• Tidak ada hasil yang ditemukan

Devita Zakirman, Program Studi Kebidanan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Devita Zakirman, Program Studi Kebidanan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan PengetahuanTentang Peraturan Pemerintah Nomor 33

Tahun 2012 Dengan Sikap Bidan Mengenai Pemberian Susu

Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di BPM Wilayah Kota Cimahi

Devita Zakirman,

Program Studi Kebidanan. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi

ABSTRAK

ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program pemberian ASI tidak berlangsung secara optimal. Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif dipengaruhi oleh promosi produk-produk makanan tambahan dan formula. Menurut sumber dari Dinas Kesehatan Kota cimahi, hampir semua Bidan mengetahui kewajiban pemberian ASI Eksklusif, karena program ASI Eksklusif merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Dinas Kota Cimahi. Kendati pencapainnya telah melebihi 50 persen, dan diakui terjadi peningkatan secara fluktuatif dari tahun ketahun namun pihak Dinas kesehatan sulit untuk mengendalikan praktik penjualan susu formula bayi yang masih sering dilakukan oleh bidan sehingga menghambat keberhasilan program ASI Eksklusif. Padahal hampir semua Bidan di cimahi telah mendapat sosialisasi tentang Undang undang kesehatandan dan peraturan pemerintah yang mengatur perihal pemberian ASI Eksklusif. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Tentang Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Dengan Sikap Bidan Mengenai Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di BPM Wilayah Kota Cimahi . Metode penelitian yang digunakan analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah Bidan sebanyak 50 orang. Data diperoleh secara langsung menggunakan kuesioner dan dianalisis unnivariat dan bivariate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa dari 20 bidan yang memiliki pengetahuan baik sebagian besar mempunyai sikap yang positif tentang peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 Bulansebesar 13 orang (65%), sedangkan dari 16 bidan yang memiliki pengetahuan kuranghampir sebagian responden memiliki sikap yang positif sebesar 9 orang (56,2%). Ada hubungan pengetahuan dengan sikap bidan p :0.036. Diharapkan bidan dapat meningkatkan pengetahuan tentang Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012.

Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Bidan

PENDAHULUAN

Mempertahankan hidup merupakan salah satu hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pancasila dan pasal 28 A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi setiap orang berhak untuk hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupannya. Hak yang dijamin oleh Undang-undang ini tentu saja berlaku bagi seluruh masyarakat Indonesia termasuk anak. Selanjutnya hak anak ditegaskan pada pasal 28 B ayat (2) dimana setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi,

termasuk hak mendapatkan Air susu Ibu atau yang disingkat dengan ASI secara Eksklusif.

Pasal 128 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikatakan setiap bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan kecuali atas indikasi medis. Pemberian ASI Eksklusif didukung oleh keluarga, tenaga kesehatan dan pemerintah, di mana pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi tersebut. (Roesli, 2013)

Keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu negara antara lain adalah adanya penurunan angka kematian, penurunan angka kesakitan dan peningkatan status gizi masyarakat, berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

(2)

2012, Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini masih dibawah target Sustainable Development Goals (SDG’s), yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup. (Depkes RI, 2013). Usaha dalam mencapai target penurunan AKB, dapat dilakukan dengan cara pemberian ASI Eksklusif. Suatu hasil penelitian di Ghana yang di terbitkan oleh jurnal pediatrics menunjukkan bahwa 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak pertama dari kelahirannya. Dari 42 menunjukkan bahwa ASI Eksklusif memiliki dampak terbesar terhadap penurunan angka kematian bayi yaitu 13% dibanding intervensi kesehatan masyarakat lainnya (Roesli, 2013).

Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia dari tahun 2012-2015 belum mencapai target yang ditentukan sebesar 80%. Begitupun cakupan ASI Eksklusif di Jawa Barat dari tahun 2012-2015 belum mencapai target yang ditetapkan sebesar 80%.

Begitu pentingnya ASI untuk bayi sehingga diharapkan ibu dapat menyusui secara eksklusif. Adapun yang menjadi faktor penghambat ASI eksklusif adalah tidak terlaksananya secara maksimal dukungan pemerintah terhadap pemberian ASI Eksklusif yang dituangkan dengan disahkannya Undang-undang Kesehatan no.36 tahun 2009 pasal 128-129 dan Peraturan Pemerintah NO. 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Ekskusif. Peraturan pemerintah tersebut mengharuskan semua pihak mendukung ibu untuk menyusui dengan mewajibkan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), menempatkan ibu dan bayi dalam satu ruangan (rooming in) dan pemberian ASI ekslusif. Selain itu juga

terdapat keharusan penyediaan ruang menyusui ditempat kerja dan fasilitas umum serta pembatasan promosi susu formula (Depkes RI, 2012)

Beberapa peraturan pemerintah telah ditetapkan untuk mengatur lebih lanjut tentang program pemberian ASI eksklusif agar tenaga

kesehatan khususnya Bidan melakukan kewajiban memenuhi hak bayi terkait pemberian ASI Eksklusif dengan kriteria-kriteria Ibu dan Bayi yang telah di tetapkan di dalam Undang-Undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 128-129 dan Peraturan Pemerintah no 33 tahun 2012., peraturan menteri kesehatan yang selanjutnya disebut PMK Nomor 39 tahun 2013 tentang susu formula dan produk lainnya yang bertujuan salah satunya mengampanyekan pentingnya pemberian ASI Eksklusif dan PMK Nomor 15 tahun 2014 tentang tata cara pengenaan sanksi administratif bagi tenaga kesehatan, penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan, penyelenggaraan satuan pendidikan kesehatan, pengurus organisasi profesi dibidang kesehatan serta produsen dan distributor susu formula bayi dan atau produk lainnya yang dapat menghambat keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif lahir sebagai aturan pelaksana dari PP Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif, namun praktek promosi, penjualan dan tawaran susu formula bayi masih dilakukan pada sebahagian fasilitas pelayanan kesehatan dan dilakukan oleh tenaga kesehatan salah satunya adalah Bidan Praktik Mandiri (BPM), sehingga selain menghambat program pemerintah untuk menurunkan angka kematian Bayi, juga membawa dampak buruk terhadap keluarga, di mana keluarga harus terus menerus membeli susu formula sebagai kebutuhan, belum lagi efek negatif yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi susu formula pada bayi 0 bulan yang masih rentan terhadap makanan lain selain ASI dari ibunya sendiri, serta menghalangi bayi untuk mendapatkan hak memperoleh ASI secara eksklusif.

Saat ini masih terdapat Bidan yang mempromosikan, menawarkan dan menjual susu formula usia 0 bulan kepada Ibu pasca salin untuk diberikan pada bayinya, bahkan langsung memberikan susu formula pada bayi yang terkadang diberikan tanpa sepengetahuan atau tanpa persetujuan orang tua bayi

(3)

merupakan salah satu faktor lemahnya pengawasan yang seharusnya dilakukan dinas kesehatan setempat.

Belum diketahui secara pasti alasan dari Bidan yang masih memberikan susu formula pada bayi tanpa indikasi seperti yang tercantum di dalam pasal 7 PP Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif yang menyatakan pemberian ASI eksklusif tidak berlaku dalam hal terdapat indikasi medis, ibu tidak ada, dan ibu terpisah dari bayi. Apakah karena tidak ada dukungan dari pemerintah daerah dalam hal pengawasan program pemberian ASI Eksklusif atau karena tergoda akan bonus dari perusahaan susu formula sehingga mengharuskan bidan tidak pernah mengikuti pelatihan konselor ASI, bahkan tidak mengetahui akan larangan memberikan susu formula pada bayi baru lahir padahal jelas bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan dan dapat menghambat program pemerintah dalam hal menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, namun tidak menutup kemungkinan bidan mengetahui akan adanya peraturan perundang-undangan tetapi masih melakukan promosi susu formula bayi dengan tujuan mendapat keuntungan, hal ini ditandai dengan masih adanya laporan dari pasien atau keluarga pasien bahwa susu formula 0-6 bulan diberikan oleh bidan pada saat melahirkan di kliniknya.

ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program pemberian ASI tidak METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Observasional Analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bidan yang bekerja di wilayah

berlangsung secara optimal. Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif dipengaruhi oleh promosi produk-produk makanan tambahan dan formula. Menurut Adelia, iklan-iklan tersebut bisa mengarahkan para ibu untuk berfikir bahwa ASI diberikannya kepada bayi belum cukup memenuhi kebutuhan gizi bayi (Dwi, 2012), di sinilah tugas bidan untuk meluruskan.

Menurut sumber dari Dinas Kesehatan Kota cimahi, hampir semua Bidan mengetahui kewajiban pemberian ASI Eksklusif, karena program ASI Eksklusif merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Dinas Kota Cimahi. Kendati pencapainnya telah melebihi 50 persen, dan diakui terjadi peningkatan secara fluktuatif dari tahun ketahun namun pihak Dinas kesehatan sulit untuk mengendalikan praktik penjualan susu formula bayi yang masih sering dilakukan oleh bidan sehingga menghambat keberhasilan program ASI Eksklusif. Padahal hampir semua Bidan di cimahi telah mendapat sosialisasi tentang Undang undang kesehatandan dan peraturan pemerintah yang mengatur perihal pemberian ASI Eksklusif.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 12 oktober 2017 melalui wawancara pada ibu menyusui yang melahirkan di Bidan Praktik Mandiri (BPM) di wilayah kota cimahi sebanyak 10 orang dari 5 BPM masing masing 2 orang dari setiap BPM. Didapatkan hasil bahwa dari 10 orang ibu menyusui 5 orang ditawarkan langsung susu formula oleh bidan, 3 orang menginginkan langsug susu formula karena takut anaknya tidak kenyang dan 2 orang di beri pengertian dan langsung memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.

kota Cimahi Utara Bulan Mei tahun 2018 sebanyak 50 orang. Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling technique. Jenis data yang dikumpulkan

(4)

dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh secara langsung dari responden. Pada instrumen penelitian yaitu berupa kuesioner yang disebarkan menggunakan pertanyaan tertutup (Closed Ended). Jika jawaban benar diberi nilai 1 dan HASIL PENELITIAN

Table 1 Distribusi Pengetahuan Bidan Tentang peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian susu formula pada bayi usia

0-6 Bulan di BPM Wilayah Kota Cimahi Pengetahuan Frekuensi Persentase

Bidan (n) (%) Baik 20 40 Cukup 14 28 Kurang 16 32 Total 50 100

Berdasarkan tabel diatas dapat

disimpulkan bahwa dari 50bidan sebagian

jika jawaban salah diberi nilai 0 (Sugiyono, 2012). Analis yang digunakan univariat dan bivariate. Penelitian ini dilaksanakan di BPM Wilayah Kota Cimahi pada bulan November 2017.

besar responden yaitu 20 orang remaja (40%) yang memiliki pengetahuan baik.

Tabel 2 Distribusi frekuensi sikap Bidan

Tentang peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian susu formula pada bayi usia

0-6 Bulan di BPM Wilayah Kota Cimahi

Sikap Frekuensi Persentase

Bidan (n) (%)

Positif 30 60

Negatif 20 40

Total 50 100

Berdasarkan tabel 4.2 dari 50 bidan

sebagian besar responden yaitu30 bidan (60%) yang memiliki sikap positif.

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Tentang tentang peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 Bulan di BPM Wilayah Kota Cimahi

Sikap Total P

Pengetahuan Positif Negatif Value

(n) (%) (n) (%) (n) (%)

Baik 13 65 7 35 20 100 Cukup 8 57,1 6 42,9 14 100 0,036 Kurang 9 56,2 7 43,7 16 100

Total 30 60 20 40 50 100

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 20 bidan yang memiliki pengetahuan baik sebagian besa rmempunyai sikap yang positif tentang peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 Bulan sebesar 13 orang (65%), sedangkan dari 16 bidan yang memiliki pengetahuan kurang hampir sebagian

responden memiliki sikap yang positif sebesar 9 orang (56,2%).

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan data bahwa p value 0,036 < alpha 0,05, artinya: Ho ditolak dan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap bidan tentang peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 Bulan di BPM Wilayah Kota Cimahi.

(5)

PEMBAHASAN

Gambaran Pengetahuan Bidan tentang peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 Bulan

Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa dari 50 bidan sebagian besar responden yaitu 20 orang remaja (40%) yang memiliki pengetahuan baik.

Pengetahuan Bidan tentang Peraturan Pemerintah No.33 tahun 2012 merupakan variabel yang dianalisis untuk mengetahui tingkat pengetahuan bidan tentang hal tersebut.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sedangkan pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berhubungan , sehingga bila ada yang tidak terjangkau akan mengakibatkan kepincangan dari pengetahuan seseorang, misalnya faktor sosial budaya, kebudayaan setempat, dan kebiasaan seseorang didalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, dan sikap seseorang terhadap sesuatu sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi sikap orang

tersebut dalam menghadapi suatu permasalahan.

Pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang, pengetahuan juga dapat membentuk kepercayaan seseorang. Selain itu juga dapat memperteguh atau mengubah sikap pada suatu hal ( Notoatmodjo, 2007).

Bidan yang mempunyai pengetahuan kurang tentang Peraturan Pemerintah No.33 tahun 2012, maka dia akan berani memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 Bulan.,karena tergoda akan bonus dari perusahaan susu formula sehingga mengharuskan bidan tidak pernah mengikuti pelatihan konselor ASI, bahkan tidak mengetahui akan larangan

memberikan susu formula pada bayi baru lahir padahal jelas bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan dan dapat menghambat program pemerintah dalam hal menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, namun tidak menutup kemungkinan bidan mengetahui akan adanya peraturan perundang-undangan tetapi masih melakukan promosi susu formula bayi dengan tujuan mendapat keuntungan.

Selain itu, hasil penelitian mengatakan pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang suatu hal, maka ia cenderung akan mengambil keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan masalah tersebut dibandingkan dengan mereka yang berpengetahuan kurang (Permata,2009).

Suatu penelitian mengenai pengetahuan Bidan tentang Peraturan Pemerintah No.33 tahun 2012 yang dilakukan di Bidan praktik mandiri wilayah kerja wanayasa Purwakarta dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar pengetahuan Bidan tentang Peraturan Pemerintah No.33 tahun 2012, masih kurang yaitu sebanyak 40 orang (66,7%). Belum diketahui secara pasti alasan dari Bidan yang masih memberikan susu formula pada bayi tanpa indikasi seperti yang tercantum di dalam pasal 7 PP Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif yang menyatakan pemberian ASI eksklusif tidak berlaku dalam hal terdapat indikasi medis, ibu tidak ada, dan ibu terpisah dari bayi. Apakah karena tidak ada dukungan dari pemerintah daerah dalam hal pengawasan program pemberian ASI Eksklusif atau karena tergoda akan bonus dari perusahaan susu formula sehingga mengharuskan bidan tidak pernah

(6)

mengikuti pelatihan konselor ASI, bahkan tidak mengetahui akan larangan memberikan susu formula pada bayi baru lahir padahal jelas bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan dan dapat menghambat program pemerintah dalam hal menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, namun tidak menutup kemungkinan bidan mengetahui akan adanya peraturan perundang-undangan tetapi masih melakukan promosi susu formula bayi dengan tujuan mendapat keuntungan, hal ini ditandai dengan masih adanya laporan dari pasien atau keluarga pasien bahwa susu formula 0-6 bulan diberikan oleh bidan pada saat melahirkan di kliniknya.

Menurut Notoatmodjo(2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan disini yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Dengan demikian pengetahuan yang baik diharapkan akan terbentuknya perilaku yang menguntungkan bagi suatu perilaku atau kegiatan dan sebaliknya bila pengetahuan kurang akan terbentuknya perilaku yang kurang menguntungkan bagi suatu perilaku (Notoatmodjo, 2007). 2. Gambaran Sikap Bidan tentang

peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 Bulan

Berdasarkan tabel 4.2 dari 50 bidansebagian besar responden yaitu30 bidan (60%) yang memiliki sikap positif.

Sikap tentang Peraturan Pemerintah No.33 tahun 2012 merupakan proses evaluatif dari dalam diri seseorang. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan dalam sikap timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu

yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk baik-buruk, mendukung-tidak mendukung, positif- negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.

Sikap merupakan penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek, baik dalam masalah kesehatan termasuk penyakit. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap juga sejalan dengan pengetahuan sehingga terbentuknya sikap dari adanya interaksi yang dialami oleh individu, interaksi disini mengandung arti lebih dari sekedar adanya kontak dan hubungan antar individu sebagai suatu kelompok sosial. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dengan pengetahuan yang baik tentang suatu informasi dapat menentukan sikap dari seseorang sehingga akan menjadi baik maupun terhadap informasi tersebut. Jika pengetahuan Bidan tentang Peraturan Pemerintah No.33 tahun 2012 rendah juga akan mempengaruhi sikap Bidan dalam pemberian susu Formula pada Bayi usia 0 - 6 bulan.

Azwar (2007) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seseorang adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa institusi atau lembaga pendidikan atau lembaga agama, serta faktor emosi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan disini yakni penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba.

(7)

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap (Azwar, 2007). Antara lain : Seseorang yang kita harapkan persetujuannya atas tindakan atau pendapat seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi individu, banyak mempengaruhi pembentukan sikap individu terhadap sesuatu dan juga memiliki persahabatan yang tinggi. Sedangkan pengaruh budaya menanamkan garis pengaruh sikap terhadap

berbagai masalah. Adanya lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian, dan konsep moral dalam diri individu.

Ketika sikap baik atau positif responden ada, kemungkinan juga cenderung melakukan upaya pencegahan Pemberian susu Formula pada bayi usia 0 – 6 bln kurang baik, hal ini bisa dapat terjadi karena pengetahuan yang dimiliki responden. Kecenderungan sikap positif untuk melakukan upaya pencegahan yang kurang baik bisa disebabkan karena pemahaman akan tentang Peraturan Pemerintah No.33 tahun 2012 tidak secara menyeluruh.

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap tentang peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 Bulan.

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 20 bidan yang memiliki

pengetahuan baik sebagian besarmempunyai sikap yang positif tentang peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 Bulansebesar 13 orang (65%), sedangkan dari 16 bidan yang memiliki

pengetahuan kuranghampir sebagian responden memiliki sikap yang positif sebesar 9 orang (56,2%),

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan data bahwa p value 0,036 < alpha 0,05, artinya: Ho ditolak dan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap bidan tentang peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 Bulan di BPM Wilayah Kota Cimahi.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Bidan yang memiliki pengetahuan yang baik Tentang Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 mengenai pemberian ASI eksklusif pasti akan melaksanakan aturan tersebut dengan maksimal sehingga dapat mencapai keberhasilan ASI Eksklusif, sehingga mempengaruhi sikap bidan untuk tidak memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan kecuali ada indikasi (Rejeki, 2008)

Menurut sumber dari Dinas Kesehatan Kota cimahi, hampir semua Bidan mengetahui kewajiban pemberian ASI Eksklusif, karena program ASI Eksklusif merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Dinas Kota Cimahi. Kendati pencapainnya telah melebihi 50 persen, dan diakui terjadi peningkatan secara fluktuatif dari tahun ketahun namun pihak Dinas kesehatan sulit untuk mengendalikan praktik penjualan susu formula bayi yang masih sering dilakukan oleh bidan sehingga menghambat keberhasilan program ASI Eksklusif. Padahal hampir semua Bidan di cimahi telah mendapat sosialisasi tentang Undang undang kesehatandan dan peraturan pemerintah yang mengatur perihal pemberian ASI Eksklusif

Bidan yang memahami dengan benar tentang Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif maka mereka akan cenderung mempunyai sikap negatif mengenai pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan. Sebaliknya Bidan yang kurang pengetahuannya tentang Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif cenderung mempunyai sikap positif/ sikap menerima adanya pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan sebagai kenyataan sosiologis.

(8)

SIMPULAN

Ada hubungan pengetahuan dengan sikap tentang peraturan pemerintah No. 33 Tahun 2012 mengenai pemberian susu formula pada DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Cetakan ke-1, Bandung, 2004. Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Chandra

Pratama, Jakarta.

Ahmadi Miru, Sutarman Yoto, Hukum Perlindungan Konsumen, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

Arsita Eka Prasetyawati, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Dalam Millenium Development Goals (MDGs), Nuha Medika, Yogyakarta, 2012.

Asri Pramarini, Donor ASI, kapan dan Bagaimana?, 2 Januari 2014, Online, Internet, www:http://kompas.com. Badriul Hegar et.al., Bedah ASI Kajian Dari

Berbagai Sudut Pandang Ilmiah, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2008.

E. Sumaryono, Etika dan Hukum, Kanisius, Yogyakarta, 2002.

Riduan Syahrani, Kata-Kata Kunci Mempelajari Ilmu Hukum, PT. Alumni Bandung, Edisi pertama, cetakan ke-1, 2009.

Hotma P. Sibuea, Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan dan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik, Erlangga, Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 450 tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia.

Lili Rasjidi, Ira Thania Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007.

Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Hukum Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010.

bayi usia 0-6 Bulan di BPM Wilayah Kota Cimahi utara.

Nurmiati dan Besral, Pengaruh Durasi Pemberian ASI Terhadap Ketahanan Hidup Bayi di Indonesia, Makara, Kesehatan, Vol. 12, No. 2, Desember 2008.

Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 48/MEN.PP/XII/2008,

PER.27/MEN/XII/2008 dan

1177/MENKES/ PB/XII/2008 tahun 2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

IndonesiaNomor 15 tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu.

Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Perinasia (Perkumpulan Perinatologi

Indonesia), Manajemen Laktasi, Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia, Jakarta, Cetakan Keempat, 2010.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Cetakan Ke-5, Jakarta, 2009.

R. Suyoto Bakir dan Sigit Suryanto, Edisi Terbaru Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Karisma Publishing Group, 2006.

Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan Disertasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 15-16.

(9)

Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Jagat Sudikno Mertokusumo. Teori Hukum. Ketertiban, UKI Press, Jakarta, 2006. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2011. Sentra Laktasi Indonesia, Mengapa Menyusui The Liang Gie, Teori-Teori Keadilan,

Penting?, 17 Februari 2014, Online, Supersukses, Yogyakarta, 1982.

Internet, http://www.selasi.org/. Undang-Undang Dasar Negara Republik Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Indonesia tahun 1945.

Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

Jakarta, 2008. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 13 Penelitian Hukum Normatif (Suatu tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 39

2001.

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Soesilo Prajogo, Kamus Hukum, Cetakan I, Zainuddin Ali. Metode Penelitian Hukum,

Wipress, 2007. Sinar Grafikaa, Jakarta, 2008

Sudikno Mertokusumo, Mengenal Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, Ed. Kelima, 2005.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Dengan demikian PT Gunung Putra Mandiri dinyatakan Memenuhi standar verifikasi legalitas kayu sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan mikoriza sebagai agen bioremediasi pada tanah tercemar logam berat yaitu: (1) tingkat toleransi MA terhadap logam berat, (2)

Seperti terlihat pada Gambar 9 dan 10 yang merupakan grafik hasil pengujian kalman filter untuk sikap pitch positif dan negatif, data hasil yang didapatkan memiliki tinggkat

Hal ini yang membuat SHA-256 bukanlah fungsi yang bersifat acak, namun fungsi ini merupakan deterministic function yang berarti jika pada waktu yang berbeda dengan

Kerja Praktek (KP) merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diikuti oleh mahasiswa. Dalam pelaksanaan kerja praktek, mahasiswa diharapkan mampu menyusun laporan tugas khusus

Dalam hal ini, pengetahuan dasar mengenai apa itu Hepatitis-C menjadi hal yang saat ini lebih mereka perlukan, sehingga kampanye akan berjalan lebih mudah apabila terlebih

Akan tetapi penulis menyadari adanya suatu hal yang kurang sesuai dengan harapan pada beberapa karya dalam hal teknik, seperti pada karya dengan judul Jeruji, ukuran 35