• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

2. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS DATA

2.1. Tinjauan Literatur Tentang Ilustrasi 2.1.1. Pengertian Ilustrasi

Menurut Adi Kusrianto, ilustrasi menurut definisinya adalah :

seni gambar yang dimanfaatkan untuk memberi penjelasan atas suatu maksud atau tujuan secara visual. Dalam perkembangannya, ilustrasi secara lebih lanjut ternyata tidak hanya berguna sebagai sarana pendukung cerita, tetapi dapat juga menghiasi ruang kosong. Misalnya dalam majalah, koran, tabloid, dan lain-lain. Ilustrasi bisa berbentuk macam-macam, seperti karya seni sketsa, lukis, grafis, karikatural, dan akhir-akhir ini bahkan banyak dipakai image

bitmap hingga karya foto (140).

2.1.2. Fungsi dan Peranan Ilustrasi Dalam Kehidupan Sosial

Fungsi ilustrasi adalah untuk memperjelas teks dan sekaligus sebagai eye-catcher. (Supriyono 169). Tujuan dari gambar ilustrasi adalah memperkuat, memperjelas, memperindah, mempertegas, dan memperkaya cerita atau narasi. Fungsi dari gambar ilustrasi dapat juga dimanfaatkan untuk menghidupkan sebuah cerita. (Purnomo et al. 21) Mengingat fungsi dan tujuan ilustrasi adalah untuk memperjelas narasi, maka ilustrasi yang dibuat haruslah sesuai dan tidak melenceng dari narasi, dan dapat merangsang imajinasi pembaca.

2.1.3. Sejarah Perkembangan Ilustrasi

Sejarah panjang Ilustrasi tidak bisa dilepaskan dari dunia buku. Pemahaman kita terhadap fungsi Ilustrasi sebagai penjelas, memperindah atau bahkan pemahaman fungsi yang lebih avant garde tidak terpisah dari perkembangan dan pemaknaan ulang media di mana ilustrasi tersebut diaplikasikan. Pergulatan panjang posisi Ilustrator melalui cara ungkap visual maupun pesan tidak lepas dari semangat jamannya.

Di Indonesia karya Ilustrasi dapat kita jejak melalui artifak-artifak visual naratif yang ada. Merunut khasanah visual naratif di Indonesia tidak kalah

(2)

panjang dengan sejarah visual naratif di belahan dunia lainnya. Catatan-catatan visual di garca-garca goa yang bertebaran dari Leang-leang di Sulawesi sampai goa Pawon di Jawa Barat menjadi penanda bertutur visual era pra sejarah. Gambar-gambar pada lembar-lembar lontar ataupun pada media Wayang Beber menandai era pra modern. Di era kolonialisasi muncul media-media modern seperti majalah atau surat kabar. Melalui media surat kabar ataupun majalah tersebut terjadi transfer ilmu (ilustrasi) baik teknis maupun gagasan dari Ilustrator asing (penjajah) kepada para Ilustrator bumi putra. Walaupun istilah ’Ilustrasi’ bukan dari kamus bahasa kita sendiri, secara subtantif artifak-artifak visual/gambar tersebut memiliki kesamaan secara fungsional, menjelaskan atau menerangkan.

Dari rentang waktu antara th 1920-1960 (di Indonesia) dari artifak yang berhasil dikumpulkan (dalam media massa) akan memberi gambaran dinamika Ilustrator dan karya Ilustrasinya. Pengklasifikasian artifak temuan terdiri dari dua jenis: ilustrasi untuk rubrikasi dan ilustrasi yang menjelaskan cerita atau artikel.

Ilustrasi pada rubrikasi secara fungsi menjelaskan atau memberi gambaran umum tentang isi rubrik yang diwakilinya. Wakil-wakil visual adalah resonansi dari judul-judul rubrikasi. Sebagai contoh, judul sebuah rubrikasi ”PAGERAKAN” atau pergerakan wakil visual yang hadir adalah sosok pemuda berjas dan berpeci dengan gestur bergerak dinamis sebagai foreground. Ikon catatan-catatan dan suluh lilin menjadi pelengkap penjelas rubrikasi tersebut dalam background nya. Ada korelasi yang jelas antara gambar dan teks. Gambar berfungsi memperjelas teks. Ilustrasi sebagai interpretasi visual terhadap teks. Beberapa artifak rubrikasi dijumpai juga gambar-gambar memiliki korelasi terasa jauh atau bahkan tidak berhubungan sama sekali dengan rubrik yang diwakilinya. Teks bertuliskan ”Panjebar Semangat” sedangkan wakil visual yang hadir adalah gambar pegunungan dengan sawah dan petani, atau stilasi Kala menyerupai ukiran pintu gerbang. Pemilihan wakil-wakil visual tersebut dapat kita baca lebih simbolis. Gambar landscape gunung beserta sawah dan petani ataupun stilasi Kala tersebut sebagai subtitusi Nasionalisme atau Negara Indonesia. Relasi antara gambar dan teks melalui pendekatan simbolis seperti itu-pun masih terasa jauh. Relasi gambar dan teks tidak langsung menjelaskan, terkadang malah terjebak sebagai dekorasi saja. Fungsi gambar pada ilustrasi rubrikasi jenis ini memiliki

(3)

kecenderungan besar kearah ilustrasi sebagai dekorasi visual, walaupun tidak menutup kecenderungan lainnya.

Kategori lainnya adalah gambar–gambar yang menyertai teks di dalam media massa. Artifak visual biasanya muncul mengiringi teks pada cerpen dan tajuk utama atau editorial. Seorang Ilustrator dalam menanggapi teks melalui gambar atau wakil visual yang dihadirkannya dapat kita klasifikasikannya dalam dua pola; pertama, bagaimana Ilustrator mengolah pesan (what to say), kedua, adalah bagaimana cara Ilustrator mengolah rupa (how to say). Hampir sebagian besar artifak visual yang telah dikumpulkan bersifat Naratif dalam olah pesannya. Dalam hal ini berarti Ilustrator memposisikan dirinya sebagai interpreter visual. Modusnya mencoba menterjemahkan teks dengan mencari moment yang paling menarik dan mewakili dari naskah tersebut, kemudian mencari wakil visualnya yang paling gamblang/jelas dalam menyampaikan pesan. Beberapa artifak tampil unik dengan menggunakan pendekatan olah pesan yang lebih metaforik. Artifak yang muncul di harian Fikiran Ra’jat (1932), menggambarkan permasalahan imperialisme dengan metafora seekor anjing berjenis Bulldog berkalung leher bertuliskan “Imperialisme“, dengan ujung ekor muncul sosok kepala priyayi jawa yang bertuliskan “boeroeh imperialisme”. Permainan subtitusi visual menghasilkan kiasan-kiasan tak langsung menguatkan pesan yang disampaikannya. Ilustrator dengan pendekatan metafora, sedikit atau banyak telah memasukkan opini pribadinya dalam menanggapi teks yang ada. Gambar tidak hanya sebagai penjelas teks, tetapi sudah bergeser pada opini visual yang lebih personal. Ilustrasi mulai mencari ruang-ruang otonominya.

Pada wilayah olah rupa, terjadi eksplorasi yang cukup luas (dalam keterbatasan teknis yang ada) dari gaya visual yang rumit, realis, obyektif dan khusus sampai ke wilayah ujung paradoksnya yang sederhana, ikonis atau abstrak, subyektif dan umum. Rentang waktu antara tahun 1929 sampai 1951/53, sebagian besar ilustrator menggali potensi garis, outline, dan bidang-bidang datar. Garis-garis liris maupun ekspresif melalui media gambar pena, tinta dengan kuas menghasilkan kualitas visual yang khas. Garis arsir membentuk tonal gradasi maupun gelap terang dari obyek-obyek yang dihadirkannya. Di tahun 1956 ditemukan artifak ilustrasi bernada penuh dengan gradasi yang halus. Kecenderungan tersebut dihadirkan melalui pendekatan teknis hitam putih media

(4)

cat air. Gaya gambar yang muncul lebih realis mendekati karya fotografis. Di akhir 60-an muncul kecenderungan baru dalam mengolah huruf sebagai bagian dari gambar. Tipografi sebagai gambar (type as image) adalah sebuah kesadaran baru dari para ilustrator di era tersebut. Kemampuan olah huruf sebagai pendukung resonansi visual, mengingatkan kita pada Onomatopea di ranah seni sekuensial.

Di masa Jepang (1942–1945) para seniman sering mengerjakan karya ilustrasi dalam rangka propaganda Jepang. Keimin Bunka Shidosho adalah wadah kelompok kesenian yang langsung dibawah pengawasan Sendenbu atau Barisan Propaganda Bala Tentara Dai Nippon ("Dullah, Raja Realisme Indonesia" 17). Ilustrator (para seniman yang mengerjakan karya ilustrasi) mendapat posisi yang baik secara politis karena pemanfaatan untuk kepentingan perang. Dalam berbagai aplikasi medianya seperti di poster maupun media massa dapat kita amati seringkali ilustrator memposisikan dirinya sebagai interpreter visual. Pesan-pesan baik gagasan propaganda maupun pesan naskah pada media massa ditranslasikan dengan gamblang oleh ilustrator. Tetapi di era ini juga muncul jurnalisme-jurnalisme visual yang kuat dari para seniman.

Dokumentasi peristiwa-peristiwa penting dalam pergerakkan kemerdekaan tergambarkan dalam catatan-catatan visual para seniman. Bagaimana Soekarno membakar semangat para pemuda ter-capture dengan baik dalam “Di Bawah Bendera Revolusi” catatan visual sederhana dengan kuas spontan on the spot oleh Dullah. Bahkan beberapa muridnya yang masih belia seperti Moh. Toha terjun ke area peperangan ikut mengabadikan melalui goresan tangannya.

Di era 1945 pula, muncul karya poster yang fenomenal “Boeng Ajo Boeng” menjadi tonggak sejarah perjuangan, kontribusi dari para seniman. Poster tersebut hasil kolaborasi antara S. Soedjojono, Affandi dan Dullah (sebagai model untuk di gambar), sedangkan Chairil Anwar menyumbangkan slogan untuk Headline teksnya. Goresan-goresan kuat dan ekspresif dapat kita temukan hampir di semua artifak ilustrasi di era ini. Semangat jaman dari akumulasi keinginan untuk merdeka seakan terepresentasikan melalui tangan-tangan ilustrator di kala itu. Opini–opini visual melalui media poster maupun jurnalisme visual semakin mengukuhkan pergeseran posisi fungsi Ilustrasi menjadi lebih mandiri. Pada awalnya Ilustrasi sebagai gambar terbingkai oleh nilai-nilai fungsinya yang

(5)

heteronomi kini mulai bergeser ke ruang-ruang yang lebih otonom. (Wiratmo, Par 8-17)

2.1.4. Bentuk dan Jenis Ilustrasi

Menurut Purnomo et al (22-24), Jenis- Jenis Gambar Ilustrasi adalah : a. Kartun

Bentuk kartun dapat berupa tokoh manusia maupun hewan berisi cerita-cerita humor dan bersifat menghibur. Indonesia memiliki beberapa tokoh kartun seperti, Petruk dan Gareng karya Tatang S. dan sebagainya.

Penampilan gambar kartun dapat dilihat dalam bentuk hitam putih maupun berwarna.

b. Karikatur

Gambar karikatur menampilkan karakter yang dilebih-lebihkan, lucu, unik, terkadang mengandung kritikan dan sindiran. Objek gambar karikatur dapat diambil dari tokoh manusia maupun hewan. c. Komik

Gambar ilustrasi dalam bentuk komik terdiri dari rangkaian gambar yang saling melengkapi dan memiliki alur cerita. Bentuk komik dapat berupa buku maupun lembaran gambar singkat (comic strip). d. Ilustrasi Karya Sastra

Karya sastra berupa cerita pendek, puisi, sajak, akan nampak lebih menarik minat orang membacanya apabila disertai dengan gambar ilustrasi. Fungsi gambar ilustrasi disini

bertujuan memberikan penguatan dan mempertegas isi atau narasi pada materinya.

e. Vignette

Sebagai pengisi dari sebuah cerita atau narasi dapat disisipkan gambar ilustrasi berupa vignette. Vignette adalah gambar ilustrasi berbentuk dekoratif yang ber- fungsi sebagai pengisi bidang kosong pada kertas narasi.

(6)

2.1.5. Elemen Ilustrasi • Warna

Menurut Sanyoto (11) “warna dapat didefinisikan secara objektif/fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, atau secara subjektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indra penglihatan.”

• Value

Menurut Sanyoto value adalah:

dimensi mengenai derajat terang gelap atau tua muda warna, yang disebut juga dengan istilah lightness atau ke-terang-an warna. Value merupakan nilai gelap terang untuk memperoleh kedalaman karena pengaruh cahaya. Value dapat pula disebut suatu gejala cahaya yang menyebabkan perbedaan pancaran warna suatu objek. Value adalah tingkatan ke-terang-an suatu hue dalam perbandingannya dengan warna-warna akromatis hitam-putih. Value adalah alat untuk mengukur derajat ke-terang-an warna, yaitu seberapa terang atau gelapnya suatu warna jika dibandingkan dengan skala value atau tingkatan value: tint, tone, shade (52).

• Bentuk

Sanyoto menjelaskan bahwa semua benda di alam ini memiliki bentuk, begitu pula karya seni. Bentuk bisa disederhanakan menjadi titik, garis, bidang, dan gempal (83).

• Raut

Menurut Sanyoto (83) “raut adalah ciri khas suatu bentuk. Bentuk apa saja di alam ini tentu memiliki raut yang merupakan ciri khas dari bentuk tersebut.”

• Ukuran

Setiap bentuk memiliki ukuran, bisa besar, kecil, panjang, pendek, tinggi, rendah. Ukuran yang dimaksud tidak diukur dengan besaran sentimeter atau meter, tetapi ukuran yang bersifat nisbi (tidak mempunyai nilai tetap) (Sanyoto 116).

(7)

Menurut Sanyoto (117) “arah merupakan unsur seni/rupa yang menghubungkan bentuk raut dengan ruang. Setiap bentuk (garis, bidang, atau gempal) dalam ruang tentu mempunyai arah kecuali lingkaran dan bola.”

• Tekstur

Tekstur menurut penjelasan Sanyoto adalah nilai atau ciri khas permukaan kasar, halus, polos, bermotif, mengkilat, buram, licin, keras, lunak, dan sebagainya (120).

• Ruang

Sanyoto menjelaskan bahwa setiap bentuk menempati ruang karena ruang merupakan tempat bentuk-bentuk berada. Ruang dibagi menjadi dua dimensi dan tiga dimensi karena bentuk ada yang dua dimensi dan tiga dimensi (127).

2.1.6. Kategori Teknik Cara Pembuatan Ilustrasi

Menurut Caplin, Banks, dan Holmes, Ilustrasi digital dibagi menjadi tiga kategori teknik utama yaitu bitmap (yang dikenal juga dengan melukis / painting), vector (disebut juga menggambar / drawing), dan model 3D. Meskipun hasil akhir ketiga teknik diatas sangat mirip, tetapi ketiganya merupakan tiga displin yang berbeda (18). Dalam perancangan buku ilustrasi ini, teknik yang digunakan adalah bitmap atau painting dan menggunakan software Adobe Photoshop.

2.1.7. Kriteria Ilustrasi Yang Baik

"Gambar ilustrasi yang baik adalah ilustrasi yang dapat merangsang dan membantu pembaca untuk berimajinasi tentang cerita, ilustrasi sangat membantu mengembangkan imajinasi dalam memahami narasi." (Purnomo et al. 21).

2.1.8. Prosedur Perancangan Ilustrasi

Menurut Purnomo et al, beberapa tahapan dalam menggambar ilustrasi adalah sebagai berikut :

1. Menentukan tema gambar berdasarkan cerita atau narasi. 2. Menentukan jenis gambar ilustrasi yang akan dibuat. 3. Menentukan irama, komposisi, proporsi, keseimbangan,dan

(8)

kesatuan pada objek gambar.

4. Menggambar sketsa global yang disesuaikan dengan cerita atau narasi.

5. Memberikan arsiran atau warna pada objek gambar sesuai karakter cerita (29).

2.2. Tinjauan Literatur Tentang Buku Bacaan 2.2.1. Pengertian Buku Bacaan

Menurut Bintang P. Sitepu, buku bacaan adalah :

buku yang digunakan sebagai penambah pengetahuan atau pengalaman atau juga sebagai hiburan, yang menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi buku bacaan fiksi dan non fiksi. Buku bacaan ini tidak hanya dimaksudkan sebagai pendukung mata pelajaran bahasa, tetapi juga untuk mata pelajaran lain tetapi disajikan dalam bentuk ceritra atau bacaan (Par. 46).

2.2.2. Buku Middle Grade

Menurut Benny Rhamdani, buku bacaan untuk anak dibagi dalam beberapa kategori, untuk usia 8-12 tahun disebut middle grade book, pengertiannya sebagai berikut :

Untuk usia 8–12 tahun, merupakan usia emas anak dalam

membaca. Naskahnya lebih panjang (100–150 halaman), ceritanya mulai kompleks (bagian-bagian sub-plot menampilkan banyak karakter tambahan yang berperan penting dalam jalinan cerita), dan tema-temanya cukup modern. Anak-anak di usia ini mulai tertarik dan mengidolakan karakter dalam cerita. Hal ini menjelaskan keberhasilan beberapa seri petualangan yang terdiri dari 20 atau lebih buku dengan tokoh yang sama. Kelompok fiksinya beragam mulai dari fiksi kontemporer, sejarah, hingga science-fiction atau petualangan fantasi. Sementara yang masuk kelompok nonfiksi antara lain biografi, iptek, dan topik- topik multibudaya. (Par 6) Buku untuk anak usia 8 sampai 12 harus diperhatkan agar tidak terlalu

(9)

panjang dan tidak terlalu pendek, dan mempertimbangkan pemilihan karakter dalam cerita agar lebih menarik.

2.3. Tinjauan Literatur Tentang Layout 2.3.1. Pengertian Layout

Pada dasarnya layout dapat dijabarkan sebagai tataletak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep/pesan yang dibawanya (Rustan 0).

2.3.2. Layout Untuk Buku Anak- anak

Menurut John Shelley dalam tulisannya mengenai sketsa dan layout untuk buku bergambar, terdapat beberapa petunjuk umum yang sangat berguna untuk pembuatan gambar dan layout, yaitu :

semua buku (dan memang semua ilustrator) berbeda, dan berbagai gaya, komposisi, dan desain adalah pembahasan yang terlalu besar untuk dirumuskan disini, namun berikut adalah petunjuk yang lebih umum untuk dapat diterima :

• Boxed, vignette, spot, dan full bleed

Boxed, atau dalam pengertiannya ilustrasi di dalam kotak memiliki tepi yang lurus, dapat juga dalam garis tepi atau bingkai dan terletak dalam batas-batas halaman, sehingga terdapat jarak antara gambar dengan trim (yaitu tepi halaman). Ilustrasi bisa saja dipotong sesuai tepi, atau digambar sedikit melebihi tepinya. Dengan adegan dibungkus oleh border, ini biasanya cocok untuk gambar -gambar dengan komposisi yang dianggap seimbang.

(10)

Vignette, atau ilustrasi dengan tepi yang pudar. Tepi yang pudar kemudian menyambung dengan halaman putih di sekelilingnya, memberi ruang pada ilustrasi, penerangan, dan membawa pembaca masuk kedalam adegan.

Gambar 2.2 Vignette

Ilustrasi spot adalah sebuah ilustrasi yang kecil, bebas melayang, biasanya tanpa latar belakang. Dalam buku bergambar, ilustrasi spot sangat berguna sebagai lampiran visual untuk narasi utama.

Bleed mengacu pada bagian ilustrasi yang keluar dari batas tepi halaman, full bleed berarti gambar yang mengisi penuh seluruh halaman. Saat ini sangat banyak buku bergambar yang seluruhnya menggunakan full bleed, namun itu sangat efektif ketika digunakan untuk gambar yang dramatis dan gambar panorama.

(11)

• Besar atau Kecil?

Sebuah gambar kecil pada halaman yang dikelilingi ruang kosong berfokus pada detail, yang mungkin menyuguhkan keintiman tenang, atau sebuah pandangan kecil tentang sebuah drama yang akan terungkap. Beberapa buku dimulai dengan gambar yang lebih kecil kemudian secara bertahap menjadi gambar full bleed seiring dengan drama yang terungkap. Hal sebaliknya juga dapat terjadi, besar ke kecil. Sebuah contoh klasik dari pendekatan ini adalah buku karya Sendak- Where The Wild Things Are, dimana ilustrasi pertama dan terakhir kecil, dengan margin putih yang sangat luas, sedangkan fantasi utama menggunakan full bleed.

Penggunaan lain dari gambar kecil adalah untuk memecah serangkaian tindakan ke rincian detail pada sebuah halaman. Contohnya, sepenggal kalimat menjelaskan sebuah karakter mengenakan mantel, kemudian sepatu, kemudian memakai topi.. Dalam satu gambar saja sudah mencukupi untuk semua tindakan diatas, tetapi dengan memisahkan masing-masing tindakan menjadi serangkaian gambar vignette atau spot pada satu halaman, rasa akan waktu dan gerak dapat ditunjukkan.

(12)

• Crescendos dan Pola

Buku bergambar sedikit mirip dengan lagu yang biasanya terdapat semacam pola atau struktur yang diikuti oleh keseluruhan buku, dengan ritme teratur yang mengalir, dengan refrain keras, halaman- halaman dinamis pada tahap kunci. Ini juga berlaku untuk teks dan ilustrasi. Sebuah gambar yang dekat dengan bagian depan buku mungkin tercermin dengan desain yang mirip agar nantinya dapat terbentuk resonansi.

• Page Turning (membalik halaman)

Elemen kunci dari sebuah buku bergambar adalah untuk menonjolkan cerita - pembaca harus selalu terdorong untuk membalik halaman. Ini dapat dilakukan dengan membuat ketegangan dan harapan dalam gambar maupun teks, memastikan gerakan dari kiri ke kanan, dan menarik perhatian pembaca ke sudut halaman.

• Aturan dibuat Untuk Dilanggar

Ya, beberapa dari aturan mungkin untuk dilanggar. Tidak perlu mencampur berbagai ukuran gambar dalam buku, keteraturan juga baik apabila cerita memiliki ritme yang kuat. Ilustrasi penuh satu halaman (full bleed) tidak harus merupakan panorama. Dengan pola -pola dasar, semua kesenangan dapat diperoleh dengan memecah aturan dan membuat cara menggabungkan layout atau layout kontras. Sebenarnya, ini yang membuat buku bergambar menarik. Jadilah liar, pintar, dan gila. Tapi ingat, bagaimanapun gilanya layout, jalan cerita harus selalu dinomor satukan, harus dapat dimengerti sebagai sebuah buku. Kuncinya adalah mengikuti naluri yang pada teks, melakukan apa yang dapat menonjolkan cerita.

(13)

Ingat akan adanya engsel buku, hindari menempatkan elemen penting dibagian tulang belakang buku.

Pertimbangkan teks - dimana teks akan diletakkan? Berapa banyak ruang yang dibutuhkan? Apakah akan ditimpa diatas ilustrasi atau dipisahkan? Demikian juga beri jarak antara teks dengan selokan buku (gutter) dan bagian tepi halaman (Par 3-15).

Jadi ketika membuat layout untuk buku anak-anak haruslah mengikuti jalan cerita agar buku dapat lebih menarik untuk dibaca, layout juga harus menempatkan ilustrasi dan teks agar lebih mudah dibaca.a

2.4. Tinjauan Literatur Tentang Gaya Bahasa

Menurut Hawa dan Senda, penggunaan gaya bahasa dalam buku harus disesuaikan dengan jenis buku,

Gaya bahasa memegang peran penting dalam menulis sebuah buku. (...) Anak-anak membutuhkan gaya bahasa yang ringan dan tidak membuat jarak antara penulis dan pembacanya (143).

Masih menurut Hawa dan Senda, dalam penulisan buku, terdapat empat gaya bahasa yang lazim dipilih, empat gaya bahasa tersebut adalah :

1. Gaya bahasa formal sesuai ejaan yang disempurnakan : Buku yang menggunakan seperti ini adalah buku kuliahan atau buku pelajaran

2. Gaya bahasa gaul : Biasanya bahasa gaul dipakai untuk buku-buku segmen remaja. Buku tentang bagaimana memikat perempuan atau kumpulan sms cinta.

3. Gaya bahasa anak-anak : biasa dipakai untuk buku anak-anak, bahasanya mudah dan ringan. Bahasa yang dipergunakan biasanya disesuaikan dengan umur anak. Font yang dipakai pun ukurannya besar.

4. Gaya bahasa sastra : Berlaku untuk buku fiksi, tetapi akhir-akhir ini beberapa buku jenis faksi juga menggunakan gaya bahasa sastra untuk bukunya (143).

(14)

2.5. Tinjauan Tentang Budaya Batak

Melalui sebuah wawancara dengan Rosna Sitompul pada tanggal 14 Maret 2015 di kawasan Jojoran Surabaya, diperoleh data mengenai budaya Batak yaitu acara Pesta Bona Taon, makanan khas, tarian tor-tor, lagu Batak dan beragam budaya lainnya yang terdapat dalam pesta Bona Taon beserta maknanya.

2.5.1. Pesta Bona Taon

Pesta Bona Taon adalah acara tahunan yang diadakan masyarakat suku Batak Toba baik di tanah Batak yaitu Sumatera Utara maupun diluar tanah Batak untuk mensyukuri tahun yang sudah lalu dan merayakan serta menyambut tahun baru dimana tujuannya adalah untuk silahturahmi dan mengenal lebih dekat antar satu saudara dengan yang lain. Pesta Bona Taon juga merupakan sarana memperkenalkan adat pada anak-anak dan anggota keluarga baru yang biasanya berasal dari suku lain. Pesta Bona Taon Persatuan Raja Toga Sitompul Boru dohot Boruna Jawa Timur adalah acuan dalam pembuatan buku ilustrasi, dimana artinya adalah pesta buka tahun keluarga Sitompul dan istrinya. Biasanya pesta Bona Taon diadakan pada awal tahun sekitar bulan Januari hingga Maret, dalam pesta tersebut terdapat rangkaian acara yang dimulai dari siang hingga petang hari. Pesta Bona Taon diawali dengan kebaktian karena mayoritas beragama Kristen, kemudian dilanjutkan ramah tamah dengan berbagai hidangan, diantaranya yang wajib adalah babi saksang, ikan arsik dan gulai ayam. Acara dilanjutkan dengan perkenalan anggota baru. Undangan menggunakan pakaian bebas namun diminta untuk membawa ulos. Ulos digunakan untuk menortor atau menari tor-tor yang dilakukan secara bergantian, mulai dari pengurus, Sitompul laki-laki beserta istri, Sitompul perempuan, anak-anak, dan remaja. Tari tor-tor diiringi dengan musik gondang Batak. Kegiatan menortor diselingi dengan sumbangan lagu, lelang amerika, doorprize, dan sumbangan lainnya. Menortor adalah memberikan sumbangan untuk kelangsungan kegiatan pesta tahun yang akan datang, tetapi untuk anak-anak tidak disumbangkan namun diberikan pada anak-anak. Sambil menortor, dihidangkan camilan khas Batak yaitu lappet dan ombus-ombus serta camilan lainnya dan teh atau kopi serta bir dan minuman bersoda. Setelah selesai menortor, kegiatan ditutup dengan menyanyi bersama dan doa penutup.

(15)

2.5.2 Ulos

Ulos adalah kain khas Batak yang terdapat banyak macamnya. Setiap acara adat memiliki ulos yang harus dikenakan, dan tidak boleh salah atau tertukar. Dalam pesta Bona taon ada 2 macam ulos yang digunakan, untuk laki-laki menggunakan ulos ragi hotang, sedangkan yang perempuan ulos sadum.

Gambar 2.5 Ulos

Sumber :  http://lidya-novita.blogspot.com/2011/12/ulos.html

2.5.3. Makanan Khas

Batak memiliki cukup banyak makanan khas, diantaranya babi saksang, ikan arsik, naniura, lomok-lomok, dan manuk napindar. Untuk camilan khas diantaranya lapper, pohul-pohul, ombus-ombus, hihindat ni andalu. Dalam acara pesta Bona Taon makanan yang wajib disediakan adalah babi saksang dan ikan arsik.

Gambar 2.6 Makanan Khas Batak : Saksang

(16)

Gambar 2.7 Makanan Khas Batak : Ikan Arsik

Sumber : http://www.tobatabo.com/artikel/3/840/dekke+na+niarsik+ bahan+olahan+kuliner+legendaris+khas+sumatera+utara.html

2.5.4. Tari Tor Tor

Tari tor- tor merupakan tarian yang berasal dari suku Batak dengan 3 macam tor-tor yaitu tor tor pagurason, tor tor sipitu cawan, dan tor tor tunggal panaluan. Gerakan tor tor yang dilakukan saat pesta Bona Taon lebih sederhana, para lelaki gerakan tangan seperti memberi berkat, sedangkan para perempuan gerakan tangannya seperti menyembah, dan baik lelaki maupun perempuan gerakan kakinya mengikuti iringan musik. Kostum yang digunakan tidak formal, tetapi harus menggunakan ulos yang disampirkan pada pundak. Saat menortor di pesta Bona Taon, penortor sekaligus sambil memberikan uang sumbangan, sumbangan dapat diberikan dari tangan ke tangan atau dihias menyerupai bentuk bentuk tertentu, maksudnya agar lebih indah dan meriah.

Gambar 2.8 Tor Tor Pesta Bona Taon

(17)

2.6. Tinjauan Buku Ilustrasi Yang Akan Dirancang 2.6.1. Tinjauan Dari Segi Ide dan Tema Cerita

Pesta bona taon merupakan pesta tahunan perkumpulan Batak menyambut tahun baru. Dalam pesta terdapat berbagai acara dan adat yang ditampilkan seperti tarian dan nyanyian, meskipun sarat nilai budaya, pesta bona taon tidak hanya diadakan di tanah batak, Medan dan sekitarnya, tetapi juga diadakan di berbagai kota di Indonesia selama ada punguan atau komunitas suku Batak. Pesta Bona Taon dihadiri seluruh keluarga Batak marga tertentu beserta istrinya dan anak-anaknya, mereka datang dengan pakaian bebas namun membawa ulos. Acara pesta tidak terlalu formal dan tidak disajikan dengan dekorasi yang berlebihan, namun sarat dengan budaya Batak. Dalam buku ilustrasi yang akan dirancang, anak-anak diajak untuk melihat pesta bona taon sebuah punguan untuk mengenal acara dan adat didalamnya, serta mengenal kerabat dalam komunitas melalui panggilan dalam bahasa Batak Toba dengan menggunakan karakter anak-anak dan bahasa sederhana.

2.6.2. Tinjauan Dari Aspek Filosofis

Budaya adalah kekayaan bangsa, sebagai bangsa yang besar, Bangsa Indonesia memiliki berbagai budaya yang harus dilestarikan sebagai aset. "Kita harus memandang budaya daerah yang sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan sebagai perwujudan kearifan lokal yang harus dijaga keutuhan dan kelestariannya" (Majid 146). Maka dari itu dengan mengangkat tema budaya Batak Toba khususnya acara pesta bona taon kiranya dapat turut melestarikan salah satu kebudayaan bangsa.

2.6.3. Tinjauan Faktor Eksternal atau Faktor Sosial

Bagi suku Batak atau punguan Batak dimanapun, buku ilustrasi yang mengenalkan pesta bona taon dan budaya d dapat membantu pelestarian budaya terutama melalui anak-anak yang kelak akan melanjutkan tradisi pesta tersebut.

(18)

2.6.4. Tinjauan Fungsi Dan Peranan Buku Ilustrasi Sebagai Media Untuk Menyampaikan Pesan

Menurut Arifin dan Kusrianto, penggunaan ilustrasi dalam buku ditujukan untuk memperjelas informasi, juga untuk informasi yang susah dijelaskan dengan kalimat, selain efisiensi halaman serta efektifitas dalam pemahaman maksud penulis kepada pembaca dapat dicapai melalui penggunaan ilustrasi (80).

2.7. Tinjauan Buku Ilustrasi Pesaing

Berdasarkan kesamaan target audiens dan jenis buku, ditemukan beberapa buku pesaing yang beredar di pasaran, dua diantaranya adalah Ensiklopedia Negeriku seri Rumah Adat, dan Seni Budaya untuk SMP kelas VII

2.7.1. Tinjauan Aspek Bentuk

2.7.1.1. Ensiklopedia Negeriku Seri Rumah Adat

Ukuran buku ini kurang lebih B5, format portrait dengan menggunakan soft cover, kertas yang digunakan HVS 110 gram, tebal buku kurang lebih 100 halaman.

2.7.1.2. Seni Budaya untuk SMP Kelas VII

Buku ini berukuran A4, format portrait dengan menggunakan soft cover, kertas yang digunakan HVS 70 gram, tebal buku kurang lebih 100 halaman.

2.7.2. Tinjauan Aspek Ide Cerita

2.7.2.1. Ensiklopedia Negeriku Seri Rumah Adat

Tidak ada alur cerita dalam buku ini, namun bahasa yang digunakan sederhana, cocok untuk anak-anak. Buku ini khusus membahas rumah adat yan ada di Indonesia.

2.7.2.2. Seni Budaya untuk SMP kelas VII

Buku kedua ini berisi banyak budaya dan dibagi dalam beberapa bab. Bab nyanyian membahas berbagai nyanyian nusantara, begitu juga dengan tarian dan kesenian lainnya.

(19)

2.7.3. Tinjauan Aspek Visual

2.7.3.1 Ensiklopedia Negeriku Seri Rumah Adat

Terdapat banyak gambar ilustrasi, pada setiap halaman terdapat gambar. Gambar jelas dan cukup menarik karena berwarna-warni. Ukuran gambar besar.

2.7.3.2. Seni Budaya untuk SMP kelas VII

Buku kedua menggunakan ilustrasi sederhana hitam putih, dan beberapa foto pendukung yang juga hitam putih.

2.7.4. Tinjauan Aspek Content-Message

2.7.4.1. Ensiklopedia Negeriku Seri Rumah Adat

Pesan yang disampaikan buku ini adalah mengenalkan berbagai rumah adat suku-suku yang ada di Indonesia.

2.7.4.2. Seni Budaya untuk SMP kelas VII

Buku ini mengajarkan berbagai budaya nusantara agar dapat dikenal oleh anak-anak melalui pelajaran sekolah baik itu nyanyian, pakaian adat, tarian, kerajinan tangan dan sebagainya.

2.7.5. Data Visual 2.7.5.1.

Gambar 2.9 Buku Ensiklopedia Negeriku Seri Rumah Adat Sumber : dok. pribadi

(20)

2.7.5.2.

Gambar 2.10 Buku Seni Budaya untuk SMP kelas VII Sumber : dok. pribadi

2.8 Analisis Data Lapangan 2.8.1 Analisis Profil Pembaca 2.8.1.1 Target Primer

• Demografis

Usia : 8-12 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan Pendidikan : SD dan SMP

• Geografis : Surabaya, non tanah Batak

• Behavior : Suka bermain, membaca buku bergambar, suka menghabiskan akhir pekan bermain dengan keluarga

• Psikografis : Menyayangi dan menghormati orang tua, percaya akan ajaran orang tua adalah baik. 2.8.1.2 Target Sekunder

• Demografis

Usia : 30-45 tahun

Jenis Kelamin: Laki-laki dan perempuan SES : A,B

(21)

Behavior : Menghabiskan akhir pekan dengan

keluarga, bercerita dengan anak-anak dan pasangan, mengikuti acara adat tahunan. • Psikografis : Family person, memberi yang terbaik

untuk keluarga, pekerja keras.

2.8.2 Analisis Kelemahan Kelebihan

Kelemahan buku yang akan dirancang dibandingkan dengan buku yang beredar dipasaran adalah adalah menggunakan ilustrasi full color sehingga harga buku akan lebih mahal dari buku biasa, selain itu buku ini tidak diwajibkan dipelajari di proses belajar mengajar di kelas.

Untuk kelebihan buku yang akan dirancang adalah menggunakan alur cerita serta karakter utama yang dapat menarik minat pembaca, gaya bahasa yang digunakan juga dekat dengan anak-anak dan fokus membahas satu budaya saja yaitu budaya Batak Toba, sedangkan buku di pasaran membahas banyak sekali budaya sehingga tidak fokus. Dalam buku ini juga membahas berbagai makna dari nyanyian, tarian, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang mana tidak dibahas dalam buku yang beredar dipasaran.

2.8.3. Analisis Prediksi Dampak Positif

Pembaca diperkirakan dapat mengenal budaya Batak Toba terutama yang terdapat dalam acara pesta bona taon, diantaranya tarian, nyanyian, makanan khas, beserta maknanya. Selain itu pembaca yang berasal dari suku Batak juga dapat mengetahui panggilan-panggilan kerabatnya dalam keluarga besar.

2.9. Simpulan

Dalam sebuah buku bacaan untuk anak-anak ada berbagai unsur yang harus diperhatikan yaitu unsur visual dan verbal, unsur visual yaitu ilustrasi dimana harus ditentukan jenis ilustrasi yang tepat tidak terlalu banyak seperti buku bacaan anak usia awal, tetapi cukup lengkap dan jelas untuk memberi gambaran pada pembaca, serta layout untuk penempatan ilustrasi dan kalimat. Unsur verbal meliputi gaya bahasa dan cerita dimana gaya bahasa yang dipakai harus disesuaikan dengan usia pembaca, dalam hal ini usia pembaca adalah 8

(22)

sampai 12 tahun yang termasuk middle grade dan cerita yang dipilih juga disesuaikan agar pembaca tidak kebingungan. Unsur verbal lainnya adalah isi cerita agar tidak melenceng dari tujuan awal dan dapat memberikan nilai moral bagi pembaca.

2.10. Usulan Pemecahan Masalah

Buku pengenalan budaya Batak Toba dan buku pengenalan budaya lainnya lebih baik dibuat dekat dengan anak-anak misalnya menggunakan cerita yang dekat dengan keseharian anak, tidak hanya penjelasan seperti dalam buku pelajaran. Selain itu buku pengenalan budaya harus lebih fokus membahas sebuah budaya dengan jelas, tidak terlalu luas, dapat dibuat berseri seperti buku bacaan fiksi anak-anak yang banyak beredar di pasaran.

                 

Gambar

Gambar 2.1 Boxed
Ilustrasi  spot  adalah  sebuah  ilustrasi  yang  kecil,  bebas  melayang,  biasanya  tanpa  latar  belakang
Gambar 2.4 Pola
Gambar 2.5 Ulos
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari data tabel 4.5 dapat digambarkan bahwa responden penelitian mahasiswa magister manajemen merasakan adanya Subjective Norm yaitu dengan nilai rata-rata skor mean sebesar

Kegiatan Pengabdian ini memiliki tujuan: meningkatkan keterampilan peserta dalam hal pemilihan vocabulary yang tepat, penyusunan kalimat yang sopan serta etika berkomunikasi

Aturan-aturan telah menjadi landasan bagi KJRI Davao City dalam mengeluarkan kebijakan dan upaya-upaya untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat keturunan Indonesia di

Beberapa warga negara Indonesia (WNI) di Timur Tengah yang terkena Sindrom Pernapasan Timur Tengah Corona virus atau MERS-CoV, WNI yang dinyatakan positif terkena

Hal tersebut dilakukan melalui pemberian program CSR untuk komunitas lokal dan para staff PT PLN (Persero) Area Yogyakarta dengan memberikan pelayanan yang baik kepada

Communication Objective Dari riset penyelenggara pasca event yang dilakukan melalui 60 responden yang mengetahui Klub sepatu roda kota Semarang, sebanyak 43, yang berminat gabung

(Togashi:2006) pada contoh (1), senshuu tabeta karee wo omoidashite merupakan kalimat dengan konteks yang bersifat lampau yaitu mengingat kare yang dimakan minggu lalu,

hubungan yang positif dan signifikan antara keaktifan mengikuti kegiatan OSIS dan kemandirian belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar PKn siswa kelas