Pemenang Kartul Bulan November
PERAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN KABUT ASAP DAN
DILIHAT DARI PERSPEKTIF HUKUMNYA
Dewasa ini, Masyarakat seakan-akan sudah terbiasa dengan semua persoalan. Sebagian masyarakat tidak punya cukup kepedulian dengan kerusakan alam disekitarnya dan sebagian lain tetap acuh tak acuh untuk terus membuat masalah. Masalah ini selalu berulang, namun belum ada suatu langkah konkrit untuk menyelesaikan masalah ini. Masalah kabut asap yang ada merupakan dampak dari adanya kebakaran hutan, hal itu dilakukan oleh pemilik hak pengusahaan hutan maupun petani tradisional. Motifnya sama, untuk membuka lahan perkebunan baru ataupun untuk lahan pertanian baru.
Direktur Eksekutif WALHI Abednegno Tarigan berpendapat, “Kebakaran hutan dan lahan ini seperti membuka kotak Pandora kekacauan tata kelola hutan dan lahan kita, sementara penanganannya masih bersifat darurat”. Beberapa masalah yang muncul pun sebenarnya bukan hal baru, seperti perizinan yang tidak sesuai dengan tata ruang atau standar daya tamping dan daya dukung lingkungan yang belum jelas.
menggelitik dimana merupakan suatu hal yang cukup aneh dan diluar nalar ketika masalah kabut asap merupakan suatu permasalahan yang cukup kompleks, namun hal tersebut juga merupakan hasil dari penyemaian pemerintah sendiri, dari undang-undang No.32 Tahun 2009 mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Setiap warga negara kita diperbolehkan melakukan pembakaran lahan dengan maksimal 2 Hektare. Dengan adanya undang-undang tersebut perusahaan yang berbasis produksi di hutan akan menghemat biaya 5 Juta/ hektare ketimbang menggunakan cara manual.
Pemerintah harusnya mampu untuk bertanggung jawab penuh terhadap merajalelanya bencana asap. Peran pemerintah dalam kondisi ini harusnya dimaksimalkan dengan misalnya menetapkan kabut asap ini sebagai bencana nasional. Dengan ditingkatkannya status menjadi bencana nasional bukan tidak mungkin bahwa langkah prefentive dari pemerintah akan meningkat seiring dengan adanya suatu standar baru dalam penanganan kabut asap ini. Inpres penanggulangan bencana asap telah diterbitkan oleh presiden, Inpres tersebut menjadi suatu payung hukum bagi sejumlah kementrian untuk menangani dan dapat mengambil langkah dalam penanganan bencana kabut asap ini.
Beberapa langkah prefentive memang telah dilaksanakan oleh pemerintah contohnya degan mengerahkan beberapa pesawat untuk melakukan pemboman air, dimana upaya ini dilakukan untuk menghilangkan titik-titik kebakaran hutan dengan memadamkannya, teknologi modifikasi cuaca dengan cloud seeding atau memupuk awan pun sudah berkali - kali dilakukan untuk membuat hujan buatan. Hal tersebut masih belum dapat mengurangi dampak adanya kabut asap akibat pembakaran hutan.
Namun jika kita coba bergeser sedikit dan mencoba untuk melihat secara normatif, peraturan perundang-undangan untuk menjerat pelaku pembakaran hutan memang sudah cukup lengkap, diantaranya ada UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, UU No.41 Tahun 1999 tentang kehutanan yang telah diubah dengan UU No.19 Tahun 2013 tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan.