• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 67/ 12/ 94 / Th. VII, 1 Desember 2015 1

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2015

1. NIlai Tukar Petani

NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga diterima petani(It) terhadap harga dibayar petani (Ib) (dalam persentase) merupakan salah satu indikator untuk melihat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif, semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

No. 67/ 12/ 94 / Th. VII, 1 Desember 2015

 Pada November 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Papua tercatat mengalami penurunan -0,08 persen menjadi 96,80 dibandingkan NTP bulan sebelumnya sebesar 96,87. Penurunan tersebut terjadi akibat indeks harga diterima petani (It) mengalami kenaikan 0,56 persen sedangkan indeks harga dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan 0,64 persen.

 NTP Nasional pada November 2015 adalah 102,95 atau mengalami kenaikan 0,48 persen dibandingkan NTP Oktober 2015. Hal ini disebabkan oleh indeks diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,85 persen dan indeks harga dibayar petani mengalami kenaikan hanya 0,37 persen.

 Dari lima subsektor, 2 subsektor memiliki nilai NTP dibawah 100 yaitu NTP Subsektor Tanaman Pangan sebesar 87,56 dan NTP Subsektor Peternakan sebesar 99,58. Sedangkan 3 subsektor lainnya memiliki nilai NTP diatas 100 yaitu NTP subsektor Hortikultura sebesar 101,77 ; NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 104,80, dan NTP subsektor Perikanan tercatat sebesar 104,79. Lebih lanjut, NTP subsektor Perikanan dapat dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap dan NTP Perikanan Budidaya masing-masing sebesar 110,32 dan 89,36.

 Inflasi Pedesaan dapat diketahui melalui indeks konsumsi rumah tangga. Inflasi pedesaan Papua November 2015 sebesar 0,77 persen. Inflasi perdesaan terjadi karena naiknya sebagian besar subkelompok pengeluaran rumah tangga, dimana kenaikan indeks tertinggi terjadi pada subkelompok Bahan Makanan sebesar 1,01 persen. Sedangkan subkelompok Sandang mengalami perubahan indeks paling kecil yaitu sebesar 0,07 persen.  Secara nasional, 30 provinsi mengalami inflasi perdesaan dan 3 Provinsi mengalami deflasi pedesaan dimana

inflasi tertinggi terjadi di Sumbar sebesar 0,89 persen dan inflasi pedesaan terendah terjadi di Provinsi Sulut sebesar 0,01 persen. Sedangkan Deflasi pedesaan tertinggi terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar -0,16 persen dan Deflasi Pedesaan terkecil terjadi di Papua Barat sebesar -0,04 persen. Untuk wilayah Sumapua, Papua menempati peringkat ke-2 Sumapua sedangkan secara nasional, Papua menempati peringkat ke-1.  Jika dibandingkan dengan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Oktober 2015, NTUP Papua pada

(2)

2 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 67/ 12/ 94 / Th. VII, 1 Desember 2015

Bila dibandingkan NTP Papua pada Oktober 2015 sebesar 96,87, NTP Papua November 2015 mengalami penurunan -0,08 persen menjadi 96,80. Berdasarkan pemantauan harga pedesaan di beberapa daerah di Papua, penurunan indeks NTP disebabkan oleh kenaikan indeks harga diterima petani (It) sebesar 0,56 persen dan indeks harga dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,64 persen.

Grafik 1 menunjukkan perkembangan NTP Papua bulan November 2015 dengan bulan sebelumnya dimana subsektor Hortikultura mengalami kenaikan indeks NTP 0,44 persen. Sebaliknya, NTP subsektor Tanaman Pangan, Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan dan Perikanan mengalami penurunan indeks masing-masing sebesar -0,25 persen, -0,70 persen , -0,04 persen dan -0,36 persen.

2. Indeks Harga Diterima Petani (It)

Perubahan harga komoditas yang dihasilkan petani ditunjukkan oleh indeks harga yang diterima petani (It). Pada November 2015, It Papua adalah sebesar 113,74 atau meningkat sebesar 0,56 persen dibandingkan It Oktober 2015. Seluruh subsektor mengalami kenaikan It yang terdiri atas subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan dan Perikanan masing-masing sebesar 0,44 persen; 1,13 persen; 0,01 persen; 0,45 persen dan 0,24 persen.

3. Indeks Harga Dibayar Petani (Ib)

Melalui Indeks harga dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk keperluan produksi hasil pertanian. Ib Papua pada November 2015 adalah 117,50 atau 0,64 persen lebih tinggi dibandingkan Ib bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 116,76. Peningkatan Ib gabungan tersebut didorong oleh meningkatnya Ib di seluruh subsektor pertanian dengan kenaikan indeks tertinggi terjadi pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,71 persen sementara subsektor Peternakan sebesar 0,49 persen. 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Tanaman Pangan Hortikultura Tanaman Perkebunan Rakyat

Peternakan Perikanan Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya 87.77 101.33 105.54 99.62 105.16 110.63 89.91 87.56 101.77 104.80 99.58 104.79 110.32 89.36 NT P

Grafik 1. Perkembangan NTP Papua Menurut Subsektor Oktober -November 2015(2012=100)

(3)

Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 67/ 12/ 94 / Th. VII, 1 Desember 2015 3

Tabel 1. Nilai Tukar Petani Menurut Subsektor

Provinsi Papua Oktober 2015-November 2015 serta Persentase Perubahannya (2012=100)

Subsektor Bulan Perubahan

Okt'15 Nov'15 (%)

(1) (2) (3) (4)

NTP Gabungan tanpa Perikanan

a. Indeks diterima petani (It) 112.35 113.01 0.59

b. Indeks dibayar petani (Ib) 116.71 117.46 0.64

c. Nilai Tukar Petani (NTP) 96.26 96.21 -0.05

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 106.20 106.57 0.36

NTP Gabungan dengan Perikanan

a. Indeks diterima petani (It) 113.10 113.74 0.56

b. Indeks dibayar petani (Ib) 116.76 117.50 0.64

c. Nilai Tukar Petani (NTP) 96.87 96.80 -0.08

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 106.70 107.06 0.34

1. Tanaman Pangan

a. Indeks diterima petani (It) 103.46 103.91 0.44

b. Indeks dibayar petani (Ib) 117.87 118.68 0.69

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 87.77 87.56 -0.25

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 97.05 97.23 0.19

2. Hortikultura

a. Indeks diterima petani (It) 119.55 120.90 1.13

b. Indeks dibayar petani (Ib) 117.98 118.79 0.69

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 101.33 101.77 0.44

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 113.57 114.51 0.83

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks diterima petani (It) 123.14 123.16 0.01

b. Indeks dibayar petani (Ib) 116.68 117.51 0.71

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 105.54 104.80 -0.70

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 116.14 115.80 -0.29

4. Peternakan

a. Indeks diterima petani (It) 113.27 113.78 0.45

b. Indeks dibayar petani (Ib) 113.70 114.26 0.49

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 99.62 99.58 -0.04

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 107.81 108.19 0.35

5 Perikanan

a. Indeks diterima petani (It) 123.46 123.76 0.24

b. Indeks dibayar petani (Ib) 117.40 118.11 0.60

c. Nilai Tukar Petani (NTPN) 105.16 104.79 -0.36

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 113.48 113.61 0.11

5.1 Perikanan Tangkap

a. Indeks diterima petani (It) 130.03 130.43 0.31

b. Indeks dibayar petani (Ib) 117.53 118.23 0.59

c . Nilai Tukar Petani (NTN) 110.63 110.32 -0.28

d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 117.66 117.84 0.15

5.2 Perikanan Budidaya

a. Indeks diterima petani (It) 105.22 105.24 0.02

b. Indeks dibayar petani (Ib) 117.02 117.77 0.64

c. Nilai Tukar Petani (NTPi) 89.91 89.36 -0.62

(4)

4 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 67/ 12/ 94 / Th. VII, 1 Desember 2015 4. NTP SUBSEKTOR

a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada bulan November2015, NTPP sebesar 87,56 atau mengalami penurunan indeks sebesar -0,25 persen dibandingkan NTPP Oktober 2015. Hal ini disebabkan oleh It meningkat sebesar 0,44 persen sedangkan Ib meningkat sebesar 0,69 persen.

Meningkatnya Ib disebabkan oleh meningkatnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,76 persen dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,25 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada November2015, NTPH meningkat 0,44 persen menjadi 101,77 disebabkan oleh kenaikan Ib sebesar 0,69 persen sedangkan It mengalami kenaikan indeks sebesar 1,13 persen. Peningkatan It didorong oleh meningkatnya indeks kelompok buah-buahan sebesar 0,98 persen, kelompok sayur-sayuran naik 1,18 persen. Peningkatan Ib Subsektor Hortikultura disebabkan oleh kenaikan IKRT sebesar 0,75 persen dan indeks BPPM naik sebesar 0,29 persen.

c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Dibandingkan NTPR Oktober 2015, NTPR November2015 menurun sebesar -0,70 persen dari 105,54 menjadi 104,80. It pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat meningkat sebesar 0,01 persen. Sedangkan naiknya Ib dipicu oleh kenaikan IKRT dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,90 persen dan 0,30 persen.

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

NTPT November2015 tercatat sebesar 99,58 atau turun -0,04 persen dibandingkan NTPT bulan sebelumnya sebesar 99,62. Penurunan NTPT di bulan November 2015 disebabkan oleh meningkatnya It sebesar 0,45 persen dan Ib meningkat sebesar 0,49 persen. Dari keempat kelompok penyusun It Peternakan, kelompok Ternak Kecil meningkat sebesar 0,68 persen dan hasil ternak turun -0,03 persen, sedangkan ternak besar dan unggas tidak mengalami perubahan indeks. Dari sisi Ib, IKRT naik 0,75 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,10 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

NTNP Papua November 2015 adalah 104,79 atau menurun sebesar -0,36 persen dibandingkan NTNP bulan sebelumnya. Penyebab menurunnya NTNP adalah naiknya It sebesar 0,24 persen dan naiknya Ib yang mencapai 0,60 persen. Naiknya It dipicu oleh menurunnya It kelompok Perikanan Tangkap sebesar 0,31 persen dan kelompok budidaya naik sebesar 0,02 persen. Sedangkan pendorong kenaikan Ib adalah meningkatnya Ib pada IKRT sebesar 0,82 persen dan Indeks BPPM naik sebesar 0,13 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

NTN November 2015 mengalami penurunan sebesar -0,28 persen dibandingkan NTN Oktober 2015 menjadi 110,32. It mengalami kenaikan sebesar 0,31 persen dipicu indeks penangkapan laut meningkat sebesar 0,32 persen dan indeks penangkapan perairan umum tidak mengalami perubahan indeks sedangkan kenaikan Ib sebesar 0,59 persen disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,82 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,16 persen.

(5)

Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 67/ 12/ 94 / Th. VII, 1 Desember 2015 5 2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada November2015, NTPi Papua adalah 89,36 atau turun 0,62 persen dibandingkan NTPi bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh It mengalami kenaikan indeks sebesar 0,02 persen sementara Ib meningkat sebesar 0,64 persen. Kenaikan Ib merupakan akibat dari naiknya IKRT sebesar 0,83 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,06 persen.

Tan. Pangan Hortikultura Tanaman Perkebunan

Rakyat

Peternakan Perikanan Perikanan Tangkap Perikanan Budidaya 103.91 120.90 123.16 113.78 123.76 130.43 105.24 118.68 118.79 117.51 114.26 118.11 118.23 118.23 Grafik 2. It, Ib Menurut Subsektor di Provinsi Papua

November 2015 (2012=100)

(6)

6 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 67/ 12/ 94 / Th. VII, 1 Desember 2015 5. PERBANDINGAN NTP ANTAR PROPINSI

Dari 33 provinsi yang dilakukan penghitungan NTP, 22 provinsi mengalami peningkatan NTP sementara 11 provinsi lainnya mengalami penurunan NTP. Provinsi NAD tercatat mengalami kenaikan NTP terbesar yang mencapai 1,75 persen dan kenaikan indeks terendah adalah di Sultra sebesar 0,02 persen. Untuk provinsi yang mengalami penurunan NTP, Provinsi Babel tercatat sebagai provinsi dengan penurunan NTP terbesar yakni -0,75 persen; sedangkan penurunan terendah terjadi di Gorontalo yang turun sebesar -0,01 persen.

Tabel 2.

Nilai Tukar Petani Provinsi dan Persentase Perubahannya, November 2015 (2012=100)

Propinsi It Ib NTP

Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan Rasio % Perubahan

NAD 117.04 2.19 118.93 0.43 98.41 1.75 SUMATERA UTARA 120.41 1.31 120.97 0.52 99.54 0.78 SUMATERA BARAT 116.99 1.41 119.30 0.72 98.06 0.69 RIAU 114.14 0.95 120.53 0.33 94.70 0.62 JAMBI 114.75 0.04 120.60 0.39 95.15 -0.35 SUMSEL 115.25 0.42 119.67 0.36 96.30 0.06 BENGKULU 112.85 0.36 120.77 0.63 93.44 -0.27 LAMPUNG 124.78 0.40 119.94 0.45 104.04 -0.05 BANGKA BELITUNG 122.08 -0.88 117.45 -0.13 103.94 -0.75 KEPULAUAN RIAU 115.80 0.59 116.98 0.17 98.99 0.43 DKI 117.34 0.32 119.78 0.19 97.97 0.13 JAWA BARAT 131.25 0.69 122.43 0.31 107.20 0.38 JAWA TENGAH 122.76 0.98 120.27 0.41 102.07 0.56 YOGYAKARTA 123.64 0.76 120.02 0.57 103.01 0.19 JAWA TIMUR 129.55 1.04 121.57 0.28 106.56 0.76 BANTEN 128.17 1.66 119.19 0.29 107.53 1.37 BALI 124.69 0.84 118.28 0.36 105.41 0.48

NUSA TENGGARA BARAT 125.78 0.77 118.18 0.34 106.43 0.44

NUSA TENGGARA TIMUR 121.79 0.53 117.68 0.43 103.49 0.10

KALIMANTAN BARAT 115.07 -0.52 119.72 0.14 96.12 -0.66 KALIMANTAN TENGAH 117.46 -0.05 119.70 0.38 98.13 -0.43 KALIMANTAN SELATAN 115.83 0.43 116.48 0.47 99.44 -0.04 KALIMANTAN TIMUR 117.39 -0.22 119.75 -0.01 98.02 -0.22 SULAWESI UTARA 118.32 0.56 122.06 0.04 96.93 0.52 SULAWESI TENGAH 118.80 1.15 119.25 0.18 99.62 0.97 SULAWESI SELATAN 129.10 0.94 121.31 0.38 106.42 0.56 SULAWESI TENGGARA 120.24 0.30 119.47 0.28 100.64 0.02 GORONTALO 127.40 0.63 122.38 0.63 104.10 -0.01 SULAWESI BARAT 123.80 0.52 116.28 0.37 106.47 0.15 MALUKU UTARA 124.57 1.61 121.73 0.38 102.34 1.22 MALUKU 120.96 1.04 117.57 0.24 102.89 0.80 PAPUA BARAT 119.71 -0.09 119.79 0.01 99.93 -0.10 PAPUA 113.74 0.56 117.50 0.64 96.80 -0.08 NASIONAL 123.91 0.85 120.36 0.37 102.95 0.48

(7)

Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 67/ 12/ 94 / Th. VII, 1 Desember 2015 7 6. Inflasi Perdesaan

Perubahan indeks harga Konsumsi Rumah Tangga mencerminkan angka inflasi/deflasi pedesaan. Pada November2015, terjadi inflasi di wilayah perdesaan Papua sebesar 0, 77 persen yang dipicu oleh kenaikan indeks harga pada seluruh subkelompok pengeluaran rumah tangga. Kenaikan indeks harga tertinggi terjadi pada subkelompok bahan makanan sebesar 1,01 persen, Makanan jadi, Minuman, rokok dna Tembakau sebesar 0,81 persen, Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 0,54 persen, Transportasi dan komunikasi sebesar 0,52 persen kemudian diikuti oleh subkelompok Perumahan naik sebesar 0,48 persen, sedangkan subkelompok Kesehatan naik sebesar 0,24 persen dan Sandang sebesar 0,07 persen.

Tabel 3. Perkembangan Indeks Konsumsi Rumah Tangga Menurut Subkelompok Provinsi Papua Oktober-November 2015(2012=100)

Kelompok Pengeluaran Indeks Konsumsi Rumah Tangga Perubahan Indeks

Okt'15 Nov'15

(1) (2) (3) (4)

Konsumsi Rumah Tangga 120.50 121.44 0.77

Bahan Makanan 125.32 126.59 1.01

Makanan Jadi, minuman, rokok dan tembakau 122.79 123.79 0.81

Perumahan 110.81 111.35 0.48

Sandang 111.11 111.19 0.07

Kesehatan 110.85 111.11 0.24

Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 110.12 110.70 0.54

Transportasi dan Komunikasi 120.06 120.69 0.52

Untuk wilayah Sumapua (Sulawesi, Maluku, dan Papua) yang terdiri atas 10 provinsi, 9 provinsi mengalami inflasi di wilayah perdesaan, dimana Papua mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,77 persen dan Sulut menempati peringkat 9 dengan inflasi pedesaan sebesar 0,01 persen.

Di tingkat nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,43 persen pada November 2015. 30 provinsi tercatat mengalami inflasi perdesaan dimana Sumbar menjadi provinsi dengan inflasi perdesaan tertinggi secara nasional (0,89 persen) dan inflasi perdesaan terendah adalah di Sulut (0,01 persen). Sedangkan 3 provinsi lainnya mengalami deflasi dimana Provinsi Babel tercatat mengalami Deflasi terbesar yaitu -0,16 persen dan Papua Barat tercatat mengalami deflasi terkecil yaitu sebesar -0,04 persen. Dengan inflasi perdesaan sebesar 0,44 persen, Papua menempati urutan ke-2 secara nasional.

Tabel 4. Perbandingan Inflasi Perdesaan

di Wilayah Sumapua (Sulawesi, Maluku dan Papua) dengan Nasional, November 2015 (2012=100)

No Provinsi Indeks Konsumsi Rumah

Tangga (IKRT) Inflasi Perdesaan

Urutan Urutan Tingkat Sumapua Tingkat Nasional (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 SULUT 126.18 0.01 9 30 2 SULTENG 122.76 0.21 8 28 3 SULSEL 125.76 0.41 5 19 4 SULTRA 122.07 0.30 6 23 5 GORONTALO 127.54 0.76 2 3 6 SULBAR 118.39 0.42 4 17 7 MALUKU 125.26 0.44 3 13 8 MALUKU UTARA 119.54 0.28 7 25 9 PAPUA BARAT 122.86 -0.04 10 31 10 PAPUA 121.44 0.77 1 2

(8)

8 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 67/ 12/ 94 / Th. VII, 1 Desember 2015 7. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Subsektor

NTUP Papua pada November 2015 adalah 107,06 atau meningkat 0,34 persen. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan indeks sebesar -0,29 persen sedangkan Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perikanan mengalami kenaikan NTUP masing masing sebesar 0,19 persen, 0,83 persen, 0,35 persen dan 0,11 persen. Kelompok Perikanan Tangkap mengalami kenaikan NTUP sebesar 0,15 persen dan kelompok Perikanan Budidaya mengalami penurunan NTUP sebesar -0,04 persen.

Tabel 5

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Menurut Subsektor Provinsi Papua, dan Persentase Perubahannya(2012=100)

Subsektor Okt'15 Nov'15 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 97.05 97.23 0.19

2. Hortikultura 113.57 114.51 0.83

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 116.14 115.80 -0.29

4. Peternakan 107.81 108.19 0.35

5. Perikanan 113.48 113.61 0.11

5.1 Perikanan Tangkap 117.66 117.84 0.15

5.2 Perikanan Budidaya 101.17 101.13 -0.04

NTUP Gabungan 106.70 107.06 0.34

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua

Gedung Pelni Lantai III Jl. Argapura No. 15 Jayapura-Papua Telp. (0967) 534519, 533028 (Hunting), Fax. (0967) 536490

Gambar

Grafik 1 menunjukkan perkembangan NTP Papua bulan November 2015 dengan bulan sebelumnya  dimana  subsektor  Hortikultura  mengalami  kenaikan  indeks  NTP  0,44  persen
Grafik 2. It, Ib Menurut Subsektor di Provinsi Papua   November 2015 (2012=100)
Tabel 3. Perkembangan Indeks Konsumsi Rumah Tangga Menurut Subkelompok  Provinsi Papua Oktober-November 2015(2012=100)

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum format penulisan fungsi pada Octave ada dua tipe yaitu yang pertama fungsi dan program utama dipisah (private function), yang kedua antara fungsi dan

[r]

Pada penelitian ini ditemukan bahwa stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, ketika stres kerja tinggi maka kinerja karyawan marketing dan collection

Pada hari ini, Jum’at tanggal Sembilan Belas Bulan Juni tahun Dua Ribu Sembilan, dimulai jam Sepuluh lewat Lima menit wita sampai dengan selesai bertempat di portal Pengadaan

Terdapat dalam Undang – Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 54 menyatakan bahwa “ anak yang menderita disabilitas mempunyai hak untuk

Studi yang telah memasuki tahun ke-14 ini mengukur kepuasan pemilik kendaraan baru terhadap proses layanan purna jual dengan menganalisa kinerja dealer dalam lima faktor:

d) Alokasi waktu telah diisi akan tetapi tidak sesuai dengan waktu pertemuan. e) Standar Kompetensi telah diisi sesuai dengan standar kompetensinya. f) Kompetensi

Ashita juga disebutkan SCC tipe MPPT yang menggunakan algoritma P&O bekerja pada kondisi buck converter sehingga tegangan yang dihasilkan lebih rendah dari