• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Oktober 2012:24-32 ISSN 2301-9921

Strategi Pengembangan Usaha Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban

Kabupaten Sukoharjo

K. I. Adinata, A. I. Sari dan E. T. Rahayu

Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan, Surakarta 57126 E-mail: sariayu_uns@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor strategis yang dapat memengaruhi pengembangan ternak sapi potong dan mengetahui alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan ternak sapi potong. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo pada bulan Mei–Juni 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei untuk mengumpulkan data primer dari responden dan data sekunder dari instansi yang terkait, yaitu Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo, Dinas Pertanian, Unit Pelaksana Teknis Daerah Pertanian Kecamatan Mojolaban. Pengambilan sampel penelitian ditentukan secara purposive sampling sebanyak 50 peternak. Analisis data menggunakan analisis lingkungan internal, analisis lingkungan eksternal, dan analisis SWOT. Hasil analisis menunjukkan bahwa alternatif strategi utama yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong yaitu mengoptimalkan dan mengembangkan kemampuan internal peternak serta memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk meningkatkan skala usaha ternak sapi potong menjadi lebih maju, pengenalan mengenai teknologi pengolahan pakan berbasis limbah pertanian dan bibit ternak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat, menjalin usaha kemitraan bersama pemerintah dan pihak ketiga dengan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan yang bersifat kekeluargaan dan kegotongroyongan, memperkuat kelembagaan peternak.

Kata kunci: sapi potong, strategi pengembangan, Analisis SWOT

Development Strategy Of Beef Cattle Business At Mojolaban Subdistrict Of Sukoharjo Regency

ABSTRACT

The purposes of the research are to find out the strategic factors that influencing the beef cattle development and to find out the alternative strategy that can be implemented in developing the beef cattle. The research was done on Mei-June 2012, at Mojolaban Subdistrict of Sukoharjo Regency. The research method used in the research is survey method to collect the primary data from respondent and the secondary data from the instance included, those are Statistic Bureau Centre of Sukoharjo Regency, Agriculture Department, Agriculture Sub Department at Mojolaban Subdistrict. The research sample was taken using purposive sampling about 50 breeders. The data analysis was using internal environment analysis, external environment analysis, and SWOT analysis. The analysis result indicates that the prominent alternative strategy can be applied in developing beef cattle business as follows: Optimalizing and developing the internal ability of breeders resources and utilizing the available nature resources to increase the beef cattle business scale progessively, the recognition about livestock feed processing use compost heap and the superior cattle seed appropriately with the local condition, taking a cooperation business partnership with the goverment and the third partnerships in utilizing rural communities interaction relatively and mutual cooperatively, strenghtening the breeder organization.

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara agraris dimana mata pencaharian penduduknya sebagian besar di sektor pertanian. Sektor pertanian menyediakan pangan bagi

sebagian besar penduduknya dan

memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian masyarakat terutama di pedesaan. Menyempitnya lahan pertanian yang ada mendorong para petani untuk berusaha meningkatkan pendapatan dengan kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan tersebut adalah usaha pembibitan dan penggemukan sapi (Arbi, 2009).

Salah satu sektor pertanian yang memiliki potensi besar untuk dapat dikembangkan adalah peternakan sapi potong yang merupakan bagian dari sub sektor peternakan. Menurut Priyanto (2011), kebutuhan akan daging sapi di Indonesia menunjukkan trend yang meningkat setiap tahunnya, demikian pula importasi terus bertambah dengan laju yang semakin tinggi, baik impor daging maupun impor sapi bakalan. Kondisi yang demikian menuntut para pemangku kepentingan (stakeholder) untuk segera menerapkan suatu strategi pengembangan peternakan sapi potong nasional untuk mengurangi ketergantungan pada impor, dan secara bertahap serta berkelanjutan mampu berswasembada dalam menyediakan kebutuhan daging sapi secara nasional.

Kecamatan Mojolaban merupakan salah satu sentra pengembangan usaha budidaya ternak sapi potong di Kabupaten Sukoharjo. Peningkatan populasi sapi potong di Kecamatan Mojolaban dalam lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan, pada tahun 2006 populasi sapi potong sebesar 2.115 ekor, kemudian pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 3.230 ekor sehingga rata-rata peningkatan setiap tahunnya sebesar 11% (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo, 2010).

Usaha sapi potong di Kecamatan Mojolaban masih didominasi oleh sistem pemeliharaan induk-anak (pembibitan) sebagai penyedia bakalan (cow calf

operation). Program CCO (cow calf operation) merupakan usaha untuk menghasilkan pedet atau sapi bakalan, 99% dilakukan oleh peternakan rakyat yang berskala kecil dan umumnya belum menerapkan sistem usaha yang intensif (Dikman et al., 2010). Manajemen pemeliharaan dan penyediaan pakan yang seadanya serta waktu budidaya yang relatif lama, menyebabkan usaha ini ditinjau secara

ekonomi kurang menguntungkan

dibandingkan dengan usaha penggemukan sapi potong, oleh karena itu penelitian ini

dimaksudkan untuk mengulas dan

merumuskan alternatif strategi

pengembangan usaha sapi potong yang cocok untuk diterapkan di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, yang diharapkan dapat berimplikasi pada peningkatan produktivitas sapi potong dan kesejahteraan peternak.

METODE PENELITIAN

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei 2012 – Juni 2012 di lima desa di Kecamatan Mojolaban yaitu: Desa Plumbon, Desa Bekonang, Desa Demakan, Desa Joho, dan Desa Palur, dengan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut memiliki populasi peternak sapi potong yang rendah (37, 38 peternak), sedang (72 peternak), dan tinggi (161, 164 peternak). Penelitian dilaksanakan dengan metode survei, observasi, dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terhadap 50 responden peternak sapi potong yang dipilih secara purposive sampling (sengaja), yaitu peternak yang mengusahakan pembibitan sapi potong. Data primer meliputi: karakteristik peternak, kondisi

keuangan, manajemen reproduksi,

pemeliharaan, perkandangan, kesehatan ternak, faktor internal dan eksternal budidaya ternak sapi potong. Data sekunder yang berkaitan dengan rencana strategis pembangunan sektor pertanian dan kebijakan pengembangan ternak sapi potong, diperoleh melalui instansi yang terkait dengan bidang peternakan, yaitu

(3)

Tabel 1. Matrik SWOT Kekuatan-S Daftar Kekuatan Kelemahan-W Daftar Kelemahan Peluang-O Daftar Peluang Strategi SO

Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Atasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang Ancaman-T Daftar Ancaman Strategi ST Gunakan Kekuatan untuk menghindari ancaman Strategi WT Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber: David, 2004.

Dinas Pertanian, Unit Pelaksana Teknis Daerah Pertanian Kecamatan Mojolaban, Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo, dan Kecamatan Mojolaban.

Analisis Data

Data primer dan data sekunder terkumpul yang bersifat kualitatif dipaparkan secara deskriptif. Data selanjutnya diuji dengan menggunakan matrik SWOT. Matrik SWOT adalah metode yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan. Matrik SWOT ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat diselesaikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki (Rangkuti, 2006).

Matrik SWOT menurut David

(2004), merupakan perangkat pencocokan

penting yang membantu manajer

mengembangkan empat tipe strategi: Strategi SO (Strenght-Opportunities), Strategi WO (Weakness-Opportunities), Strategi ST (Strenght-Threats), dan Strategi WT (Weakness-Threats). Tujuan dari setiap perangkat kecocokan adalah menghasilkan strategi alternatif yang dapat dijalankan.

Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi peternak sapi potong di daerah penelitian dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Strategi pengembangan usaha ternak sapi potong di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah

Wilayah Kecamatan Mojolaban mempunyai ketinggian 104 meter diatas permukaan air laut, yang mempunyai topografi datar sampai berombak. Curah hujan mencapai 188 mm/th dengan suhu rata-rata 30oC. Luas wilayah Kecamatan Mojolaban adalah 3.554 hektar. Kecamatan Mojolaban terdiri atas lima belas desa yaitu Desa Tegalmade, Wirun, Laban, Bekonang, Palur, Joho, Plumbon, Triyagan, Gadingan, Sapen, Demakan, Kragilan, Klumprit, Cangkol, dan Dukuh.

Potensi sumber daya alam yang ada meliputi luas kawasan sekitar 3.554 hektar yang terbagi dari lahan persawahan, tegal, dan pekarangan yang digunakan sebagai pemukiman penduduk. Selain sebagai pemukiman, tanah pekarangan juga digunakan masyarakat sekitar sebagai penunjang sektor perekonomian termasuk didalamnya sektor pertanian dan peternakan.

Karakteristik Responden Peternak Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan, pola usaha budidaya ternak sapi potong yang dikembangkan oleh masyarakat di wilayah Kecamatan Mojolaban, yaitu usaha ternak dengan sistem pembibitan dimana hasil utamanya adalah pedet atau sapi bakalan. Karakteristik peternak sapi

potong di Kecamatan Mojolaban

ditunjukkan pada Tabel 2.

Hasil survei, menunjukkan bahwa mayoritas responden peternak sapi potong

(4)

Tabel 2. Karakteristik Responden Peternak Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban

Karakteristik Jumlah (Orang) Persentase (%)

Umur (tahun) 30-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun >71 tahun 7 10 19 11 3 14 20 38 22 6 Pendidikan Formal Tidak Sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi 15 19 6 8 2 30 38 12 16 4 Pekerjaan Pokok Petani Buruh Tani Wiraswasta Swasta Buruh Lainnya 10 14 9 5 3 9 20 28 18 10 6 18 Pengalaman Beternak <5 tahun 5-15 tahun >15 tahun 13 14 23 26 28 46 Sumber: Analisis data primer, terolah 2012.

berada pada kisaran umur yang produktif, yaitu 51-60 tahun atau 38% dari persentase total sampel responden. Umur produktif berkisar antara umur 15 sampai 64 tahun, sedangkan umur dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun termasuk dalam umur non produktif (Tarmidi, 1992). Pada umur produktif tenaga yang digunakan masih prima sehingga mampu mengembangkan usahanya dan ada kemungkinan menambah pengetahuan serta metode budidaya di bidang usaha ternak sapi potong.

Mayoritas responden peternak berpendidikan SD dan tidak sekolah, yaitu 68%. Peternak yang berpendidikan rendah biasanya lebih sulit menerima inovasi teknologi baru yang berkaitan dengan usaha ternak, dan cenderung menekuni apa yang biasa dilakukan oleh nenek moyangnya secara turun temurun (Wirdahayati, 2010).

Pekerjaan pokok responden peternak sapi potong di Kecamatan Mojolaban,

adalah 48% bekerja sebagai petani dan buruh tani dan sisanya bekerja di berbagai bidang. Menurut pernyataan Soeharsono et al. (2010), hal ini merupakan gambaran umum penduduk yang tinggal di kawasan pedesaan, dimana sebagian besar mengandalkan mata pencaharian mereka pada bidang pertanian dan didukung oleh sub sektor peternakan.

Pengalaman peternak dalam

melaksanakan usaha budidaya ternak sapi potong adalah rata-rata sekitar 12 tahun. Soeharsono et al. (2010) mengemukakan bahwa semakin lama pengalaman peternak membudidayakan ternak sapi potong, memungkinkan mereka untuk lebih banyak belajar dari pengalaman, sehingga dapat dengan mudah menerima inovasi teknologi yang berkaitan dengan usaha ternak sapi potong menuju perubahan baik secara individu maupun kelompok.

(5)

Tabel 3. Identifikasi Analisis Internal dan Eksternal

Faktor Internal Kekuatan (Strenght) Kelemahan (Weakness)

SDM  Pengalaman beternak cukup

baik

 Ketersediaan akan tenaga kerja

 Interaksi antar masyarakat

yang lebih bersifat

kekeluargaan

 Pendidikan peternak masih rendah

 Mengusahakan ternak sapi sebagai usaha sambilan

Operasi/Produksi  Lahan sebagai basis penyedia pakan masih tersedia

 Telah meluasnya penggunaan ternak sapi silangan sebagai indukan

 Kepemilikan ternak sapi potong yang masih rendah

Pemasaran  Kemudahan dalam

memasarkan ternak sapi potong

 Akses transportasi dan sarana

infrastruktur yang

mendukung

 Adanya produk substitusi dan fluktuasi harga sapi  Peran blantik yang

dominan dalam penentuan harga Kondisi keuangan  Adanya pinjaman kredit

lunak dari lembaga perbankan

 Keterbatasan akan modal usaha ternak

Manajemen  Ketersediaan limbah

pertanian yang melimpah

 Belum adanya

pemanfaatan limbah pertanian secara optimal. Faktor Eksternal Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)

Ekonomi  Kemudahan dalam

memperoleh pakan konsentrat

 Harga pakan konsentrat yang fluktuatif

Sosial dan budaya  Kenaikan permintaan akan daging sapi potong

 Adanya alih fungsi lahan pertanian

 Masih lemahnya

kelembagaan petani ternak

Pemerintahan  Kebijakan pemerintah dalam membatasi impor daging sapi potong

 Adanya program swasembada daging sapi tahun 2014

 Belum adanya usaha kemitraan dengan pihak ketiga

Teknologi  Telah meluasnya teknologi IB di masyarakat

 Pola pemeliharaan yang masih tradisional

Sumber: Analisis data primer, terolah 2012. Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Mengacu kepada analisis faktor internal dan eksternal pada usaha ternak sapi potong, maka dapat dilakukan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman

dengan dua puluh enam faktor yang berpengaruh dan homogen di Kecamatan Mojolaban. Hasil identifikasi tertera pada Tabel 3.

Dari identifikasi analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal

(6)

Tabel 4. Matrik SWOT Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban Strategi SO

1. Mengoptimalkan dan

mengembangkan kemampuan

internal peternak serta

memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk meningkatkan skala usaha ternak sapi potong menjadi lebih maju.

2. Bekerja sama dengan pemerintah

daerah setempat untuk

mengefektifkan jaringan pemasaran guna memanfaatkan peluang permintaan pasar yang relatif belum terpenuhi

3. Memanfaatkan secara optimal pakan limbah pertanian yang jumlahnya melimpah

Strategi WO

1. Memberikan program

pendampingan dan penyuluhan disertai dengan demonstrasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan peternak

2. Pengenalan mengenai teknologi pengolahan pakan berbasis limbah pertanian dan bibit ternak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat

3. Optimalisasi program swasembada daging sapi yang dicanangkan oleh pemerintah guna menambah skala kepemilikan sapi potong dan

meningkatkan pengetahuan

peternak sapi potong mengenai harga jual dan informasi pasar Strategi ST

1. Mengembangkan keterampilan

sumber daya manusia dan

meningkatkan pola efisiensi agar dapat menguasai dan meningkatkan produktivitas di bidang usaha ternak

2. Menjalin usaha kemitraan bersama pemerintah dan pihak ketiga dengan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan yang bersifat

kekeluargaan dan

kegotongroyongan.

Strategi WT

1. Memperkuat kelembagaan peternak sehingga peternak memiliki daya tawar yang kuat

2. Mempermudah proses penyediaan bibit melalui subsidi bunga (Kredit Usaha Pembibitan Sapi)

3. Pengembangan usaha pembibitan sapi potong melalui VBC (Village Breeding Centre)

Sumber: Analisis data primer, terolah 2012. tersebut, diperoleh beberapa kriteria antara lain:

Strenght (Kekuatan):

(1) pengalaman beternak cukup baik, (2) ketersediaan akan tenaga kerja, (3) interaksi antar masyarakat yang lebih bersifat kekeluargaan, (4) lahan sebagai basis penyedia pakan masih tersedia, (5) telah meluasnya penggunaan ternak sapi silangan sebagai indukan, (6) kemudahan dalam memasarkan ternak sapi potong, (7) akses transportasi dan sarana infrastruktur yang mendukung, (8) adanya pinjaman kredit dari lembaga perbankan, (9) ketersediaan limbah pertanian yang melimpah.

Weakness (Kelemahan):

(1) pendidikan peternak masih rendah, (2) mengusahakan ternak sapi sebagai usaha sambilan, (3) kepemilikan ternak sapi potong yang masih rendah, (4) adanya produk substitusi dan fluktuasi harga sapi, (5) peran blantik yang dominan dalam penentuan harga, (6) keterbatasan akan modal usaha ternak, (7) belum adanya pemanfaatan limbah pertanian secara optimal.

Peluang (Opportunity):

(1) kemudahan dalam memperoleh pakan konsentrat, (2) kenaikan permintaan akan daging sapi potong, (3) kebijakan

(7)

pemerintah dalam membatasi impor daging sapi potong, (4) adanya program swasembada daging sapi tahun 2014, (5) telah meluasnya teknologi IB di masyarakat. Ancaman (Threat):

(1) harga pakan konsentrat yang fluktuatif, (2) adanya alih fungsi lahan pertanian, (3) masih lemahnya kelembagaan petani ternak, (4) belum adanya usaha kemitraan dengan pihak ketiga, (5) pola pemeliharaan yang masih tradisional.

Alternatif Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong

Melalui proses identifikasi analisis faktor internal dan eksternal maka akan diperoleh kekuatan, kelemahan, serta peluang dan ancaman dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di Kecamatan

Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

Perumusan alternatif strategi pengembangan dipertimbangkan berdasarkan identifikasi faktor internal dan eksternal, serta berpengaruh dan homogen yang berada pada lokasi penelitian. Kombinasi dan perpaduan antara faktor internal dan eksternal tersebut akan dapat diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Mojolaban, yang tertera dalam matrik SWOT pada Tabel 4.

Secara rinci, ada empat tipe alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Mojolaban yaitu:

Strategi SO (Strenght-Opportunity)

Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang merupakan strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk dapat memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi SO yang dapat dirumuskan mengoptimalkan dan mengembangkan kemampuan internal peternak serta memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk meningkatkan skala usaha ternak sapi potong menjadi lebih maju; bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk mengefektifkan jaringan pemasaran guna memanfaatkan peluang

permintaan pasar yang relatif belum terpenuhi; memanfaatkan secara optimal pakan limbah pertanian yang jumlahnya melimpah. Hasil strategi SO (strenght-opportunity) pengembangan usaha ternak sapi potong adalah: mengoptimalkan pengalaman beternak dan motivasi agar dapat menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, menjalin kerjasama antara kelompok tani ternak sebagai wakil dari

peternak dengan lembaga

permodalan/pemerintah, memanfaatkan pakan limbah pertanian yang melimpah (Djaafar, 2007; Kurniawan, 2012).

Strategi WO (Weakness-Opportunity) Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang merupakan strategi untuk dapat meminimalkan kelemahan yang ada untuk dapat memanfaatkan suatu peluang eksternal. Alternatif strategi yang dapat dirumuskan meliputi: memberikan program pendampingan dan penyuluhan disertai dengan demonstrasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan peternak; pengenalan mengenai teknologi pengolahan pakan berbasis limbah pertanian dan bibit ternak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat; optimalisasi program swasembada daging sapi yang dicanangkan oleh pemerintah guna menambah skala kepemilikan sapi potong dan meningkatkan pengetahuan peternak sapi potong mengenai harga jual dan informasi pasar. Hasil strategi WO (weakness-threat) pengembangan usaha ternak sapi potong adalah penyuluhan yang terarah dan terpadu, research and development pemanfaatan limbah pertanian, peningkatan produksi serta distribusi akseptor IB dan semen beku, meningkatkan pengetahuan peternak mengenai pemasaran dan informasi harga untuk mengurangi pengaruh blantik dalam penentuan harga ternak sapi potong (Kurniawan, 2012; Rusono, 2011).

Strategi ST (Strenght-Threat)

Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman merupakan strategi untuk dapat

(8)

mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki dalam menghindari ancaman. Alternatif strategi ST yang dapat dirumuskan antara lain: mengembangkan keterampilan sumber daya manusia dan meningkatkan pola efisiensi agar dapat menguasai dan meningkatkan produktivitas di bidang usaha ternak; menjalin usaha kemitraan bersama pemerintah dan pihak ketiga dengan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan yang bersifat kekeluargaan dan kegotongroyongan. Sesuai dengan pernyataan Kurniawan (2012) dan Putra (2011), strategi ST (Strenght-Threat) pengembangan usaha ternak sapi potong yang dihasilkan adalah: meningkatkan sumber daya manusia dengan meningkatkan pengetahuan peternak, menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan produktivitas serta menjaga kepercayaan konsumen dengan kualitas produk lokal melalui manajemen produksi yangbaik. Strategi WT (Weakness-Threat)

Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan strategi defensif untuk meminimalkan kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi yang dapat dirumuskan antara lain adalah: memperkuat kelembagaan peternak sehingga peternak memiliki daya tawar yang kuat; mempermudah proses penyediaan bibit melalui subsidi bunga (Kredit Usaha Pembibitan Sapi); pengembangan usaha pembibitan sapi potong melalui VBC (Village Breding Center). Seperti yang telah dinyatakan oleh Putra (2011) dan Djaafar (2007), hasil strategi WT (weakness-threat) pengembangan usaha ternak sapi potong adalah: meningkatkan kualitas sumber daya peternak secara teknis, moral dan spiritual melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya saing produk, menggalang kemitraan dengan pihak swasta, dan melakukan usaha pembibitan ternak.

SIMPULAN

Alternatif strategi utama yang sangat dibutuhkan dalam mengembangkan usaha ternak sapi potong di Kecamatan Mojolaban antara lain: mengoptimalkan dan mengembangkan kemampuan internal peternak serta memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia untuk meningkatkan skala usaha ternak sapi potong menjadi lebih maju; pengenalan mengenai teknologi pengolahan pakan dan bibit ternak sapi unggul yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat; menjalin usaha kemitraan bersama pemerintah dan pihak ketiga dengan memanfaatkan interaksi masyarakat pedesaan yang bersifat kekeluargaan dan

kegotong royongan; memperkuat

kelembagaan peternak sehingga peternak memiliki daya tawar yang kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Arbi, P. 2009. Analisis Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong (Studi Kasus Desa Kesuma Kecamatan Namo Rambe Kabupaten Deli Serdang). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan.

Badan Pusat Statistik. 2010. Sukoharjo Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo, Sukoharjo.

David, F. R. 2004. Manajemen Strategis Konsep-Konsep. Terjemahan. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.

Dikman, M., P. W. Prihandini., dan Y. N. Anggraeny. 2010. Profil Pembibitan Sapi PO di Kelompok Ternak Bango Jaya Kota Probolinggo. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm 181-185.

Djaafar, S. W. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Rakyat di Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Kurniawan, E. 2012. Analisis Pengembangan Potensi Peternakan Sapi Potong di Kecamatan Bungkal Kabupaten Ponorogo. Skripsi. Fakultas Pertanian

(9)

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.

Priyanto, D. 2011. Strategi Pengembangan Ternak Sapi dan Kerbau dalam Mendukung PSDS Tahun 2014. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Ternak, Bogor. 30(3): 108-116.

Putra, P. P. 2011. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.

Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rusono. 2011. Strategi dan Kebijakan dalam Percepatan Pencapaian Swasembada Daging 2014. Info Kajian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta. 8(2): 70-77.

Soeharsono., R. A. Saptati dan K. Diwyanto. 2010. Kinerja Reproduksi Sapi Potong Lokal dan Sapi Persilangan Hasil Inseminasi Buatan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 3-4 Agustus 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm 89-99.

Tarmidi, L.T. 1992. Ekonomi Pembangunan. Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Wirdahayati, R. B. 2010. Kajian Kelayakan dan

Adopsi Inovasi Teknologi Sapi Potong Mendukung Program PSDS: Kasus Jawa Timur dan Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional dan Veteriner. Bogor 3-4 Agustus 2010. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. hlm 339-346.

Gambar

Tabel 1. Matrik SWOT  Kekuatan-S  Daftar Kekuatan  Kelemahan-W  Daftar Kelemahan  Peluang-O  Daftar Peluang  Strategi SO
Tabel 2. Karakteristik Responden Peternak Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban
Tabel 3. Identifikasi Analisis Internal dan Eksternal
Tabel 4. Matrik SWOT Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Mojolaban

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pendidikan dan pola asuh yang diterapkan bagi anak-anak penyandang cacat di Pusat Rehabilitasi Harapan Jaya di

Jatibarang, menyewakan speedboat, membuka rumah makan, berdagang souvenir dan yang lainya. Lokasi wisata tersebut juga membuat nilai ekonomis lahan pertanahan

[r]

Aplikasi validasi kata ini dapat memeriksa setiap kata dan dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah pengetikannya, dari setiap kata yang terdapat pada file dokumen

4. Hasil Tambang Nonmigas. Contohnya: bijih emas, bijih nekel, bijih tembaga, dan batu bara. Ekspor akan secara langsung mempengaruhi pendapatan nasional. Akan

Salah satunya adalah kebijakan yang berfokus pada pengembangan industri manufaktur yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang semakin besar, yang pada

Penyakit­penyakit  paro  dahulu  ditandai  oleh  infeksi.  Dengan  majunya  sesuatu  negara  dan  pemakaian  antibiotika,  maka  penyakit­penyakit  infeksi  banyak 

Kesimpulan pada pemaknaan lirik lagu “Mobil Bergoyang” yang dinyanyikan oleh Lia MJ feat Asep Rumpi ini adalah makna tentang pornografi yang mengarah pada hubungan