106 Inspeksi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Sebagai Alat Evaluasi Penerapan
Budaya Keselamatan di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental Eko Yuli R, Mu’nisatun Sholikhah, Torowati, Ganisa K. Suryaman
Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, BATAN
ABSTRAK
INSPEKSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) SEBAGAI ALAT EVALUASI PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL (IEBE). Keselamatan dalam pengoperasian instalasi nuklir seperti IEBE harus menjadi pertimbangan dan prioritas utama. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kecelakaan dan kesalahan ketika bekerja terjadi akibat perilaku yang tidak selamat. Oleh karena itu, untuk mencapai tingkat keselamatan yang tinggi, perlu ditumbuhkan budaya keselamatan di lingkungan IEBE. Salah satu alat bantu untuk mengetahui kinerja penerapan budaya keselamatan adalah dengan inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Inspeksi K3 di IEBE dilakukan satu kali dalam satu tahun Inspeksi dilakukan oleh seluruh karyawan yang bekerja di IEBE dengan objek inspeksi yaitu laboratorium IEBE (ruang kendali kualitas, ruang proses dan gudang). Inspeksi dilakukan pula oleh pimpinan senior PTBN dan BATAN. Para pimpinan dan karyawan diminta untuk mengisi form inspeksi. Data inspeksi pada makalah ini merupakan hasil dari inspeksi pada tahun 2010 dan 2011. Dari hasil inspeksi K3 IEBE tahun 2010 dan 2011 diketahui bahwa secara umum pekerja telah lebih peduli dengan keselamatan. Penurunan kebersihan dan kerapihan di HR 24 pada tahun 2011disebabkan oleh intensitas kerja yang tinggi.
Kata kunci: Inspeksi, Keselamatan, Kesehatan, Budaya Keselamatan.
ABSTRACT
HEALTH AND SAFETY INSPECTION AS A TOOL TO EVALUATE THE
IMPLEMENTATION OF SAFETY CULTURE IN EXPERIMENTAL FUEL ELEMENT INSTALLATION (EFEI). Safety has become a very important aspect in the operation of Nuclear installation. Studies show that most of the accidents happened because of the unsafe action of the workers. Safety Culture is implemented in EFEI in order to minimize the unsafe action and to reach the high level of safety in EFEI operation. Health and safety inspection is one of the tools to evaluate the safety culture in EFEI. The inspection is done once a year by staffs and manajers in EFEI. The Inspection was done at 2010 and 2011. The result shows that, generally, the implementation of the safety culture in EFEI is improving although the score in HR 24 room was decreasing due to high working load.
107 I. Pendahuluan
Instalasi elemen bakar eksperimental (IEBE) merupakan salah satu instalasi nuklir milik BATAN yang terletak di kawasan nuklir Serpong. Instalasi ini digunakan untuk litbang teknologi produksi bahan bakar nuklir untuk reaktor daya (PLTN), yaitu: Pemurnian dan konversi Yellow
Cake menjadi serbuk UO2 derajat
nuklir, dan Fabrikasi perangkat bakar nuklir untuk PLTN tipe reaktor air berat (HWR). Mengingat potensi bahaya yang ada dan risiko yang ditimbulkan, maka keselamatan dalam pengoperasian instalasi nuklir seperti IEBE harus menjadi pertimbangan dan prioritas utama. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kecelakaan dan kesalahan ketika bekerja terjadi akibat perilaku yang tidak selamat. Oleh karena itu, untuk mencapai tingkat keselamatan yang tinggi,
perlu ditumbuhkan budaya
keselamatan di lingkungan IEBE.
Budaya keselamatan
merupakan suatu gabungan
karakteristik sikap yang terbentuk pada manusia dan organisasi yang menyatakan bahwa keselamatan merupakan aspek yang utama. Budaya keselamatan hendaknya perlu untuk selalu ditingkatkan. Berdasarkan dokumen IAEA GSG 3.5 tentang The Management System
For Nuclear Installation, terdapat
lima karakteristik budaya
keselamatan. Kelima hal tersebut adalah Keselamatan adalah nilai yang dikenal baik, Kemimpinan
keselamatan adalah jelas,
akuntabilitas untuk keselamatan adalah jelas, Keselamatan adalah pendorong pembelajaran, dan keselamatan terintegrasi didalam semua kegiatan.
Penguatan budaya
keselamatan di IEBE semakin intensif dilakukan sejak tahun 2006. Adapun beberapa contoh penerapan budaya keselamatan di IEBE adalah adanya briefing pagi setiap pagi sebelum para pekerja bekerja di laboratorium, pembuatan Hazard
Identification Risk Assessment and Determining Control (HIRADC) untuk setiap pekerjaan, tersedianya poster-poster dan display-display yang berkaitan dengan keselamatan dan masih banyak lagi. Untuk mengetahui sejauh mana kemajuan penerapan budaya keselamatan di IEBE, maka diperlukan suatu tools untuk menilai tentang hal ini. Salah satu alat bantu untuk mengetahui
kinerja penerapan budaya
keselamatan adalah dengan inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
II. Inspeksi K3
Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai peranan
penting didalam program
pencegahan kecelakaan. Inspeksi merupakan salah satu alat kontrol manajemen yang bersifat klasik, tetapi masih sangat relevan dan secara luas sudah banyak diterapkan dalam upaya menemukan masalah yang dihadapi dilapangan, termasuk untuk memperkirakan besarnya resiko. Kecelakaan disebabkan oleh beberapa faktor penyebab yaitu :
108 Unsafe condition / keadaaan yang
tidak aman
Unsafe action / tindakan yang tidak
aman
Atau kombinasi keduanya
Dengan demikian bahwa usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kecelakaan diawali dengan
mampu menemukan faktor
penyebab diatas, dengan melakukan inspeksi secara teratur, terencana dan sistimatis.
Inspeksi keselamatan kerja bukan untuk mencari kesalahan tetapi untuk menyakinkan apakah semua tata kerja dilaksanakan sesuai norma-norma keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Maksud dan Tujuan
diadakannya Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja diantaranya adalah:
1. Mengidentifikasi problem-problem yang mungkin terjadi 2. Mengidentifikasi
kekurangan-kekurangan pada peralatan.
3. Mengidentifikasi tindakan tidak standar / tidak aman pekerja 4. Mengidentifikasi dampak dari
perubahan / pergantian suatu proses / material
5. Mengidentifikasi
kekurangan-kekurangan dalam suatu
perbaikan
6. Melokalisasi dan menetralisir bahaya-bahaya yang ada.
III. Metode
Inspeksi K3 di IEBE dilakukan satu kali dalam satu tahun. Kegiatan inspeksi rutin K3 di IEBE telah dilakukan sejak tahun 2009. Inspeksi dilakukan oleh seluruh karyawan yang bekerja di IEBE, dengan objek inspeksi yaitu laboratorium IEBE (ruang kendali kualitas, ruang proses dan gudang). Inspeksi dilakukan pula oleh pimpinan senior PTBN dan BATAN. Para pimpinan dan karyawan diminta untuk mengisi form inspeksi seperti pada lampiran 1. Data inspeksi pada makalah ini merupakan hasil dari inspeksi pada tahun 2010 dan 2011.
IV. Hasil dan Pembahasan
109 Gambar 2. Kondisi meja kerja di HR 24
Gambar 3. Inspeksi gudang
Gambar 4. Suasana inspeksi oleh karyawan
110 Hasil yang diperoleh dari inspeksi K3 adalah seperti dituangkan pada Tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Hasil Inspeksi K3 tahun 2010 & 2011
NO RUANG NILAI KET.
Th 2010 Th 2011 1 CR-03 9 8,33 5-6 = Kurang 7-8 = Cukup 9 -10= Baik 2 HR-22 8 8,2 3 HR-23 9 8,7 4 HR-24A 8 6,3 5 HR-24B 8 8,33 6 HR-24C 8,5 8 7 CR-04 7 8 8 CR-21 7 7 9 CR-45 7 7 10 HR-13 8 8 11 HR-14 7,5 8,6 12 HR-16 6,7 8,12 13 HR-17 8 8 14 HR-19 7 7 15 HR-36 7 7 16 HR-37 6 6 17 HR-38 6 6 18 HR-39 7 7 19 HR-40 6,5 6,5 20 HR-41 6 6 21 HR-43 6,5 6,5 22 HR 01s/d 04 dan HR 06 9 8,5
111 Inspeksi K3 IEBE dilakukan
untuk mendeteksi adanya indikasi
ketidak selamatan dan
ketidaknyamanan tempat kerja. Form inspeksi secara garis besar berisi tentang keadaan pintu darurat, house
keeping, peralatan, limbah/sampah,
prosedur kerja, P3K dan intercom disetiap ruang di laboratorium IEBE.
Pada tabel 1 dapat terlihat bahwa terjadi penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2011 untuk ruangan HR-24 A. Penurunan ini terutama dari aspek kebersihan dan kerapihan ruang kerja. Diketahui bahwa pada tahu 2011, intensitas pekerjaan di ruangan tersebut meningkat. Peningkatan akitifitas di HR-24 terlihat dari logbook yang terdapat di ruangan ini. Dengan meningkatnya intensitas pekerjaan
ternyata berdampak pada
menurunnya kerapihan dan
kebersihan pekerja di laboratorium. Padahal aspek kebersihan dan kerapihan juga merupakan salah satu aspek yang menunjang keselamatan. Selain peningkatan intensitas pekerjaan, personil yang bekerja di HR-24 A tidak hanya pekerja di IEBE saja, namun juga banyak personil yang berasal dari luar IEBE yaitu para pelajar dan juga mahasiswa yang melakukan kerja praktek dan tugas akhir di IEBE.
Penurunan nilai inspeksi keselamatan pun terjadi pada CR 04, HR24C, HR 23, HR 01-04 dan HR 06. Namun demikian penurunan yang terjadi pada ruangan tersebut tidak sebesar penurunan yang terjadi pada HR-24. Hal ini terlihat pada gambar 6. Peningkatan terjadi di ruang proses di HR- 16 dan HR 14.
Walaupun terjadi penurunan yg cukup besar di HR 24A, namun sebagian besar ruangan di laboratorium di IEBE cenderung tetap bahkan ada yang mengalami peningkatan di tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2010. Hal ini mengindikasikan bahwa kesadaran para personil dan manajemen terhadap keselamatan
sudah semakin meningkat
dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
V. Kesimpulan
Budaya keselamatan di IEBE telah diterapkan, salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana penerapan budaya keselamatan di IEBE adalah dengan inspeksi K3. Dari hasil inspeksi K3 IEBE tahun 2010 dan 2011 diketahui bahwa secara umum pekerja telah lebih
peduli dengan keselamatan
dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Penurunan kebersihan dan kerapihan di HR 24 pada tahun 2011disebabkan oleh intensitas kerja yang tinggi.
VI. Daftar Pustaka
1. Dewanto, Pandu., Hermawan, Dedi., Heni Yusri. 2011. Kajian Penerapan
Management System Inspection Tool (Msit) – Checklist Terkait Dengan Budaya Keselamatan Pada Instalasi Nuklir Non Reaktor. Prosiding
Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Yogyakarta.
112 2. Herutomo, Bambang. 2010.
Rangkuman Materi Operator Supervisor IEBE
3. IAEA GSG 3.5.2009. The
Management System For Nuclear Installation. Vienna: International
Atomic Energy Agency.
4. Ismara, Ima. Budaya K3 dan
Performansi k3 di SMA.
Lampiran 1
PTBN BATAN
DAFTAR PERIKSA INSPEKSI RUTIN K3 untuk ruang kendali kualitas
Pusat Elemen Bakar Nuklir, BATAN
Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang
Tanggal Inspeksi Supervisor Nomor
Ruangan Petugas Inspeksi 1. 6 (…………..…..) 2. 7 3 8 4 9 5 10
No Item yang diperiksa Nilai Keterangan
5 6 7 8 9 10 1 Apakah pintu masuk-keluar ruangan dan
pintu darurat dalam keadaan berfungsi baik dan tidak ada penghalang menuju jalur evakuasi.
2 Apakah ruangan memiliki penerangan,tata udara yang cukup(suhu, arah aliran tekanan udara) dan terlihat bersih rapi.
3 Apakah lantai/dinding ruangan dalam keadaan baik,bersih (tidak ada retakan atau terkelupas) dan tidak ada penghalang lalu
113
No Item yang diperiksa Nilai Keterangan
5 6 7 8 9 10 lalang pekerja.
4 Apakah meja kerja dalam kondisi
baik,,jumlah kursi cukup dan tidak terdapat benda tidak penting diatas meja.
5 Apakah tersedia tempat sampah yang sesuai dengan ketentuan dan dalam jumlah cukup, dan bak cuci bersih.
6 Apakah ruangan kerja digunakan untuk menangani bahan radioaktif (Uranium) dan ada tempat khusus untuk menyimpan uranium
7 Apakah di ruangan kerja terdapat bahan kimia berbahaya,sudah diberi label dan disimpan dengan baik dan tidak ada bahan yang kadaluwarsa.
8 Apakah gas yang mudah terbakar
ditempatkan dalam keadaan aman (jauh dari sumber api dan tidak mudah roboh)
9 Apakah setiap tabung gas memiliki tanda yang jelas (mark) tentang jenis gas di dalamnya
10 Apakah pipa saluran gas, selang dan
regulator dalam keadaan baik dan atau tetap terkoneksi dengan alat meskipun alat tidak beroperasi
11 Apakah di ruangan kerja terdapat alat pemadam kebakaran yang sesuai dan cukup, mudah dicapai, selalu dicek tutin dan ada petunjuk pemakaian.
12 Apakah glovebox dan fumehood berfungsi baik, tidak ada yang overloaded dan
diinspeksi secara rutin,
15 Apakah peralatan yang ada di ruang kerja terawat baik dan bersih (berfungsi atau rusak)
114
No Item yang diperiksa Nilai Keterangan
5 6 7 8 9 10 16 Apakah alat/mesin yang digunakan
menangani bahan Uranium diberi simbol radiasi
17 Apakah ada alat/mesin yang digunakan untuk menangani bahan mudah
terbakar/meledak
18 Apakah semua instrumentasi ukur pada peralatan telah dikalibrasi
29 Apakah ada pelindung pada bagian mesin yang berputar
20 Apakah peralatan/mesin yang dalam
keadaan rusak/ dalam perbaikan telah diberi tanda yang jelas
21 Apakah alat/mesin bila dioperasikan mengeluarkan bunyi bising (noise) dan bervibrasi
22 Apakah log book pengoperasian dan perawatan diisi dengan konsisten dan tersedia intruksi kerja.
23 Apakah peralatan/mesin dirawat sesuai dengan program dan skedul perawatan
24 Apakah di ruangan kerja tersedia kotak P3K lengkap dengan isinya
Catatan (Temuan Lain) :
... ... ... ... SUPERVISOR (...)
115 TANYA JAWAB DAN DISKUSI
1. Penanya : Antonie Ruandi BBA (LSM Lingkungan Hidup FEBE)
Pertanyaan:
a) Apakah keselamatan kerja pada R&D harus lebih ketat pada bagian "Research and Development" karena inti dari institusi BAPETAN ini lebih bersifat teknis?
Jawaban:
a) Keselamatan di Instalasi kami (instalasi nuklir) harus jauh lebih ketat dibandingan dengan
keselamatan yang lainnya (selain di instalasi nuklir).
2. Penanya : Vatimah Zahrawati (BAPETEN)
Pertanyaan:
a) Survei yang dilakukan hanya berdasarkan penilaian kuesioner. Apakah ada metode survei lain seperti wawancara langsung atau survei langsung ke lapangan? b) Setelah didapatkan hasil, apa tindak
lanjut yang dilakukan? Jawaban:
a) Belum ada.
b) Akan digunakan sebagai acuan untuk lebih meningkatkan dalam penerapan di bidang keselamatan (budaya keselamatan).
3. Penanya : Nanang Triagung EH (BAPETEN)
Pertanyaan:
a) Disamping metode survey dengan kuesioner, apakah dilakukan juga metode lain untuk mengetahui sejauhmana penerapan budaya keselamatan di IEBE PTBN? Jika
ada perbandingan hasilnya seperti apa?
Jawaban:
a) Sampai saat ini belum ada metode lain yang dilakukan selain survey dengan kuesioner.