• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN CLAY : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di RA Nurul Falah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN CLAY : Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di RA Nurul Falah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

ANAK USIA DINI

MELALUI BERMAIN CLAY

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di RA Nurul Falah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:

LILIS FATIMAH (1010078)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014

(2)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

ANAK USIA DINI

MELALUI BERMAIN CLAY

Oleh

Lilis Fatimah

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Guru

Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan

©Lilis Fatimah 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang –undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

Dengan dicetak ulang, diphoto copy, atau cara lainnya tanpa ijin dari

(3)
(4)

ABSTRAK

Bermain Clay Sebagai Alat Pembelajaran Untuk Membantu Meningkatkan kemampuan

Motorik Halus Anak Usia Dini

(Penelitian tindakan kelas Pada kelompok B di Raudhatul Athfal Nurul Falah Cangkuang

Kabupaten Bandung )

Lilis Fatimah

1010078

Semangat, antusias anak -anak dalam mengikuti pembelajaran masih kurang, dan

kemampuan motorik halus anak masih rendah. Melalui penelitian tindakan kelas

diterapkan kegiatan bermain clay untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

pertanyaan peneliti adalah:(1) Bagaimana kondisi awal kemampuan motorik halus anak

Raudhatul Athfal Nurul Falah,(2) bagaimana penerapan proses penerapan bermain clay

agar dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam pembelajaran kelompok

B di Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah, (3) bagai mana kondisi akhir kemampuan

motorik halus anak setelah diterapkan bermain clay dalam kegiatan peambelajaran

kelompok B di Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah Cangkuang. Hasil penelitian

menunjukan jumlah anak yang mengalami peningkatan kemampuan motorik halus yang

signifikan. Setelah tiga siklus (3) kali pertemuan jumlah anak yang mengalami

peningkatan dalam kemampuan motorik halus 5 kali lipat dari semua indikator yang

telah ditetapkan, dibandingkan pada kondisi awal peningkatannya hanya sedikit.

Walaupun masih ada anak yang belum berkembang sesuai harapan di beberapa indikator

dan bermain clay membuat anak bersemangat dan antusias ketika terjadinya proses

pembelajaan. Berdasalkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya untuk

meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui bermain clay dalam pembelajaran

di Raudhatul Athfal Nurul Falah Cangkuang membutuhkan waktu lebih dari tiga hari

dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran dan baik diterapkan dalam kegiatan

(5)

ABSTRACT

Playing clay is as a learning tool to help increasing soft movement capability of

carly age child.

(class act research toward B group at Raudhatul Athfal Nurul Falah Cangkuang Bandung

Regence)

Lilis Fatimah

1010078.

Spirit and enthusiasm of children on folling the learning is decreasing, and the soft

movement capability is too low. So that on this class act, research used the activity of

playing clay to increase the soft movement child capability at Raudhatul Athfal, (2) how

to use the proses of playing clay to increase the soft movement child capability in

learning of B group at Raudhatul Athfal (RA) nurul Falah,(3) how is end condition of soft

movement child capability after using to play clay in the activity learning of B group at

Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah Cangkuang. The result of research shows that few

children indicate the increasing of soft movement capability which is significant after

using 3 cycle of meeting, few children indicate the increasing on soft movement

capability 5 times from all indicators which are preseribed compared with the first

condition which is low.

Although there are still children which are not yet improving as i hope in few indicator

and playing clay has made a strong spirit and enthusiasm for children while the learning

process are happened. Based on the reason above i can conclude that the effort to increase

the soft movement child capability on learning of playing clay at Raudhatul Athfal Nurul

Falah Cangkuang needs more than three days to do in learning activity, and it is good to

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...

ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ………..

UCAPAN TERIMA KASIH ...

DAFTAR ISI ……….

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GRAFIK ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN ……….

A. Latar Belakang ………...

B. Rumusan Masalah ………...

C. Tujuan Penelitian ………...

D. Manfaat Penelitian ………...

E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi ...

BAB II KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DAN BERMAIN CLAY ...

A. Konsep Perkembangan Motorik ………...

1. Pengertian Kemampuan Motorik ……….…

2. Lingkup Perkembangan Motorik .………...

3. Prinsip Perkembangan Motorik ...

4. Pengaruh Dan Fungsi Motorik ...

5. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik ...

B. Konsep Perkembangan Motorik Halus ...

1. Pengertian Motorik Halus ...

(7)

3. Tahap Perkembangan Motorik Halus ...

4. Pengembangan Motorik Halus ...

C. Konsep Bermain Clay ...

1. Pengertian Bermain ...

2. Pengertian Clay ...

3. Macam – macam Clay ...

4. Manfaat Bermain Clay ...

5. Alat dan Bahan Bermain Clay ...

6. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Bermain Clay .

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ...

1. Lokasi Penelitian ...

2. Subjek Penelitian ...

B. Desain Penelitian ...

C. Metode Penelitian ……...

D. Penjelasan Istilah ...

1. Motorik Halus ...

2. Bermain Clay ...

E. Tehnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ...

1. Tehnik Pengumpulan Data ...

2. Instrumen Penelitian ...

F. Asumsi ...

BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN ………... A. Hasil Penelitian ………...

1. Kondisi Awal Kemampuan Motorik Halus Kelompok B RA

Nurul Falah ...

2. Penerapan Bermain Clay Dalam Meningkatkan Kemampuan

(8)

Motorik Halus Anak Kelompok B RA Nurul Falah Cangkuang....

3. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus anak Setelah

Digunakannya Media Clay ...

B. Pembahasan Hasil Penelitian ...

1. Kondisi Objektif Kemampuan Motorik Halus anak Sebelum

Dilaksanakannya Kegiatan Bermain Clay ...

2. Penerapan Pelaksanaan Bermain Clay Dalam Meningkatkan

Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Kelompok B RA Nurul

Falah ...

3. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B RA

Nurul Falah Seteleh Pelaksanaan Penggunaan Bermain Clay ...

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI………...

A. Kesimpulan ………...

B. Rekomendasi ………...

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

45

68

70

70

71

72

75

75

76

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan. Untuk membantu

pertumbuhan perkembangan jasmani dan rohani, agar memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (Undang – Undang Sistem

Pendidikan Nasional No. 20/ 2003 Pasal I Butir 14).

Taman kanak-kanak/RA merupakan sekolah formal yang pertama,

setelah pendidikan dilingkungan keluarga, di mana diantara keduanya

mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai keterkaitan atau

hubungan antara keduanya yang menunjang satu sama lainnya,untuk

mengembangkan semua potensi yang ada pada diri anak, yaitu membantu

anak meletakkan dasar kearah pengembangan sikap pengetahuan,

keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak dalam menyesuaikan diri

dengan dengan lingkungannya untuk pertumbuhan serta perkembangan

selanjutnya ,Pedoman Raudhatul Athfal (Departemen Agama, Direktorat

Jendral Kelembagaan Agama Islam :2005:6).

Pada masa-masa usia ini anak mengalami peningkatan perkembangan

dan kecerdasan yang sangat pesat dan mulai sensitif menerima berbagai

upaya untuk mengembangkan seluruh potensi pada anak sehingga dibutuhkan

rangsangan atau stimulasi yang tepat untuk membantu anak tersebut dalam

mengembangkan semua potensinya sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuannya ,Pedoman Raudhatul Athfal (Departemen Agama, Direktorat

(10)

2

Setiap anak mempunyai keunikan sehingga tidak bisa disamakan

kemampuannya, antara satu anak dengan yang lainnya, mereka mempunyai

tahapan-tahapan perkembangan yang berbeda-beda. Guru dituntut untuk bisa

membedakan perbedaan itu, sehingga dibutuhkan bekal yang cukup untuk

menghadapinya. Banyak permasalahan yang ditemukan didalam menghadapi

anak-anak tersebut baik dari segi kemampuannya, salah satunya adalah dalam

Aspek perkembangan motorik halusnya.

Decaprio R (2013:21) menjelaskan sementara itu pembelajaran

motorik halus disekolah ialah pembelajaran yang berhubungan dengan

keterampilan fisik yang melibatkan otak kecil serta koordinasi antara mata dan

tangan. Saraf motorik halus bisa dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan

dan rangsangan yang dilakukan secara rutin dan terus menerus, salah satunya

dengan bermain clay. Dalam bermain clay dapat dikembangkan beberapa

aspek perkembangan yang dibutuhkan oleh anak sesuai dengan

kebutuhan,minat dan perkembangan anak.

Decaprio R (2013:23) mengungkapkan bahwa dewasa ini, setiap

lembaga pendidikan dituntut menekankan pembelajaran motorik bagi para

siswa. Pasalnya, pembelajaran motorik sangat berkaitan erat dengan

perkembangan kehidupan mereka di sekolah, maupun di luar sekolah .

Berdasarkan hasil observasi di RA Kelompok B Nurul Falah masih banyak

dijumpai permasalahan tentang rendahnya kemampuan motorik halus anak.

Hal ini terutama yang berhubungan dengan olah tangan atau keterampilan

seperti: meniru garis bervariasi, menulis huruf, menggambar, menggunting

dsb, sehingga dibutuhkan penanganan khusus yang sesuai dengan kebutuhan

anak. Pembelajaran motorik yang di dilakukan guru masih belum optimal dan

tidak bervariasi sehingga pembelajaran kurang menarik bagi anak.

Menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nasional ( PERMEN DIKNAS

(11)

3

anak berdasarkan kelompok usia tahap 4-6 tahun kemampuan motorik halus

yang diharapkan dicapai diantaranya adalah : menggambar sesuai gagasan,

meniru bentuk, melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan,

menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting sesuai pola, menempel

gambar dengan tepat, mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar

secara detail.Tingkat pencapai perkembangan motorik halus yang diharapkan

dicapai oleh anak berdasarkan kelompok usia yang dikemukakan diatas

berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran, sebagian besar anak

kelompok B Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah Cangkuang belum tercapai

dan masih rendah sehingga dibutuhkan stimulasi yang tepat.

Berdasarkan hasil refleksi awal melalui diskusi dengan teman sejawat

disepakati bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan Motorik

Halusnya anak RA Kelompok B adalah melalui bermainan clay, karena

dengan bermain clay dapat dikembangkan beberapa aspek perkembangan

kemampuan motik halus, seperti yang telah diungkapkan di atas.

Bermain clay adalah salah satu alat yang digunakan anak untuk

memenuhi kebutuhan naluri dengan menggunakan tanah liat yang bisa

dibentuk sesuai dengan keinginan anak, mudah didapat dan tidak mahal.

Dengan bermain clay dapat juga melatih kekuatan pergelangan dan jari tangan

(http://sditbinamulyadepot.com/2013/02/cara-mudahmembuat-clay-yang-aman-bagi.html).

Ki Hajar Dewantara 1996 dalam Slamet Suyanto (2008, Rohaeni R : 2013: 27) menyatakan bahwa anak usia dini “ belajar paling baik dengan indria (indranya)”. Dengan menyentuh, meremas, memukul, atau memegang

tanah liat, tanah lempung anak akan dapat membuat berbagai bentuk apapun

yang sering dijumpainya, bahkan mereka dapat memanipulasinya berbagai

bentuk yang di inginkannya. Menurut Sumantri (2005 : 144), Kegiatan

(12)

4

yang lainnya seperti pengembangan kognitif, sosial dan emosional anak.

Pengembangan kemampuan motorik yang benar dan bertahap akan

mengembangkan kemampuan kognitif anak sehingga dapat terbentuk

kemampuan kognitif yang optimal.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di Raudhatul Athfal Nurul

Falah yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk meneliti secara

langsung penerapan pembelajaran melalui bermain clay, sebagai upaya untuk

meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan judul “ Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Bermain

Clay

B. Rumusan Masalah

Dari permasalahan yang terdapat dalam latar belakang diatas maka

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan motorik halus anak Raudhatul

Athfal (RA) Kelompok B sebelum penerapan bermain clay.

2. Bagaimana penerapan bermain clay dalam meningkatkan kemampuan

motorik halus anak Raudhatul Athfal Nurul Falah.

3. Bagaimana peningkatan kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal

setelah dilaksanakan kegiatan bermain clay.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Umum.

Secara umum penelitian bertujuan untuk mengetahui upaya

peningkatan kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal (RA) Nurul

Falah melalui bermain clay.

2. Khusus.

a. Mengetahui kondisi objektif kemampuan motorik halus anak

(13)

5

b. Mengetahui penerapan bermain clay untuk meningkatkan kemampuan

motorik halus anak Raudhatul Athfal Nurul Falah.

c. Mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak Raudhatul

Athfal Nurul Falah setelah dilakukannya kegiatan bermain clay.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik

secara teoritis maupun praktis terhadap kemampuan motorik halus anak

kelompok B di RA Raudhatul Athfal Nurul Falah melalui bermain clay.

1. Manfaat Teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran sebagai masukan pengetahuan yang dapat dijadikan bahan kajian

bagi mahasiswa yang sedang mempelajari ilmu pendidikan anak usia dini,

khususnya mengenai peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui

bermain clay.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Peneliti.

1) Mampu mengidentifikasikan kondisi objektif kemampuan motorik

halus anak di Raudhatul Athfal Nurul Falah.

2) Menambah wawasan mengenai penerapan bermain clay di Raudhatul

Athfal Nurul Falah.

b. Bagi Guru.

1) Memberikan masukan bagi guru dalam rangka meningkatkan

kemampuan motorik halus anak usia dini melalui bermain clay.

2) Memberikan alternatif penerapan metode pembelajaran yang

menyenangkan bagi anak usia dini dalam meningkatkan kemampuan

(14)

6

c. Bagi Siswa.

1) Memberikan rangsangan pengalaman keterampilan pada anak dalam

meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini.

E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi

Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima BAB

yang rangkuman pembahasannya sebagai berikut :

1. Bab I. Pendahuluan.

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian.

2. Bab II. Landasan Teori.

Bab ini membahas mengenai konsep perkembangan motorik,

konsep-konsep motorik halus, konsep bermain clay.

3. Bab III. Metodologi Penelitian.

Bab ini membahas mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain

penelitian, metode penelitian, penjelasan istilah, tehnik pengumpulan data

, instrumen penelitian dan asumsi.

4. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Bab ini membahas mengenai pembahasan dan penjabaran tentang

pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah yang didapat dari

penelitian yang dilakukan oleh penulis selama berada ditempat penelitian.

5. Bab V. Kesimpulan dan Rekomendasi.

Bab ini membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian dan

memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti yang melakukan

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelompok B

Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah Kampung Jalupang Rt.01 Rw.03

Desa Bandasari Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung Propinsi

Jawa Barat.

Pendidikan dan tenaga kependidikan di RA Nurul Falah adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1

Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

No Nama Pendidikan Jabatan

1. Aminudin Syarif,S.Pd S1 Kepala Sekolah 2. Sadiyah,S.Pd.I S1 Guru Kelas 3. Aas Nurasyiah,S.Pd S1 Guru Kelas 4. Lilis Fatimah,A.Ma D2 Guru Kelas 5. Epa Aryani SMA Guru Kelas

Sumber : Arsip RA Nurul Falah.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak didik RA Nurul Falah kelas B

yang berjumlah 21 orang yang terdiri dari anak perempuan sebanyak

tujuh orang sedangkan jumlah anak laki-laki sebanyak 14 orang.

Adapun daftar peserta didik yang menjadi subjek dalam penelitian ini

(16)

27

Tabel 3.2

Daftar Peserta Didik Kelompok B RA Nurul Falah

No Nama Jenis Kelamin

penelitian yang digunakan ialah jenis PTK Partisipan. Karena peneliti terlibat

langsung melakukan penelitian atau proses penelitian sejak awal sampai

dengan akhir penelitian berupa laporan. Peneliti membaur dengan subjek

penelitian sesuai dengan penjelasan Paizaluddin dan Ermalinda. (2013:28),

jadi peneliti sejak perencanaan penelitian senantiasa terlibat, selanjutnya

peneliti memantau, mencatat, mengumpulkan data, menganalisa data serta

(17)

28

Desain penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis

dan Mc Taggart (Paizaludin & Ermalinda,2013 : 30) menyebutkan 4

komponen. Penelitian tindakan kelas dengan model siklus, yaitu perencanaan

(planning), aksi atau tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi

(18)

29

Gambar 3.3

Siklus Kemmis dan Mc Taggart

(Dalam Paizaluddin dan Ermalinda 2013 : 30-31) Identifikasi

observsi Perencanaan I

Tindakan

Observasi

Tindakan Refleksi

Perencanaan II

Refleksi

Observasi Perencanaan III

Kesimpulan

Tindakan SIKLUS I

SIKLUS II

(19)

30

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang muncul

dilapangan yaitu rendahnya kemampuan motorik halus anak RA Kelompok B

Nurul Falah Kp.Jalupang Cangkuang, Bandung tahun ajaran 2013 – 2014.

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik

halus anak RA Kelompok B Nurul Falah yang dilakukan oleh peneliti

bersama dengan guru atau teman sejawat yang sebelumnya direncanakan dan

dipilih tindakan apa yang sesuai dengan permasalahan yang muncul

dilapangan dengan merencanakan dan memlih tindakan yang sesuai upaya

peningkatan kemampuan motorik halus anak secara berkesinambungan

diharapkan. Pengembangan pembelajaran yang sudah ada menjadi lebih baik

dan bervariasi dan kemampuan motorik halus anak RA Nurul Falah dapat

dicapai dengan optimal.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas

(PTK) model kemmis dan MC Taggar, adapun jenis penelitiannya PTK

Partisipan atau kolaborasi karena peneliti terlibat langsung melakukan proses

penelitian sejak awal sampai akhir penelitian.

Sebuah penelitian tindakan kelas tidak terlepas dari prosedur penelitian

yang digunakan sebagai awal tindakan prosedur penelitian tindakan kelas

menurut (Muslihudin : 2009:50 Fatmawati : 2013 : 42).

“Penelitian tindakan bila secara berurutan dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yang diawali dengan revisi rencana rencana, tindakan, observasi, refleksi. Tahapan terus berulang sampai intervensi yang dilakukan dianggap berhasil atau menunjukkan terjadinya perubahan perilaku.”.

Pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan, melibatkan sekolah dan

peneliti yang nantinya secara kolaboratip menyelesaikan permasalahan yang

ada di dalam kelas melalui pembelajaran yang menggunakan clay melalui

kolaborasi ini diharapkan dapat menemukan solusi serta melakukan tindakan

secara langsung dengan memanfaatkan lingkungan dan media yang ada

(20)

31

kelompok B di Jalupang Desa Bandasari Kec. Cangkuang Bandung Tahun

ajaran 2013 – 2014.

Prosedur penelitian bertujuan untuk memperoleh hasil dan proses

penelitian yang tersusun dengan baik. Tahapan-tahapan yang harus digunakan

untuk pencapaian hasil dalam kegiatan proses tersebut. Fatmawati A (2013 :

43-45)

diantaranya sbb :

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan tahapan awal ditemukannya

permasalahan yang ada di lapangan sehingga diperlukan adanya sebuah

penelitian. Identifikasi masalah ini lahir dari latar belakang masalah

penelitian. Pada tahap pengidentifikasian masalah ini peneliti berusaha

mengidentifikasi permasalahan yang ada pada objek peneliti. Adapun

tehnik yang digunakan oleh peneliti dalam proses ini adalah observasi

langsung ke RA Nurul Falah kelompok B yang ada di Cangkuang

Bandung yang dijadikan penelitian. Hal yang menjadi fokus observasi

adalah kemampuan motorik halus anak yang ada di RA Nurul Falah

kelompok B Cangkuang Bandung serta proses pembelajarannya.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tindak lanjut dari identifikasi masalah

yang dilakukan sebelumnya. Tahapan pengumpulan data ini difokuskan

kepada kemampuan motorik halus serta proses pembelajaran data yang

dikumpulkan oleh peneliti meliputi bagaimana guru mengajar masalah

motorik halus anak. Sumber belajar yang digunakan dalam

mengembangkan kemampuan motorik halus anak sehingga memperoleh

gambaran tentang masalah yang terdapat di lapangan.

3. Penyusunan Rencana Tindakan

Tahapan penyusunan rencana adalah proses penyusunan strategi yang

akan dilakukan dalam menindaklanjuti permasalahan yang di dalam

(21)

32

akan menghasilkan proses dan tujuan yang terfokus serta hipotesis

penelitian yang mempunyai keabsahan. Penyusunan rencana sebagai

langkah memperbaiki proses pembelajaran serta kegiatan tersebut

memperoleh hasil yaitu peningkatan perkembangan motorik halus anak.

Kegiatan menjadi lebih efektif dan mencapai sasaran yang diharapkan.

4. Proses Pelaksanaan Tindakan

Tahap dari proses pelaksanaan tindakan kemampuan motorik halus

anak RA Nurul Falah dikelompok B, dilaksanakan setelah mengetahui

fokus permasalahan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh

peneliti, dan guru, teman yang membantu dalam proses pembelajaran

yang dilakukan peneliti. Peneliti dab guru melaksanakan tindakan melalui

aktivitas bermain dengan menggunakan clay. Pelaksanaan tindakan ini

sebagai salah satu tindakan untuk menstimulasi. Kemampuan

perkembangan motorik halus anak yang dilakukan dalam beberapa siklus.

Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan-tindakan,

pengamatan refleksi. Kemudian diikuti dengan perencanaan ulang atau

revisi terhadap pelaksanaan sebelumnya. Untuk melaksanakan kerencana

selanjutnya. Setiap siklus dikatakan berhasil apabila ada peningkatan

kemampuan motorik halus anak RA Nurul Falah kelompok B di Kampung

Jalupang Ds. Bandasari Kec. Cangkuang Kab. Bandung.

Adapun penjelasan yang lebih lanjut dari pelaksanaan tindakan pada

setiap siklus antara lain sebagai berikut :

a. Perencanaan / Planning

1. Membuat skenario pembelajaran dengan membuat perencanaan

tertulis untuk kegiatan pembelajaran yang berupa Satuan Kegiatan

Harian (SKH) untuk beberapa siklus. Adapun perencanaan untuk

masing-masing siklus diantaranya :

Siklus I : Miniatur Petani.

Siklus II : Miniatur Buah-buahan.

(22)

33

2. Mempersiapkan media untuk digunakan dalam kegiatan

pembelajaran berupa clay (tanah liat) untuk meningkatkan

kemampuan motorik halus anak RA Nurul Falah kelompok B.

3. Mempersiapkan instrument, merekam, memotret serta

menganalisis data dari hasil proses pelaksanaan.

4. Membuat pedoman, observasi untuk mengamati proses dan hasil

tindakan yang akan dilakukan.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan dengan perencanaan yang dirancang atau

dibuat sebelumnya dan dilaksanakan dengan situasi yang kondusif dan

tertata. Proses pelaksanaan peneliti dilakukan dengan kegiatan bermain

melalui media tanah liat (clay) dalam meningkatkan kemampuan,

motorik halus anak di RA Nurul Falah kelompok B Kp. Jalupang, Ds.

Bandasari Kec. Cangkuang Kabupaten Bandung.

c. Pengamatan

Pengamatan merupakan kegiatan mengamati yang dilakukan soleh

pengamat ketika proses berlangsung. Tahap pengamatan dilakukan

ketika proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu kepada

instrument, penelitian dan berfungsi untuk mengukur dan mengetahui

kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana kegiatan tindakan

yang telah dibuat sebelumnya, proses pengamatan bertujuan untuk

mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui

pelaksanaan, tindakan yang sedang berlangsung mulai dari siklus I,

siklus II dan siklus berikutnya yang dapat menghasilkan perubahan

yang diharapkan oleh peneliti.

d. Refleksi

Proses refleksi merupakan kegiatan mengkaji semua informasi

yang diperoleh dari proses penelitian. Kegiatan refleksi dilaksanakan

oleh peneliti-peneliti sebagai guru dan teman sejawat untuk

(23)

34

tahap refleksi dilakukan analisis data mengenai proses masalah dan

hambatan yang ditentukan dilapangan dan dilanjutkan dengan refleksi

terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan yang

memberikan peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu

pelaksanaan peneliti tindakan kelas pada umumnya pelaksanaan proses

refleksi dilakukan kurang lebih 6 jam perhari selama 5 hari artinya

begitu selesai observasi atau pengamatan harus langsung diadakan

proses refleksi untuk menentukan tindakan selanjutnya.

D. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Motorik Halus

Motorik halus adalah gerakan tubuh yang melibatkan otot-otot jari

tangan, pergelangan tangan, dan lain-lain. Gerakan motorik halus terutama

yang melibatkan otot tangan dan jari tangan bisanya membutuhkan

kecepatan tinggi, ketekunan dan koordinasi antara mata dan otot kecil.

Beberapa gerakan yang dapat dimasukan ke dalam gerakan motorik halus

misalnya : melipat, meronce, menjahit, meremas, menggemgam,

menyusun balok dan lain sebagainya (Suyanto : 2005 : 51).

Kemampuan motorik halus yang dimaksud dalam penelitian ini

terdiri dari kemampuan umum memotong dan menempel dan kemampuan

menggunakan peralatan grafik yang dikhususkan pada kemampuan

meremas, memilin, mencetak, memotong dan menempel (Couglin, 2000 :

31 : konstelnik), 1993 : 321).

2. Bermain Clay

Bermain adalah suatu kegiatan berulang-ulang dan menimbulkan

kesenangan, kepuasan bagi diri seseorang (piager), diharapkan melalui

bermain dapat memberi kesenangan, kesempatan anak berekplorasi,

menemukan, mengekspresikan perasaan berkreasi dan belajar secara

menyenangkan, selain itu melalui bermain dapat membantu anak

(24)

35

tempat hidup. Bermain merupakan kebutuhan bagi anak, melalui bermain

anak akan memperoleh pengetahuan. Agustin dan Wahyudin (Rod : 17).

Yang dimaksud bermain dalam penelitian ini adalah aktivitas/

bermain dengan menggunakan clay berupa tanah liat atau bahan yang liat

yang bisa dibentuk, dibuat sendiri, bisa diwarnai serta aman bagi anak.

Dalam bermain clay dalam penelitian ini terdiri dari bahan adonan

(clay) gunting plastik, pisau plastik, cetakan.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yaitu kegiatan yang dilakukan peneliti

dalam pengumpulan data. Selama penelitian berlangsung yang diambil

melalui berbagai cara untuk mengetahui jenis data yang diteliti. Jenis data

yang dikumpulkan dan akan digunakan sebagai dasar untuk menilai

keberhasilan atau ketidak berhasilan tindakan.

Adapun beberapa alat pengumpulan data (APD) yang dapat dipakai

oleh peneliti pada penelitian ini antara lain :

a. Observasi (pengamatan)

Observasi atau pengamatan yang dimaksud yaitu suatu teknik yang

dapat dilakukan guru untuk mendapat informasi atau data tentang

perkembangan dan permasalahan anak. Pengamatan teknik yang

digunakan Wahyudin, Agustin (2012 : 59) teknik observasi yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik terstruktur,

Sugiono (2007 : 167) dalam Fatmawati (2013 : 49) mengemukakan

bahwa observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang

secara sistematis tentang apa yang diamati, serta kapan dan dimana

tempatnya. Format penilaian yang dirancang menggunakan alat

observasi berbentuk rating scale.

Observasi yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data

yang mendalam tentang kemampuan motorik halus anak. Observasi

(25)

36

diterapkan kegiatan bermain dengan clay (tanah liat) guna

menstimulasi kemampuan motorik halus anak.

b. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan dengan menghimpun

dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar

maupun elektronik. Studi dokumentasi digunakan karena dapat

memberikan gambaran yang jelas mengenai pokok penelitian berupa

proses dan hasil yang dicapai dari penerapan kegiatan belajar melalui

kegiatan bermain clay umtuk meningkatkan kemampuan motorik halus

anak.

2. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006 : 136), instrumen penelitian memiliki

pengertian sebagai berikut, yakni :

“ Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya pada saat penelitian lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah”

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan format observasi dengan jenis rating scale, yakni memiliki

tingkatan dalam penilaiannya, antara lain terdapat tiga tingkatan yaitu : (1)

belum dapat melakukan sendiri, (2) melakukan dengan bantuan, (3)

mampu melakukan sendiri.

Prosedur pengembangan instrumen yang dilakukan dalam

penelitian ini secara rinci akan dijabarkan sebagai berikut (Margono, 2002

: 157).

a. Menganalisa Variabel Penelitian

Peneliti terlebih dahulu mengkaji variabel menjadi sub variabel/

dimensi, indikator serta item pernyataan dengan rincian dan jelas

sehingga dapat diukur dan menghasilkan data yang diinginkan oleh

(26)

37

motorik halus, peneliti menggunakan teori konsep-konsep yang ada

dalam pengetahuan ilmiah seperti dalam CRL, DAP dan teori lainnya.

b. Menetapkan Jenis Instrumen

Langkah kedua, peneliti menetapkan jenis instrumen penelitian

yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam pengumpulan

data di lapangan, atau dengan kata lain instrumen tersebut digunakan

untuk mengukur variabel, sub variabel atau indikator yang telah

ditentukan sebelumnya berdasarkan teori. Jenis instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam

bentuk rating scale, dan studi dokumentasi terhadap penerapan

bermain clay untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

c. Menyusun Kisi-kisi Instrumen

Peneliti menyusun kisi-kisi instrumen yang berisi lingkup variabel,

sub variabel, indikator, butir item, teknik pengumpulan data dan

sumber data.

Kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Motorik Halus

No Variabel Indikator Butir Item

Meremas 1,2 Observasi, studi dokumentasi

Anak

Memilin 3,4 Observasi, studi dokumentasi

Anak

Mencetak 5,6,7 Observasi, studi dokumentasi

Anak

Membentuk 8 Observasi, studi dokumentasi

Anak

(27)

38

studi dokumentasi Memotong 11 Observasi,

studi dokumentasi

Anak

Menempel 12 Observasi, studi dokumentasi

Anak

2 Bermain Clay

Perencanaan 1,2 Observasi, studi

d. Membuat Instrumen penelitian

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun pada langkah sebelumnya,

peneliti kemudian membuat instrumen penelitian yang terdiri dari item

atau pernyataan yang mengacu pada indikator yang telah ditentukan.

Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman

observasi dalam bentuk rating scale.

Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.5 Pedoman Observasi

No Indikator Kategori

1 2 3

1 Anak dapat meremas kertas, platisin dan tanah liat dengan satu tangan

2 Anak dapat meremas kertas, platisin dan tanah liat dengan dua tangan

3 Anak dapat memilin platisin dan tanah liat dengan satu tangan.

(28)

39

liat dengan dua tangan.

5 Anak dapat mencetak platisin dan tanah liat dengan menggunakan alat cetakan. 6 Anak dapat mencetak platisin dan tanah

liat dengan menggunakan cetakan jari, tangan.

7 Anak dapat membentuk platisin dan tanah liat sesuai dengan keinginannya. 8 Anak dapt menggunting lurus kertas,

10 Anak dapat menggunting lengkung kertas, kain menjadi potongan kecil. 11 Anak dapat memotong platisin dan

tanah liat menjadi potongan kecil dengan menggunakan pisau plastik 12 Anak dapat menempel suatu bagian

kertas, kain atau hiasan.

Sumber (Coughlin, 2000 : 31, dalam Fatmawati :2013) Keterangan :

1. Belum Berkembang (BB)

2. Mulai Berkembang (MB)

3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

Tabel 3.6

Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Bermain Clay

No Indikator/ Aspek Pelaksanaan

Ya Tidak

1 Membuat rencana kegiatan harian (RKH)

2 Membuat rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan RKH

3 Mengatur tempat duduk anak sesuai dengan aktivitas yang akan dilakukan

4

Mengajak anak bernyanyi dan bermain tepuk tangan bersama-sama dikaitkan dengan tema dan subtema

(29)

40

peraga dan sumber belajar terkait tema dan subtema

6

Mengadakan aktivitas tanya jawab, bercakap-cakap, ilustrasi kasus atau bercerita mengenai tema dan subtema

7

Menginformasikan aktivitas yang akan dilakukan oleh anak baik secara

individual ataupun kelompok pada tahap pendalaman dan perluasan tema dan subtema

8 Mengatur tugas yang akan dikerjakan anak

9

Membingbing anak bermain, bekerja dan berkarya baik secara individu maupun kelompok melalui bermain Clay

10 Meminta anak untuk mengumpulkan hasil karyanya

11 Meminta anak untuk menilai hasil karyanya dan karya temannya

12 Memotivasi anak untuk berkaya lebih baik

13 Mengadakan tanya jawab tentang aktivitas belajar yang telah dilakukan

14

Membimbing anak untuk

menyimpulkan materi yang telah dipelajari

15 Melakukan observasi terhadap pencapaian kompetensi anak

16 Menilai pencapaian kompetensi anak

e. Judgment Instrumen

Langkah selanjutnya peneliti mengkonsultasikan instrumen yang

telah dibuat dengan ahli, dalam hal ini dengan dua dosen yang ahli

dibidang pendidikan anak usia dini. Judgment instrumen ini dilakukan

untuk merevisi instrumen apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan

dalam pembuatannya, misalnya dengan membuang instrumen yang

tidak perlu, mengganti item pertanyaan dalam masing-masing

(30)

41

e. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan teknik analisis interaktif dengan pendekatan kualitatif

yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984) dan pendekatan

kuantitatif dengan perhitungan distribusi frekuensi, penjelasannya

antara lain sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan

fokus, menyederhanakan, meringkas dan mengubah bentuk data

mentah yang ada dalam catatan lapangan. Reduksi data dimulai

dari pembuatan rangkuman dari setiap data dengan tujuan agar

mudah dipahami.

2. Pendeskripsian Data

Beberapa macam data penelitian tindakan kelas yang telah

direduksi perlu dideskripsikan dengan tertata rapi berupa narasi

dan grafik.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan

yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan

sementara yang ditarik pada akhir siklus satu kesimpulan terevisi.

F. Asumsi

1. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan

keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata, tangan.

Ricard Decaprio (2013).

2. Kemampuan motorik halus menjadi jembatan bagi anak untuk

mengembangkan aspek kecerdasan jamak terkait dengan kecerdasan

Kinestetik tubuh. Moleong (2004:34) dalam buku Wahyudin dan Agustin.

3. Salah satu manfaat bermain clay adalah membantu meningkatkan

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan.

Secara umum kesimpulan dari penelitian ini membuktikan bahwa

melalui penerapan bermain clay meningkatkan kemampuan motorik halus

anak kelompok B RA Nurul Falah Kp. Jalupang Kecamatan Cangkuang,

selama dilakukannya observasi ketika proses pembelajaran berlangsung

kemampuan motorik halus anak meningkat dibanding sebelum diterapkan

bermain clay. Kemampuan motorik halus kelompok B RA Nurul Falah dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Kemampuan motorik halus anak kelompok B RA Nurul Falah

sebelum dilaksanakannya bermain clay berada pada tingkat rendah dan

belum berkembang optimal, terlihat dari sebagian besar yang belum bisa

menggerakkan tangan dan jari tangan dalam melaksanakan kegiatan

yang memerlukan kelenturan dan kekuatan otot kecil yaitu jari tangan.

Keterampilan motorik halus halus anak yang memerlukan kelenturan

otot jari tangan yang belum terangsang dan memerlukan stimulus

yang diantaranya: kemampuan dalam meremas, memilin, mencetak,

membentuk, menggunting, memotong, menempel.

2. Proses penerapan bermain clay dalam kegiatan pembelajaran dalam

meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B RA Nurul

Falah Kp. Jalupang Kecamatan Cangkuang tergolong baik dan sebagian

besar berkembang sesuai harapan yang dilaksanakan dalam III siklus,

disiklus I dan II belum banyak mengalami perubahan baru disiklus III

(32)

76

Tahap pelaksanaan disetiap siklus sama mulai dari tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, tahap refleksi.

berdasarkan hasil observasi siklus I sampai III Kemampuan motorik halus

anak kelompok B RA Nurul Falah hampir semua mengalami peningkatan

dalam setiap indikator yang telah ditetapkan diantaranya kemampuan

meremas, memilin, mencetak, membentuk, menggunting, memotong,

menempel.

3. Kondisi Akhir Kemampuan Motorik Halus Kelompok B RA Nurul Falah

Kp Jalupang Setelah Pelaksanaan Bermain Clay.

Kondisi akhir kemampuan motorik halus setelah pelaksanaan bermain

clay pada siklus III berada pada peningkatan yang signifikan tapi bermain dengan clay juga mempunyai kelemahan diantaranya: kurangnya alat alat

yang tersedia, guru kurang menguasai keadaan dikarenakan bermain clay

merupakan hal baru dan peneliti juga kurang memperhatikan kemampuan

perkembangan yang lainnya dikarenakan perhatiannya terfokus pada

kegiatan bermain clay. Kemampuan motorik halus kelompok B RA

Nurul Falah Kp Jalupang setelah bermain clay sebagian besar mengalami

peningkatan signifikan dari 12 indikator yang ditetapkan dan diobservasi

sudah tidak ada lagi anak yang belum berkembang, anak yang mulai

berkembang menurun menjadi 11% karena anak yang berkembang sesuai

harapan meningkat pesat menjadi 89%.

A. Rekomendasi.

Dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak, penulis

mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Guru RA

a. Menjadikan bermain clay sebagai sebagai salah satu alternatif

kegiatan pembelajaran terutama untuk meningkatkan kemampuan

(33)

77

b. Guru diharapkan untuk menggali pengetahuan mengenai berbagai

model keterampilan untuk meningkatkan kemampuan motorik

halus anak melalui berbagai pelatihan supaya kegiatan

pembelajaran lebih menarik dan tidak monoton dan membosankan.

2. Bagi lembaga pendidik anak usia dini.

a. Memberikan kesempatan kepada guru untuk menentukan strategi

pembelajaran apa yang tepat dalam meningkatkan kemampuan

motorik halus.

b. Menjadikan bermain clay sebagai salah satu alat pembelajaran

untuk meningkatkan kemampuan motorik halus.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2010) Perkembangan dan Konsep Dasar Perkembangan Anak Usia

Dini .Buku Materi PAUD Penerbit Universitas Terbuka.

Bahan Ajar Pendidikan, Pelatihan Profesi Guru (2008). Pengembangan Profesi

Guru TK. Tim Penyusun Naskah Guru TK,PGTK.UPI.

Blog,Kamifun Clay (2011)Manfaat Membentuk (online) Tersedia : http://melyhabox blogspot.com (26 Februari 2014).

Blog,Kreasita (2007)Macam–macamClay, Tersedia :http ://Kreasita.blogspot.com (26 Februari 2014).

Decaprio, R. (2005). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik .Jogjakarta: Diva.Press

(anggota IKAPI).

Fatmawati, A. (2013) Implementasi Playdogh Dalam Menstimulasi Kemampuan

Motorik Halus. Skripsi Sekolah Sarjana Pendidikan,Universitas Pendidikan Indonesia

Mulyasa. (2012) Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Sumantri. (2005) . Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini

Hurlock,E. (2002) Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan .Edisi Kelima,Jakarta : penerbit Erlangga.

Kanifun Clay. (2012) Manfaat bermain (online) Tersedia : http : //melyhabox

blogspot .com (26 Februari 2014)

(35)

Undang –Undang Sistim Pendidikan.(2009) Kumpulan Perundangan Sebagai

Bahan Kajian dan Pedoman .Sekolah Tinggi Perguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP ) Siliwangi Bandung.

Paizaluddin, Ermalinda. (2013) Penelitian Tindakan Kelas .Bandung: penerbit

Alfabeta.

Pedoman RA. (2005). Pelaksanaan Kurikulum Raudhatul Athfal. Departemen

Agama,tidak diterbitkan.

Rohaeni., R. (2013) Peningkatan Kemampuan Kreativitas Anak Taman

Kanak-kanak Melalui Pemanfaatan Media Tanah Lempung .Skripsi Sarjana Pendikan Unipersitas Pendidikan Indonesia.

Yusuf, S. (2005) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung Penerbit

PT Remaja Rosdakarya.

Yundha, Rudiyanto .(2004) Pembelajaran Koorperatif Untuk Meningkatkan

Keterampilan Anak TK.

Wahyudin , Agustin .(2011:35) Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini .

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tabel 3.2 Daftar Peserta Didik Kelompok B RA Nurul Falah
Gambar 3.3 Siklus Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Motorik Halus
+2

Referensi

Dokumen terkait

BERMAIN PERAN TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI ANAK USIA DINI DALAM PEMBELAJARAN PADA KELOMPOK B DI TK BUSTANUL ATHFAL DEMANGAN KARANGDOWO KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 ” guna

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui teknik kolase dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak usia dini di Paud Hidayatul Falah

Berdasarkan pokok permasalahan yang tersebut di atas dalam Skripsi ini penulis mengangkat suatu tema “Upaya peningkatan motorik halus anak usia dini melalui kegiatan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru tentang kreativitas mendongeng guru di Raudlatul Athfal terhadap kecerdasan emosional anak usia dini di RA

Adapun faktor yang mempengaruhi dari permasalahan dalam kemampuan motorik halus yang ada di RA Perwanida Jombang yaitu: anak belum memahami cara bermain kegiatan menggunting

Saleh Kasim (1981:10) kolase adalah menggambar dengan teknik tempelan.Menurut Muharam E (1992:84) menyatakan kolase adalah teknik melukis dan mempergunakan warna-warna kepingan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP UKURAN MELALUI KEGIATAN BERMAIN PASIR MENGGUNAKAN NERACA SEDERHANA PADA KELOMPOK A RA NURUL UMMAH KARANGDUWET, MOJAYAN, KLATEN TENGAH ARTIKEL JURNAL

Perencanaan kurikulum yang di gunakan di PIAUD-RA Nurul Islam sudah di rancang secara matang jauh sebelum proses pembelajaran, selanjutnya pelaksanaan di mana anak diberikan pilihan