• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Keselamatan Nuklir 2013 ISSN : SURVEI PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Keselamatan Nuklir 2013 ISSN : SURVEI PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL TAHUN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

195 SURVEI PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI INSTALASI ELEMEN

BAKAR EKSPERIMENTAL TAHUN 2008 - 2012

Torowati, Ganisa, K.S., Erilia Y. dan Nudia B. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir – BATAN

Kawasan Puspiptek, Serpong ABSTRAK

SURVEI PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL TAHUN 2008 - 2012. Telah dilakukan survei penerapan budaya keselamatan di instalasi elemen bakar eksperimental (IEBE), Pusat Teknologi Bahan bakar Nuklir (PTBN), BATAN pada tahun 2008 -2012. Tujuan survei penerapan budaya keselamatan adalah untuk melihat tingkat budaya keselamatan yang tengah diterapkan di IEBE sehingga dapat menentukan profil budaya keselamatan. Hasil survei ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengutamakan dan mengembangkan budaya keselamatan agar keselamatan yang tinggi dapat dicapai. Metode yang dilakukan adalah dengan cara memberikan kuisioner tentang budaya keselamatan kepada personil IEBE. Setiap personil pengisi kuisioner akan memberikan nilai sesuai dengan ketentuan dalam kuisioner tersebut. Dari hasil survei tahun 2008-2012 diperoleh nilai karakteristik rerata : 6,34 - 7,07. Dengan diperoleh Nilai ≥ 6 berarti implementasi budaya keselamatan di IEBE tahun : 2008 - 2012 berada pada tingkatan/tahapan II artinya keselamatan dipertimbangkan sebagai tujuan organisasi.

Kata kunci: Survei, budaya keselamatan, karakteristik, komitmen.

ABSTRACT

A SURVEY ON THE IMPLEMENTATION OF SAFETY CULTURE IN THE EXPERIMENTAL FUEL ELEMENT INSTALLATION OF BATAN, INDONESIA 2008 – 2012. A survey on the implementation of safety culture in the Experimental Fuel Element Installation (EFEI) had been conducted every year since 2008 until 2012. The installation is operated by the Center for Nuclear Fuel Technology of BATAN (National Nuclear Energy Agency of the Republic of Indonesia). The objective of the survey was to determine the safety culture profile of the facility. The survey results can be used by the top management to improve the safety culture in the facility that it had been entrusted upon. The survey was done by collecting data from questionaires about safety culture distributed to all personnels of the EFEI. The quantitative result of the survey from 2008 – 2012 gave mean values of between 6.34 and 7.07. A value greater than 6 means that the EFEI is on stage 2 of the three stages of development of safety culture which is “safety is considered as an organizational goal”.

(2)

196 PENDAHULUAN

Budaya keselamatan didefinisikan sebagai gabungan karakteristik dan sikap yang terbentuk dalam organisasi dan individu yang menempatkan keselamatan sebagai prioritas utama.[1]

Dalam pernyataan kebijakan keselamatan BATAN dinyatakan bahwa “keselamatan adalah prioritas utama pada seluruh kegiatannya sehingga mencapai nihil kecelakaan dengan tujuan untuk melindungi setiap karyawan, fasilitas, masyarakat dan lingkungan dari potensi bahaya dan setiap karyawan BATAN wajib mengupayakan tercapainya tujuan keselamatan tersebut sesuai dengan tangung jawab dan peran masing-masing”. Dengan adanya peryataan kebijakan keselamatan tersebut diatas, maka keselamatan adalah tanggungjawab setiap pekerja/karyawan/ personil. Oleh karena itu keselamatan merupakan bagian integral dari proses kerja sehingga perlu adanya budaya keselamatan di lingkungan kerja.

Untuk memenuhi kebijakan tersebut maka dalam penerapan budaya keselamatan pada institusi khususnya institusi pemanfaat tenaga nuklir menuntut komitmen dari tingkat manajemen dan pekerja/personil untuk menempatkan keselamatan sebagai prioritas utama. Komitmen tingkat manajemen diantaranya adalah:[2]

1. Menetapkan kebijakan manajemen yang memberikan prioritas utama pada keselamatan nuklir 2. Menyediakan kerangka kerja yang

memadai dalam rangka menciptakan suasana kerja yang kondusif di mana keselamatan nuklir menjadi perhatian utama

3. Memberikan dorongan, dukungan dan perhatian terhadap pekerja yang mempunyai perilaku terpuji dan cara keselamatan kerja yang baik menyangkut masalah

4. Untuk kekeliruan yang terjadi berulang kali atau perilaku seenaknya terhadap keselamatan

nuklir, manajer harus mengambil tindakan tegas untuk mencegah terulangnya hal tersebut misalnya dengan memberikan sanksi yang sepadan. Untuk kesalahan yang terjadi berulangkali, pimpinan harus berani mengambil tindakan tegas, karena keselamatan nuklir menjadi prioritas utama.

Komitmen pekerja/personil diantaranya adalah:

1. Memanfaatkan kerangka kerja keselamatan yang disediakan manajemen dengan sebaik-baiknya 2. Melaksanakan tugas dengan baik,

hati-hati, waspada, dan mengutamakan keselamatan selama bekerja

3. Melaporkan segera tanpa ditutup-tutupi apabila terjadi masalah

keselamatan pada saat

melaksanakan pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi untuk mencegah terulangnya hal tersebut Dalam implementasi dan pengembangan budaya keselamatan terdapat 3 kategori/tahapan pengembangan yaitu [3] :

Tahap 1 adalah keselamatan berdasar peraturan. Pada tahap 1 dinyatakan bahwa suatu organisasi memandang keselamatan sebagai persyaratan eksternal dan bukan sebagai aspek untuk bertindak yang dapat membantu organisasi tersebut mencapai tujuan, sehingga keselamatan dipandang sebagai masalah teknis semata, yaitu kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang tepat

Tahap 2 adalah keselamatan menjadi tujuan organisasi. Pada tahap 2 suatu organisasi memiliki manajemen yang memandang kinerja keselamatan sebagai hal yang penting walaupun tidak ada tekanan dari badan pengawas, meskipun ada peningkatan kesadaran terhadap perilaku namun aspek ini menjadi tidak berarti dalam metode manajemen keselamatan yang hanya berdasarkan pada solusi/penyelesaian prosedural dan teknis. Kinerja keselamatan senantiasa berkaitan

(3)

197 kuat dengan aspek bisnis untuk mencapai

sasaran atau tujuan

Tahap 3 adalah keselamatan selalu ditingkatkan. Pada tahap ini organisasi sudah menerapkan gagasan untuk terus menerus meningkatkan dan melaksanakan konsep–konsep untuk kinerja keselamatan. Ada penekanan kuat terhadap komunikasi, pelatihan, gaya kepemimpinan dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas setiap orang dalam organisasi.

Untuk mengetahui tentang penerapan budaya kerja di Instalasi Elemen Bahan Eksperimental (IEBE), Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN), Batan perlu dilakukan survei penerapan budaya keselamatan. Selanjutnya untuk mengetahui dan mengukur penerapan budaya keselamatan di IEBE maka dilakukan survey penerapan budaya keselamatan.

Tujuan dari survei penerapan budaya keselamatan adalah untuk melihat tingkat budaya keselamatan yang telah diterapkan di IEBE sehingga dapat menentukan profil budaya keselamatan. Hasil survei diharapkan dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengutamakan dan mengembangkan budaya keselamatan sehingga keselamatan yang tinggi dapat dicapai.

METODE SURVEI

Survei penerapan budaya keselamatan dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada responden. Dalam survei ini responden adalah semua

personil yang berada di gedung IEBE. Materi kuisioner terdiri dari 15 karakteristik yang berisi pertanyaan sebanyak 92 berisi indikator informasi mengenai sikap, pendapat, atau persepsi personil terhadap penerapan budaya keselamatan di IEBE. Setiap indikator diberi nilai 0 sampai 10 yang terbagi menjadi 5 kategori/tingkatan, yaitu: 0-2 : kategori sangat kurang, 3-4 : kategori kurang, 5-6 : kategori cukup, 7-8 : kategori baik dan 9-10 : kategori sangat baik.

Nilai indikator dalam setiap karakteristik untuk tiap personil direrata. Selanjutnya nilai masing-masing karakteristik untuk semua personil direrata lagi. Nilai rerata dari 15 karakterisitik tersebut akan ditentukan kategori tahapan pengembangan budaya keselamatan dengan tingkatan/tahapan sebagai berikut [3]:

1. (score 5 – 6) : tahap I, bahwa keselamatan berdasarkan perundang-undangan

2. (score 6 – 8) : tahap II, bahwa keselamatan sebagai tujuan organisasi 3. (Score 8–10) : tahap III, bahwa kinerja keselamatan dapat senantiasa ditingkatkan

Dari 15 nilai karakterisitik akan terlihat nilai terendah dan tertinggi hal ini untuk menentukan kekuatan dan kelemahan dalam penerapan budaya keselamatan yang tengah berlangsung.

Karakteristik dalam materi kuisioner budaya keselamatan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik survei penerapan budaya keselamatan di IEBE

No Karakteristik

1. Komitmen pimpinan puncak terhadap keselamatan 2. Prioritas utama terhadap keselamatan

3. Hubungan antara para pimpinan dengan para personil/pegawai 4. Kualitas dokumentasi dan prosedur keselamatan

5. Kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur 6. Pananganan konflik

7. Motivasi dan kepuasan kerja

8. Tugas, wewenang, tanggung jawab dan pertanggungjawaban 9. Keterbukaan dan komunikasi

(4)

198

No Karakteristik

10. Keterlibatan personil

11. Suasana kerja terkait masalah waktu, beban kerja dan stress 12. Monitoring dan pengukuran kinerja keselamatan (self assessment) 13. Organisasi pembelajaran

14. Kerjasama dalam tim

15. Pegawai yang mempunyai sifat kritis Contoh indikator yang ada dalam

karakteristik No. 1 (komitmen pimpinan puncak terhadap keselamatan) dan No. 3 (Hubungan antara para pimpinan dengan para personil/pegawai) sebagai berikut : Indikator dalam karakteristik No.1 sebanyak 7 indikator adalah :

a. Kebijakan Keselamatan dari Pimpina senior (Ka. PTBN)

b. Kunjungan Ka. PTBN ke fasilitas (IEBE) untuk meninjau kondisi dan mendiskusikan keselamatan

c. Perhatian Ka. PTBN tentang prioritas tinggi terhadap sumber daya keselamatan (dana, alat, SDM, dll) d. Penyediaan waktu yang cukup dari

Ka. PTBN untuk membahas isu-isu keselamatan

e. Contoh/teladan Ka. PTBN kepada pekerja dalam pemakaian perlengkapan keselamatan

f.. Upaya-upaya Ka. PTBN untuk peningkatan keselamatan

g. Arahan dan keterlibatan diri Ka. PTBN dalam pertemuan-pertemuan keselamatan

Indikator dalam karakteristik No. 3 (Hubungan antara para pimpinan dengan para personil/pegawai) sebanyak 8 indikator :

a. Frekuensi pertemuan pimpinan (Kepala Bidang Bahan Bakar Nuklir/Ka.B3N) dengan para personil untuk

membahas isu keselamatan

b. Frekuensi kunjungan pimpinan (Ka. B3N) ke fasilitas untuk mendiskusikan isu keselamatan dengan personil di lapangan.

c. Frekuensi keterlibatan pimpinan (Ka.B3N) dengan kegiatan yang dilakukan personil

lapangan

d. Dampak pertemuan antara pimpinan (Ka. B3N) dengan personil

e. Perhatian pimpinan (Ka.B3N) terhadap keselamatan personil

f. Kemampuan komunikasi pimpinan (Ka. B3N) dengan personil

g. Kejelasan visi/pandangan pimpinan (Ka.B3N) tentang keselmatan

h. Metode /cara pimpinan (Ka. B3N) dalam mengkomunikasikan keselamatan HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam melaksanakan survei penerapan budaya keselamatan di IEBE, personil IEBE memberikan respon yang baik sehingga survei/pengisian kuisioner tidak mengalami hambatan.

Jumlah personil IEBE yang mengisis kuisioner diberikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Data jumlah personil IEBE pengisi kuisioner survey penerapan budaya keselamatan di IEBE

No. Tahun Jumlah personil yang menerima kuisioner (orang) Jumlah kuisioner kembali ke kolektor (berkas) Prosentase kuisioner kembali ke kolektor (%) 1. 2008 60 51 85,00 2. 2009 63 53 84,13 3. 2010 65 49 75,38

(5)

199 No. Tahun Jumlah personil yang

menerima kuisioner (orang) Jumlah kuisioner kembali ke kolektor (berkas) Prosentase kuisioner kembali ke kolektor (%) 4. 2011 60 44 73,33 5. 2012 57 55 96,49

Hasil survei penerapan budaya keselamatan dari 2008 sampai 2012 ditunjukkan pada tabel 2. dan Gambar 1.

Tabel 2. Nilai hasil survei penerapan budaya keselamatan tahun survei 2008 hingga 2012

No Karakteristik Nilai Tahun Survei

2008 2009 2010 2011 2012 1. Komitmen pimpinan puncak terhadap keselamatan 5.53 5.97 6.37 6.20 6.38

2. Prioritas utama terhadap keselamatan 5.62 7.01 7.42 7.45 7.48

3. Hubungan antara para pimpinan dengan para personil/pegawai 5.60 7.72 7.72 8.05 7.99 4. Kualitas dokumentasi dan prosedur keselamatan 5.90 5.68 6.58 6.47 6.57 5. Kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur 5.71 6.19 6.75 6.84 7.06

6. Pananganan konflik 6.65 6.86 7.31 7.20 7.30

7. Motivasi dan kepuasan kerja 6.03 7.55 7.58 7.63 7.53

8. Tugas, wewenang, tanggung jawab dan pertanggungjawaban 7.08 7.00 7.28 7.59 7.17

9. Keterbukaan dan komunikasi 6.80 6.62 6.88 7.21 7.03

10. Keterlibatan personil 6.80 6.16 6.58 6.98 6.92

11. Suasana kerja terkait masalah waktu, beban kerja dan stress 6.77 6.33 7.08 7.15 7.22 12. Monitoring dan pengukuran kinerja keselamatan (self assessment) 6.87 6.03 6.80 6.92 6.92

13. Organisasi pembelajaran 6.50 6.32 6.90 6.94 6.85

14. Kerjasama dalam tim 6.45 6.24 6.63 6.70 6.55

15. Pegawai yang mempunyai sifat kritis 6.80 6.29 6.78 7.04 6.95

Rerata 6,34 6,49 6,98 7,09 7,07

Berdasarkan hasil survei penerapan budaya keselamatan di IEBE tahun 2008 hingga tahun 2012 (Gambar 1) menunjukkan bahwa manajemen organisasi dalam kegiatan di IEBE memiliki kelemahan pada komitmen pimpinan puncak terhadap keselamatan (karakteristik No.1) dengan nilai : 5,53 hingga 6,38.

Kekuatan tertinggi pada tahun 2008 dengan nilai 7,08 berada pada karakteristik No. 8 yaitu tugas, wewenang, tanggung jawab dan pertanggungjawaban. Nilai pada tahun 2009 hingga 2012 kekuatan tertinggi yang dimiliki manajemen organisasi pengelolaan kegiatan di IEBE ada pada hubungan antara para pimpinan dengan para personil/pegawai (karakteristik no. 3) dengan nilai 7,72 – 7, 99. Hal ini dapat diartikan bahwa mulai tahun 2009 hingga 2012 terdapat koordinasi maupun perhatian dari

atasan/pimpinan langsung (dalam hal ini eseleon III) dalam melakukan semua kegiatan di IEBE.

Hal ini dikarenakan keberadaan pimpinan puncak berada di gedung yang berbeda dengan gedung personil yang disurvei. Kemudian adnya kesibukan pimpinan puncak (dalam hal kedinasan) yang dapat menyebabkan kurangnya komunikasi dan penyediaan waktu untuk bertatap muka dibandingakan dengan karakteristik pada No. 3. Pada karakteristik No. 3 mempunyai nilai besar dimungkinkan karena karakteristik ini berhubungan langsung dengan pimpinan ( dalam hal ini kepala bidangnya) sehingga sering ada komunikasi dan frekuensi pertemuannya lebih besar dibandingkan dengan pimpinan puncak (karakteristik No.1)

(6)

200 • 0 2 4 6 8 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 tahun 2008 tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahuin 2012

Gambar 1. Radar chart karakteristik budaya keselamatan Tahun 2008 – 2012 Kemudian nilai rerata dari 15 karakteristik

tahun 2008 - 2012 diperoleh : 6,34 - 7,06. Dengan diperoleh nilai rerata ≥ 6 maka implementasi budaya keselamatan di IEBE tahun 2008 - 2012 berada pada tingkatan/tahapan 2 artinya keselamatan dipertimbangkan sebagai tujuan organisasi. Pada tahap 2 ini suatu organisasi memiliki manajemen yang memandang kinerja keselamatan sebagai hal yang penting walaupun tidak ada tekanan dari badan pengawas. Kinerja keselamatan senantiasa berkaitan kuat dengan aspek bisnis untuk mencapai sasaran atau tujuan.

Pada tahun 2008 - 2011 nilai rerata dari 15 karakteristik terdapat kenaikan, tetapi tahun 2011 ke tahun 2012 terdapat penuruan nilai sebesar 0,02 atau 0,28%. Penurunan nilai 0,28% ini tidak signifikan karena tahapan implementasi budaya keselamatan masih tetap berada di tahapan 2.

Penerapan budaya keselamatan di IEBE akan dapat meningkat menjadi kategori/tahapannya 3, apabila

ditingkatkan lagi mulai komitmen tingkat manajemen hingga komitmen pekerja/personil sehingga.

KESIMPULAN

Hasil survei penerapan budaya keselamatan di IEBE tahun 2008 – 2012 memiliki kelemahan pada komitmen pimpinan puncak terhadap keselamatan, kekuatan tertinggi tahun 2008 berada pada tugas, wewenang, tanggung jawab dan pertanggung jawaban, sedangkan tahun 2009 - 2012 kekuatan tertinggi berada pada hubungan antara para pimpinan dengan para personil/pegawai. Penerapan budaya keselamatan di IEBE tahun tersebut berada pada tingkatan/tahapan II artinya keselamatan dipertimbangkan sebagai tujuan organisasi.

Untuk meningkatkan nilai yang rendah (lemah) maka diperlukan peningkatan frekuensi untuk kunjungan/tatap muka dari pimpinan

(7)

201 puncak dengan personil IEBE serta

miningkatkan lagi komitmen tingkat manajemen hingga komitmen pekerja/personil dibidang keselamatan.

.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala Bidang Bahan Bakar Nuklir (Bpk. Ir. Bambang Herutomo) yang selalu berupaya untuk meningkatkan budaya keselamatan di IEBE dan seluruh tim budaya keselamatan IEBE serta seluruh staf IEBE yang telah mendukung kegiatan survei budaya keselamatan hingga selesainya penulisan ini

PUSTAKA

1. ANONIM “ Budaya Keselamatan” Diktat Basic Professional Training

Course On Nuclear Safety,

Pusdiklat, Batan, Jakarta , 2008 2. HERYUDHOKUSUMO “National

Policy On Nuclear Safety” Diktat Basic Professional Training Course On Nuclear Safety, Pusdiklat, Batan,

Jakarta , 2008

3. IAEA-TECDOC-1329 “Safety

Culture in nuclear installations” Guidance for use in the enhancement of safety culture. Vienna 2002

4. IAEA-TECDOC-860 “ASCOT Guidelines” Guidance for use in the

enhancement of safety culture” 1996.

TANYA JAWAB DAN DISKUSI

1. Penanya : Antonie Ruandi BBA (LSM Lingkungan Hidup FEBE)

Pertanyaan:

a) Apakah keselamatan kerja pada R&D harus lebih ketat pada bagian "Research and Development" karena inti dari institusi BAPETAN ini lebih bersifat teknis?

Jawaban:

a) Keselamatan di Instalasi kami (instalasi nuklir) harus jauh lebih ketat dibandingan dengan keselamatan yang lainnya (selain di instalasi nuklir).

2. Penanya : Vatimah Zahrawati (BAPETEN)

Pertanyaan

a) Survei yang dilakukan hanya berdasarkan penilaian kuesioner. Apakah ada metode survei lain seperti wawancara langsung atau survei langsung ke lapangan? b) Setelah didapatkan hasil, apa tindak

lanjut yang dilakukan? Jawaban:

a) Belum ada.

b) Akan digunakan sebagai acuan untuk lebih meningkatkan dalam penerapan di bidang keselamatan (budaya keselamatan).

3. Penanya : Nanang Triagung EH (BAPETEN)

Pertanyaan

a) Disamping metode survey dengan kuesioner, apakah dilakukan juga metode lain untuk mengetahui sejauhmana penerapan budaya keselamatan di IEBE PTBN? Jika ada perbandingan hasilnya seperti apa?

Jawaban:

a) Sampai saat ini belum ada metode lain yang dilakukan selain survey dengan kuesioner.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik survei penerapan budaya keselamatan di IEBE
Tabel 1. Data  jumlah  personil IEBE  pengisi  kuisioner survey  penerapan budaya  keselamatan di IEBE
Tabel 2. Nilai hasil survei penerapan budaya keselamatan tahun survei 2008 hingga 2012
Gambar 1.    Radar chart  karakteristik   budaya keselamatan    Tahun 2008 – 2012

Referensi

Dokumen terkait

BAB IV Kendala Kendala yang Dihadapi Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam Mengimplementasikan Undang-undang Perlindungan Konsumen yang pembahasannya dimulai dari

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan mencakup sehat secara fisik, sosial maupun mental yang dapat ditempuh melalui berbagai upaya, baik

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada suami tercinta Herdamon Budianto atas pengertian dan kesabarannya memperhatikan anak-anak

Peran para penyelia pada proyek Apartemen Royal Sentul Park setelah dilakukan evaluasi didapat nilai presentase sebesar 66,67% yang berarti penerapannya

Hasil analisis varians sebagaimana disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan tempat asal populasi (A) dan pohon induk (B) berpengaruh nyata terhadap karakter tinggi tanaman

Perbedaan cashflow masing-masing proyek akan dianalisis dilihat dari kontrak unit price dengan skenario dengan uang muka dan tanpa uang muka; termijn pembayaran (progress dan

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka model pembelajaran bola basket ini telah memenuhi kriteria “Baik” , sehingga dapat digunakan untuk siswa kelas IV Sekolah

Dalam uraian tersebut, terdapat peran income audit di department finance & accounting HARRIS Hotel Batam Center untuk menganalisa seluruh revenue yang masuk