• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS

TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN

Nadiya Rofiqoh

Nadiya_Rofiqoh@yahoo.com

Kurnia

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the influence of assets structure, liquidity, and profitability to the company capital structure. The population is 14 food and beverages companies. The Multiple regression analysis is used as the analysis technique. The result of research shows that simultaneously the influence of assets structure, liquidity and profitability to the food and beverages company capital structure is significant and the strength of their influence is 58.2%. While the result of partial examination shows that variables which show significant influence to the capital structure from these 3 variables i.e.: assets structure, liquidity, and profitability are assets structure and liquidity.

Keywords: Assets Structure, Liquidity, Profitability, and Capital Structure. ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan. Populasi yang digunakan adalah perusahaan makanan dan minuman dengan sampel sebanyak 14 perusahaan. Adapun teknik analisa yang digunakan adalah analisa regresi berganda. Hasil pengujian menunjukkan pengaruh struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas secara bersama-sama terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman adalah signifikan dengan besarnya pengaruh yang diperoleh sebesar 58,2 %. Sedangkan hasil uji secara parsial menunjukkan dari 3 variabel yang digunakan model penelitian yaitu dari struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas yang menunjukkan mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah variabel struktur aktiva dan likuiditas.

Kata Kunci: Sruktur Aktiva, Likuiditas, Profitabilitas, dan Struktur Modal.

PENDAHULUAN

Dalam setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan sumber dana merupakan hal yang penting sebab hal tersebut akan mempengaruhi struktur modal perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Suatu keputusan yang diambil manajer dalam suatu pembelanjaan harus dipertimbangkan secara teliti, sifat dan biaya dari sumber dana yang akan dipilih karena masing-masing sumber dana tersebut memiliki konsekuensi finansial yang berbeda. Semakin besar dana yang dimiliki perusahaan, maka semakin besar kegiatan operasional yang dapat dilakukannya.

Pendanaan untuk penambahan produktivitas perusahaan dapat berasal dari dalam perusahaan maupun pihak luar. Riyanto (2011:209) menyatakan bahwa sumber dana perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana internal dan sumber dana eksternal perusahaan. Dana internal adalah dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan yaitu laba yang ditahan dan akumulasi depresiasi. Dana eksternal adalah dana dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan berupa pinjaman dan dapat juga dengan menjual surat berharga melalui pasar modal. Dalam hal ini

(2)

perusahaan harus mampu menghimpun dana secara efisien, dalam arti keputusan pendanaan tersebut merupakan keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri.

Brealey et al. (2008:25) menyatakan secara ringkas pecking order theory bahwa: Pertama, perusahaan menyukai pendanaan internal, karena dana ini terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat menurunkan harga saham. Kedua, jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan utang lebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan terakhir.

Pada penelitian terdahulu ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan penentuan struktur modal pada suatu perusahaan. Dalam penelitian ini akan digunakan tiga faktor yang memiliki keterkaitan dan berpengaruh terhadap struktur modal, yaitu struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas. Struktur aktiva (Assets Tangibility) adalah perimbangan atau perbandingan antara aset tetap dan total aset. Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari pada modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri, sedang hutang hanya sebagai pelengkap.

Likuiditas perusahaan adalah kemampuan sebuah perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kemampuan tersebut merupakan kemampuan perusahaan dalam melanjutkan operasionalnya ketika perusahaan tersebut diwajibkan untuk melunasi kewajibannya yang akan mengurangi dana operasionalnya. Tingkat likuiditas mempengaruhi tingkat kepercayaan terhadap sebuah perusahaan. Sehingga mempengaruhi besaran dana ekstern atau hutang yang dapat diperoleh perusahaan tersebut. Besaran dana yang diperoleh dari dana ekstern mempengaruhi besarnya rasio struktur modal.

Profitabilitas merupakan kemampuan sebuah perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari operasionalnya. Besaran profitabilitas akan mempengaruhi keputusan manajemen untuk melakukan pendanaan dari luar atau tidak, juga akan mempengaruhi keputusan manajemen menggunakan dana dalam operasionalnya. Karena dalam setiap operasionalnya, sebuah perusahaan memerlukan dana untuk membiayainya. Dana yang diperoleh dari profitabilitas mempengaruhi besarnya hutang atau modal dari ekstern perusahaan yang diperlukan untuk melanjutkan operasionalnya.

Perusahaan makanan dan minuman adalah salah satu sektor dari perusahaan manufaktur, dimana perusahaan tersebut bergerak di bidang industri makanan dan minuman. Alasan dipilihnya sektor industri ini karena sektor ini lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh musim ataupun perubahan kondisi perekonomian (misalnya inflasi). Walaupun terjadi krisis ekonomi, kelancaran produksi industri makanan dan minuman masih terjamin karena kondisi apapun konsumen tetap membutuhkan produk makanan dan minuman.

Penelitian ini penting dilakukan karena struktur modal merupakan salah satu barometer tingkat kepercayaan investor perusahaan. Semakin baik struktur modal yang dimiliki maka investor akan semakin banyak menanamkan investasinya, tetapi sebaliknya semakin lemah struktur modal yang dimiliki maka investor akan mempertimbangkan pengambilan keputusan dalam penanaman investasinya. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan, maka diharapkan manajemen lebih berhati-hati dalam membiayai investasi-investasi yang dilakukan pada masa yang akan datang, serta lebih memahami resiko yang akan timbul sebagai akibat dari keputusan-keputusan pembiayaan yang akan diambil.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman. Penelitian

(3)

ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal periode pengambilan sampel yaitu tahun 2010-2012, perusahaan yang dijadikan sampel yaitu perusahaan makanan dan minuman, proxy (wakil pengukur) dalam struktur modal yaitu menggunakan debt to equity ratio (DER). Dengan adanya faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini, diharapkan dapat membantu investor, calon investor, ataupun kreditur dalam melakukan pertimbangan untuk mengambil keputusan rasional yang berkaitan dengan struktur modal dan dampaknya terhadap kinerja keuangan perusahaan makanan dan minuman yang menjadi obyek dalam penelitian.

TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Struktur Modal

Struktur modal dalam penelitian ini diproksikan dengan debt to equity ratio (DER) dikarenakan DER mencerminkan perbandingan antara total debt (total hutang) dan total shareholder’s equity (total modal sendiri). DER merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan modal yang dimilikinya dan sangat berkaitan dengan penciptaan suatu struktur modal yang dapat mempengaruhi kebijakan pendanaan perusahaan yang tepat guna memaksimalkan nilai perusahaan.

Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang). Sedangkan, total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar atau kreditur (Kusumaningtyas, 2012).

Komponen-komponen Struktur Modal

Struktur modal suatu perusahaan memiliki beberapa komponen yang terdiri dari (Riyanto, 2011:238): (1) Utang jangka panjang adalah utang yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun. Umumnya, digunakan untuk membiayai perluasan perusahaan (ekspansi) dan modernisasi perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar; (2) Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak ditentukan; (3) Cadangan dibentuk dari keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun berjalan. Cadangan yang termasuk modal sendiri antara lain cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs dan cadangan untuk menampung hal-hal atau kewajiban yang tidak diduga sebelumnya; (4) Laba ditahan merupakan modal yang berasal dari dalam perusahaan yaitu kumpulan laba dan rugi sampai saat tertentu sesudah dikurangi deviden yang dibagi dan jumlah yang dipindahkan ke rekening modal.

Sumber-sumber Penawaran Modal

Sumber-sumber penawaran modal terbagi menjadi tiga yaitu (Riyanto, 2011:209): (1) Sumber internal adalah modal yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, seperti: (a) Laba ditahan adalah laba sesudah pajak (laba bersih) yang diinvestasikan kembali (ditanamkan kembali) dalam perusahaan dan bukan dibagikan kepada para pemilik perusahaan dalam bentuk deviden. Laba ditahan ditujukan untuk memperbesar nilai perusahaan bagi para pemegang saham dengan cara menambahkanya pada cadangan pendapatan. Dengan demikian, laba ditahan merupakan suatu bentuk tabungan usaha; (b) Depresiasi adalah pengurangan ekonomis aset tetap yang disebabkan oleh penggunaan aset

(4)

tersebut oleh perusahaan selama masa manfaat. Besarnya depresiasi tergantung pada metode depresiasi yang digunakan oleh perusahaan. (2) Sumber eksternal adalah sumber modal yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan, seperti: (a) Modal yang berasal dari para kreditur merupakan hutang bagi perusahaan bersangkutan, dan modal ini akan menjadi modal pinjaman; (b) Modal yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan merupakan modal yang secara tetap ditanamkan dalam perusahaan yang bersangkutan dan dana ini akan menjadi modal sendiri. (3) Supplier, bank dan pasar modal sebagai sumber eksternal utama. Struktur Modal yang Optimal

Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian. Dalam kondisi tertentu perusahaan-perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dananya dengan menggunakan sumber dana dari dalam perusahaan, tetapi mungkin saja kebutuhan dananya diperoleh dari luar perusahaan apabila dana dari dalam perusahaan tidak mencukupi. Untuk mendapatkan struktur modal optimal, perusahaan harus mengetahui besarnya biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan atas penggunaan modal tersebut, karena struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modalnya.

Pecking Order Theory

Husnan (2000:324) menyatakan teori ini disebut sebagai pecking order theory karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Teori tersebut dikemukakan oleh Myers and Majluf (1984). Tidak ada suatu target debt to equity ratio, karena ada 2 jenis modal sendiri yaitu, eksternal dan internal. Dalam teori ini, perusahaan cenderung lebih menyukai modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan dari pada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan dan memilih penggunaan sumber-sumber pendanaan yang memiliki resiko terendah terlebih dahulu.

Secara ringkas pecking order theory menyatakan sebagai berikut (Nugrahani, 2012): (1) Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal; (2) Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian deviden dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran deviden yang terlalu besar; (3) Pembayaran deviden yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang diperoleh mengakibatkan dana internal kadang-kadang berlebih atau kurang untuk investasi; (4) Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan sekuritas akan memulai dari penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang dapat dikonversikan menjadi modal sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru.

Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Struktur Modal

Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal, diantaranya (Brigham dan Houston, 2001:39): (1) Struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan antara aset tetap dengan total aset. Perusahaan yang mempunyai struktur aktiva yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan struktur aktiva tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu; (2) Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang segera harus dipenuhi (Riyanto, 2011:25). Setiap perusahaan memiliki kemampuan masing-masing dalam memenuhi kewajiban atau hutang lancarnya. Semakin besar kemampuan likuiditasnya, perusahaan

(5)

tersebut semakin mampu untuk membayar hutang atau pendanaan ekstern perusahaan. Hal ini disebabkan perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang; (3) Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dari operasionalnya. Kemampulabaan perusahaan mempengaruhi besaran struktur modal perusahaan. Perusahaan yang memiliki profitabilitas cukup untuk membiayai operasionalnya, tidak perlu menambah besaran hutang dari perusahaan tersebut. Karena semakin besar keuntungan perusahaan, semakin besar laba ditahan yang mampu untuk digunakan dalam operasionalnya (Nugrahani, 2012). Perusahaan yang mempunyai profit tinggi, akan menggunakan hutang dalam jumlah rendah, dan sebaliknya.

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal

Kusumaningtyas (2012) menyatakan menurut pecking order theory, perusahaan yang mempunyai struktur aktiva yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan struktur aktiva tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Jadi dapat dikatakan bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

Berdasarkan hasil penelitian Kusumaningtyas (2012) menunjukkan bahwa struktur aktiva secara signifikan berpengaruh terhadap struktur modal. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Struktur aktiva berpengaruh terhadap struktur modal. Pengaruh Likuiditas Terhadap Struktur Modal

Kusumaningtyas (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Menurut pecking order theory, perusahaan cenderung lebih menyukai pendanaan internal. Hal tersebut dikarenakan kecilnya resiko yang ditanggung perusahaan apabila menggunakan pendanaan internal. Dengan besarnya kemampuan memenuhi kewajiban hutangnya, perusahaan hendaknya mengurangi resiko perusahaan dengan mengurangi hutang perusahaan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian Kusumaningtyas (2012) menunjukkan bahwa likuiditas secara signifikan berpengaruh terhadap struktur modal. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H2 : Likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal

Kusumaningtyas (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah kebutuhan dana eksternal (hutang) sehingga semakin rendah struktur modalnya. Hal ini sesuai dengan esensi pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan internal (internal financing). Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak daripada perusahaan dengan profitabilitas yang rendah. Jadi, semakin profitable

(6)

perusahaan maka perusahaan cenderung mengurangi proporsi utangnya (Indrajaya et al., 2011). Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

Berdasarkan hasil penelitian Indrajaya et al. (2011), dan Kusumaningtyas (2012), menunjukkan bahwa profitabilitas secara signifikan berpengaruh terhadap struktur modal. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H3 : Profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah adalah seluruh perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI; (2) Perusahaan makanan dan minuman yang laporan keuangannya dinyatakan dalam rupiah; (3) Perusahaan makanan dan minuman yang menyampaikan laporan keuangannya secara lengkap dan berturut-turut selama tahun 2010-2012. Dari kriteria tersebut diperoleh 14 perusahaan makanan dan minuman.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah dokumenter yaitu dengan cara mencari dan mengumpulkan data-data yang diperoleh dari sumber Bursa Efek Indonesia berupa catatan laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman meliputi laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen

a. Struktur aktiva

Struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan antara aset tetap dengan total aset. Aktiva terdiri dari aktiva tetap, aktiva tak berwujud, aktiva lancar, dan aktiva tidak lancar. Cara mengukurnya adalah sebagai berikut:

Fixed asset (Aset tetap)

Struktur aktiva = --- x 100% Total asset (Total aset)

b. Likuiditas

Likuiditas yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek atau yang segera dipenuhi pada saat jatuh tempo. Likuiditas suatu perusahaan dapat diketahui dari neraca (laporan posisi keuangan). Dalam penelitian ini menggunakan current ratio sebagai proxy. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Current asset (Aset lancar)

Current ratio = --- x 100% Current liabilities (Kewajiban jangka pendek)

(7)

c. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari modal yang diinvestasikan. Profitabilitas diukur dengan menggunakan return on assets (ROA) yang menunjukkan kemampuan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva untuk menghasilkan laba yang merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dengan total aktiva.

EBIT (Laba sebelum bunga dan pajak)

Profitabilitas = --- x 100% Total asset (Total aset)

Variabel Dependen Struktur Modal

Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Stuktur modal diukur dengan menggunakan debt to equity ratio (DER). Debt to equity ratio (DER) merupakan suatu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengembalikan biaya hutang melalui modal sendiri yang dimilikinya

Semakin tinggi rasio DER maka semakin tinggi pula resiko yang akan terjadi pada perusahaan. Hal ini dikarenakan pendanaan perusahaan dari unsur hutang lebih besar dari pada modal sendiri. Dan sekaligus DER juga menunjukkan struktur modal yang digunakan oleh perusahaan (Kusumaningtyas, 2012). Debt to equity ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Total liabilities (Total kewajiban)

Debt to equity ratio = --- x 100% Total equity (Modal sendiri)

Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, analisis data yang dilakukan adalah analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka dan perhitungannya menggunakan metode standart yang dibantu dengan program Statistical Package Social Sciences (SPSS). Metode analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, dan uji hipotesis untuk menganalisis 3 (tiga) variabel independen terhadap variabel dependen.

Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas

Ghozali (2007:91) menyatakan uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi korelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance (TOL) tidak kurang dari 0,1, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1. 2. Uji Heterokedastisitas

Ghozali (2007:105) menyatakan uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

(8)

Ghozali (2007:105) menyatakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, dapat menggunakan metode grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Dasar dari analisis heteroskedasitas adalah sebagai berikut: (1) Jika ada pola tertentu (seperti titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka diindikasikan telah terjadi heterokedastisitas; (2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

3. Uji Autokorelasi

Ghozali (2007:95) menyatakan uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggunaan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini digunakan uji statistic Durbin- Waston (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Angka D-W di bawah -2 berarti terjadi autokorelasi positif; (2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak terjadi autokorelasi; (3) Angka D-W di atas +2 berarti terjadi autokorelasi negative.

4. Uji Normalitas

Uji asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen keduanya memiliki distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2007:110). Prinsip normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan yaitu (Ghozali,2007:112): (1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas; (2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Persamaannya sebagai berikut:

DER = a + b1FATA+ b2CrR + b3ROA + e Keterengan:

DER = Struktur Modal (Debt to Equity Ratio) a = Konstanta

b1,b2,...bn = Koefisien regresi dari setiap variabel independen FATA = Struktur Aktiva (Asset Tangibility)

CrR = Likuiditas (Current Ratio) ROA = Profitabilitas (Return On Asset) e = Kesalahan / gangguan

Uji Kelayakan Model

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel

(9)

dependen dimana nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1(0≤ R2≤1). Koefisien determinasi (R2) dapat di interprestasikan sebagai berikut: (1) Jika nilai R2 mendekati 1, menunjukkan bahwa kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan semakin kuat; (2) Jika nilai R2 mendekati 0, menunjukkan bahwa kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan semakin lemah.

2. Uji F - Statistik

Ghozali (2007:84) menyatakan uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variable dependen/terikat. Untuk menguji kelayakan data ini digunakan uji statistik F, dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Taraf signifikan α = 0,05; (2) Kriteria pengujian dimana p value < α berarti model layak untuk di uji, sedangkan apabila p value > α berarti model tidak layak untuk di uji.

Uji t (Hipotesis)

Ghozali (2007:84) menyatakan uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Dengan tingkat signifikan level 0,05 (α=5%). Kriteriannya: (1) Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak. Ini berarti secara parsial variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen; (2) Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima. Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas.

b. Uji Autokorelasi

Hasil perhitungan autokorelasi, diperoleh nilai Durbin-Watson adalah sebesar 1,892. Dengan demikian model regresi yang akan digunakan tidak terdapat masalah autokorelasi karena nilai DW berada di antara -2 dan +2.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot terlihat titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang jelas serta tersebar diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

d. Uji Normalitas

Hasil uji normal probably plot menunjukkan bahwa dari grafik Normal p-p of regresion standardized residual terlihat bahwa titik penyebaran dalam penelitian ini berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian, data berdistribusi normal yang berarti asumsi normalitas terpenuhi.

Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif terhadap variabel dependen dan seberapa besar pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian berkaitan dengan

(10)

struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia secara linier.

Tabel 1

Hasil Uji Regresi Berganda

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics

B Error Std. Beta T Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) 2,096 0,327 6,412 0

Struktur Aktiva -1,364 0,591 -0,363 -2,306 0,027 0,703 1,423

Likuiditas -0,331 0,075 -0,701 -4,406 0 0,688 1,453

Profitabilitas 0,285 0,444 0,086 0,642 0,525 0,971 1,03

Dependent Variable: Struktur Modal Sumber Data: Hasil perhitungan SPSS

Dari data tabel 1 di atas persamaan regresi yang diperoleh adalah DER = 2,096 – 1,364FATA– 0,331CrR + 0,285ROA. Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Konstanta (a)

Konstanta (a) adalah intersep Y jika X = 0, menunjukkan bahwa jika variabel dependen yang digunakan dalam model penelitian sebesar konstanta tersebut. Besarnya nilai konstanta (a) adalah 2,096 menunjukkan bahwa jika variabel independen yang terdiri dari struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas = 0, maka variabel struktur modal perusahaan makanan dan minuman sebesar 2,096.

2. Koefisien Regresi Struktur Aktiva

Besarnya nilai b1 adalah -1,364 menunjukkan arah hubungan negatif (berlawanan arah) antara struktur aktiva dengan struktur modal. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat struktur aktiva akan diikuti dengan penurunan struktur modal dan sebaliknya. Dengan kata lain jika tingkat struktur aktiva naik sebesar satu satuan maka struktur modal akan turun sebesar b1 yaitu 1,364 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan.

3. Koefisien Regresi Likuiditas

Besarnya nilai b2 adalah -0,331 menunjukkan arah hubungan negatif (berlawanan arah) antara likuiditas dengan struktur modal. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat likuiditas akan diikuti dengan penurunan struktur modal dan sebaliknya. Dengan kata lain jika tingkat likuiditas naik sebesar satu satuan maka struktur modal akan turun sebesar b2 yaitu 0,331 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan.

4. Koefisien Regresi Profitabilitas

Besarnya nilai b3 adalah 0,285 menunjukkan arah hubungan positif (searah) antara profitabilitas dengan struktur modal. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat porifitabilitas perusahaan akan diikuti dengan peningkatan struktur modal dan sebaliknya. Dengan kata lain jika tingkat profitabilitas naik sebesar satu satuan maka struktur modal juga akan naik sebesar b3 yaitu 0,285 dengan asumsi variabel yang lainnya konstan.

(11)

Uji Kelayakan Model

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Dari perhitungan yang telah dilakukan tingkat koefisien determinasi berganda sebagai berikut:

Tabel 2

Hasil Analisis Korelasi dan Determinasi Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,582a 0,338 0,286 0,48456 1,892

a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Sruktur Aktiva, Likuiditas

b. Dependent Variable: Struktur Modal

Sumber: Hasil Perhitungan SPSS

Dari tabel 2 tersebut di atas diketahui Adjusted R Square sebesar 0,286 atau 28,6% yang menunjukkan kontribusi dari variabel bebas yang terdiri atas struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas secara bersama-sama terhadap struktur modal. Sedangkan sisanya (100 % - 28,6 % = 71,4 %) dikontribusi oleh faktor lainnya. Koefisien korelasi berganda ditunjukkan dengan (R) sebesar 0,582 atau 58,2% yang menunjukkan hubungan antara variabel bebas tersebut secara simultan kuat terhadap struktur modal. 2. Uji F - Statistik

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas yang terdiri struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas secara bersama-sama terhadap struktur modal dengan taraf signifikan 5%.

Tabel 3

Hasil Perhitungan Uji F ANOVAb

Model Squares Sum of Df Square Mean F Sig.

1 Regression 4,565 3 1,522 6,481 ,001a

Residual 8,922 38 0,235

Total 13,488 41

a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Sruktur Aktiva, Likuiditas b. Dependent Variable: Struktur Modal

Sumber: Hasil Perhitungan SPSS

Dari tabel 3 didapat tingkat signifikan uji F = 0,001 < 0.05 (level of signifikan), yang menunjukkan pengaruh variabel bebas yang terdiri dari struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas secara bersama-sama terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman adalah signifikan.

Hasil ini mengindikasikan bahwa naik turunnya struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tergantung oleh naik turunnya tingkat struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Selain itu, dapat disimpulkan bahwa model layak untuk di uji.

(12)

Uji t (Hipotesis)

Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas yang dijadikan model penelitian yaitu; struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap variabel struktur modal. Dengan taraf signifikan 5%.

Tabel 4

Tingkat Signifikan Model Penelitian pada Uji t

Variabel Sig Keterangan

Struktur Aktiva 0,027 Signifikan

Likuiditas 0,000 Signifikan

Profitabilitas 0,525 Tidak Signifikan

Sumber: Tabel 1 diolah

Dari tabel 4 dapat dilihat hasil dari pengujian hipotesis uji t adalah sebagai berikut: a. Uji Parsial Pengaruh Variabel Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal

Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel struktur aktiva = 0,027 <  = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia secara parsial adalah signifikan.

b. Uji Parsial Pengaruh Variabel Likuiditas Terhadap Struktur Modal

Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel likuiditas = 0,000 <  = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian pengaruh likuiditas terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia secara parsial adalah signifikan.

c. Uji Parsial Pengaruh Variabel Profitabilitas Terhadap Struktur Modal

Hasil analisis diperoleh tingkat signifikan variabel profitabilitas = 0,525 >  = 0,050 (level of signifikan). Hasil ini menunjukkan H0 diterima dan H1 ditolak. Dengan demikian pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia secara parsial adalah tidak signifikan.

Pembahasan

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan pengaruh struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas secara bersama-sama terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman adalah signifikan. Hasil ini mengindikasikan bahwa naik turunnya struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tergantung oleh naik turunnya tingkat struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Hal ini didukung dengan perolehan tingkat koefisien korelasi sebesar 58,2 % yang menunjukkan variabel bebas tersebut yaitu struktur aktiva, likuiditas dan profitabilitas memiliki hubungan yang kuat terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman.

Hasil pengujian diperoleh nilai koefisien regresi dari struktur aktiva adalah -1,364 dengan tingkat signifikansi 0,027 < 0,05. Hal ini menunjukkan struktur aktiva berpengaruh signifikan dan negatif terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman. Dengan demikian, hipotesis pertama diterima. Kondisi ini menunjukkan semakin tinggi tingkat struktur aktiva yang dimiliki oleh perusahaan justru semakin rendah tingkat struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

(13)

Tingginya struktur aktiva menunjukkan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut juga tinggi sehingga kebutuhan dana semakin berkurang atau cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya menjadi lebih mudah sehingga permasalahan asimetri lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan utangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat. Menurut Riyanto (2011), kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed assets), akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri, sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap.

Hasil ini sejalan dengan pecking order theory (Husnan, 2000:324) yang menyatakan perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan) dan perusahaan cenderung lebih menyukai modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan dari pada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan dan memilih penggunaan sumber-sumber pendanaan yang memiliki resiko terendah terlebih dahulu. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningtyas (2012).

Hasil pengujian diperoleh nilai koefisien regresi dari likuiditas adalah -0,331 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan likuiditas berpengaruh signifikan dan negatif terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman. Dengan demikian, hipotesis kedua diterima. Kondisi ini mencerminkan semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan akan semakin menurunkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Hasil ini sesuai pecking order theory, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang.

Jika perusahaan banyak menggunakan aset lancar berarti perusahaan tersebut menghasilkan aliran kas untuk membiayai aktivitas operasi dan investasi perusahaan. Aset lancar yang semakin besar menunjukkan bahwa perusahaan berhasil melunasi hutang jangka pendeknya, sehingga hutang jangka pendek berkurang dan berakibat menurunnya proporsi hutang dalam struktur modal. Jadi, semakin besar rasio likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan semakin besar dalam memenuhi kewajibannya (Nugrahani, 2012). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kusumaningtyas (2012) menunjukkan bahwa likuiditas secara signifikan berpengaruh negatif terhadap struktur modal.

Hasil pengujian dari profitabilitas diperoleh tingkat signifikansi 0,525 > 0,05. Hal ini menunjukkan profitabilitas tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman. Nilai signifikansi ini menunjukkan perubahan nilai profitabilitas (ROA) tidak mempengaruhi perubahan nilai struktur modal perusahaan. Dengan demikian, hipotesis ketiga ditolak.

Kondisi perusahaan tersebut tidak mendukung pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan internal (internal financing). Hal ini dimungkinkan: 1) Adanya peluang investasi sehingga perusahaan memerlukan dana yang besar, 2) Apabila perusahaan dalam masa pertumbuhan maka perusahaan memerlukan dana yang banyak untuk kegiatan operasionalnya. Sehingga perusahaan akan meningkatkan kapasitas tingkat hutang yang dapat menguntungkan perusahaan. Ada kemugkinan walaupun keuntungan perusahaan meningkat, pinjaman perusahaan meningkat. Karena investor akan percaya dan merasa aman apabila disetai jaminan yang ada. Sehingga perusahaan memiliki peluang besar untuk menggunakan hutang dalam memenuhi kebutuhan modalnya.

(14)

Hasil pengujian ini tidak sejalan dengan Indrajaya et al. (2011), dan Kusumaningtyas (2012), tetapi mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Putri (2012), Seftiane dan Handayani (2011) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.

SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan

Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Hasil pengujian menunjukkan struktur aktiva berpengaruh signifikan dan negatif terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman. Kondisi ini menunjukkan semakin tinggi tingkat struktur aktiva justru semakin rendah tingkat struktur modal perusahaan. Tingginya struktur aktiva menunjukkan kekayaan yang dimiliki perusahaan tersebut juga tinggi sehingga kebutuhan dana semakin berkurang atau cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang; (2) Hasil pengujian menunjukkan likuiditas berpengaruh signifikan dan negatif terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman. Kondisi ini menunjukkan semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan akan semakin menurunkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang; (3) Hasil pengujian menunjukkan profitabilitas tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman. Hal ini dimungkinkan karena perusahaan mempunyai peluang invetasi dan sedang berada dalam masa pertumbuhan. Keterbatasan

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, jadi untuk peneliti selanjutnya dimungkinkan untuk mengganti dengan perusahaan lain yang go public dan lebih luas untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari variabel yang digunakan terhadap struktur modal perusahaan. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan proxy yang berbeda dengan menambah variabel, jumlah sampel dan periode penelitian yang lebih lama sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Brealey et al. 2008. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi kelima. Jilid 2. Erlangga. Jakarta. Brigham, E.F. dan J.F. Houston. 2011. Dasar–Dasar Manajemen Keuangan. Salemba Empat.

Jakarta.

Ghozali, I. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan keempat. Universitas Diponegoro. Semarang.

Husnan, S. 2000. Manajemen Keuangan. Edisi keempat. Buku 1. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Indrajaya, et.al. 2011. Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal: Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007. Jurnal Ilmiah Akuntansi 6.

Kusumaningtyas, R.A. 2012. Analisis Pengaruh Struktur Aktiva, Return On Asset, Arus Kas Operasi dan Tingkat Likuiditas terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan

(15)

Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Nugrahani, S.M. 2012. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI Tahun 2008-2010. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Putri, M.E.S. 2012. Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Manajemen 1 (1). Riyanto, B. 2011. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta.

Seftianne, dan R. Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 13 (1): 39-56.

www.idx.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan konsep desain kapasitas struktur adalah memperkirakan urutan kejadian dari kegagalan suatu struktur berdasarkan beban maksimum yang dialami struktur, sehingga

Meninjau hasil perhitungan yang diperoleh dari seluruh percobaan dengan berbagai variabel, selektivitas gasoline tertinggi adalah sebesar 52,42% diperoleh pada penggunaan

memfasilitasi Pokmas dalam pembentukan Pokmas, pembagian tugas dan penyampaian informasi tentang program GSMK yang dilaksanakan. 3) Fungsi tugas, FK berperan penting membantu

Keamatan isyarat dan bilangan voksel bagi pengaktifan pada hemisfera kanan otak (gerakan jari tangan kiri) didapati lebih tinggi berbanding dengan hemisfera kiri (gerakan jari

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Walikota Malang Nomor

1) survei pengukuran obyektif yang meliputi pengumpulan data personal berupa pakaian yang digunakan dan aktifitas siswa, dan data parameter lingkungan

Hasil observasi yang telah dilaksanakan kemudian dianalisis dan direfleksikan untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus pertama

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah yang sangat tidak menarik bagi peserta didik, sehingga terkesan monoton dan membosankan.