• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Hukum Internasional dalam Islam Oleh: Subardjo * : hukum internasional, perang, damai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Politik Hukum Internasional dalam Islam Oleh: Subardjo * : hukum internasional, perang, damai"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Politik Hukum Internasional dalam Islam Oleh: Subardjo*

Abstrak

Sebagai dasar dalam hukum internasional menurut Islam adalah kesatuan umat manusia, keadilan, persamaan, kehormatan, toleransi, kerjasama, kebebasan dan perilaku moral yang baik sesuai perintah Allah dalam al-Qur’an dan ini mempengaruhi hukum internasional secara umum. Kewajiabn negara terhadap negara lain adalah menghormati hak-hak negara lain baik negara Islam maupun non-Islam dan saling membantu dalam kebaikan.

Bagi negara yang melakukan perjanjian, negara wajib mentaati karena perjanjian itu mangikat bagi negara-negara yang melakukan perjanjian asal semua persyaratan dalam perjanjian seperti kewenangan melakukan perjanjian, tidak ada unsur paksaan dan isinya tidak dilarang oleh syari’at Islam. Hal ini juga secara umum menjadi dasar hukum internasional yang sekarang berlaku.

Hubungan internasional di waktu perang Islam tetap menggunakan ajaran al-Qur’an, di mana perang hanya untuk mempertahankan diri dan dakwah. Dakwah pun harus tidak ada unsur paksaan, karena pada dasarnya hukum asal damai dalam hubungan internasional. Lebih dari itu apabila terjadi perang harus menggunakan aturan perang seperti pengumuman perang dan juga etika perang yang diatur dalam agama Islam.

Kata kunci : hukum internasional, perang, damai

A. Latar Belakang

Keinginan untuk hidup berdampingan secara damai di antara bangsa-bangsa di dunia telah ada sejak sebelum adanya ajaran Islam. Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai perjanjian antara negara serta adat istiadat internasional.

Namun apabila dicermati hubungan antara negara banyak ditandai oleh peperangan. Perang menjadi dasar hubungan di antara mereka. Sebagai contoh perjanjian Fir’aun raja Mesir dengan Kheta raja Asia Kecil pada abad III SM yang merupakan salah satu perjanjian yang paling tua di antara dua negara. Perjanjian itu berisi tentang penghentian perang dan ekstradisi bagi rakyat yang melarikan diri dari negara asalnya.

Pada zaman Yunani kuno kota merupakan kesatuan negara (city state). Hubungan antara negara kota yang satu dengan yang lain di Yunani

* Dosen Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dan Kandidat

(2)

terikat oleh perasaan satu warga, satu bahasa, dan satu agama. Namun hubungan antara kota negara di Yunani dengan negara-negara di luar Yunani didasarkan pada prinsip bangsa Yunani harus menguasai

bangsa-bangsa di luar Yunani, karena bangsa-bangsa Yunani bangsa-bangsa yang unggul.1

Berbeda dengan gejala hubungan internasional di zaman Romawi, hubungan baik antara negara kota didasarkan pada hukum ketatanegaraan dan penghormatan pada negara lain. Namun mereka juga sama dengan bangsa Yunani menganggap bangsa Romawi yang paling unggul, sehingga muncul ius civil dan ius gentium yang berlaku untuk hubungan antar negara.

Sumbangan dua negara Yunani dan Romawi terhadap perkembangan hukum internasional relatif kurang, dan kondisi-kindisi yang mendukung pertumbuhan hukum bangsa-bangsa baru muncul abad XV pada saat di

Eropa bermunculan negara-negara beradab yang merdeka.2

Apabila diperhatikan, sedikit sekali penulis hukum internasional yang mengemukakan pengaruh hukum Islam terhadap hukum internasional. Padahal kekuatan sosial dan politik Islam kurang lebih selama tujuh ratus tahun selama Islam berkuasa dan bersentuhan dengan budaya Romawi Timur di Damaskus, Mesir sampai ke Andalusia. Pada waktu itu, mahasiswa di berbagai perguruan tinggi adalah orang-orang Islam dan orang-orang Kristen dari Eropa, yaitu para anak bangsawan Eropa.3

Dikatakan bahwa hukum Islam besar pengaruhnya terhadap hukum internasional dengan alasan karena antara peradaban yang satu dengan yang lain saling memberikan pengaruh, dan peradaban yang terdahulu akan memberikan pengaruh kepada peradaban yang datang kemudian. Dengan demikian maka kebudayaan Islam memberikan pengaruh kepada peradaban dan kebudayaan Barat yang datang kemudian. Oleh kerana itu apabila terdapat aturan hukum internasional sama dengan kaidah-kaidah yang diatur dalam ajaran Islam baik dalam keadaan damai atau perang maka Islam menjadi sumbernya yang diadopsi oleh hukum internasional yang sekarang ada.4

Di samping sentuhan budaya pada waktu damai juga sentuhan budaya pada waktu perang, kerena perilaku-perilaku orang Islam dalam perang, baik terhadap musuh, tawanan perang, prinsip-prinsip tatacara dan

1 Ali Mansyur, Al-Syariah Al-Islamiah wa al-Qanun Ad-Du Wali Al’am, (Kairo:

Majelis al-A’ala li Asyun al-Islamiyah al-Katarah, 1971), p. 24-25.

2 A. Djazuli, Fiqh Siyasah, Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu

Syariah, (Bandung: Gunung Jati Press, 2000), p. 112.

3 Amir Ali, The Spirit of Islam, alih Bahasa H. B. Yasin, (Jakarta: Pembangunan,

1967), p. 233-240.

(3)

etika perang dalam Islam menunjukkan akhlak yang mulia terhadap musuh.

Semuanya itu memberikan sumbangan penting dalam hukum internasional atau hukum antar bangsa di dunia, karena para ahli Barat ternyata mengambil dasar-dasar hukum internasional dari syariat Islam baik di era klasik, kontemporer dan masa yang akan datang.

B. Pembahasan

1. Dasar Hubungan Internasional dalam Islam a. Ummatan Wahidah

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang saling berkaitan dan saling membutuhkan sejak dahulu hingga sekarang. Mereka baru dapat hidup jika saling bantu membantu sebgai satu umat yaitu kelompok yang memiliki persamaan dan keterikatan. Karena kodrat mereka demikian, tentu saja mereka harus berbeda-beda dalam profesi dan

kecenderungan.5

Jadi walaupun berbeda suku bangsa, warna kulit, tanah air, bahkan berbeda agama akan tetapi merupakan satu kesatuan umat manusia karena sama-sama makhluk Allah, sama-sama bertempat tinggal di muka bumi, dan sama-sama mengharapkan kehidupan yang damai.

Disebutkan juga dalam Qur’an bahwa manusia sebagai makhluk Allah yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dan masing-masing memiliki profesi dan kecenderungan yang berbeda-beda, namun mereka adalah satu keturunan yaitu dari Adam dan darinya Allah menciptakan Hawa dan dari keduanya Allah menciptakan manusia yang bertebaran di

muka bumi.6

Disebutkan juga oleh Allah bahwa "Wahai manusia Kami telah menciptakan kamu sekalian dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu".7

Melihat ketentuan-ketentuan Allah di atas dan untuk menghindari ancaman manusia satu dengan yang lain manusia supaya membangun persaudaraan di antara manusia kesatuan umat manusia.

5 QS al-Baqarah: 213. 6 QS an-Nisa’: 1. 7 QS al-Hujurat: 13.

(4)

b. Keadilan

Hendaknya setiap manusia beriman beristiqamah dengan persaksian, artinya tegas dalam memihak kebenaran, sehingga kebenaran itu tidak tergoyahkan dengan berbagai hantaman kepentingan dan kemarahan yang sangat. Kepentingan kepribadian atau golongan jangan sampai menyebabkan manusia tidak dapat berbuat adil atau menyimpang dari

yang benar, karena akan banyak yang dirugikan, sekalipun itu bagi musuh.8

Di dalam politik hukum, Islam hidup berdampingan dengan damai baru terlaksana apabila didasarkan kepada keadilan, baik di antara manusia maupun di antara negara. Karena itu Islam mewajibkan penegakan keadilan di mana pun, kapan pun, dengan siapa pun.

c. Persamaan (al-Musawah)

Manusia memiliki hak-hak kemanusiaan yang sama untuk mewujudkan keadilan. Keadilan sulit dilaksanakan apabila tidak di dalam kesederajatan antar negara dan antar bangsa. Disebutkan oleh Allah dengan mengatakan “Siapapun baik laki-laki maupun perempuan yang berilaku shalih (baik, bermanfat) akan mendapatkan balasan yang tanpa pilih kasih sehingga tidak terjadi pengurangan di satu pihak dan penambahan di pihak lain".9

Peradaban-peradaban di natara mansuai adalah perbedaan tugas posisi serta serta fungsi masing-masing dalam kehidupan manusia tetapi hukum asal di dalam kemanusiaan adalah sama.

d. Kehormatan manusia

Allah benar-benar telah memuliakan, meninggikan harkat dan martabat Adam dan keturannya di atas makhluk Allah yang lain dengan akal, ilmu dan bahasa. Dengan ketiganya tersebut manusia dapat

melakukan aktivitas terhormat melebihi makhluk Allah yang lain.10

Karena kehormatan inilah maka manusia tidak boleh merendahkan manusia lainnya dan suatu kaum tidak boleh menghina kaum lainnya. Kehormatan manusia ini bisa berkembang menjadi kehormatan bangsa dan negara. Kehormatan inilah yang dapat menimbulkan toleransi agama, dapat menghilangkan kesombongan individual maupun komunal dan nasionalisme sehingga terjalin hubungan internasional antar bangsa.

8 QS al-Maidah: 8. 9 QS an-Nisa’: 124. 10 QS al-Isra’: 70.

(5)

e. Toleransi

Toleransi yaitu suatu tindakan yang mengandung arti untuk membalas kejelekan dengan kebaikan kerena tindakan ini akan menimbulkan persahabatan. Allah telah berfirman bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman, yaitu yang mengaku beriman kepada Nabi Muhammad saw, orang-orang Yahudi yang beriman kepada Nabi Musa, orang-orang Nasrani yang beriman kepada Nabi Isa, dan orang-orang sabi’in, orang musyrik atau penganut agama dan kepercayaan lain, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir dan sesuai dengan segala unsur keimanan yang diajarkan Allah melalui nabi-nabi dan beramal shalih, yakni yang bermanfaat dan sesuai dengan nilai-nilai yang ditetapkan Allah, maka untuk mereka pahala amal-amal shalih mereka yang tercurah di dunia ini dan diterima hingga di akhirat nanti di sisi Tuhan pemeliharaan dan pembimbingan mereka, serta atas kemurahannya, tidak ada kehawatiran terhadap mereka menyangkut sesuatu apapun yang akan datang. Dan tidak pula mereka bersedih hati menyangkut sesuatu yang telah terjadi.11 Atas dasar itulah manusia tidak harus mengenal kejahatan, tetapi dikarenakan menolak permusuhan dengan tindakan yang lebih baik, karena penolakan dengan cara yang baik akan menimbulkan persahabatan atau menghilangkan ketegangan.

f. Kerjasama kemanusiaan

Sebagai dasarnya adalah Qur’an surat al-Maidah ayat 2 yang ditafsirkan saling membantu dalam melakukan kebajikan dan menjauhi kemungkaran serta bekerjasama dalam hal kemaslahatan bersama.

Kerjasama kemanusiaan ini adalah relasi dari dasar-dasar yang telah disebutkan di atas, kerjasama ini diperlukan karena saling ketergantungan baik antar manusia atau antar negara di dunia ini. Sudah barang tentu kerjasama ini dilaksanakan agar saling menguntungkan dalam suasana baik dan demi kebaikan bersama.

g. Kebebasan, kemerdekaan

Kemerdekaan sesungguhnya dimulai dari pembebasan diri dari pengaruh hawa nafsu serta mengendalikan diri di bawah bimbingan keimanan dan akal sehat. Dengan demikian kebebasan bukanlah kebebasan mutlak, akan tetapi kebebasan yang bertanggungjawab terhadap Allah, keselamatan dan kemaslahatan hidup manusia di muka bumi.

(6)

Kebebasan ini bisa berupa kebebasan berfikir,12 kebebasan menyatakan pendapat.13

h. Perilaku moral yang baik

Peralaku yang baik merupakan dasar moral dalam hubungan antar manusia antar umat, dan antar bangsa di dunia. Prinsip ini diterapkan terhadap semua makhluk Allah di muka bumi, termasuk flora, fauna, hewan, nabati.

Sebagai dasarnya perilaku moral yang baik seperti disebutkan bahwa Allah akan menurunkan kasih sayangnya kepada orang-orang yang tertindas dan lemah dan akan menjadikan pemimpin dan ahli warisNya di bumi. Oleh karena itu setiap manusia atau bangsa hendaklah meniru sifat Allah dengan jalan membebaskan manusia atau bangsa lain yang sedang tertindas, dan lemah. Karena Allah akan menyayangi hambanya yang

menyayangi saudaranya.14

Itulah dasar-dasar hubungan internasional, yang semuanya mengacu kepada manusia sebagai satu kesatuan umat manusia dalam ruang lingkup yang paling luas yaitu seluruh manusia dalam arti komunitas agama baik muslim maupun non-muslim.

2. Kewajiban Negara terhadap Negara Lain

Pada dasarnya hubungan internasional adalah damai. Ada yang mengatakan dasar hubungan internasional adalah perang, kelompok ini mendasarkan pada ayat-ayat perang seperti al-Baqarah ayat 216, an-Nisa’ ayat 74, al-Anfal ayat 65, al-Taubah ayat 29 dan pula hadis Nabi yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim Ibn Umar. Nabi bersabda, “Saya perintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan syahadat, melaksanakan shalat dan mengeluarkan zakat”. Kelompok pertama ini mengatakan hukum asal hubungan internasional adalah perang.

Kelompok kedua berpendapat sebaliknya hukum asal di dalam hubungan internasional adalah damai, karena perang itu diperbolehkan kalau ada sebabnya yaitu menolak kezaliman dan mempertahankan diri. Hal ini mendasarkan pada ayat-ayat al-Qur’an.15 Jadi peperangan itu hanya

dilakukan dalam keadaan tidak ada jalan lain/darurat.

Konsekwensinya dari azas hukum asal di atas damai dalam hubungan internasional sehingga saling membantu dalam kebaikan, maka:

12 QS al-Baqarah: 256. 13 QS Ali Imran: 104. 14 QS al-Qassas: 5.

(7)

a. perang tidak dilakukan kecuali dalam keadaan darurat/terpaksa;

b. orang yang tidak berperang tidak boleh diperlakukan sebagai musuh;

c. segera menghentikan perang apabila salah satu pihak cenderung pada

damai;

d. memperlakukan tawanan perang dengan cara manusiawi.16

1). Kewajiban suatu negara terhadap negara lain

Seperti disebutkan di atas bahwa asas hukum internasional adalah perdamaian dan saling membantu dalam kebaikan. Karena subyek hukum itu adalah negara, maka sebagai subyek hukum negara memiliki kewajiban menghormati hak-hak negara yang lain dan melaksanakan perjanjian yang telah dibuatnya.

Masalah kewajiban menghormati negara lain yang betetangga dengan negara Islam ataupun non-Islam seperti halnya hidup bertetangga wajib saling menghormati. Al-Qur’an mewajibkan untuk berbuat baik kepada tetangga termasuk di dalamnya hak-haknya “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukannya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu dan kepada kerabat karib, anak-anak yatim dan orang-orang miskin dan kepada tetangga dekat dan tetangga jauh dan kepada teman sejawat dan kepada ibnu sabil dan hamba sahaya”. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.17

Kewajiban suatu negara terhadap negara lain adalah saling membantu dalam kebaikan dan saling menghormati dalam hidup bertetangga baik sesama negara muslim maupun non muslim.

2). Kewajiban negara dalam perjanjian dengan negara lain.

Di depan dijelaskan tentang kewajiban negara terhadap negara lain yang bertetangga walaupun tidak ada perjanjian, apalagi setelah ada perjanjian antara negara maka setiap negara wajib mentaatinya apabila perjanjian itu telah disepakati dan disahkan oleh masing-masing negara. Perjanjian itu mengikat suatu negara apabila:

a). yang melakukan perjanjian memiliki kemampuan. Biasanya yang melakukan dalam suatu perjanjian adalah kepala negara yang berwenang atau dalam perjanjian yang lingkupnya lebih sempit dilakukan oleh orang yang berwenang di bawah kepala negara atas nama kepala negara. Sebagai contoh perjanjian Hudaibiyah antara Nabi yang mewakili umat Islam dengan Suhail yang mewakili kaum

16 Muhammad Syaltut, Al-Islam: Aqidah wa asy-Syari’ah, (Kairo: Dar al-Kitab,

1966), p. 462.

(8)

Qurais dan pada daerah yang lebih kecil dilakukan utusan Rasul dan

komandan perang.18

b). Kerelaan

Dalam perjanjian tidak boleh ada unsur penipuan, kesalahan, dan paksaan, karena itu akan mempengaruhi sah atau tidaknya perjanjian. Hal tersebut di negara modern saat ini jarang terjadi, yang ada adalah pemaksaan-pemaksaan negara besar terhadap negara kecil yang lemah. Namun para ahli hukum internasional perjanjian seperti itu sah, karena kerelaan penuh tidak ada. Tetapi perlu digarisbawahi bahwa pemaksaan dalam batas-batas tertentu merupakan bentuk ketidakadilan. Perjanjian semacam ini biasanya timbul masalah di kemudian hari. Sebagai contoh pinjaman hutang negara, negara donor

kepada negara-negara miskin yang akhirnya tidak bisa

mengembalikan.

c). Isi perjanjian dan obyeknya tidak dilarang oleh syari’at Islam

Perjanjian itu bisa lisan dan bisa tertulis, tetapi untuk menjaga hal yang negatif sebaiknya tertulis, karena dengan tertulis mempunyai dokumen yang sah dapat sebagai alat bukti yang kuat dalam hukum. Di samping itu perjanjian internasional bisa selamanya dan bisa juga sementara, bisa tertutup dan bisa terbuka. Perjanjian sementara atau selamanya, terbuka atau tertutup kaum muslimin wajib mentaati perjanjian yang dibuat oleh perorangan ataupun negara. Selama tidak menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Di dalam al-Qur’an diwajibkan menepati janji itu, karena sesungguhnya janji itu

dimintai pertanggungjawaban.19 Jadi memenuhi dan menepati

perjanjian wajib hukumnya. Kewajiban tidak semata-mata muncul karena adanya kepentingan di antara dua negara saja, tetapi juga karena dorongan moral dan keyakinan agama. Sebab manusia dipandang oleh agama Islam adalah sebagai umat yang satu dan harus dihormati baik muslim maupun non-muslim. Hal ini banyak dilakukan penguasa muslim yang mempunyai pendirian bahwa kehidupan dan kemakmuran dunia tidak bisa dicapai dengan kedhaliman, kebencian, dendam dan memaksakan kehendak, akan tetapi hanya bisa dicapai dengan keadilan, kasih sayang, dialog dan musyawarah.

18 A. Djazuli, Fiqh Siyasah…, p. 126. 19 QS al-Isra’: 34.

(9)

3). Hubungan Internasional diwaktu Perang

Peperangan pada umumnya tidak disukai, termasuk kaum muslimin

sendiri tidak menyukai peperangan, kecuali dalam rangka

mempertahankan diri atau negerinya asal benar supaya tidak jatuh ke tangan negara lain. Untuk itu perlu diketahui sebab-sebab terjadinya perang adalah:

a. Perang dalam Islam untuk mempertahankan diri.

Hal ini dapat dilihat dalam sejarah sebagaimana Nabi Muhammad mempertahankan negeri Madinah dari serangan musuh-musuh orang kafir Quraisy. Maksudnya yang benar bukan Nabi Muhamad yang menyerang tetapi musuh-musuh Islam dari orang kafir yang menyerang ke Madinah. Dari salah satu kisah Nabi Muhammad tersebut dapatlah dimengerti bahwa Islam berperang apabila untuk mempertahankan diri.

b. Perang dalam rangka dakwah perang yang terjadi dalam Islam dapat karena dakwah.

Artinya, dakwah kepada kebenaran dan keadilan serta kepada prinsip-prinsip yang mulai tidak boleh dihalangi dan ditindas oleh siapapun. Karena memang Islam tidak menghendaki ada penguasa yang zalim memaksa rakyatnya untuk memeluk agama tertentu yang diyakini.

Pada saat itu panglima perang selalu diberikan perintah apabila berhadapan dengan musuh berikan kepada mereka tiga pilihan yaitu masuk Islam atau perang atau damai. Apabila damai maka mereka tetaplah dalam agamanya masing-masing dan harus dilindungi jiwanya, harta, maupun kehormatan. Demikian juga apabila mereka memilih pilihan kedua masuk Islam, baru pilihan ketiga perang, terpaksa orang Islam memeranginya. Jadi perang yang sah dalam Islam hanyalah pembelaan diri. Kecuali sebab-sebab terjadinya perang dalam hubungan internasional dalam waktu perang diatur pula tentang aturan perang dalam hubungan internasional menurut Islam sebgai berikut

c. Pengumuman perang

Islam tidak membenarkan perang yang bertujuan menaklukkan suatu negara atau perluasan wilayah dan memaksakan kehendak. Perang yang dibolehkan oleh Islam adalah perang untuk menolak serangan musuh atau untuk dakwah.

Tidak dibenarkan memulai perang kecuali pengumuman dan pengumuman perang itu telah sampai beritanya kepada musuh. Kalau perang tidak bisa dielakan lagi ada tiga pilihan

(10)

2). Mengadakan perjanjian supaya dan dapat melindungi dakwah;

3). Berperang sebagai pengumuman simualainya perang, tanpa ada

pemaksaan untuk memilih agamanya.20

Hal tersebut dapat dilihat dengan sekelompok kaum muslim ke zaman Nabi memberi perintah “Jangan kaum memerangi mereka sebelum kamu lakukan dakwah, apabila mereka sebelum kamu lakukan dakwah, apabila mereka menolak jangan kamu perangi mereka sebelum mereka memulainya, apabila mereka memulai perang kamu jangan membalas kecuali jika seorang dari kamu telah terbunuh, katika itu perlihatkan kepada mereka mayat musuh yang terbunuh dan katakan kepada mereka tidak adakah jalan yang lebih baik dari ini".

Dari kejadian di atas dapat dilihat bahwa keinginan damai selalu hidup dalam jiwa kaum muslimin sampai perang ada yang terbunuh, jiwa damai tetap diutamakan.

d. Etika dan aturan perang

Dikatakan bahwa Islam mengutamakan kedamaian dan berwatak al-akhlaq al-karimah baik dalam keadaan damai maupun perang, dan etika atau aturan perang dalam Islam inilah yang mempengaruhi hukum internasional. Aturan perang dalam Islam itu adalah sebagai berikut.21 1). Dilarang membunuh anak-anak;

2). Dilarang membunuh wanita-wanita yang tidak ikut perang dan juga dilarang memperkosanya;

3). Dilarang membunuh orang tua apabila orang tua itu tidak ikut perang; 4). Dilarang merusak pohon-pohon, sawah-sawah, dan ladang;

5). Tidak boleh merusak binatang ternak;

6). Tidak boleh menghancurkan rumah-rumah ibadah non muslim; 7). Dilarang mencincang-cincang mayat musuh, bahkan bangkai binatang

pun tidak boleh;

8). Dilarang membunuh pendeta atau para pekerja yang tidak ikut berperang, dan juga tentara yang luka atau tidak melawan;

9). Dilarang mempunyai niat mencari keuntungan duniawi. Sabar, berani, iklas dalam melakukan peperangan;

10). Tidak mempunyai batas aturan hukum dan moral di dalam peperangan.

Dari aturan tersebut dapat disimpulkan secara umum bahwa di dalam peperangan sekalipun nalai-nilai kemanusiaan, penghormatan

20 Abu Zahrah, Al-Alaqah ad-Dauliyah fi al-Islam, alih bahasa Muhammad Zien

Hasan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), p. 120.

(11)

terhadap agama muslim, lingkungan hidup dan akhlak yang mulia selalu dijaga.

C. Kesimpulan

1. Sebagai dasar dalam hukum internasional menurut Islam adalah kesatuan umat manusia, keadilan, persamaan, kehormatan, toleransi, kerjasama, kebebasan dan perilaku moral yang baik sesuai perintah Allah dalam al-Qur’an dan ini mempengaruhi hukum internasional secara umum.

2. Kewajiabn negara terhadap negara lain adalah menghoramati hak-hak negara lain baik negara Islam maupun non Islam dan saling membantu dalam kebaikan. Bagi negara yang melakukan perjanjian atau negara wajib mentaati karena perjanjian itu mangikat bagi negara-negara yang melakukan perjanjian asal semua persyaratan dalam perjanjian seperti kewenangan melakukan perjanjian, tidak ada unsur paksaan dan isinya tidak dilarang oleh syari’at Islam. Hal ini juga secara umum menjadi dasar hukum internasional yang sekarang berlaku.

3. Hubungan internasional di waktu perang pun Islam tetap menggunakan ajaran al-Qur’an, di mana perang hanya untuk mempertahankan diri dan dakwah. Dakwah pun harus tidak ada unsur paksaan, karena pada dasarnya hukum asal damai dalam hubungan internasional. Lebih dari itu apabila terjadi perangpun harus menggunakan aturan perang seperti pengumuman perang dan juga etika perang yang diatur dalam agama Islam. Hal ini berpengaruh terhadap hubungan internasional dunia saat ini.

(12)

Daftar Pustaka

Mansyur, Ali, Asy-Syariah al-Islamiah wa al-Qanun ad-Du Wali Al’am, Kairo: Majelis al-A’la li Asyun al-Islamiyah al-Katarah, 1971.

Zahrah, Muhammad Abu, Al-Alaqah ad-Dauliyah fi al-Islam, alih bahasa Muhammad Zien Hasan, Jakarta: Bulan Bintang, 1973.

Djazuli, A., Fiqh Siyasah, Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu Syariah, Bandung: Gunung Jati Press, 2000.

Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia,

Jakarta, t.t.

Ali, Amir, The Spirit of Islam, alih Bahasa H.B. Yasin, Jakarta: Pembangunan, 1967.

Syaltut, Muhammad, Al-Islam: Aqidah wa asy-Syari’ah, Kairo: Dar al-Kitab, 1966.

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum proses yang terjadi yaitu partikel-partikel kecil zat penyerap (adsorben) ditempatkan di dalam suatu adsorber (kolom adsorpsi),kemudian fluida dialirkan melalui

Dalam amanat tersebut mengandung beberapa pernyataan, antara lain: (1) kekuasaan-kekuasaan yang dahulu dipegang oleh Pemerintah jajahan (dalam jaman Belanda

Dalam hal ini para pemuda yang tergabung dalam kepengurusan Karang Taruna Kabupaten Bantul periode 2014-2018 memberi apresiasi dan percaya penuh pada pemerintahan yang ada

Hasil analisis menunjukkan bahwa alternatif strategi utama yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong yaitu mengoptimalkan dan mengembangkan

Dari beberapa literatur yang penulis baca, belum ada literatur yang membahas secara khusus sebagaimana penulis akan bahas dalam skripsi, yaitu hadis tentang paha

Kesulitan yang dialami siswa ini, tentu disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain; (1) faktor pendekatan pembelajaran, pendekatan pembelajaran yang digunakan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kelayakan dan kepraktisan modul tematik berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk peserta didik kelas V

Sudah tidak lagi menjadi satu kesatuan jiwa tak terpisahkan dengan fungsi Kabupaten karena rancangannya memang tidak berlandaskan filosofi alun-alun, tetapi sudah murni