MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
ANAK USIA DINI
MELALUI BERMAIN CLAY
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di RA Nurul Falah Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Disusun oleh:
LILIS FATIMAH (1010078)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
ANAK USIA DINI
MELALUI BERMAIN CLAY
Oleh
Lilis Fatimah
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Guru
Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan
©Lilis Fatimah 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang –undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Dengan dicetak ulang, diphoto copy, atau cara lainnya tanpa ijin dari
ABSTRAK
Bermain Clay Sebagai Alat Pembelajaran Untuk Membantu Meningkatkan kemampuan
Motorik Halus Anak Usia Dini
(Penelitian tindakan kelas Pada kelompok B di Raudhatul Athfal Nurul Falah Cangkuang
Kabupaten Bandung )
Lilis Fatimah
1010078
Semangat, antusias anak -anak dalam mengikuti pembelajaran masih kurang, dan
kemampuan motorik halus anak masih rendah. Melalui penelitian tindakan kelas
diterapkan kegiatan bermain clay untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
pertanyaan peneliti adalah:(1) Bagaimana kondisi awal kemampuan motorik halus anak
Raudhatul Athfal Nurul Falah,(2) bagaimana penerapan proses penerapan bermain clay
agar dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak dalam pembelajaran kelompok
B di Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah, (3) bagai mana kondisi akhir kemampuan
motorik halus anak setelah diterapkan bermain clay dalam kegiatan peambelajaran
kelompok B di Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah Cangkuang. Hasil penelitian
menunjukan jumlah anak yang mengalami peningkatan kemampuan motorik halus yang
signifikan. Setelah tiga siklus (3) kali pertemuan jumlah anak yang mengalami
peningkatan dalam kemampuan motorik halus 5 kali lipat dari semua indikator yang
telah ditetapkan, dibandingkan pada kondisi awal peningkatannya hanya sedikit.
Walaupun masih ada anak yang belum berkembang sesuai harapan di beberapa indikator
dan bermain clay membuat anak bersemangat dan antusias ketika terjadinya proses
pembelajaan. Berdasalkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui bermain clay dalam pembelajaran
di Raudhatul Athfal Nurul Falah Cangkuang membutuhkan waktu lebih dari tiga hari
dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran dan baik diterapkan dalam kegiatan
ABSTRACT
Playing clay is as a learning tool to help increasing soft movement capability of
carly age child.
(class act research toward B group at Raudhatul Athfal Nurul Falah Cangkuang Bandung
Regence)
Lilis Fatimah
1010078.
Spirit and enthusiasm of children on folling the learning is decreasing, and the soft
movement capability is too low. So that on this class act, research used the activity of
playing clay to increase the soft movement child capability at Raudhatul Athfal, (2) how
to use the proses of playing clay to increase the soft movement child capability in
learning of B group at Raudhatul Athfal (RA) nurul Falah,(3) how is end condition of soft
movement child capability after using to play clay in the activity learning of B group at
Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah Cangkuang. The result of research shows that few
children indicate the increasing of soft movement capability which is significant after
using 3 cycle of meeting, few children indicate the increasing on soft movement
capability 5 times from all indicators which are preseribed compared with the first
condition which is low.
Although there are still children which are not yet improving as i hope in few indicator
and playing clay has made a strong spirit and enthusiasm for children while the learning
process are happened. Based on the reason above i can conclude that the effort to increase
the soft movement child capability on learning of playing clay at Raudhatul Athfal Nurul
Falah Cangkuang needs more than three days to do in learning activity, and it is good to
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ...
ABSTRAK ...
KATA PENGANTAR ………..
UCAPAN TERIMA KASIH ...
DAFTAR ISI ……….
DAFTAR TABEL ...
DAFTAR GRAFIK ...
DAFTAR LAMPIRAN ...
BAB I PENDAHULUAN ……….
A. Latar Belakang ………...
B. Rumusan Masalah ………...
C. Tujuan Penelitian ………...
D. Manfaat Penelitian ………...
E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi ...
BAB II KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DAN BERMAIN CLAY ...
A. Konsep Perkembangan Motorik ………...
1. Pengertian Kemampuan Motorik ……….…
2. Lingkup Perkembangan Motorik .………...
3. Prinsip Perkembangan Motorik ...
4. Pengaruh Dan Fungsi Motorik ...
5. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik ...
B. Konsep Perkembangan Motorik Halus ...
1. Pengertian Motorik Halus ...
3. Tahap Perkembangan Motorik Halus ...
4. Pengembangan Motorik Halus ...
C. Konsep Bermain Clay ...
1. Pengertian Bermain ...
2. Pengertian Clay ...
3. Macam – macam Clay ...
4. Manfaat Bermain Clay ...
5. Alat dan Bahan Bermain Clay ...
6. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Bermain Clay .
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ...
1. Lokasi Penelitian ...
2. Subjek Penelitian ...
B. Desain Penelitian ...
C. Metode Penelitian ……...
D. Penjelasan Istilah ...
1. Motorik Halus ...
2. Bermain Clay ...
E. Tehnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ...
1. Tehnik Pengumpulan Data ...
2. Instrumen Penelitian ...
F. Asumsi ...
BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN ………... A. Hasil Penelitian ………...
1. Kondisi Awal Kemampuan Motorik Halus Kelompok B RA
Nurul Falah ...
2. Penerapan Bermain Clay Dalam Meningkatkan Kemampuan
Motorik Halus Anak Kelompok B RA Nurul Falah Cangkuang....
3. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus anak Setelah
Digunakannya Media Clay ...
B. Pembahasan Hasil Penelitian ...
1. Kondisi Objektif Kemampuan Motorik Halus anak Sebelum
Dilaksanakannya Kegiatan Bermain Clay ...
2. Penerapan Pelaksanaan Bermain Clay Dalam Meningkatkan
Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Kelompok B RA Nurul
Falah ...
3. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Kelompok B RA
Nurul Falah Seteleh Pelaksanaan Penggunaan Bermain Clay ...
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI………...
A. Kesimpulan ………...
B. Rekomendasi ………...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
45
68
70
70
71
72
75
75
76
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan. Untuk membantu
pertumbuhan perkembangan jasmani dan rohani, agar memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (Undang – Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20/ 2003 Pasal I Butir 14).
Taman kanak-kanak/RA merupakan sekolah formal yang pertama,
setelah pendidikan dilingkungan keluarga, di mana diantara keduanya
mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai keterkaitan atau
hubungan antara keduanya yang menunjang satu sama lainnya,untuk
mengembangkan semua potensi yang ada pada diri anak, yaitu membantu
anak meletakkan dasar kearah pengembangan sikap pengetahuan,
keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak dalam menyesuaikan diri
dengan dengan lingkungannya untuk pertumbuhan serta perkembangan
selanjutnya ,Pedoman Raudhatul Athfal (Departemen Agama, Direktorat
Jendral Kelembagaan Agama Islam :2005:6).
Pada masa-masa usia ini anak mengalami peningkatan perkembangan
dan kecerdasan yang sangat pesat dan mulai sensitif menerima berbagai
upaya untuk mengembangkan seluruh potensi pada anak sehingga dibutuhkan
rangsangan atau stimulasi yang tepat untuk membantu anak tersebut dalam
mengembangkan semua potensinya sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya ,Pedoman Raudhatul Athfal (Departemen Agama, Direktorat
2
Setiap anak mempunyai keunikan sehingga tidak bisa disamakan
kemampuannya, antara satu anak dengan yang lainnya, mereka mempunyai
tahapan-tahapan perkembangan yang berbeda-beda. Guru dituntut untuk bisa
membedakan perbedaan itu, sehingga dibutuhkan bekal yang cukup untuk
menghadapinya. Banyak permasalahan yang ditemukan didalam menghadapi
anak-anak tersebut baik dari segi kemampuannya, salah satunya adalah dalam
Aspek perkembangan motorik halusnya.
Decaprio R (2013:21) menjelaskan sementara itu pembelajaran
motorik halus disekolah ialah pembelajaran yang berhubungan dengan
keterampilan fisik yang melibatkan otak kecil serta koordinasi antara mata dan
tangan. Saraf motorik halus bisa dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan
dan rangsangan yang dilakukan secara rutin dan terus menerus, salah satunya
dengan bermain clay. Dalam bermain clay dapat dikembangkan beberapa
aspek perkembangan yang dibutuhkan oleh anak sesuai dengan
kebutuhan,minat dan perkembangan anak.
Decaprio R (2013:23) mengungkapkan bahwa dewasa ini, setiap
lembaga pendidikan dituntut menekankan pembelajaran motorik bagi para
siswa. Pasalnya, pembelajaran motorik sangat berkaitan erat dengan
perkembangan kehidupan mereka di sekolah, maupun di luar sekolah .
Berdasarkan hasil observasi di RA Kelompok B Nurul Falah masih banyak
dijumpai permasalahan tentang rendahnya kemampuan motorik halus anak.
Hal ini terutama yang berhubungan dengan olah tangan atau keterampilan
seperti: meniru garis bervariasi, menulis huruf, menggambar, menggunting
dsb, sehingga dibutuhkan penanganan khusus yang sesuai dengan kebutuhan
anak. Pembelajaran motorik yang di dilakukan guru masih belum optimal dan
tidak bervariasi sehingga pembelajaran kurang menarik bagi anak.
Menurut Peraturan Mentri Pendidikan Nasional ( PERMEN DIKNAS
3
anak berdasarkan kelompok usia tahap 4-6 tahun kemampuan motorik halus
yang diharapkan dicapai diantaranya adalah : menggambar sesuai gagasan,
meniru bentuk, melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan,
menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting sesuai pola, menempel
gambar dengan tepat, mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar
secara detail.Tingkat pencapai perkembangan motorik halus yang diharapkan
dicapai oleh anak berdasarkan kelompok usia yang dikemukakan diatas
berdasarkan hasil observasi selama proses pembelajaran, sebagian besar anak
kelompok B Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah Cangkuang belum tercapai
dan masih rendah sehingga dibutuhkan stimulasi yang tepat.
Berdasarkan hasil refleksi awal melalui diskusi dengan teman sejawat
disepakati bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan Motorik
Halusnya anak RA Kelompok B adalah melalui bermainan clay, karena
dengan bermain clay dapat dikembangkan beberapa aspek perkembangan
kemampuan motik halus, seperti yang telah diungkapkan di atas.
Bermain clay adalah salah satu alat yang digunakan anak untuk
memenuhi kebutuhan naluri dengan menggunakan tanah liat yang bisa
dibentuk sesuai dengan keinginan anak, mudah didapat dan tidak mahal.
Dengan bermain clay dapat juga melatih kekuatan pergelangan dan jari tangan
(http://sditbinamulyadepot.com/2013/02/cara-mudahmembuat-clay-yang-aman-bagi.html).
Ki Hajar Dewantara 1996 dalam Slamet Suyanto (2008, Rohaeni R : 2013: 27) menyatakan bahwa anak usia dini “ belajar paling baik dengan indria (indranya)”. Dengan menyentuh, meremas, memukul, atau memegang
tanah liat, tanah lempung anak akan dapat membuat berbagai bentuk apapun
yang sering dijumpainya, bahkan mereka dapat memanipulasinya berbagai
bentuk yang di inginkannya. Menurut Sumantri (2005 : 144), Kegiatan
4
yang lainnya seperti pengembangan kognitif, sosial dan emosional anak.
Pengembangan kemampuan motorik yang benar dan bertahap akan
mengembangkan kemampuan kognitif anak sehingga dapat terbentuk
kemampuan kognitif yang optimal.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di Raudhatul Athfal Nurul
Falah yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk meneliti secara
langsung penerapan pembelajaran melalui bermain clay, sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan motorik halus anak dengan judul “ Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Bermain
Clay”
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan yang terdapat dalam latar belakang diatas maka
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan motorik halus anak Raudhatul
Athfal (RA) Kelompok B sebelum penerapan bermain clay.
2. Bagaimana penerapan bermain clay dalam meningkatkan kemampuan
motorik halus anak Raudhatul Athfal Nurul Falah.
3. Bagaimana peningkatan kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal
setelah dilaksanakan kegiatan bermain clay.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Umum.
Secara umum penelitian bertujuan untuk mengetahui upaya
peningkatan kemampuan motorik halus anak Raudhatul Athfal (RA) Nurul
Falah melalui bermain clay.
2. Khusus.
a. Mengetahui kondisi objektif kemampuan motorik halus anak
5
b. Mengetahui penerapan bermain clay untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus anak Raudhatul Athfal Nurul Falah.
c. Mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak Raudhatul
Athfal Nurul Falah setelah dilakukannya kegiatan bermain clay.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik
secara teoritis maupun praktis terhadap kemampuan motorik halus anak
kelompok B di RA Raudhatul Athfal Nurul Falah melalui bermain clay.
1. Manfaat Teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran sebagai masukan pengetahuan yang dapat dijadikan bahan kajian
bagi mahasiswa yang sedang mempelajari ilmu pendidikan anak usia dini,
khususnya mengenai peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui
bermain clay.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Bagi Peneliti.
1) Mampu mengidentifikasikan kondisi objektif kemampuan motorik
halus anak di Raudhatul Athfal Nurul Falah.
2) Menambah wawasan mengenai penerapan bermain clay di Raudhatul
Athfal Nurul Falah.
b. Bagi Guru.
1) Memberikan masukan bagi guru dalam rangka meningkatkan
kemampuan motorik halus anak usia dini melalui bermain clay.
2) Memberikan alternatif penerapan metode pembelajaran yang
menyenangkan bagi anak usia dini dalam meningkatkan kemampuan
6
c. Bagi Siswa.
1) Memberikan rangsangan pengalaman keterampilan pada anak dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini.
E. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi
Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi ke dalam lima BAB
yang rangkuman pembahasannya sebagai berikut :
1. Bab I. Pendahuluan.
Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian.
2. Bab II. Landasan Teori.
Bab ini membahas mengenai konsep perkembangan motorik,
konsep-konsep motorik halus, konsep bermain clay.
3. Bab III. Metodologi Penelitian.
Bab ini membahas mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain
penelitian, metode penelitian, penjelasan istilah, tehnik pengumpulan data
, instrumen penelitian dan asumsi.
4. Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan.
Bab ini membahas mengenai pembahasan dan penjabaran tentang
pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah yang didapat dari
penelitian yang dilakukan oleh penulis selama berada ditempat penelitian.
5. Bab V. Kesimpulan dan Rekomendasi.
Bab ini membahas mengenai kesimpulan hasil penelitian dan
memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti yang melakukan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelompok B
Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah Kampung Jalupang Rt.01 Rw.03
Desa Bandasari Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung Propinsi
Jawa Barat.
Pendidikan dan tenaga kependidikan di RA Nurul Falah adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.1
Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No Nama Pendidikan Jabatan
1. Aminudin Syarif,S.Pd S1 Kepala Sekolah 2. Sadiyah,S.Pd.I S1 Guru Kelas 3. Aas Nurasyiah,S.Pd S1 Guru Kelas 4. Lilis Fatimah,A.Ma D2 Guru Kelas 5. Epa Aryani SMA Guru Kelas
Sumber : Arsip RA Nurul Falah.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak didik RA Nurul Falah kelas B
yang berjumlah 21 orang yang terdiri dari anak perempuan sebanyak
tujuh orang sedangkan jumlah anak laki-laki sebanyak 14 orang.
Adapun daftar peserta didik yang menjadi subjek dalam penelitian ini
27
Tabel 3.2
Daftar Peserta Didik Kelompok B RA Nurul Falah
No Nama Jenis Kelamin
penelitian yang digunakan ialah jenis PTK Partisipan. Karena peneliti terlibat
langsung melakukan penelitian atau proses penelitian sejak awal sampai
dengan akhir penelitian berupa laporan. Peneliti membaur dengan subjek
penelitian sesuai dengan penjelasan Paizaluddin dan Ermalinda. (2013:28),
jadi peneliti sejak perencanaan penelitian senantiasa terlibat, selanjutnya
peneliti memantau, mencatat, mengumpulkan data, menganalisa data serta
28
Desain penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis
dan Mc Taggart (Paizaludin & Ermalinda,2013 : 30) menyebutkan 4
komponen. Penelitian tindakan kelas dengan model siklus, yaitu perencanaan
(planning), aksi atau tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi
29
Gambar 3.3
Siklus Kemmis dan Mc Taggart
(Dalam Paizaluddin dan Ermalinda 2013 : 30-31) Identifikasi
observsi Perencanaan I
Tindakan
Observasi
Tindakan Refleksi
Perencanaan II
Refleksi
Observasi Perencanaan III
Kesimpulan
Tindakan SIKLUS I
SIKLUS II
30
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang muncul
dilapangan yaitu rendahnya kemampuan motorik halus anak RA Kelompok B
Nurul Falah Kp.Jalupang Cangkuang, Bandung tahun ajaran 2013 – 2014.
Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus anak RA Kelompok B Nurul Falah yang dilakukan oleh peneliti
bersama dengan guru atau teman sejawat yang sebelumnya direncanakan dan
dipilih tindakan apa yang sesuai dengan permasalahan yang muncul
dilapangan dengan merencanakan dan memlih tindakan yang sesuai upaya
peningkatan kemampuan motorik halus anak secara berkesinambungan
diharapkan. Pengembangan pembelajaran yang sudah ada menjadi lebih baik
dan bervariasi dan kemampuan motorik halus anak RA Nurul Falah dapat
dicapai dengan optimal.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) model kemmis dan MC Taggar, adapun jenis penelitiannya PTK
Partisipan atau kolaborasi karena peneliti terlibat langsung melakukan proses
penelitian sejak awal sampai akhir penelitian.
Sebuah penelitian tindakan kelas tidak terlepas dari prosedur penelitian
yang digunakan sebagai awal tindakan prosedur penelitian tindakan kelas
menurut (Muslihudin : 2009:50 Fatmawati : 2013 : 42).
“Penelitian tindakan bila secara berurutan dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yang diawali dengan revisi rencana rencana, tindakan, observasi, refleksi. Tahapan terus berulang sampai intervensi yang dilakukan dianggap berhasil atau menunjukkan terjadinya perubahan perilaku.”.
Pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan, melibatkan sekolah dan
peneliti yang nantinya secara kolaboratip menyelesaikan permasalahan yang
ada di dalam kelas melalui pembelajaran yang menggunakan clay melalui
kolaborasi ini diharapkan dapat menemukan solusi serta melakukan tindakan
secara langsung dengan memanfaatkan lingkungan dan media yang ada
31
kelompok B di Jalupang Desa Bandasari Kec. Cangkuang Bandung Tahun
ajaran 2013 – 2014.
Prosedur penelitian bertujuan untuk memperoleh hasil dan proses
penelitian yang tersusun dengan baik. Tahapan-tahapan yang harus digunakan
untuk pencapaian hasil dalam kegiatan proses tersebut. Fatmawati A (2013 :
43-45)
diantaranya sbb :
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan tahapan awal ditemukannya
permasalahan yang ada di lapangan sehingga diperlukan adanya sebuah
penelitian. Identifikasi masalah ini lahir dari latar belakang masalah
penelitian. Pada tahap pengidentifikasian masalah ini peneliti berusaha
mengidentifikasi permasalahan yang ada pada objek peneliti. Adapun
tehnik yang digunakan oleh peneliti dalam proses ini adalah observasi
langsung ke RA Nurul Falah kelompok B yang ada di Cangkuang
Bandung yang dijadikan penelitian. Hal yang menjadi fokus observasi
adalah kemampuan motorik halus anak yang ada di RA Nurul Falah
kelompok B Cangkuang Bandung serta proses pembelajarannya.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tindak lanjut dari identifikasi masalah
yang dilakukan sebelumnya. Tahapan pengumpulan data ini difokuskan
kepada kemampuan motorik halus serta proses pembelajaran data yang
dikumpulkan oleh peneliti meliputi bagaimana guru mengajar masalah
motorik halus anak. Sumber belajar yang digunakan dalam
mengembangkan kemampuan motorik halus anak sehingga memperoleh
gambaran tentang masalah yang terdapat di lapangan.
3. Penyusunan Rencana Tindakan
Tahapan penyusunan rencana adalah proses penyusunan strategi yang
akan dilakukan dalam menindaklanjuti permasalahan yang di dalam
32
akan menghasilkan proses dan tujuan yang terfokus serta hipotesis
penelitian yang mempunyai keabsahan. Penyusunan rencana sebagai
langkah memperbaiki proses pembelajaran serta kegiatan tersebut
memperoleh hasil yaitu peningkatan perkembangan motorik halus anak.
Kegiatan menjadi lebih efektif dan mencapai sasaran yang diharapkan.
4. Proses Pelaksanaan Tindakan
Tahap dari proses pelaksanaan tindakan kemampuan motorik halus
anak RA Nurul Falah dikelompok B, dilaksanakan setelah mengetahui
fokus permasalahan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
peneliti, dan guru, teman yang membantu dalam proses pembelajaran
yang dilakukan peneliti. Peneliti dab guru melaksanakan tindakan melalui
aktivitas bermain dengan menggunakan clay. Pelaksanaan tindakan ini
sebagai salah satu tindakan untuk menstimulasi. Kemampuan
perkembangan motorik halus anak yang dilakukan dalam beberapa siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan-tindakan,
pengamatan refleksi. Kemudian diikuti dengan perencanaan ulang atau
revisi terhadap pelaksanaan sebelumnya. Untuk melaksanakan kerencana
selanjutnya. Setiap siklus dikatakan berhasil apabila ada peningkatan
kemampuan motorik halus anak RA Nurul Falah kelompok B di Kampung
Jalupang Ds. Bandasari Kec. Cangkuang Kab. Bandung.
Adapun penjelasan yang lebih lanjut dari pelaksanaan tindakan pada
setiap siklus antara lain sebagai berikut :
a. Perencanaan / Planning
1. Membuat skenario pembelajaran dengan membuat perencanaan
tertulis untuk kegiatan pembelajaran yang berupa Satuan Kegiatan
Harian (SKH) untuk beberapa siklus. Adapun perencanaan untuk
masing-masing siklus diantaranya :
Siklus I : Miniatur Petani.
Siklus II : Miniatur Buah-buahan.
33
2. Mempersiapkan media untuk digunakan dalam kegiatan
pembelajaran berupa clay (tanah liat) untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak RA Nurul Falah kelompok B.
3. Mempersiapkan instrument, merekam, memotret serta
menganalisis data dari hasil proses pelaksanaan.
4. Membuat pedoman, observasi untuk mengamati proses dan hasil
tindakan yang akan dilakukan.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan perencanaan yang dirancang atau
dibuat sebelumnya dan dilaksanakan dengan situasi yang kondusif dan
tertata. Proses pelaksanaan peneliti dilakukan dengan kegiatan bermain
melalui media tanah liat (clay) dalam meningkatkan kemampuan,
motorik halus anak di RA Nurul Falah kelompok B Kp. Jalupang, Ds.
Bandasari Kec. Cangkuang Kabupaten Bandung.
c. Pengamatan
Pengamatan merupakan kegiatan mengamati yang dilakukan soleh
pengamat ketika proses berlangsung. Tahap pengamatan dilakukan
ketika proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu kepada
instrument, penelitian dan berfungsi untuk mengukur dan mengetahui
kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana kegiatan tindakan
yang telah dibuat sebelumnya, proses pengamatan bertujuan untuk
mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui
pelaksanaan, tindakan yang sedang berlangsung mulai dari siklus I,
siklus II dan siklus berikutnya yang dapat menghasilkan perubahan
yang diharapkan oleh peneliti.
d. Refleksi
Proses refleksi merupakan kegiatan mengkaji semua informasi
yang diperoleh dari proses penelitian. Kegiatan refleksi dilaksanakan
oleh peneliti-peneliti sebagai guru dan teman sejawat untuk
34
tahap refleksi dilakukan analisis data mengenai proses masalah dan
hambatan yang ditentukan dilapangan dan dilanjutkan dengan refleksi
terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan yang
memberikan peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu
pelaksanaan peneliti tindakan kelas pada umumnya pelaksanaan proses
refleksi dilakukan kurang lebih 6 jam perhari selama 5 hari artinya
begitu selesai observasi atau pengamatan harus langsung diadakan
proses refleksi untuk menentukan tindakan selanjutnya.
D. Penjelasan Istilah
Penjelasan istilah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Motorik Halus
Motorik halus adalah gerakan tubuh yang melibatkan otot-otot jari
tangan, pergelangan tangan, dan lain-lain. Gerakan motorik halus terutama
yang melibatkan otot tangan dan jari tangan bisanya membutuhkan
kecepatan tinggi, ketekunan dan koordinasi antara mata dan otot kecil.
Beberapa gerakan yang dapat dimasukan ke dalam gerakan motorik halus
misalnya : melipat, meronce, menjahit, meremas, menggemgam,
menyusun balok dan lain sebagainya (Suyanto : 2005 : 51).
Kemampuan motorik halus yang dimaksud dalam penelitian ini
terdiri dari kemampuan umum memotong dan menempel dan kemampuan
menggunakan peralatan grafik yang dikhususkan pada kemampuan
meremas, memilin, mencetak, memotong dan menempel (Couglin, 2000 :
31 : konstelnik), 1993 : 321).
2. Bermain Clay
Bermain adalah suatu kegiatan berulang-ulang dan menimbulkan
kesenangan, kepuasan bagi diri seseorang (piager), diharapkan melalui
bermain dapat memberi kesenangan, kesempatan anak berekplorasi,
menemukan, mengekspresikan perasaan berkreasi dan belajar secara
menyenangkan, selain itu melalui bermain dapat membantu anak
35
tempat hidup. Bermain merupakan kebutuhan bagi anak, melalui bermain
anak akan memperoleh pengetahuan. Agustin dan Wahyudin (Rod : 17).
Yang dimaksud bermain dalam penelitian ini adalah aktivitas/
bermain dengan menggunakan clay berupa tanah liat atau bahan yang liat
yang bisa dibentuk, dibuat sendiri, bisa diwarnai serta aman bagi anak.
Dalam bermain clay dalam penelitian ini terdiri dari bahan adonan
(clay) gunting plastik, pisau plastik, cetakan.
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu kegiatan yang dilakukan peneliti
dalam pengumpulan data. Selama penelitian berlangsung yang diambil
melalui berbagai cara untuk mengetahui jenis data yang diteliti. Jenis data
yang dikumpulkan dan akan digunakan sebagai dasar untuk menilai
keberhasilan atau ketidak berhasilan tindakan.
Adapun beberapa alat pengumpulan data (APD) yang dapat dipakai
oleh peneliti pada penelitian ini antara lain :
a. Observasi (pengamatan)
Observasi atau pengamatan yang dimaksud yaitu suatu teknik yang
dapat dilakukan guru untuk mendapat informasi atau data tentang
perkembangan dan permasalahan anak. Pengamatan teknik yang
digunakan Wahyudin, Agustin (2012 : 59) teknik observasi yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik terstruktur,
Sugiono (2007 : 167) dalam Fatmawati (2013 : 49) mengemukakan
bahwa observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang
secara sistematis tentang apa yang diamati, serta kapan dan dimana
tempatnya. Format penilaian yang dirancang menggunakan alat
observasi berbentuk rating scale.
Observasi yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data
yang mendalam tentang kemampuan motorik halus anak. Observasi
36
diterapkan kegiatan bermain dengan clay (tanah liat) guna
menstimulasi kemampuan motorik halus anak.
b. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar
maupun elektronik. Studi dokumentasi digunakan karena dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai pokok penelitian berupa
proses dan hasil yang dicapai dari penerapan kegiatan belajar melalui
kegiatan bermain clay umtuk meningkatkan kemampuan motorik halus
anak.
2. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2006 : 136), instrumen penelitian memiliki
pengertian sebagai berikut, yakni :
“ Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya pada saat penelitian lebih mudah, dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah”
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan format observasi dengan jenis rating scale, yakni memiliki
tingkatan dalam penilaiannya, antara lain terdapat tiga tingkatan yaitu : (1)
belum dapat melakukan sendiri, (2) melakukan dengan bantuan, (3)
mampu melakukan sendiri.
Prosedur pengembangan instrumen yang dilakukan dalam
penelitian ini secara rinci akan dijabarkan sebagai berikut (Margono, 2002
: 157).
a. Menganalisa Variabel Penelitian
Peneliti terlebih dahulu mengkaji variabel menjadi sub variabel/
dimensi, indikator serta item pernyataan dengan rincian dan jelas
sehingga dapat diukur dan menghasilkan data yang diinginkan oleh
37
motorik halus, peneliti menggunakan teori konsep-konsep yang ada
dalam pengetahuan ilmiah seperti dalam CRL, DAP dan teori lainnya.
b. Menetapkan Jenis Instrumen
Langkah kedua, peneliti menetapkan jenis instrumen penelitian
yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam pengumpulan
data di lapangan, atau dengan kata lain instrumen tersebut digunakan
untuk mengukur variabel, sub variabel atau indikator yang telah
ditentukan sebelumnya berdasarkan teori. Jenis instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman observasi dalam
bentuk rating scale, dan studi dokumentasi terhadap penerapan
bermain clay untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
c. Menyusun Kisi-kisi Instrumen
Peneliti menyusun kisi-kisi instrumen yang berisi lingkup variabel,
sub variabel, indikator, butir item, teknik pengumpulan data dan
sumber data.
Kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Motorik Halus
No Variabel Indikator Butir Item
Meremas 1,2 Observasi, studi dokumentasi
Anak
Memilin 3,4 Observasi, studi dokumentasi
Anak
Mencetak 5,6,7 Observasi, studi dokumentasi
Anak
Membentuk 8 Observasi, studi dokumentasi
Anak
38
studi dokumentasi Memotong 11 Observasi,
studi dokumentasi
Anak
Menempel 12 Observasi, studi dokumentasi
Anak
2 Bermain Clay
Perencanaan 1,2 Observasi, studi
d. Membuat Instrumen penelitian
Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun pada langkah sebelumnya,
peneliti kemudian membuat instrumen penelitian yang terdiri dari item
atau pernyataan yang mengacu pada indikator yang telah ditentukan.
Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman
observasi dalam bentuk rating scale.
Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.5 Pedoman Observasi
No Indikator Kategori
1 2 3
1 Anak dapat meremas kertas, platisin dan tanah liat dengan satu tangan
2 Anak dapat meremas kertas, platisin dan tanah liat dengan dua tangan
3 Anak dapat memilin platisin dan tanah liat dengan satu tangan.
39
liat dengan dua tangan.
5 Anak dapat mencetak platisin dan tanah liat dengan menggunakan alat cetakan. 6 Anak dapat mencetak platisin dan tanah
liat dengan menggunakan cetakan jari, tangan.
7 Anak dapat membentuk platisin dan tanah liat sesuai dengan keinginannya. 8 Anak dapt menggunting lurus kertas,
10 Anak dapat menggunting lengkung kertas, kain menjadi potongan kecil. 11 Anak dapat memotong platisin dan
tanah liat menjadi potongan kecil dengan menggunakan pisau plastik 12 Anak dapat menempel suatu bagian
kertas, kain atau hiasan.
Sumber (Coughlin, 2000 : 31, dalam Fatmawati :2013) Keterangan :
1. Belum Berkembang (BB)
2. Mulai Berkembang (MB)
3. Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Tabel 3.6
Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Bermain Clay
No Indikator/ Aspek Pelaksanaan
Ya Tidak
1 Membuat rencana kegiatan harian (RKH)
2 Membuat rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan RKH
3 Mengatur tempat duduk anak sesuai dengan aktivitas yang akan dilakukan
4
Mengajak anak bernyanyi dan bermain tepuk tangan bersama-sama dikaitkan dengan tema dan subtema
40
peraga dan sumber belajar terkait tema dan subtema
6
Mengadakan aktivitas tanya jawab, bercakap-cakap, ilustrasi kasus atau bercerita mengenai tema dan subtema
7
Menginformasikan aktivitas yang akan dilakukan oleh anak baik secara
individual ataupun kelompok pada tahap pendalaman dan perluasan tema dan subtema
8 Mengatur tugas yang akan dikerjakan anak
9
Membingbing anak bermain, bekerja dan berkarya baik secara individu maupun kelompok melalui bermain Clay
10 Meminta anak untuk mengumpulkan hasil karyanya
11 Meminta anak untuk menilai hasil karyanya dan karya temannya
12 Memotivasi anak untuk berkaya lebih baik
13 Mengadakan tanya jawab tentang aktivitas belajar yang telah dilakukan
14
Membimbing anak untuk
menyimpulkan materi yang telah dipelajari
15 Melakukan observasi terhadap pencapaian kompetensi anak
16 Menilai pencapaian kompetensi anak
e. Judgment Instrumen
Langkah selanjutnya peneliti mengkonsultasikan instrumen yang
telah dibuat dengan ahli, dalam hal ini dengan dua dosen yang ahli
dibidang pendidikan anak usia dini. Judgment instrumen ini dilakukan
untuk merevisi instrumen apabila terdapat kesalahan atau kekeliruan
dalam pembuatannya, misalnya dengan membuang instrumen yang
tidak perlu, mengganti item pertanyaan dalam masing-masing
41
e. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan teknik analisis interaktif dengan pendekatan kualitatif
yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984) dan pendekatan
kuantitatif dengan perhitungan distribusi frekuensi, penjelasannya
antara lain sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan
fokus, menyederhanakan, meringkas dan mengubah bentuk data
mentah yang ada dalam catatan lapangan. Reduksi data dimulai
dari pembuatan rangkuman dari setiap data dengan tujuan agar
mudah dipahami.
2. Pendeskripsian Data
Beberapa macam data penelitian tindakan kelas yang telah
direduksi perlu dideskripsikan dengan tertata rapi berupa narasi
dan grafik.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan
yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan
sementara yang ditarik pada akhir siklus satu kesimpulan terevisi.
F. Asumsi
1. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan
keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata, tangan.
Ricard Decaprio (2013).
2. Kemampuan motorik halus menjadi jembatan bagi anak untuk
mengembangkan aspek kecerdasan jamak terkait dengan kecerdasan
Kinestetik tubuh. Moleong (2004:34) dalam buku Wahyudin dan Agustin.
3. Salah satu manfaat bermain clay adalah membantu meningkatkan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan.
Secara umum kesimpulan dari penelitian ini membuktikan bahwa
melalui penerapan bermain clay meningkatkan kemampuan motorik halus
anak kelompok B RA Nurul Falah Kp. Jalupang Kecamatan Cangkuang,
selama dilakukannya observasi ketika proses pembelajaran berlangsung
kemampuan motorik halus anak meningkat dibanding sebelum diterapkan
bermain clay. Kemampuan motorik halus kelompok B RA Nurul Falah dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Kemampuan motorik halus anak kelompok B RA Nurul Falah
sebelum dilaksanakannya bermain clay berada pada tingkat rendah dan
belum berkembang optimal, terlihat dari sebagian besar yang belum bisa
menggerakkan tangan dan jari tangan dalam melaksanakan kegiatan
yang memerlukan kelenturan dan kekuatan otot kecil yaitu jari tangan.
Keterampilan motorik halus halus anak yang memerlukan kelenturan
otot jari tangan yang belum terangsang dan memerlukan stimulus
yang diantaranya: kemampuan dalam meremas, memilin, mencetak,
membentuk, menggunting, memotong, menempel.
2. Proses penerapan bermain clay dalam kegiatan pembelajaran dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok B RA Nurul
Falah Kp. Jalupang Kecamatan Cangkuang tergolong baik dan sebagian
besar berkembang sesuai harapan yang dilaksanakan dalam III siklus,
disiklus I dan II belum banyak mengalami perubahan baru disiklus III
76
Tahap pelaksanaan disetiap siklus sama mulai dari tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, tahap refleksi.
berdasarkan hasil observasi siklus I sampai III Kemampuan motorik halus
anak kelompok B RA Nurul Falah hampir semua mengalami peningkatan
dalam setiap indikator yang telah ditetapkan diantaranya kemampuan
meremas, memilin, mencetak, membentuk, menggunting, memotong,
menempel.
3. Kondisi Akhir Kemampuan Motorik Halus Kelompok B RA Nurul Falah
Kp Jalupang Setelah Pelaksanaan Bermain Clay.
Kondisi akhir kemampuan motorik halus setelah pelaksanaan bermain
clay pada siklus III berada pada peningkatan yang signifikan tapi bermain dengan clay juga mempunyai kelemahan diantaranya: kurangnya alat alat
yang tersedia, guru kurang menguasai keadaan dikarenakan bermain clay
merupakan hal baru dan peneliti juga kurang memperhatikan kemampuan
perkembangan yang lainnya dikarenakan perhatiannya terfokus pada
kegiatan bermain clay. Kemampuan motorik halus kelompok B RA
Nurul Falah Kp Jalupang setelah bermain clay sebagian besar mengalami
peningkatan signifikan dari 12 indikator yang ditetapkan dan diobservasi
sudah tidak ada lagi anak yang belum berkembang, anak yang mulai
berkembang menurun menjadi 11% karena anak yang berkembang sesuai
harapan meningkat pesat menjadi 89%.
A. Rekomendasi.
Dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak, penulis
mengajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi Guru RA
a. Menjadikan bermain clay sebagai sebagai salah satu alternatif
kegiatan pembelajaran terutama untuk meningkatkan kemampuan
77
b. Guru diharapkan untuk menggali pengetahuan mengenai berbagai
model keterampilan untuk meningkatkan kemampuan motorik
halus anak melalui berbagai pelatihan supaya kegiatan
pembelajaran lebih menarik dan tidak monoton dan membosankan.
2. Bagi lembaga pendidik anak usia dini.
a. Memberikan kesempatan kepada guru untuk menentukan strategi
pembelajaran apa yang tepat dalam meningkatkan kemampuan
motorik halus.
b. Menjadikan bermain clay sebagai salah satu alat pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan motorik halus.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. (2010) Perkembangan dan Konsep Dasar Perkembangan Anak Usia
Dini .Buku Materi PAUD Penerbit Universitas Terbuka.
Bahan Ajar Pendidikan, Pelatihan Profesi Guru (2008). Pengembangan Profesi
Guru TK. Tim Penyusun Naskah Guru TK,PGTK.UPI.
Blog,Kamifun Clay (2011)Manfaat Membentuk (online) Tersedia : http://melyhabox blogspot.com (26 Februari 2014).
Blog,Kreasita (2007)Macam–macamClay, Tersedia :http ://Kreasita.blogspot.com (26 Februari 2014).
Decaprio, R. (2005). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik .Jogjakarta: Diva.Press
(anggota IKAPI).
Fatmawati, A. (2013) Implementasi Playdogh Dalam Menstimulasi Kemampuan
Motorik Halus. Skripsi Sekolah Sarjana Pendidikan,Universitas Pendidikan Indonesia
Mulyasa. (2012) Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Sumantri. (2005) . Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini
Hurlock,E. (2002) Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan .Edisi Kelima,Jakarta : penerbit Erlangga.
Kanifun Clay. (2012) Manfaat bermain (online) Tersedia : http : //melyhabox
blogspot .com (26 Februari 2014)
Undang –Undang Sistim Pendidikan.(2009) Kumpulan Perundangan Sebagai
Bahan Kajian dan Pedoman .Sekolah Tinggi Perguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP ) Siliwangi Bandung.
Paizaluddin, Ermalinda. (2013) Penelitian Tindakan Kelas .Bandung: penerbit
Alfabeta.
Pedoman RA. (2005). Pelaksanaan Kurikulum Raudhatul Athfal. Departemen
Agama,tidak diterbitkan.
Rohaeni., R. (2013) Peningkatan Kemampuan Kreativitas Anak Taman
Kanak-kanak Melalui Pemanfaatan Media Tanah Lempung .Skripsi Sarjana Pendikan Unipersitas Pendidikan Indonesia.
Yusuf, S. (2005) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung Penerbit
PT Remaja Rosdakarya.
Yundha, Rudiyanto .(2004) Pembelajaran Koorperatif Untuk Meningkatkan
Keterampilan Anak TK.
Wahyudin , Agustin .(2011:35) Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini .