• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI ONLINE TESTING DENGAN BATCH PROCESSING SYSTEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI ONLINE TESTING DENGAN BATCH PROCESSING SYSTEM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI ONLINE TESTING DENGAN BATCH

PROCESSING SYSTEM

Muhammad Bagir, MTI

Dosen STTI NIIT I-TECH

Jalan Asem Dua, Fatmawati, Jakarta Selatan [email protected]

Abstrak

Dalam Batch Processing System, eksekusi rangkaian perintah dapat dilakukan tanpa perlu campur tangan manusia. Dengan menggunakan batch

processing system pada aplikasi Online Testing maka

proses dapat ditangani oleh mesin seperti penjadwalan secara berkelompok pada sebuah tes, pembagian jenis random soal ke masing-masing peserta pada batch terkait. Implementasi Sistem

online testing diujikan dengan melakukan penjadwalan tes terhadap 50 – 100 orang peserta dalam beberapa kategori batch dan tingkat kesulitan soal.

Kata kunci:

Batch, batch processing, tes, online testing.

Abstract

In Batch Processing System, Sequential Execution of command can be processed without human intervention. By using batch processing system for Online Testing application, the process can be held by machine such: Group Scheduling for a test, Distribution of random question for each candidate with their related batch. Online Testing System Implementation is tested by scheduling tes toward 50 - 100 candidates in each batch category question with different difficulty level.

Keywords:

Batch, batch processing, test, online testing.

I. P

ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi sangat cepat, menyerupai deret ukur. Hampir setiap bagian dalam kehidupan dipenuhi dengan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi, bahkan hingga tempat tidur dan meja makan diisi oleh perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Kebutuhan terhadap proses pengolahan data dan pengembangan pendidikan yang mengadaptasi perkembangan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi semakin hari semakin banyak dibutuhkan. Hal ini seriring dengan kebutuhan terhadap kecepatan dan besarnya data yang dikelola, khususnya dalam tes yang bersifat online dan diikuti banyak peserta dengan manajemen sistem admin yang lebih ramping dan mampu beradaptasi dengan teknologi terbaru yang berkembang dalam dunia teknologi informasi dan komunikasi masa kini.

1.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode waterfall dengan pendekatan

sequencial linear. Dengan Tahapan sbb: [5]

1. Analisa permasalahan.

Menganalisa ruang lingkup informasi dan kebutuhan sistem yang terdiri dari analisa permasalahan serta proses sistem yang akan diimplementasikan, analisa sistem operasi yang akan digunakan oleh sistem yang akan diimplementasikan, analisa mengenai input, rekayasa proses serta output dari sistem yang akan diimplementasikan.

(2)

Setelah mendefinisikan analisa permasalahan, selanjutnya adalah melakukan perancangan sistem menggunakan beberapa komponen UML, yaitu diagram usecase dan activity dan ERD.

3. Implementasi berdasarkan rancangan sistem. Berdasarkan perancangan yang telah dijabarkan, kemudian dilakukan implementasi berupa penulisan kode menggunakan bahasa pemrograman.

4. Pengujian sistem.

Hasil dari sistem yang telah dikembangkan akan dilakukan pengujian sistem. Pengujian difokuskan kepada:

a. Penanganan kesalahan (error handling). Hal ini dilakukan untuk dapat mengecek jika terjadi kesalahan pada sistem.

b. Pengujian sistem secara keseluruhan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua fungsi berjalan dengan baik.

Hasil dari sistem yang telah dikembangkan akan dilakukan pengujian sistem. Pengujian difokuskan pada: penanganan kesalahan (error handling), pengujian sistem secara keseluruhan.

5. Menganalisa hasil pengujian sistem.

Setelah dilakukan pengujian terhadap sistem, selanjutnya adalah melakukan analisa terhadap hasil pengujian.

II. L

ANDASAN

T

EORI II.1 Pemrograman Berorientasi Objek

Pemrograman berorientasi objek adalah suatu bentuk pemrograman dimana semua data dan fungsi di dalam pemrograman dibungkus dalam kelas-kelas atau objek-objek. Setiap objek dapat menerima pesan, memproses data, dan mengirim pesan ke objek lainnya.

Pemrograman berorientasi objek memiliki komponen penyusun antara lain: [3]

1. Kelas

Merupakan kumpulan atas definisi data dan fungsi-fungsi dalam suatu unit untuk suatu tujuan tertentu.

2. Objek

Objek merupakan dasar dari modularitas dan struktur dalam sebuah program komputer berorientasi objek. Objek Membungkus data dan fungsi bersama menjadi suatu unit dalam sebuah program computer.

3. Abstraksi

Kemampuan sebuah program untuk melewati aspek informasi yang diproses olehnya, yaitu kemampuan untuk fokus pada inti. Setiap objek dalam sistem melayani sebagai model dari "pelaku" abstrak yang dapat melakukan kerja, laporan dan perubahan keadaannya, dan berkomunikasi dengan objek lainnya dalam sistem, tanpa mengungkapkan bagaimana kelebihan ini diterapkan.

4. Enkapsulasi

Memastikan pengguna sebuah objek tidak dapat mengganti keadaan dari sebuah objek dengan cara yang tidak layak; hanya metode dalam objek tersebut yang diberi izin untuk mengakses keadaannya. Setiap objek mengakses interface yang menyebutkan bagaimana objek lainnya dapat berinteraksi dengannya. Objek lainnya tidak akan mengetahui dan tergantung kepada representasi dalam objek tersebut.

5. Polimorfisme

Tidak bergantung kepada pemanggilan fungsi, bahasa berorientasi objek dapat mengirim pesan; metode tertentu yang berhubungan dengan sebuah pengiriman pesan tergantung kepada objek tertentu di mana pesan tersebut dikirim.

II.2 Batch Processing

Batch Processing adalah suatu model pengolahan data, dengan menghimpun data terlebih dahulu, dan diatur pengelompokkan datanya dalam kelompok-kelompok yang disebut batch. Tiap batch ditandai dengan identitas tertentu, serta informasi mengenai data-data yang terdapat dalam batch tersebut. Setelah data-data tersebut terkumpul dalam jumlah tertentu, data-data tersebut akan langsung diproses.

Contoh dari penggunaan batch processing adalah e-mail. Dalam suatu sistem batch processing, transaksi secara individual dientri melalui peralatan terminal, dilakukan validasi tertentu, dan ditambahkan ke transaction file yang berisi transaksi lain, dan kemudian dientri ke dalam sistem secara periodik. Di waktu kemudian, selama siklus pengolahan berikutnya, transaction file dapat

(3)

divalidasi lebih lanjut dan kemudian digunakan untuk meng-up date master file yang berkaitan.

II.3 Cara Kerja Batch Processing

Cara Kerja Batch Processing adalah menghimpun data terlebih dahulu, dan diatur pengelompokkan datanya dalam kelompok-kelompok yang disebut batch.

Tiap batch ditandai dengan identitas tertentu, se rta informasi mengenai data-data yangterdapat dalam batch tersebut. Setelah data-data tersebut terkumpul dalam jumlah tertentu, data-data tersebut akan langsung diproses. Batch processing ini merupakan metode pengolahan data yang banyak digunakan. Intinya adalah pada batch processing, data yang dimasukkan akan dihimpun dahulu menjadi satu kelompok atau batch baru kemudian akan dimasukkan ke database untuk memperbaiki master file. Pada batch processing, data yang dikelompokkan tersebut akan dicek kembali dan disortir sebelum dikirim ke database sehingga jika terdapat data yang tidak valid, data akan dimasukkan ke dalam error report.

II.4 Pendekatan Model Waterfall[5]

Pendekatan model waterfall menjelaskan proses pengembangan perangkat lunak dalam sebuah aliran

linear sequential. Yang berarti bahwa fase di dalam

proses pengembangan dimulaiu hanya jika fase sebelumnya telah lengkap. Pendekatan waterfall tidak mendefinisikan proses untuk kembali ke fase sebelumnya untuk menangani perubahan kebutuhan.

Pendekatan model waterfall mendefinisikan proses pengembangan perangkat lunak dalam tujuh fase antara lain :

1. Conception

Fase konsepsi dalam pendekatan model

waterfall akan dipanggil ketika masalah dirasakan. Fase ini melibatkan identifikasi tujuan yang hendak dicapai setelah masalah dipecahkan, perkiraan keuntungan pada sistem yang baru dibandingkan dengan sistem yang ada saat ini serta mengidentifikasi wilayah lain yang dipengaruhi solusi. Pada fase ini juga dilakukan pengembangan business case proyek. Sebuah

business case menyediakan informasi yang

dibutuhkan seorang manajer untuk memutuskan dukungan terhadap proyek yang ditawarkan, sebelum sumber daya dimasukkan ke pengembangannya.

2. Initiation

Melibatkan sebuah studi level makro terhadap kebutuhan pelanggan. Fase ini juga melibatkan pendefinisian solusi alternatif terhadap kebutuhan pelanggan dan pembenaran keunggulan biaya alternatif ini.

3. Analysis

Pada fase ini dilakukan eksekusi studi secara rinci kebutuhan pelanggan dan tiba pada kebutuhan yang tepat dari sistem yang ditawarkan. Fase tersebut melibatkan pembekuan kebutuhan sebelum fase desain mulai.

4. Design

Pada fase ini dilakukan penerjemahan kebutuhan yang telah dikenali menjadi sebuah struktur logis, yang dikenal dengan desain yang dapat dijalankan dalam sebuah bahasa pemrograman.

5. Construction

Pada fase ini dilakukan konversi desain menjadi sebuah form yang dapat difahami mesin komputer

6. Integration and Testing

Melibatkan integrasi dan pengujian seluruh modul-modul yang dikembangkan pada fase sebelumnya sebagai sebuah sistem yang sempurna.

7. Implementation and Maintenance

Pada fase ini dilakukan pengkonversian desain sistem baru menjadi operasi. Dalam hal ini melibatkan implementasi sistem perangkat lunak dan pelatihan staf operasi sebelum sistem perangkat lunak berfungsi.

Gambar 2.1. Pendekatan Model Waterfall[5]

Conception

Initiation

Analysis

Design

Construction

Integration and Testing

(4)

II.5. Black Box Testing

Pengujian BlackBox berfokus pada persyaratan fungsional perangkat lunak. Dengan demikian,

blackbox memungkinkan perekayasa perangkat

lunak mendapatkan serangkaian kondisi input yang sepenuhnya menggunakan semua persyaratan fungsional untuk suatu program.

Pengujian blackbox berusaha menemukan kesalahan dalam kategori berikut:

1) Fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang. 2) Kesalahan antar muka (interface).

3) Kesalahan dalam struktur data atau akses database eksternal.

4) Kesalahan kinerja.

5) Inisialisasi dan kesalahan terminasi.

III.

R

ANCANGAN DAN

I

MPLEMENTASI

S

ISTEM

III.1. Rancangan Sistem

Rancangan umum sistem menggambarkan sistem secara keseluruhan, rancangan digambarkan menggunakan Diagram antara lain Use Case.

Diagram use case menggambarkan fungsionalitas sistem atau proses bisnis yang dijalankan oleh sistem dengan skenario yang memperlihatkan hubungan aktor dengan sistem. Diagram Use Case untuk Sistem dibagi menjadi 3 skenario, admin, pengajar dan peserta

Gambar 3.1. Use Case Admin Sistem

Gambar 3.2. Diagram Use Case Pengajar

Gambar 3.3. Diagram Use Case Peserta III.2. Implementasi Sistem

Implementasi Sistem Online Testing dilakukan pada lingkungan perangkat keras dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Laptop Asus K42 Series 2. Processor Intel Core-i3 3. RAM 6GB

4. HDD: 500GB 5. LCD 14”

Sementara Implementasi perangkat lunak dilakukan dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Sistem Operasi: Microsoft Windows 7/ Linux Centos 6.5

2. XAMPP Control Panel: dilengkapi minimal PHP5 dan MYSQL

Pengguna Perangkat Lunak Online Testing dikategorikan menjadi 3 yakni:

1. Admin, melakukan administrasi aplikasi dan pengguna

2. Pengajar, melakukan penginputan materi, soal ke dalam sistem sesuai kebutuhan 3. Peserta, Peserta tes

III.1 Hasil Implementasi

Dari Hasil Implementasi proses penjadwalan menggunakan batch processing berjalan baik untuk

(5)

50 – 100 orang peserta dengan sampel soal berbeda level. Tahapan pembuatan batch online tes terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut:

1. Pembuatan Jadwal untuk menentukan Tanggal dan waktu tes akan dilaksanakan dan berjalan (lihat gambar 3.1)

2. Pembuatan Komponen untuk menentukan Soal yang akan dipilih untuk dirandom. (lihat gambar 3.2)

3. Pembuatan Batch Group untuk ujian yang berlangsung pada kelompok atau kumpulan banyak peserta atau Batch Individual untuk pribadi atau peserta perseorangan. (lihat gambar 3.3)

Gambar 3.4. Pembuatan Jadwal

Gambar 3.5. Pembuatan Komponen Soal Tes

Gambar 3.6. Pembuatan Batch Group III.2 Pengujian Sistem

Rancangan pengujian yang akan dilakukan adalahBlackBox, berfokus pada persyaratan fungsionalitas perangkat lunak. Berikut adalah pengujian yang dilakukan menggunakan pengujian

BlackBox.

Tabel 3.1. Hasil Pengujian Sistem No. Nama Pengujian Hasil Yang diharapkan Hasil Pengujian Status 1 Pengelolaan Data Pengajar dan Peserta Hasil Proses Pemasukan dan Pengelolaan (hapus dan ubah) Data Pengajar dan Peserta dapat ditampilkan Pemasukan data berjalan baik dan hasilnya dapat dilihat dalam bentuk tampilan yang bisa dikelola (hapus dan ubah) Diterima 2 Pengelolaan Data Jadwal dan Komponen Ujian Menampilkan Hasil Proses pembuatan jadwal, penentuan tipe dan jenis soal yang diujikan. Pembuatan Jadwal dapat dilihat hasilnya. Komponen dapat ditampilkan sesuai dengan jenis dan tipe soal yang ditentukan Diterima 3 Pengelolaan Data Batch Ujian Menampilkan hasil Alokasi Batch Ujian berdasarkan peserta maupun kelompok ujian Sistem dapat menampilkan Hasil Alokasi Batch yang dibuat Diterima 4 Pembuatan Materi Menampilkan Hasil Materi dan Submateri Sistem dapat menampilkan hasil materi Diterima

(6)

yang dibuat pengajar dan submateri 5 Pembuatan Soal permateri Menampilkan hasil soal yang dibuat berdasarkan materi Sistem dapat menampilkan soal berdasarkan materi Diterima 6 Menampilkan Hasil Tes Menampilkan hasil tes yang sudah dilakukan peserta

Sistem dapat menampilkan hasil tes yang dilakukan langsung ke peserta setelah tes berlangsung Diterima 7 Menjawab Soal tes Menampilkan Soal tes disertai waktu. Sistem dapat menampilkan soal tes yang dapat dipilih jawabannya oleh peserta hingga waktu berakhir. Diterima 8 Mengunduh Materi Menampilkan Materi Sistem menampilkan materi yang dapat diunduh peserta Diterima

III.3 Pembahasan Hasil Implementasi

Setelah proses implementasi dan pengujian, analisis terhadap hasil implementasi dan pengujian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Administrasi sistem online testing yang dilakukan admin berjalan sukses.

2. Pembuatan Batch untuk kategori kelompok telah diuji coba dengan jumlah peserta 50 – 100 orang dan jumlah soal 30 - 60 soal dengan berakhir sukses

3. Setelah proses pembuatan batch selesai, halaman user interface peserta dapat langsung diakses untuk melakukan tes 4. Hasil tes akan langsung ditampilkan setelah

peserta menyelesaikan tes dan memilih mengakhiri tes.

IV.

K

ESIMPULAN DAN

S

ARAN IV.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian yang sudah dijelaskan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem Batch Processing membantu mempercepat proses implementasi online

testing dan pengelompokan peserta.

2. Penjadwalan dan Pembuatan Batch dari sisi admin mudah diadministrasi dan tidak membutuhkan waktu tunggu proses batch. 3. Tingkat kesalahan dalam pengacakan soal

bagi peserta sesuai dengan materi yang diujikan jauh lebih akurat dan tepat sasaran.

IV.2 Saran

Dalam Implementasi sistem ini diakui masih ada kekurangan salah satunya dari tipe kategori soal dan difficulty level yang masih membutuhkan tingkat

customisasi. Diharapkan sistem ini dapat dilanjutkan

dengan pengembangan yang jauh lebih sempurna dalam meng-kustomisasi modelnya.

R

EFERENSI

Kadir, Abdul. (2008). Dasar Perancangan dan Implementasi Database Relasional, Andi, Yogyakarta.

Siswoutomo, Wiwit. (2008). PHP Undercover, Mengungkap Rahasia pemrograman PHP, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Nugroho, Adi. (2009). Rekayasa Perangkat Lunak menggunakan UML dan Java, Andi, Yogyakarta.

Bagir, Muhammad.(2013). Aplikasi Mobile Learning V1.0 Berbasis Sistem Operasi Blackberry Versi 5.0

NIIT. (2007). Object Oriented Analysis And Design

Gambar

Gambar 2.1. Pendekatan Model Waterfall [5]
Gambar 3.5. Pembuatan Komponen Soal Tes

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang diperoleh adalah tersedianya model gudang / pusat data (datawarehouse) yang terintegrasi , tersedianya perangkat analisis yang terintegrasi dengan

Berdasarkan kelima jurnal tersebut maka peneliti mengarah pada penelitian oleh Karima Rizqiyana dan Ifan Prihadi dengan perbedaan terletak pada pengolahan data keuangan kas masuk dan