SETANGKAI EDELWISE DARI PACARKU
Cerita dan Skenario
Ruslan Ghofur
Z
AT
C
OMMUNITY
MOVIE
DIVISION
TRADE MARK “ZAT COMMUNITY”
CREDIT TITLE
1. MONTAGE
Background dalam montage ini akan diisi narasi.
1.1. EXT. JALANAN – SENJA
[Arief]
[Lanjutan cerita] Gambar dibuka dengan langkah kaki orang yang sedang berlari di jalanan. Langkahnya sangat cepat. Kemudian kita akan melihat tangan orang yang berlari itu berlumuran darah sambil menggenggam edelwise dengan erat. Perlahan-lahan kita akan tahu kalau yang sedang berlari itu Arief.
ARIEF (VO)
Entahlah, ketika senja itu mulai merambat menuruni celah waktu, lalu menyambut kepekatan karena tersingkirnya sinar terang, aku mulai sadar bahwa aku tidak akan berhenti untuk berlari...
CUT TO:
1.2. EXT. TAMAN – SENJA
[Fadly, Estri]
[Flash Back] Fadly dan Estri sedang berpacaran di sebuah taman yang asri. Mereka tertawa -tawa dengan sangat bahagia. Estri kemudian memberikan setangkai edelwise buat Fadly.
FADLY (VO)
Kekasihku, ayahmu pernah menjulukimu sebagai sebuah keindahan seperti mekarnya bunga-bunga di taman.
1.3. EXT. SEBUAH JEMBATAN – SENJA
[Arief]
Arief berhenti di atas sebuah jembatan. Dia merentangkan tangannya sambil mengacungkan edelwise tinggi -tinggi. Mukanya masih marah, tiba -tiba dia tertawa dengan keras.
ARIEF (VO)
Aku muak!!!! Aku benci!!!! Aku ragu!!!! Aku tertawa!!!
CUT TO:
1.4. EXT. TAMAN – SENJA
[Fadly, Estri]
Estri dan Fadly kini saling berpandangan. Mata mereka menandakan kalau mereka saling mencintai. Tangan Fadly mulai memegang mesra pipi Estri.
ESTRI (VO)
Sayangku, ayahmu juga pernah memberitahuku kalau kamu adalah burung liar yang terbang bebas di angkasa luas.
CUT TO:
1.5. EXT. JALANAN – SENJA
[Arief]
Arief kini berlari di antara pepohonan hutan. Kita melihat edelwise yang mulai rontok dan berceceran di tanah. Arief terus berlari.
ARIEF (VO)
Aku tidak akan perduli. Aku tidak akan berhenti. Aku tetap tidak akan mau diperintah...
Arief masih saja terus berlari berseok -seok di antara pepohonan.
1.6. EXT. TAMAN – SENJA
[Fadly, Estri]
Mata Fadly dan mata Estri saling menatap lekat. P erlahan-lahan Fadly mau mencium Estri. Lalu mata Estri terpejam, bibirnya terbuka sedikit.
Bibir Fadly mulai mendekat ke bibir Estri. FADLY (VO)
Aku ingin kisah cinta kita akan kita kenang sebagai sebuah keindahan yang paling indah yang pernah kita laku kan, kekasihku!
CUT TO:
1.7. EXT. PEPOHONAN – SENJA
[Arief]
Bersamaan dengan itu, Arief berhenti berlari. Dia lalu bersandar di sebuah pohon. Napasnya makin memburu dan sangat capek sekali .
ARIEF (VO)
Tapi aku sadar kalau aku tidak mampu untuk terus bertahan dalam kondisi seperti ini. Anjing!!!!
Setelah napasnya mulai teratur dia kembali berlari. CUT TO:
1.8. EXT. TAMAN – SENJA
[Fadly, Estri]
Fadly telah mencium Estri. Keduanya saling tersenyum. R aut muka mereka menandakan kebahagiaan.
ESTRI (VO)
Aku bahagia bisa menjadi bagian yang kamu cintai, sayangku!
1.9. EXT. SEBUAH TEBING – SENJA
[Arief]
Di atas tebing, Arief berhenti. Dia mengacungkan edelwise ke atas langit, matanya terpejam, mukanya menyimpan kemarahan. Ketika matanya terbuka, dia berteriak keras.
ARIEF (VO)
Aku bisa saja menjadi sesuatu yang kalian perintahkan. Tapi aku tidak akan pernah mau!
CUT TO:
1.10. EXT. TAMAN – SENJA
[Fadly, Estri]
Dengan latar belakang senja di taman yang asri, Fadly dan Estri bergandengan tangan meninggalkan taman. Sesekali kepala Estri menyandar di bahu Fadly.
FADLY (VO)
Aku sayang sama kamu, kekasihku! CUT TO:
1.11. EXT. JALANAN – SENJA
[Arief]
Berlatar belakang senja di jalanan yang sepi, Arief berjalan lunglai, tangannya yang berdarah masih memegang edelwise. Dia lalu berhenti, membuang edelwise di tepi jalan, memandangi sebentar edelwise, kemudian ia kembali berjalan seolah telah melepaskan beban yang menghimpitnya.
ARIEF (VO) Aku lelah...
Kini kita melihat edelwise tergeletak di tepi jalan dalam keremangan senja.
ARIEF (VO)
Aku tidak tahu kenapa edelwise ini bisa menjadi sebuah keperihan...
FADE OUT FADE IN
2. INT. KAMAR DODY – PAGI [1]
[Dody]
Sebuah kamar anak muda yang tidak pernah rapi. Banyak barang berserakan di mana -mana. Ada kertas, puntung rokok, baju-baju, dll yang tergeletak secara sembarangan. Kita mendengar suara Dody yang sedang berbicara di telepon.
(Catatan; Kamar sangat berantakan!) DODY (OS)
Bangsat lu! Lu kira gua percaya aja sama omongan lu!
Selanjutnya kita akan melihat Dody yang baru bangun tidur, tubuhnya masih berselimut di atas kasur. Mukanya kesal sambil berbicara di HP -nya.
DODY
Sekali lagi gua kasih tau sama lu, gua tetap nggak bakalan percaya! Titik!!!
… … … Tetep gua nggak percaya! Kalo lu
bermaksud baik, lu jawab dong
pertanyaan gua! … … … terserah lu deh!
Gua tetap nggak percaya atas semua omongan lu!
Dody mematikan HP -nya dengan kesal. DODY Shit!!!
Dody lalu melemparkan HP -nya ke kasur di sebelahnya.
(CU) Di belakang HP tersebut kita melihat ada pot setangkai edelwise yang tergeletak sembarangan.
Kemudian kita juga melihat Dody melirik ke edelwise itu dengan muka bangun tidur yang masih sangat kesal.
(Catatan: Penonton tidak tahu apa yang menyebabkan Dody marah, hanya kita yang tahu kalau Dody ternyata sedang ditelepon oleh penelepon misterius yan g mengaku-ngaku sebagai tunangan pacarnya, Irma. Dan Dody diminta untuk meninggalkan Irma, tentu saja Dody menolak).
3. EXT. DINDING RUMAH – PAGI [1]
[Arief, Fadly]
Fadly sedang merokok sambil bersandar di sebuah dinding. Sesekali dia menengok ke samping seperti sedang menunggu seseorang. Tidak lama Arief datang. Keduanya kini bersandar di dinding, mata mereka menatap lurus ke depan.
ARIEF
Nyantai aja man. Semuanya udah gua selesain dengan sempurna.
Fadly menatap Arief lekat.
ARIEF
Sekarang lu nggak perlu khawatir lagi
man… walaupun tadi ada kendala kecil
tapi rencana yang udah lu susun nggak bakalan bocor ke mana -mana…
Fadly lalu membuang rokok dan menginjaknya, kemudian pergi meninggalkan Arief sendirian. Arief memandang kepergian Fadly.
CUT TO:
4. INT. KAMAR ESTRI – SIANG [1]
[Estri]
Kita melihat sebuah bibir yang sedang dipolesi lipstik. Kemudian bibir itu mengecap -ngecap meratakan sapuan lipstik di bibir. Kemudian kita juga melihat tangan yang sedang memulas wajah dengan bedak halus. Memulas eye shadow di mata. Menjepit bulu mata unt uk melentikkan. Dan perlahan -lahan kita melihat dari cermin wajah Estri sudah terpoles rapi dengan make up. Terdengar suara HP berdering.
ESTRI
Hallo, iya bentar lagi nih … … … Iya,
nih tinggal jalan aja kok! Tungguin ya
… … …
Estri menutup HP -nya, kemudian dia mulai membereskan sesuatu dan memasukkan ke dalam tasnya. Lalu pergi dari sana dengan sedikti tergesa.
5. EXT. RUMAH IRMA – SIANG [1]
[Dody]
Dody akan memasuki rumah Irma dengan membawa setangkai edelwise. Tiba-tiba HP-nya berdering, di a melihat nomor di layar HP lalu mengangkatnya.
DODY
Hallo … … … ya benar, ini siapa ya … … … lu lagi lu lagi, apa sih sebenarnya mau lu!!! … … … Hei denger ya, gua
tetap nggak bakalan percaya sama lu, sebelum lu nyebutin identitas lu yang sebenarnya!!!
Dengan kesal Dody mematikan HP -nya. Dia lalu berjalan masuk ke dalam rumah.
CUT TO:
6. INT. KAMAR FADLY – SIANG [1]
[Estri, Fadly]
Plak!!! Terdengar suara tamparan yang sangat keras. Kemudian kita melihat Estri yang menangis sambil memegangi pipinya yang kesakitan setelah ditampar Fadly. Di depannya Fadly berdiri dengan muka yang sangat marah.
ESTRI
Sumpah demi Tuhan Dly, aku nggak
selingkuh…
FADLY
Jangan bawa-bawa Tuhan. Gua nggak percaya sama Tuhan!! Kamu kira aku nggak tahu gimana kelakuan kamu di belakang aku!!
ESTRI
Bener Dly, aku nggak selingkuh sama
Dody… kamu jangan nuduh yang nggak
-nggak dong…
FADLY
Percuma kamu nyangkal! Aku udah dapat bukti tentang perbuatan kamu!
Fadly berjalan mengambil edelwise yang ada di dalam kamar, kemudian memperlihatkan kepada Estri.
FADLY
Dan ini! Kamu kira aku percaya dengan kesetiaan yang kamu beri lewat
edelwise ini…
Brak! Fadly membanting Edelwise ke lantai, lalu dia pergi dengan muka yang masih kesal.
ESTRI
Fadly… dengerin aku dulu!
Estri mengejar dan menarik tangan Fadly. Tapi Fadly malah mendorong Estri sehingga dia jatuh terjengkang.
FADLY
Gua nggak butuh penje lasan lu!!!
Fadly kembali pergi. Kini kita melihat Estri yang masih terduduk sambil menangis.
CUT TO:
7. INT. RUMAH IRMA – SIANG [1]
[Irma, Dody]
Dody memberikan Edelwise kepada Irma. Irma menerima dengan senang.
IRMA
Dod, aku hamil…
Dody seperti terhenyak.
IRMA Bulan ini aku udah telat!
DODY
Kamu yakin? Kamu udah tes ke dokter?
Irma mengangguk. Dody masih kaget, tapi dia berusaha untuk berlaku setenang mungkin.
IRMA
Dody diam sebentar sambil berpik ir dengan berat. DODY
Aku pasti akan menikahi kamu sayang…
IRMA
Bener ya…
Dody mengangguk. Irma senang sambil memeluk Dody dengan mesra. Tetapi raut muka Dody masih menyisakan kekagetan. CUT TO:
8. EXT. JALANAN [SISI 1] – SORE [1]
[Arief]
Arief yang sedang terduduk lesu di trotoar jalanan sambil memegang HP. Wajahnya tidak ada gairah, dia seperti dilanda kebimbangan.
Tidak lama kemudian, dia menekan nomor HP lalu mencoba menelepon, tapi dengan cepat dia segera mematikan kembali HP-nya.
CUT TO:
9. EXT. JALANAN [SISI 2] – SORE [1]
[Dody]
Dody sedang berjalan di trotoar sambil menelepon seseorang dengan HP-nya.
DODY
Gila man gua kaget banget dengernya … … … udah sih, malah katanya dia udah cek ke dokter segala … … … tapi gua
malah nggak yakin … … … gua nidurin
dia cuma dua kali, yang pertama malah
gua pake kondom … … … udah ah gua
pusing banget nih!!!
Dody mematikan HP -nya sambil terus berjalan. CUT TO:
10. EXT. JALANAN [SISI 3] – SORE [1]
[Fadly]
Fadly termenung di pinggir jalan sambil merokok. Kekesalan masih terlihat di wajahnya. Tiba -tiba HP-nya berdering. Dia mengambil Hp dari sakunya, di layar LCD HP -nya tertera nama Estri. Fadly segera mematikan HP -nya dengan kesal.
CUT TO:
11. INT. KAMAR ESTRI – SORE [1]
[Estri]
Estri masih berusaha menghubungi Fadly dengan HP -nya. ESTRI
Ayo dong Fadly diangkat teleponnya!!
Estri masih terus menghubungi Fadly tapi tidak pernah berhasil.
ESTRI
Ayo dong Fadly, aku mau jelasin
semuanya ke kamu…
Estri tampak sedih, kemudian dia berbaring di kasur, tangannya masih memegang HP. Tidak lama HP Estri berbunyi. Estri bergegas melihat nama di layar HP -nya, kemudian dia mengangkatnya dengan senang.
ESTRI
Hai, apa kabar … … … iya nih gue lagi sedih banget … … … iya, dia masih
nuduh gue selingkuh … … … ajak jalan dong ke mana kek, gue suntuk banget … … … oke, kita ketemu di sana aja.
Estri mematikan HP -nya. CUT TO:
12. EXT. TAMAN – MALAM [1]
[Estri, Dody, Arief]
Estri dan Dody sedang duduk di bangku taman. Estri menangis.
DODY
Gue kenal Fadly, Tri. Dia masih sayang sama lu.
ESTRI
Tapi bukan begini caranya Dod. Gue mau setiap masalah diomongin dengan baik. Bukan marah-marah kayak gini. Apalagi nuduh gye selingkuh sama lu!
DODY
Itu tandanya dia nggak mau kehilangan lu, Tri.
Estri yang masih menangis merebahkan kepalanya di pundak Dody. Dody merangkul pundak Estri.
INSERT: Arief memfoto Estri dan Dody. DODY
Percaya deh, gua tau kok siapa Fadly. Gue udah lama berteman sama dia, dan dia tau banget kalo gue dari dulu nggak pernah ngehianatan yang namanya
pertemanan…
INSERT: Arief kembali memfoto Estri dan Dody yang sedang berpelukan.
CUT TO:
13. INT/EXT. RUMAH IRMA – MALAM [1]
[Arief, Irma]
Arief sedang berdiri di depan pintu rumah Irma sambil membawa edelwise. Ketika pintu terbuka, Irma kaget melihat Arief.
IRMA
Ya ampun Arief… kok nggak bilang
-bilang kalo mau datang…
ARIEF
Surprise…
IRMA
Arief masuk duluan. Irma menutup pintu sambil menengok -negok ke sekeliling takut ada yang melihat Arief datang ke rumahnya.
CUT TO:
Irma dan Arief duduk berduaan di sofa. Arief lalu menyerahkan edelwise untuk Irma.
ARIEF Ini buat kamu.
IRMA Edelwise.
ARIEF
Semoga rasa sayang aku ke kamu seabadi bunga edelwise ini.
Irma dan Arief saling berpandangan. Mata keduanya seperti saling mencintai. Mulut Arief lalu bergerak hendak mencium Irma. Irma hanya pasrah. Mulut Arief dan mulut Irma kian mendekat, kedua nya siap untuk berciuman dengan sangat
mesra………
FADE OUT FADE IN
14. EXT. RUMAH IRMA – PAGI [2]
Establish shoot: Rumah Irma tampak depan dengan nuansa pagi di mana matahari bersinar dengan sangat terang.
CUT TO:
15. INT. RUMAH IRMA – PAGI [2]
[Arief, Irma]
Sinar mentari masuk ke dalam celah -celah kamar Irma. Lalu kita melihat di atas kasur Arief dan Irma yang masih terbaring dengan selimut masih membungkus tubuh mereka. Sinar matahari membangunkan Arief, dia melihat jam, Arief seperti terkaget lalu bangun sambil mengenakan pakaiannya yang berserakan di lantai. Ketika Arief memakai pakaian, Irma terbangun.
IRMA
Sayang… kamu mau ke mana…
ARIEF
Maaf Irma, hari ini aku ada janji mau ketemu orang.
IRMA Tapi aku masih kangen.
ARIEF Kan masih ada hari lain…
IRMA
Janji ya…
Arief yang selesai berpakaian lalu mengecup kening Irma. ARIEF
Aku sayang kamu… aku nggak mungkin ninggalin kamu…
Irma tersenyum. Arief lalu pergi dari sana dengan tergesa -gesa.
CUT TO:
16. INT. KAMAR FADLY – SIANG [2]
[Fadly, Arief]
Fadly sedang mabuk berat, beberapa botol minuman berserakan di dekatnya. Dia terus menerus menyedot rokok dan mengembuskannya dengan berat.
Arief datang dan langsung duduk di depan Fadly. FADLY
(marah)
Lu goblok! Tugas kayak gitu aja ngg ak becus! Dasar nggak punya otak lu!
ARIEF
Sori men…
FADLY
Mana janji lu kemaren? Lu bilang semuanya bisa beres! Mana janji lu!!
ARIEF
Iya gua ngaku salah… tapi lain kali
gua pasti berhasil. Fadly kembali menenggak minuman.
ARIEF
Lu masih percaya sama gua kan?! FADLY
(marahnya mulai reda)
Yoi men… lu emang sahabat gua yang
paling setia. Pokoknya gua nggak mau tau, lu harus dapat bukti secepatnya.
ARIEF Pasti Dly.
FADLY
Good. Itu baru teman gua! Yao minum
men… jangan diliatin doa ng…
Arief ikut menenggak minuman. CUT TO:
17. EXT. JALANAN – SORE [2]
[Arief]
Arief termenung di pinggir jalan, mukanya lusuh, dia duduk sambil memandangi beberapa foto, di antaranya foto Estri yang sedang berpelukan dengan Dody di taman (Sc. 12). Kemudian ada juga foto dirinya yang sedang berkumpul bahagia dengan Estri, Dody, Fadly, dan Irma.
Arief mengembuskan nafasnya dengan berat. (CU) Foto Estri yang sedang tersenyum manis.
DISSOLVE TO:
18. INT. KAMAR ESTRI – MALAM
[Arief, Estri]
[Flashback Arief]; Arief dan Estri ada di dalam sebuah kamar dengan lampu yang temaram. Keduanya sedang berangkulan sambil saling memandang dengan tatapan mesra.
Kemudian Arief menjatuhkan tubuh Estri di tempat tidur. Perlahan-lahan dia mulai menindihi tubu h Estri. Muka keduanya masih saling bertatapan penuh kemesraan, perlahan -lahan Arief mulai hendak mencium Estri.
Tidak lama kemudian, Estri dan Arief sudah bergumul dalam balutan selimut. Mereka berhubungan seks dengan sangat mesra.
(Catatan: in backgro und silhoutte. Akting harap seemosional mungkin)
DISSOLVE TO:
19. INT. KAMAR FADLY – PAGI
[Arief, Fadly]
[Flashback Arief]; Arief terbangun dari tidurnya, di a menengok ke samping. Di sisinya Fadly masih tidur terlelap. Kedua-duanyanya sama-sama tidak memakai baju. Muka Arief seperti tercengang, dia kaget.
[Catatan: seolah -olah Arief dan Fadly habis berhubungan seks]
FADE OUT FADE IN
20. EXT. TAMAN – SORE [2]
[Dody, Irma]
Dody dan Irma sedang berpacaran di sebuah taman yang asri. Mereka tertawa-tawa dengan sangat bahagia. Irma kemudian memberikan setangkai edelwise buat Dody.
IRMA (VO)
Tidak perlu cinta diutarakan dengan kata. Cinta adalah gerakan murni , terlahir berkat adanya keinginan dari sanubari yang meletup -letup.
DODY (VO)
Setiap keinginan adalah cinta. Setiap hasrat adalah cinta. Setiap ketertarikan adalah cinta.
21. INT. KAMAR FADLY – SORE [2]
[Arief, Fadly]
Fadly dan Arief sedang mabuk. Botol berserakan di mana -mana. Asap rokok terlihat jelas di kamar.
[Catatan: Hanya kita yang tahu kalau Arief hanya berpura -pura mabuk saja.]
ARIEF (VO)
Setiap perlakuan itu adalah cinta yang sebenarnya! Aku muak! Aku tersad ar! Diperhamba setan. Manusia. Binatang... Anjing!!!
CUT TO:
22. EXT. TAMAN – SORE [2]
[Dody, Irma]
Dody dan Irma kini saling berpandangan. Mata mereka menandakan kalau mereka saling mencintai. Tangan Dody mulai memegang mesra pipi Irma.
DODY (VO)
Malam, entah pagi, yang sebenarnya biasa saja, terlalu dini untuk dikatakan melampaui batas.
IRMA (VO)
Sewajar-wajar keinginan tetap memerlukan keberanian yang tidak dipaksa. Kewajaran itulah yang mendasari kebahagiaan.
CUT TO:
23. INT. KAMAR FADLY – SORE [2]
[Arief, Fadly]
Fadly yang sudah mabuk berat mulai memeluk Arief. Arief diam saja, wajahnya memendam kebencian yang sangat tinggi. Tetapi dia hanya diam saja ketika tangan Fadly mulai menjalari tubuh Arief.
FADLY (VO)
Saat itu, aku sadar kebutu hanku. Keinginan terpendam yang terasa ingin meledak keluar. Hanya saja terbentur situasi yang sebenarnya tidak jelas dan tidak termengerti begitu saja. CUT TO:
24. EXT. TAMAN – SORE [2]
[Dody, Irma]
Mata Dody dan mata Irma saling menatap lekat. Perlah an-lahan Dody mau mencium Irma. Lalu mata Irma terpejam, bibirnya terbuka sedikit. Bibir Dody mulai mendekat ke bibir Irma.
IRMA (VO)
Sejak dewi malam mengisi celah -celah nadi yang mulai longgar, aku dihadapkan pada sebuah pilihan sulit yang menggemaskan.
DODY (VO)
Fatamorgana kenistaan yang hampa... IRMA (VO)
Keceriaan yang menyebalkan... CUT TO:
25. INT. KAMAR FADLY – SORE [2]
[Arief, Fadly]
Bersamaan dengan itu, Fadly dan Arief sudah berbaring di atas kasur dengan telanjang. Fadly mulai mencumbui Arief. Dalam background Arief dan Fadly yang sedang bercumbu kita akan melihat edelwise yang tergeletak sembarangan.
ARIEF (VO)
Entahlah. Sehari se telah semuanya jelas, aku mulai terbiasa dengan keterasingan. Sendirian. Atau tidak ingin ditemani. Barangkali inilah situasi sebenarnya.
26. EXT. TAMAN – SORE [2]
[Dody, Irma]
Dody telah mencium Irma. Keduanya saling tersenyum. Raut muka mereka menandakan kebahagiaan.
DODY (VO)
Apakah ini yang dinamakan kasih sayang?
CUT TO:
27. INT. KAMAR FADLY – SORE [2]
[Arief, Fadly]
Fadly telah melampiaskan hasrat seksualnya. Dia tidak berdaya antara tidur, capek, dan mabuk. Arief di sebelahnya mulai memandang jijik kepada Fadly dan dirinya. Arief bangkit dari tempat tidur.
ARIEF (VO) Semuanya bisa saja terjadi... CUT TO:
28. EXT. TAMAN – SORE [2]
[Dody, Irma]
Dengan latar belakang senja di taman yang asri, Dodi dan Irma bergandengan tangan meninggalkan taman. Sesekali kepala Irma menyandar di bahu Dody.
IRMA (VO) Akankah semua ini abadi? CUT TO:
29. EXT. KAMAR FADLY – SORE [2]
[Arief, Fadly]
Arief keluar dari kamar, dia menengok sebentar ke dalam kamar. [CU: Tangan Arief yang berdarah sambil memegang edelwise], dia kemudian pergi dari sana.
ARIEF (VO)
Bahwa ini adalah sebuah permainan, yang mungkin mengantarkanmu men emui kebahagiaan.
CUT TO:
30. INT. KAMAR FADLY – SORE [2]
[Fadly]
Di dalam kamar, Fadly terlentang kaku dengan kepala berlumuran darah. Dia telah tewas.
ARIEF (VO) Atau kesengsaraan... CUT TO:
31. EXT. JALANAN – SORE [2]
[Arief]
Arief berlari di jalanan sambil membawa edelwise. Tangannya berlumuran darah.
ARIEF (VO) Atau penyesalan...
CUT TO BLACK
Karakteristik
1. Fadly (25 th)
Pacar Estri, misterius, temperament, cemburuan, mudah marah, pemurung, dan cenderung gelisah. Suka menuduh Estri berselingkuh dengan Dody, padahal Estri berselingkuh dengan Arief. Punya kelainan, yakni biseksual.
2. Dody (24 th)
Pacar Irma, misterius, penyayang walaupun agak meragukan kesetiaan Irma, apalagi ketika tahu Irma hamil. Dekat dengan Estri, sering dijadikan tempat curhat bagi Estri. 3. Arief (24 th)
Murung, misterius, agak pemarah, emosi mudah terbakar. Berselingkuh dengan Estri dan Irma. Menjadi suruhan Fadly untuk memata-matai Estri. Sangat marah ketika dia tahu
kalau dia sering ‘dipake’ Fadly.
4. Estri (21 th)
Pacar Fadly dan sangat mencintai Fadly, sangat emosional, sering curhat dengan Dody tentang hubungannya dengan F adly. Tidak ada yang tahu kalau ternyata Estri berselingkuh dengan Arief.
5. Irma (22 th)
Pacar Dody, agak lembut untuk menutupi kebinalan seksualnya. Sebenarnya hamil akibat selingkuh dengan Arief, tetapi Dody percaya kalau kehamilan Irma karena ulahnya. Sangat sayang pada Dody tapi masih suka selingkuh dengan Arief.