yang baik, dengan penuh kesabaran, mendengarkan secara aktif, dan memberi dukungan

Berdasarkan hasil observasi di lapangan dan wawancara dengan guru matematika di salah satu SMP di Kota Cimahi, diperoleh hasil bahwa kemampuan Komunikasi

nya di Kota Samarinda. Perkembangan sub- sektor ini ternyata juga memberikan efek multiplier pendapatan rumah tangga dan la- pangan pekerjaan yang tinggi. Dengan kata lain

Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kehadirat Alloh SWT atas limpahan karunia dan nikmat-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul