• Tidak ada hasil yang ditemukan

Serambi Journal of Agricultural Technology (SJAT) Vol. 2 No. 2 Thn E-ISSN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Serambi Journal of Agricultural Technology (SJAT) Vol. 2 No. 2 Thn E-ISSN:"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Serambi Journal of

Agricultural Technology (SJAT)

http://ojs.serambimekkah.ac.id/index.php/sjat

Vol. 2 No. 2 Thn. 2020 E-ISSN: 2684-9879

S J

A T

Improvement of Gayo Lues Patchouli Oil Alcohol Quality

With Absorbent Variations of Juice And

Purut Orange Peel (Citrus hystrix)

Diana Patra1), Vera Viena1)*, Elvitriana1), Zulhaini Sartika2)

1Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah 2Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas serambi Mekkah

Jl. Tgk Imum Lueng Bata Batoh Banda Aceh Indonesia *Email: vera.agussalim@gmail.com Article Info Article history: Received : 12/05/2020 Received in revised: 12/0/2020 Accepted: 2/06/2020 Abstract

Patchouli oil refinery in Gayo Lues Aceh Indonesia commonly used evaporation process in an old drums at high temperature which decreased the quality of oil produced. The research to enhance the quality of patchouli alcohol of Gayo Lues patchouli oil using Citrus hystrix absorber has been done.The juice from kaffir lime (1 – 10 % v/v) used as chelating agent, and the kaffir peels powder (2,5 - 7 gr) used as bio sorbent. The highest patchouli alcohol (P.A) both resulted at T=50 oC and 60 minutes

heating. Kaffir bio sorbent at 7,5 gr usage, gave 40,37% P.A and Fe reduction of 77,67%; while kaffir lime juice at 4% v/v usage, gave P.A 39,90% and Fe reduction of 78,25%. Purified patchouli oil also characterized by its light yellow color, density and refractive index based on SNI.06-2385-2006. It’s concluded that kaffir peels bio sorbent purification has superior P.A quality than kaffir lime juice.

Key words: patchouli oil, kaffir lime, chelating agent, bio

sorbent, patchouli alcohol (P.A)

ABSTRAK

Penyulingan minyak nilam di Gayo Lues Aceh-Indonesia umumnya menggunakan proses penguapan di dalam drum bekas pada suhu tinggi, sehingga dapat menurunkan kualitas minyak hasil produksi. Penelitian untuk meningkatkan kualitas minyak nilam asal Gayo Lues menggunakan penyerap jeruk purut (Citrus hystrix) telah dilakukan. Jus jeruk purut (1 – 10 % v/v) digunakan sebagai agen proses chelasi, dan bubuk kulit jeruk purut (2,5 - 7 gr) digunakan sebagai biosorben. Patchouli alcohol (P.A) terbaik keduanya diperoleh pada proses reaksi T=50 oC dan pemanasan 60 menit. Biosorben 7,5 gr

menghasilkan P.A tertinggi 40,37% dan reduksi Fe sebesar 77,67%, sedangkan jus jeruk purut 4% menghasilkan P.A tertinggi sebesar 39,99% dan reduksi Fe 78,25%. Produk permurnian minyak nilam juga dikarakterisasi dari warna kuning cerah, densitas, indeks refraksi berdasarkan SNI.06-2385-2006. Dapat disimpulkan bahwa pemurnian dengan biosorbent kulit jeruk purut menghasilkan kualitas P.A yang lebih tinggi dari pada jus jeruk purut.

(2)

1. PENDAHULUAN

Tanaman nilam (Pogostemon

cablin Benth.) memiliki kandungan

minyak didalamnya yang disebut minyak nilam. Tanaman ini umumnya tumbuh secara liar dikawasan Sumatera, Indonesia, Malaysia, Cina dan India. Indonesia sebagai penghasil terbesar minyak nilam di dunia memiliki produk patchouli alcohol sebesar 1200-1300 ton per tahun. Produksi ini mencakup 90% dari total produksi di dunia (Rifai et al., 2019). Sebuah review oleh (van Beek & Joulain, 2018) meneliti komponen utama daun nilam yang

digunakan sebagai sumber produksi

minyak nilam dan diketahui terdapat 72 konstituen yang telah dipastikan sebagai komponen utama minyak nilam dan 58 komponen tambahan. Komponen utama minyak nilam tersebut adalah sesquiterpen patchoulol.

Hasil studi terhadap minyak nilam

Indonesia menggunakan alat Gas

Chromatography (GC) and Gas

Chromatography/Mass Spectroscopy

(GC/MS) menunjukkan kandungan

senyawa berupa; α-pinene, δ-patchoulene, β-pinene, aciphyllene, limonene, δ-guaiene, δ-elemene, 7-epi-selinene, α-copaene, norpatchoulenol, α-patchoulene,

1,10-epoxy-11-bulnesene, β-elemene,

caryophyllene oxide, cycloseychellene,

nortetrapatchoulol, β-caryophyllene,

patchouli alcohol, α-guaiene,

patchoulenone, seychellene,

9-oxopatchoulol, humulene, pogostol,

α-patchoulene, isopatchoulenone,

γ-gurjunene, and germacrene D (Swamy & Sinniah, 2015). Para petani nilam di Gayo Lues umumnya masih menggunakan alat yang terbuat dari drum-drum bekas sehingga minyak nilam yang dihasilkan

berwarna coklat tua karena proses

menggunakan suhu tinggi dan uap air panas untuk melarutkan ion logam seperti magnesium, besi , mangan, tembaga, plumbum, dan seng yang dapat terlarut di dalam minyak.

Penelitian pada minyak nilam dari Aceh Selatan yang berwarna coklat menunjukkan bahwa proses pemurnian dengan menggunakan senyawa pengkelat Na-EDTA sebagai senyawa pengkelat dapat menurunkan kandungan Fe (besi) secara signifikan sebesar 60%. Minyak yang diperoleh juga menjadi lebih cerah (Alam, 2007). Penelitian penggunaan modified karbon aktif dari cangkang sawit untuk pemurnian minyak nilam yang

mengandung Fe dan Cu. Hasil

menunjukkan bahwa penurunan Fe dapat mencapai 94.96 % and Cu sebesar 76.39 %

(Allwar*, 2015). Penelitian lainnya

menyimpulkan bahwa kemampuan

adsorbsi dari adsorben abu sekam padi dalam menyerap logam Fe dan Zn dalam minyak nilam dapat dinyatakan ke dalam

adsorbtivitas. Semakin tinggi

adsorptivitasnya, semakin baik adsorben

tersebut digunakan karena mampu

menyerap adsorbat dalam jumlah banyak (Said et al., 2014).

Selain itu, penelitian tentang

pemurnian minyak menggunakan metode redestilasi juga dapat meningkatkan kadar PA dan penggunaan asam sitrat dan natrium sitrat dari kadar PA 29% menjadi 30% (Nurjanah et al., 2016). Riset tentang kondisi optimum penggunaan unit destilasi untuk pemurnian minyak nilam juga telah dilakukan, yaitu pada suhu 100 0C dan 70

rpm dengan tingkat kemurnian patchouli alcohol sebesar 73,37 %. Namun hasil GC-MS yang sebelumnya umumnya masih menunjukkan adanya komponen impuritis yang harus dihilangkan, maka dengan

proses distilasi dapat diturunkan

impuritisnya (Laksmono et al., 2007). Pemurnian komponen minyak atsiri dapat dilakukan dengan cara destilasi, fraksinasi, ekstraksi pelarut superkritis

CO2, dan kromatografi kolom. Kelemahan

dari metode tersebut diantaranya

memerlukan pelarut dalam jumlah banyak, memerlukan alat khusus, dan proses yang lama. Metode kimia merupakan alternatif karena memerlukan bahan dalam jumlah

(3)

sedikit dan reaksi berlangsung cepat (Hafidloh et al., 2017). Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penelitian ini akan mengkaji proses

pemurnian untuk peningkatan mutu

minyak nilam asal Gayo Lues Aceh dengan penambahan bahan penyerap dari jus sebagai bahan pengkelat, dan kulit jeruk purut sebagai biosorbent, dan membandingkannya dengan standar SNI 06 - 2385-2006.

2. Bahan dan Metode 2.1 Bahan

Minyak Nilam yang diguankan sebagai sampel penelitian diperoleh dari pasar Desa Padang, Teragun, kabuapaten Gayo Lues Aceh Indonesia. Bahan kimia

dan aquades juga diperoleh secara

komersil dari suplayer local Aceh.

Peralatan yang dipergunakan pada proses pemurnian minyak meliputi beaker gelas 1000 ml, 500 ml, 250 ml (Pyrex), magnetic stirrer, filter paper (Whatman) , botol sampling (pyrex), Hot plate (wisd), gelas ukur (Pyrex), corong pisah (Pyrex), GC-MS Spektrofotometre (lansida), AAS (Shimadzu AA 7000.

2.2 Metode

Pembuatan Biosorbent Dari Kulit Jeruk Purut

Pembuatan biosorbent

menggunakan kulit jeruk purut yang telah dikeringkan selama 3 hari dan

kemudian dioven pada suhu 105 0C

selama 1,5 jam untuk mengurangi kadar air bahan. Kulit jeruk kering dimasukkan

kedalam furnace pada suhu 300 0C

selama 3 jam untuk menghasilkan bahan aktif biosorbent, lalu didinginkan dan dihaluskan dengan ukuran 100 mesh. Serbuk bubuk biosorbent selanjutnya

dapat digunakan dalam penelitian

pemurnian minyak nilam.

Proses Pemurnian Minyak Nilam Proses pemurnian minyak nilam yang dilakukan menggunakan bahan penyerap berupa jeruk purut (Citrus

histrik) sebagai zat pengkelat dengan variasi konsentrasi jus jeruk purut 1%, 4%, dan 10% dan biosorbent dari bubuk kulit jeruk purut dengan variasi massa 2,5; 5; dan 7,5 gr pada suhu operasi 50

0C selama 60 menit. Minyak nilam

dimasukan kedalam beker glass sebanyak 50 ml dan kemudian ditambah bahan pengkelat berupa jus jeruk purut (Citrus

histrik) dengan variasi konsentrasi

pengkelat dan bubuk biosorbent

kemudian dicampurkan minyak nilam dengan jus jeruk purut tersebut dan

dipanaskan dengan suhu operasi 500C

dan setelah itu diaduk dengan magnetic

stirrer selama 60 menit. Proses

pemurnian yang sama juga delakukan dengan penambahan biosorbent dari kulit jeruk purut.

Pengujian Mutu Hasil Pemurnian Minyak Nilam

Kualitas minyak nilam didasarkan pada tingkat kejernihan setelah pemurnian

yang dinyatakan dalam efisiensi

penyerapan, kandungan besi (Fe) setelah

proses pemurnian, dan kandungan

komponen utama Patchouli alcohol dalam

minyak nilam setelah pemurnian.

Pengukuran kecerahan, masa jenis dan

densitas dilakukan dengan

spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang tertentu. Berdasarkan Wibowo et al (2017), penentuan kadar besi (Fe) menggunakan spektrofotometer serapan

atom (SSA). Sedangkan pengukuran

konsentrasi patchouli alkohol nilam

menggunakan gas chromatography (GC). Analisa Kandungan patchouli Alkohol dengan GC-MS Spectrofotometry

Sampel minyak nilam sebanyak 1 mL diinjeksikan dalam spektrofotometer kromatografi gas massa (tipe Shimadzu GC-MS-QP2010) dengan kondisi operasi

sebagai berikut: tipe kolom yang

digunakan adalah HP-5ms, suhu kolom diatur pada 80 ℃ selama 30 menit dan kecepatan kenaikan suhu meningkat 50

(4)

menit sampai suhu 200℃ dan dibiarkan selama 25 menit. Suhu detektor suhu injektor dilakukan pada 310 secara bersamaan. Gas pembawa yang digunakan adalah helium. Detektor digunakan FID (Flame Ionization Detector) (Wibowo et al., 2017).

Kromatografi Gas - Spektroskopi

Massa (GC-MS) digunakan untuk

mengidentifikasi komponen rasa pada minyak nilam. Spektroskopi massa dapat aplikasikan untuk menentukan rumus senyawa tanpa menganalisis unsur secara

kualitatif atau kuantitatif, misalnya

C4H100 dan mengetahui rumus empiris (CxHyOz)n yang akan memungkinkan penentuan berat molekul. GC-MS juga dapat mendeteksi adanyan senyawa volatil dalam sampel.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik awal minyak nilam Gayo Lues

Minyak nilam yang berasal dari

daerah pegunungan di Gayo Lues

Kecamatan terangun. Desa Padang. Pada umumnya minyak nilam Gayo Lues masih

berwarna kecoklatan, dikarenakan

penyulingnya masih menggunakan alat penyuling dari drum bekas. Adapun karakteristik minyak nilam asal Gayo Lues terlihat pada Tabel 1. Hasil analisa

karakteristik minyak nilam awal

menunjukkan kandungan besi (Fe) sangat besar 137,09 pmm, melebihi baku mutu (25 ppm) sehingga kualitas minyak nilam yang berasal dari gayo Lues warnanya coklat tua. Indek bias minyak juga masih belum memenihi standar SNI sehingga masih perlu proses pemurnian lanjutan. Pada penelitian ini menggunakan jus jeruk purut yang mengandung asam sitrat sebagai bahan pengkelat untuk menyerap Fe dan meningkatkan mutu minyak nilam asal Gayo Lues. Selain itu juga digunakan bahan penyerap dari kulit jeruk purut yang

telah dikarbonisasi sehingga dapat

berfungsi sebagai biosorbent untuk

meningkatkan kandungan patchouli

alcohol nilam Aceh dari awalnya 36,01 ppm dapat lebih meningkat dengan penambahan bahan penyerap dari jeruk purut Citrus hystrix.

Tabel 1. Karakteristik awal Minyak Nilam Gayo Lues sebelum pemurnian

No Parameter SNI.06-2385-2006 Hasil 1 Warna Coklat kekuningan Coklat tua 2 Bobot jenis 250C/250C (mg/cm3) 0,950 – 0,975 0, 956 3 Indeks Bias (nD20) (-) 1, 507 – 1,515 1, 403 4 Kandungan Besi (Fe) (ppm) Maksimum 25 137,09 5 Patchouli Alkohol (%) Minimum 30 36,01

Sumber: Hasil Uji di Laboratorium BARISTAND Aceh, 2018

3.2 Karakteristik Minyak Nilam Gayo

Lues Setelah Pemurnian Dengan

Penambahan Penyerap Jeruk Purut Pada Tabel 2. Ditampilkan hasil

karakterisasi minyak nilam setelah

pemurnian menggunakan penyerap dari jus dan biosorbent jeruk purut. Pada Tabel

tersebut dapat kita lihat bahwa

penambahan jus jeruk purut (Citrus hystrix) sebesar 1% dengan waktu operasi 60 menit menghasilkan patchouli alkohol (P.A) 38,99 %. Sedangkan penambahan jus jeruk purut 4% menghasilkan patchouli alkohol (P.A) 39,90 %, penambahan jus jeruk purut sebesar 10% menghasilkan patchouli alkohol (P.A) 37,85 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin berfungsi larutan jus jeruk purut yang ditambahkan, maka nilai P.A juga meningkat.

Berdasarkan (Alam, 2007) variasi suhu penguapan menentukan kandungan patchouli alkohol, yaitu untuk minyak nilam Aceh Barat nilai P.A nya 38,55; Aceh Selatan nilai patchouli alkohol (P.A)

37,08; sedangkan Gayo Lues nilai

patchouli (P.A) nya 36,01. Pada penelitian ini, pemurnian minyak nilam Gayo Lues, dengan penambahan bahan pengkelat jus

(5)

jeruk purut telah mampu meningkatkan nilai P.A melebihi standar SNI.

Penggunaan jus jeruk purut sebagai bahan pengkelat telah terbukti dapat menurunkan kadar besi (Fe) dari 137,09 % menjadi 29,81% atau 78,25% pada pemakaian jus jeruk 1%. Sedangkan pada penggunaan biosorbent kulit jeruk purut telah mampu menurunkan Fe dari 137,09

mejadi 30,62% atau 77,67% pada

penggunaan massa serbuk sorben 7,5 gram. Hal tersebut memungkinkan untuk penggunaan lebih lanjut dari kulit jeruk

purut sebagai biosorben penyerap

kandungan logam berat dalam minyak nilam dan aplikasi khusus lainnya.

Tabel 2. Karakteristik minyak nilam Gayo Lues setelah pemurnian dengan jus dan biosorbent kulit jeruk purut

Sumber: Hasil Uji di Laboratorium BARISTAND Aceh, 2018

Salah satu faktor yang dapat menentukan kualitas minyak nilam adalah warna. Minyak nilam yang memiliki warna coklat gelap secara umum mempunyai kualitas yang kurang baik. Oleh sebab itu kita perlu melakukan suatu upaya agar minyak nilam yang kita peroleh dari hasil penyulingan mempunyai kualitas yang lebih baik sesuai standar SNI yang berwarna kuning cerah. Dalam penelitian ini kami menggunakan biosorben yang terbuat dari kulit jeruk purut yang dikarbonisasi pada suhu 3000C selama 3 jam, dengan variasi sebanyak 2,5; 5 dan 7,5 gr dalam 50 ml minyak nilam. Hasil pada Tabel 2. memberikan penurunan warna yang siginifikan pada produk minyak nilam hasil pemurnian baik dengan jus maupun biosorben, Untuk pemakaian jus jeruk purut dapat mengubah warna awal nilam Gayo lues dari coklat tua menjadi kuning cerah pada pemakaian jus 4%. Sedangkan untuk biosorben, warna kuning cerah minyak nilam diperoleh pada pemakaian massa sorbent 7,5 gram. Untuk

bobot jenis dan indeks bias minyak nilam juga telah memenuhi standar setelah proses penyerapan dengan jeruk purut. Namun demikian, hasil pemurnian minyak nilam Gayo Lues untuk Fe masih belum

memenuhi standar SNI.06-2385-2006

yaitu maksimum 25 ppm.

Pada Gambar 1. Ditampilkan hasil pemurnian patchouli alkohol (P.A) minyak nilam Gayo Lues menggunakan bahan pengkelat jus jeruk purut pada konsentrasi awal (tanpa pemurnian) dan variasi 1 – 10% dengan suhu proses yaitu T=50 oC dan pemanasan 60 menit. Hasil penelitian Bustan (2011) menyatakan bahwa proses pengkelatan (chelating) terbaik untuk asam sitrat adalah pada kecepatan 125 rpm, suhu

50 0C. dengan warna minyak nilam

menjadi coklat terang, spesifik gravity 0,97086; refraktif indeks 1,5073 dan bilangan asam 5,8166. Riset oleh (Widayat

et al., 2014), juga menyebutkan

penambahan asam sitrat sebesar 0,6 – 10 % dapat meningkatkan perubahan warna

minyak atsiri. Selain itu, proses

No Parameter Jus jeruk purut (JJP) Biosorbent kulit jeruk purut (BKJP)

1% 4% 10% 2,5 gr 5 gr 7,5 gr 1 Warna Kuning tua Kuning terang Kuning tua Coklat kekuningan Coklat kekuningan Coklat kekuningan 2 Bobot jenis 250C/250 C (mg/cm3) 0, 969 0, 974 0, 972 0, 978 0,968 0,960 3 Indeks Bias (nD20) (-) 1, 5054 1, 5092 1, 5091 1,5091 1,5011 1,4850 4 Kandungan Besi (Fe) (ppm) 29, 81 31, 64 37, 26 101,0 48,31 30,62

(6)

pengadukan terbukti sangat penting untuk meningkatkan rendemen produk. Waktu dan suhu optimum proses pemurnian minyak atsiri yaitu pada suhu 50 oC dan waktu pemanasan 60 menit.

Pada penelitian ini, berdasarkan Gambar 1. kandungan awal P.A sudah memenuhi baku mutu SNI 06-2385-2006 yaitu 36,01% dan terus meningkat dengan penambahan bahan pengkelat 4% dan menurun kembali pada konsentrasi jus 10% v/v. Hal ini disebabkan oleh laju penyerapan asam sitrat jus jeruk purut sebagai bahan pengkelat telah mengalami tingkat kejenuhan, keasaman yang tinggi dalam minyak nilam, sehingga kadar patchouli alcohol menjadi turun setelah dianalisa dengan GC-MS.

Pada Gambar 2. ditampilkan hasil pemurnian minyak nilam menggunakan bahan biosorben dengan variasi massa 2,5; 5 dan 7,5 gram. Hasil Patchouli alcohol terbaik diperoleh pada penggunaan massa

biosorbent 7,5 gram, T=50 oC dan

pemanasan 60 menit, yaitu 41,37% dan telah meningkat jauh dari nilai P.A awal sebesar 36,01. Warna minyak setelah pemurnian berubah menjadi coklat terang dan indek bias telah memenihi standar SNI 06-2385-2006. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemurnian minyak nilam dengan biosorben dari kulit jeruk purut memiliki potensi yang luas untuk dipergunakan dalam menyerap warna dan meningkatkan mutu P.A minyak nilam asal gayo Lues.

Gambar 1. Hasil pemurnian patchouli

alcohol minyak nilam menggunakan

pengkelat jus jeruk purut pada konsentrasi berbeda

Gambar 2. Hasil pemurnian patchouli

alcohol minyak nilam menggunakan

biosorbent kulit jeruk purut pada variasi massa berbeda.

Pada Gambar 3 dan 4 ditampilkan hasil uji GC-MS kandungan komponen utama minyak nilam Gayo Lues pada penggunaan jus jeruk purut 4 % dan biosorbent 7,5 gram sebagai rujukan untuk mengetahui komponen utama penyusun Patchouli oil yaitu patchouli alcohol.

Gambar 3. Hasil GC-MS komponen minyak nilam menggunakan bahan pengkelat jus jeruk purut 4% 36,01 38,99 39,99 37,86 35 37 39 41 0 2 4 6 8 10 Pa tch o u li a lko h o l (% ) Konsentrasi Jus JP (%) 36,01 38,15 39,8 41,37 35 36 37 38 39 40 41 42 0 2 4 6 8 Pa tco u li a lko h o l (% )

(7)

Gambar 4. Hasil GC-MS komponen minyak nilam menggunakan biosorbent kulit jeruk purut 7,5 gram

Proses pengkelat metode sama dengan adsorben, akan tetapi senyawa

adsorben diganti dengan senyawa

pengkelat. Senyawa pengkelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri antara lain EDTA, asam sitratt, asam mallat, dan asam tartarrat (Manalu et al., 2019). Minyak Nilam Indonesia kaya akan sesquiterpenes, yang berupa kandungan patchouli alcohol (patchoulol), tricyclic sesquiterpene yang dipakai secara luas sebagai produk parfum, sabun, dan produk kosmetik lainnya (Swamy & Sinniah, 2015).

Gambar 3 menunjukkan analisa GC-MS untuk pemurnian dengan jus jeruk purut 4 % dan diperoleh 25 puncak komponen. Lima (5) puncak komponen utama berupa Patchouli alkohol 39,90 %,

Alpha-guaiene (15,1%), Delta-guaiene

(15,64%), alpha-patchouline (6,17%), dan beta-patchouline (1,99%). Pada Gambar 4

menunjukkan analisa GC-MS pada

penggunaan biosorbent kulit jeruk juga diperoleh hasil 25 puncak komponen

penyusun minyak nilam. Lima (5)

komponen puncak utama terdiri dari Patchouli alkohol 41,37%, Alpha-guaiene (14,86%), Delta-guaiene (17,81%), alpha-patchouline (6,65%), dan beta-alpha-patchouline (2,12%). Berdasarkan termuan diatas, maka dapat dinyatakan bahwa proses pemurnian menggunakan bahan penyerap dari jus sebagai pengkelat, dan kulit jeruk purut sebagai biosorben terbukti telah

mampu meningkatkan kualitas minyak nilam asal Gayo Lues.

4. KESIMPULAN

Penelitian ini menghasilkan

beberapa kesimpulan yaitu:

1. Variasi penggunaan bahan pengkelat dari jus jeruk purut telah mampu

meningkatkan kualitas warna

minyak nilam Gayo Lues menjadi kuning cerah pada penggunaan jus 4%, kadar patchouli alcohol menjadi 39,90% dan penurunan Fe sebesar 78,67%.

2. Variasi penggunaan biosorben dari bahan serbuk kulit jeruk purut telah meningkatkan warna minyak nilam

menjadi coklat terang, kadar

patchouli alcohol menjadi 41,37% dan penurunan Fe sebesar 77,67%. DAFTAR RUJUKAN

Alam, P. . (2007). Aplikasi Proses Pengkelatan untuk Peningkatan Mutu

Minyak Nilam Aceh. Jurnal

Rekayasa Kimia & Lingkungan, 6(2), 63–66.

Allwar*, L. N. S. K. M. D. R. (2015). Removal of Fe and Cu Ions from

(8)

Using\nZnCl2-Activated Carbon

Adsorbent Modified With

Ammonia\n. IOSR Journal of Applied Chemistry (IOSR-JAC), 8(2), 17–23.

https://doi.org/10.9790/5736-08211723

Hafidloh, D., Warsito, & Utomo, E. P. (2017). Pengaruh Katalis Basa pada Pemurnian Sitronelal dalam Minyak Jeruk Purut Diendapkan oleh NaHSo 3 Dan Na2So3. 28(1), 145–152. Laksmono, J. A., Agustian, E., & Adilina,

I. B. (2007). Patchouli Alcohol Enrichment From Patchouli Oil using molecular distillation unit. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 17(3), 74–79.

Manalu, R. A., Patria, A., & Rohaya, S. (2019). Peningkatan Mutu Minyak Nilam (Pogostemon cablin) dalam Proses Pemurnian Minyak Nilam Aceh Jaya dan Aceh Selatan dengan

Metode Kompleksometri. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Pertanian.

https://doi.org/10.17969/jimfp.v4i4.1 2768

Nurjanah, S., Zain, S., Rosalinda, S., & Fajri, I. (2016). Kajian Pengaruh Dua

Metode Pemurnian Terhadap

Kerjernihan Dan Kadar Patchouli Alcohol Minyak Nilam (Patchouly

Oil) Asal Sumedang. Jurnal

Teknotan, 10(1), 24–29.

https://doi.org/10.24198/jt.vol10n1.4 Rifai, A., Firdaus, & Soekamto, N. H.

(2019). Purification and analysis of patchouli alcohol from patchouli oil by vacuum fractionation distillation.

Journal of Physics: Conference

Series, 1341(5).

https://doi.org/10.1088/1742-6596/1341/5/052016

Said, A., Fatimah, I., & Rubianto, D. (2014). Effect of Temperature on Rice Husk Asing and Its Application on Adsorbing Fe and Zn Metal in Patchouli Oil. Jurnal Eksakta, 14(2), 71–86.

https://doi.org/10.20885/eksakta.vol1 4.iss2.art7

Swamy, M. K., & Sinniah, U. R. (2015). A

comprehensive review on the

phytochemical constituents and

pharmacological activities of

Pogostemon cablin Benth.: An

aromatic medicinal plant of industrial importance. Molecules, 20(5), 8521– 8547.

https://doi.org/10.3390/molecules200 58521

van Beek, T. A., & Joulain, D. (2018). The essential oil of patchouli, Pogostemon cablin: A review. Flavour and Fragrance Journal, 33(1), 6–51. https://doi.org/10.1002/ffj.3418 Wibowo, A. ., Emas Mauliani, F.,

Nofitasari, U., Setyani, A., & Widiarti, N. (2017). Comparative Analysis of Chemical Components of Purified Essential Oil from Nilam Plants using Gas Chromatography. The Journal of Pure and Applied

Chemistry Research, 6(1), 1–6.

https://doi.org/10.21776/ub.jpacr.201 7.006.01.270

Widayat, Cahyono, B., Hadiyanto, & Ngadiwiyana. (2014). Improvement of clove oil quality by using

adsorption-distillation process.

Research Journal of Applied

Sciences, Engineering and

Technology, 7(18), 3867–3871.

https://doi.org/10.19026/rjaset.7.744

Gambar

Gambar 3.  Hasil GC-MS komponen minyak nilam  menggunakan bahan pengkelat jus  jeruk  purut 4%  36,01 38,99 39,99 37,86353739410246810Patchouli alkohol (%)Konsentrasi Jus JP (%)36,0138,1539,841,37353637383940414202468Patcouli alkohol (%)
Gambar 4. Hasil GC-MS komponen minyak nilam menggunakan biosorbent kulit jeruk purut  7,5 gram

Referensi

Dokumen terkait

Dan berakhirnya kekebalan dan keistimewaan diplomatik ini jika para diplomat meninggalkan negara penerima, atau pada saat berakhirnya suatu periode yang layak, akan

Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi penerimaan perilaku underreporting of time atau dapat

Bagian bunga aren dapat mengeluarkan nira aren bila dilakukan proses penyadapan tongkol (tandan) bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina. Akan tetapi biasanya, tandan bunga

Kriteria beda waktu terbenam : minimal bulan 40 menit lebih lambat terbenam dari pada matahari dan memerlukan beda waktu lebih besar untuk daerah di lintang

Pada variabel kinerja perusahaan diperoleh beberapa item yang memiliki tanggapan responden tidak baik yaitu PT Akses Prima Indonesia menggunakan perspektif proses bisnis

(1) Dalam rangka pengembangan sistem statistik nasional, masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (1) wajib memberitahukan sinopsis kegiatan statistik

Bursa AS dan bursa Eropa pada perdagangan Senin kemarin ditutup menguat, seiring dengan ekspektasi para pelaku pasar yang mulai optimis mengenai pertumbuhan ekonomi global yang

Panduan ini disampaikan kepada seluruh pihak yang terkait untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru, dan disesuaikan