IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR PADA JENJANG PENDIDIKAN ISLAM USIA DINI
DI RA NURUL ISLAM MADIUN
1Avita Febri Hidayana, STAI Magetan, Indonesia
2 Khoirun Nisa, STAI Magetan, Indonesia [email protected]1, [email protected]2
Received: 15 Juni 2023 Reviewed: 25 Juni 2023 Accepted: 30 Juni 2023
Abstract
The purpose of this writing is to get an overview of the development of the early childhood education independent curriculum and its innovations at PIAUD-RA Nurul Islam. The education system in Indonesia has undergone eleven curriculum changes since 1847. Along with the developments and challenges of the times, the curriculum continues to undergo systematic and directed changes and development. Implementation of the curriculum should be able to realize the vision, mission and goals of national education in stages.
Educators often experience polemics as a result of this when the curriculum is changed. However, not all early childhood Islamic education institutions have implemented an independent curriculum considering the need for knowledge and preparation and implementation of an independent curriculum. Therefore the researcher wants to explain the theories and regulations that exist in the independent curriculum. Because the new curriculum is designed so that educators have direction in developing a good learning process so that the educational goals that are developed can run well and optimally.
Keywords: Independent Curriculum, Early Childhood Education Abstrak
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran pengembangan kurikulum merdeka anak usia dini beserta inovasinya di PIAUD-RA Nurul Islam. Sistem Pendidikan di Indonesia telah mengalami pergantian kurikulum sebanyak sebelas kali sejak tahun 1847. Seiring perkembangan dan tantangan zaman, kurikulum terus mengalami perubahan dan pengembangan yang sistematis dan terarah. Implementasi kurikulum seharusnya dapat mewujudkan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional secara bertahap. Pendidik sering mengalami polemik akibat hal ini ketika kurikulum diubah. Namun, belum semua lembaga pendidikan islam anak usia dini menerapkan kurikulum merdeka mengingat masih perlunya pengetahuan
dan penyusunan serta pengimplementasian kurikulum merdeka. Oleh sebab itu peneliti ingin menjelaskan tentang teori-teori dan peraturan yang ada pada kurikulum merdeka. Karena kurikulum baru didesain agar para pendidik memiliki arahan dalam mengembangkan proses pembelajaran yang baik sehingga tujuan pendidikan yang dikembangkan dapat berjalan dengan baik dan maksimal.
Kata Kunci: Kurikulum Merdeka, PIAUD Pendahuluan
Kurikulum sebagai tolak ukur keberhasilan perkembangan pendidikan pada masa dahul u maupun yang sedang dijalankan. Kurikulum sebagai komponen dasar yang berperan menjadi pedoman dalam implementasi pembelajaran pada setiap tingkat pendidikan (Pamungkas, dkk. 2019).
Adapun inovasi kurikulum di Indonesia didasarkan pada tiga hal, yaitu (1) visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas; (2) tujuan inovasi kurikulum tidak lain adalah untuk memperbaiki sistem kurikulum yang ada agar lebih baik dari sebelumnya sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat; (3) sebagai bentuk usaha dalam mencari solusi atas permasalahan yang ada (Arifin, 2011: 296)
Melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Pemerintah merencanakan perubahan kurikulum pada tahun 2022. Hal ini dilaksanakan pada bulan Februari 2022 yaitu Mendikburistek meluncurkan kurikulum baru dengan nama Kurikulum Merdeka.Secara garis besar kurikulum merdeka merupakan sebuah metode pembelajaran yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat anak. Langkah yang diambil pemerintah dalam pengambilan keputusan untuk pengubah kurikulum bukan tanpa sebab. Melainkan kurikulum merdeka dibentuk untuk mengejar ketertinggalan pembelajaran yang disebabkan oleh pandemik Covid 19.
Merdeka belajar di pendidikan anak usia dini dikenal juga sebagai merdeka bermain. Apabila hal ini dikaitkan dengan konsep pembelajaran anak usia dini dengan hastagnya bermain sambil belajardan belajar seraya bermain, konsep merdeka belajar ini sangat cocok untuk diterapkan dan dikembangkan pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (Lina & Ummu, 2022). Memberikan ruang bermain bagi anak agar karakternya bisa ditanamkan dengan baik.
Bermain seraya belajar dan belajar seraya bermain merupakan prinsip belajarnya anak usia dini (Serli et al., 2020).
Peran guru dalam pembelajaran berpendekatan merdeka belajar yaitu berperan dalam menciptakan pembelajaran yang bermakna, memfasilitasi, dan mengarahkan anak (Nisna, 2022). Dalam keputusan Kepala Badan Standarisasi dan Penilaian Kurikulum Pendidikan, Kemendikbud Nomor
009/H/KR/2022 dalam pendidikan Indonesia, profil pelajar pancasila memiliki enam poin atau dimensi. Mengenai dimensi, komponen dan sub komponen pelajar pancasila untuk siswa meliputi: 1) amanah, takwa kepada Tuhan yang Maha Esa, 2) kemandirian, 3) gotong royong, 4) keberagaman global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreativitas. Pelajar pancasilaini dapat dimanfaatkan oleh para mitra, khususnya para pendidik dan siswa sebagai pedoman untuk memulai pengalaman pendidikan.
Lembaga PAUD merupakan lembaga pendidikan pada jenjang Taman kanak-kanak (TK) atau RA (Raudhatul Athfal) sebagai pendidikan formal yang di upayakan dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka. Untuk itu perlu adanya kajian terhadap kesiapan penguatan relevansi lembaga PAUD sebagai fase pondasi kurikulum merdeka, baik dari segi kesiapan guru- gurunya, sikap dan kotribusi Lembaga, pemerintah setempat dan komite dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalitas guru yang ada. Pada dasarnya guru PIAUD harus memiliki Presepsi tentang pengertian Kurikulum Merdeka yaitu 1) Kurikulum Merdeka mampu mengembangkan minat dan bakat anak yang bermanfaat untuk guru (memberi kebebasan dan memudahkan) dan siswa (beradaptasi dengan lingkungan sekitar); 2) Kurikulum Merdeka memiliki perangkat ajar yang dapat mengurangi beban dan mewujudkan pembelajaran maksimal sehingga peran guru sebagai perancang modul dan fasilitator dalam memberikan pembelajaran berjalan secara maksimal untuk mengembangkan potensi anak (Jannah & Rasyid, 2023).
Metode Penelitian
Penelitian ini menerapkan pendekatan deskriptif kualitatif yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang dideskripsikan ataupun secara lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dan cenderung menggunakan analisis. Penelitian kualitatif juga memperoleh hasil secara langsung dengan cara berinteraksi langsung dengan subjek yang di teliti (Saat & Mania, 2018). Lokasi penelitian bertempat di PIAUD-RA Nurul Islam di Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun. Sumber data adalah subjek penelitian yakni kepala sekolah dan Guru PIAUD-RA Nurul Islam.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara. Instrumen dalam penelitian ini berupa pedoman observasi, pedoman wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis Miles & Huberman, yang aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Sugiono,
2015:96). Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan uji kredibilitas dengan melakukan triangulasi data.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan kepala sekolah yaitu para guru, tenaga kependidikan, dan seluruh warga sekolah mengetahui adanya kurikulum merdeka belajar yang bersumber memberikan informasi saat pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM). Setelah adanya informasi mengenai kurikulum merdeka, kepala sekolah mengambil keputusan dalam rapat guru dengan berusaha untuk update kurikulum yang lama menjadi kurikulum yang baru. Kesepakatan tersebut menjadi motivasi pada pendidik untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar dan melakukan pelatihan-pelatihan tentang kurikulum merdeka.
Gambar 1. Alur Implementasi Kurikulum Merdeka
Implementasi kurikulum Merdeka jenjang PIAUD pada RA Nurul Islam ditinjau dari perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Subjek penelitian menjelaskan bahwa perencanaan kurikulum yang di gunakan di PIAUD-RA Nurul Islam sudah di rancang secara matang jauh sebelum proses pembelajaran berjalan dan uniknya orang tua berpartisipasi dalam perencanaan kurikulum. Fatimah dan Rohmah (2016) mendukung pernyataan ini, di mana perencanaan (planning) dianggap sangat penting karena dalam menjalankan suatu kegiatan pasti terdapat perencanaan untuk merencanakan mulai dari materi pembelajaran, waktu yang akan dilaksanakan serta alat yang digunakan atau diperlukan dalam proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan (Doing)
Pada tahap ini observer mengamati pelaksanaan kegiatan belajar di PIAUD-RA Nurul Islam. Pada saat mengobservasi, peneliti memperoleh berbagai macam kegiatan implementasi dari perencanaan khususnya pada kurikulum merdeka belajar. merdeka dalam pembelajaran di PIAUD-RA Nurul Islam yaitu anak diberikan pilihan kegiatan namun sesuai dengan
Planning
Doing Seeing
tema yang disediakan Selain itu, anak diperbolehkan untuk memberikan masukan dan ide kegiatan sesuai dengan keinginan anak. Beberapa prinsip kurikulum merdeka yaitu membuat perencanaan kegiatan belajar sebelum bermain, menggunakan literasi sebagai sumber belajar anak, dan budaya positif menuju profil pelajar Pancasila. Komponen dan sub komponen pelajar pancasila untuk siswa meliputi: 1) amanah, takwa kepada Tuhan yang Maha Esa, 2) kemandirian, 3) gotong royong, 4) keberagaman global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreativitas.
3. Seeing (Refleksi)
Berdasarkan hasil pengamatan tentang kegiatan refleksi pembelajaran mandiri belajar dengan kurikulum merdeka di PIAUD-RA Nurul Islam ini selalu melakukan refleksi selama satu minggu sekali. Hal ini dilakukan untuk guru melakukan diskusi dan evaluasi mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pada proses ini, kepala sekolah memiliki penting dalam memberikan keputusan yang berhubungan dengan sekolah. Sebagai kepala harus inovatif dan memiliki jiwa kepemimpinan serta berani untuk menerima kegagalan (Djafri et al., 2020). Kepala sekolah menjadi penengah saat terjadi suatu masalah.
Pembelajaran di RA Nurul Islam berpusat pada anak dan anak dibiasakan agar dapat mengungkapkan apa yang ada dipikiran mereka. Salah satunya yaitu dengan meningkatkan kualitas belajar di kelas dengan tanya jawab, diskusi, melakukan kegiatan problem solving dan menumbuhkan nilai percaya diri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anwar,Priyanti,Sukowati, Mubarokah,dan Yuniya (2020) bahwa kurikulum merdeka adalah kurikulum yang mengedepankan konsep pendidikan yang berpusat pada peserta didik.
Pendidikan sejatinya menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak anak, agar anak anak dapat mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat.
Pengembangan kurikulum bertujuan untuk memperbarui kurikulum yang sudah ada menjadi kurikulum yang lengkap, sesuai, inovatif, kontekstual, dan menjawab kebutuhan output untuk bersaing di tingkat daerah, nasional, maupun internasional. Menurut Hamalik, pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatankesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai sampai mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa (2007: 97)
Faktor yang menjadi penghambat dalam menyiapkan lembaga PIAUD sebagai fase pondasi kurikulum merdeka yang pertama adalah kurang cepat tanggapnya pemerintah untuk melaksanakan putusan yang menjadikan lembaga PIAUD menjadi lembaga pendidikan formal/ sehingga dengan berlakukanya keputusan tersebut guru PIAUD dapat mendapat tunjangan
sertifikasi dan impassing. Sehingga guru akan semakin semangat dalam mendidik dan mendampingi siswa terlebih dari semua jenjang guru PIAUD adalah mereka yang paling semangat. Kedua, pelatihan dan bimbingan teknis untuk guru PAUD hendaknya semua guru dapat merasakan, sesuai penelitian (Luh Made & Ni Putu, 2022).
Simpulan
Pelaksanaan kurikulum terlaksana dengan menggunakan alur planning (perencanaan), doing (pelaksanaan), dan seeing (refleksi). Perencanaan kurikulum yang di gunakan di PIAUD-RA Nurul Islam sudah di rancang secara matang jauh sebelum proses pembelajaran, selanjutnya pelaksanaan di mana anak diberikan pilihan kegiatan namun sesuai dengan tema yang disediakan Selain itu, anak diperbolehkan untuk memberikan masukan dan ide kegiatan sesuai dengan keinginan anak sesuai dengan profil pelajar pancasila dan kegiatan refleksi guru melakukan diskusi dan evaluasi mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas dan kepala sekolah menjadi penengah saat terjadi suatu masalah.
Masukan untuk pemerintah supaya disegerakan penerapan lembaga PIAUD menjadi lembaga formal supaya guru bisa mendapatkan fasilitas seperti guru formal lainnya, pengadaan pelatihan, Bintek, atau lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru PIAUD hendaknya dilakukan secara merata. Dan perlu adanya pengkajian ulang tekait pendirian Lembaga PIAUD yang lebih dari satu pada satu daerah yang sama.
Daftar Pustaka
Anwar, R. N. (2022). Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka pada Guru di Lembaga Paud SeKecamatan Madiun. Communautaire: Journal of Community Service, 1(1), 21- 29.
Arifin, Zainal. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Djafri, N., Arwildayanto, A., & Suking, A. (2020). Manajemen kepemimpinan inovatif pada pendidikan anak usia dini dalam perspektif merdeka belajar era new normal. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1441–1453.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.901
Fatimah, D. F., & Rohmah, N. (2016). Pola Pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini di PAUD Ceria Gondangsari Jawa Tengah. MANAGERIA: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 1(November), 247–273.
https://doi.org/doi.org/10.14421/manageria.2016.12-05
Hamalik, Oemar. (2006). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Jannah, M. M., & Rasyid, H. (2023). Kurikulum Merdeka: Persepsi Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Pendidikan Anak Usia Dini, 7(1), 197–210.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v7i1.3800
Joko Pamungkas, Amir Syamsudin, dan Ika Budi Maryatun, (2019), Kurikulum PAUD, Gamelan, dan Wayang Orang: Refleksi Kebermaknaan Jurusan PAUD bagi Masyarakat Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, Jurnal Pendidikan Anak 8, no. 2 https://doi.org/10.21831/jpa.v 8i2.28581
Lina, E. R., & Ummu, K. (2022). Kurikulum Merdeka pada Pendidikan Anak Usia Dini.
SELING: Jurnal Program Studi PGRA, 8(2), 143–158.
https://doi.org/10.29062/seling.v8i2.1223
Luh Made, A. W. D., & Ni Putu, E. A. (2022). Hambatan Kurikulum Merdeka di Kelas IV SDN 3 Apuan. Jurnal Pendidikan Dasar Rare Pustaka, 4(2), 31–39.
https://jurnal.markandeyabali.ac.id/index.php/rarepustaka/article/view/128
Nisna, N. (2022). Meningkatkan Kualitas Pendidikan Anak Usia Dini melalui Pembelajaran Kontekstual dengan Pendekatan Merdeka Belajar. Journal Ashil: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1), 38–51. https://doi.org/10.33367/piaud.v2i1.2492
Saat, Sulaiman & Mania, Sitti. 2020. Pengantar Metodologi Penelitian;
Panduan bagi Peneliti Pemula. Pusaka Almaida: Makassar
Serli, M., Rafhi Febryan, P., & Zahratul, Q. (2020). Efektivitas Kemerdekaan Belajar Melalui Bermain Terhadap Karakter Anak TK Baiturridha Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal Ilmiah Potensia, 5(2), 83–90. https://doi.org/10.33369/jip.5.2.%p
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: CV Alfabeta, 2015.