• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DAN PEREMPUAN OLEH: I KETUT SASMITA ADI LAKSANA ( )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DAN PEREMPUAN OLEH: I KETUT SASMITA ADI LAKSANA ( )"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN

KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DAN PEREMPUAN

OLEH:

I KETUT SASMITA ADI LAKSANA (1310121069)

PEMBIMBING I: I MADE MINGGU WIDYANTARA, SH., MH. PEMBIMBING II: LUH PUTU SURYANI, SH., MH.

ABSTRACT

This Thesis Review is on the legal protection for victims of sexual violence against children and women, as a result of the increasing levels of sexual violence against children and women that occur today. This is certainly very worrying because of the increased incidents occurred after the issuance of regulations that to overcome them. As for the problem in this thesis is How legal protection for victims of sexual violence against children and women and how the system of punishment against child sex offenders and women. Writing this thesis is done normative research method that is in its study do based on material of law from literature and is as a process to find rule of law, legal principles, and legal doctrines to answer the contents of law faced. Legal protection for children and women is an absolute thing done by the government as an institution responsible for the sustainability of orderly, peaceful and prosperous society life. This Given that children and women are weak people who need more attention, for that matter as a State that upholds the value of Human Rights and contains the equality before the law principle in its constitution always this protection is done. In the case of legal protection of children and women, the government has now issued a special criminal solution on child sexual abuse, by giving maximum penalty in the form of capital punishment or life imprisonment even by issuing a policy of imposing additional criminal punishment on the perpetrator of the crime.

Keywords: legal protection, children and women

PENDAHULUAN

Anak dan perempuan adalah manusia yang mempunyai kemampuan fisik, mental dan sosial yang dianggap lebih lemah untuk mengatasi berbagai resiko dan bahaya yang dihadapinya dan secara otomatis masih bergantung pada pihak-pihak lain terutama anggota keluarga yang berperan aktif untuk melindungi dan memeliharanya. terhadap kasus kekerasan seksual pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung

(2)

2

jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam kondisi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah serta penelantaran.

Kekerasan terhadap anak dan perempuan tersebut, lebih sering menunjukkan bentuk gabungan dari dimensi-dimensi yang ada, baik itu dimensi fisik, psikologis atau seksual (Achie Sudiarti Luhulima, 2000, hal. 12). Dengan telah dikeluarkan dan diberlakukannya peraturan yang bersifat khusus terhadap tindak pidana anak dewasa ini belum menunjukkan dampak signifikan akan penanggulangan terhadap kekerasan seksual terhadap anak sebagai korban kekerasan seksual. Dalam praktiknya kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan semakin sering terjadi dan ditemukan di tengah masyarakat.

Kemajuan dalam bidang penegakan hukum (law enforcement) mendapatkan dukungan seluruh bangsa di dunia. Kemajuan tersebut dapat diketahui dari banyaknya instrumen hukum nasional dan internasional yang digunakan untuk mendukung terciptanya tujuan hukum berupa kedamaian dan ketertiban di masyarakat. Tujuan yang ingin dicapai oleh hukum tersebut sangat diharapkan untuk memberikan perlindungan hukum bagi hak-hak individu dan hak-hak-hak-hak masyarakat dari perbuatan yang mengahancurkan sendi-sendi kemanusiaan dalam sejarah peradaban manusia. Isu hak asasi manusia (selanjutnya disingkat HAM) adalah isu utama yang sedang dibahas oleh bangsa-bangsa di seluruh dunia. Dalam latar belakang tersebut ditarik permasalahan sebagai berikut

1. Bagaimana perlindungan hukum bagi korban kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan?

2. Bagaimana sistem pemidanaan terhadap pelaku kekerasan seksual anak dan perempuan?

METODE PENELITIAN

Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah normatif yaitu dalam pengkajiannya melakukan berdasarkan bahan-bahan hukum dari literatur dan merupakan sebagai suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip

(3)

3

hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isi hukum yang dihadapi. Sedangkan pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan. Dimana pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan yang bersangkutan dengan permasalahan yang sedang dihadapi. Sedangkan pendekatan konseptual ialah merupakan pendekatan yang beranjak dari pandangan-pandangan serta doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum guna memperjelas ide-ide dengan memberikan pengertianpengertian hukum, konsep hukum, maupun asas hukum yang relavan dengan permasalahan. (Bambang Sunggono, 2006, hal. 18)

HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perlindungan hukum korban kejahatan sebagai bagian dari perlindungan masyarakat, dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti melalui pemberian restitusi dan kompensasi, pelayanan medis, dan bantuan hukum. Ganti rugi adalah sesuatu yang diberikan kepada pihak yang menderita kerugian sepadan dengan memperhitungkan kerusakan yang dideritanya (Jeremy Bentham, 2006, hal 316)

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong perilaku kekerasan di tengah masyarakat Dom Helder Camara, penggagas teori spiral kekerasan mengemukakan kekerasan dalam perspektif struktural dikategorikan dalam tiga tindakan kekerasan yang saling mengait satu dengan lainnya, bahwa penyebab utama terjadinya kekerasan adalah ketidakadilan (unjustice) (Eka Hendry, 2003, hal. 116-117) Oleh karena itu, Ketidakadilan tersebut akan menyebabkan terjadinya kemiskinan, sementara kemiskinan akan merusak seluruh sendi kehidupan manusia dan menciptakan subhuman, yaitu realitas kehidupan yang berada di bawah standar, standar kesejahteraan, standar kesehatan dan standar pendidikan. Kondisi semacam ini akan menciptakan rasa frustasi di kalangan masyarakat, yaitu rasa ketidakberdayaan, penistaan, tanpa harapan dan kepastian masa depan.

Upaya perlindungan terhadap korban tindak pidana kekerasan seksual tidak semata-mata merupakan tugas dari aparat penegak hukum, tetapi juga merupakan kewajiban masyarakat untuk membantu memulihkan kondisi korban dalam kehidupan bermasyarakat. Upaya perlindungan kepada korban perkosaan dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu perlindungan oleh hukum meliputi perlindungan oleh hukum baik hukum yang tertulis

(4)

4

maupun hukum tidak tertulis dan perlindungan oleh masyarakat dari internal keluarga samapai dengan lingkungan yang lebih luas.

Pelecehan seksual adalah perilaku pendekatan-pendekatan yang terkait dengan seks yang tidak diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks, dan perilaku lainnya yang secara verbal ataupun fisik merujuk pada seks. Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja baik tempat umum seperti bis, pasar, sekolah, kantor, maupun di tempat pribadi seperti rumah.

Upaya lainnya dapat dilihat dari segi hukum pidana, yaitu sanksi hukum pidana yang idealnya merupakan sanksi yang bersifat ultimum remedium, yang artinya setelah sanksi lain tidak cukup ampuh diterapkan dapat dijadikan upaya penanggulangan secara represif. Sanksi hukum pidana merupakan reaksi (jawaban/solusi) terhadap terjadinya suatu delik (pelanggaran/kejahatan). Pembinaan bagi pelaku merupakan tujuan utama dalam upaya represif dalam menanggulangi kejahatan kekerasan seksual (pemerkosaan).

Upaya mencegah terjadinya pemerkosaan dengan cara mengetahui penyebab terjadinya pemerkosaan dan kemudian berikhtiar menghilangkan faktorfaktor yang menjadi penyebab tidaklah mudah. Hal ini disebabkan banyaknya faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya pemerkosaan. Meskipun demikian, upaya penanggulangan sebaiknya terus dilakukan dengan mencontoh negara-negara lain. Misalnya dengan memberi penerangan (lampu) pada tempat-tempat yang sepi dan gelap. Selain itu pemberian penyuluhan secara khusus pada masyarakat juga merupakan upaya penanggulangan yang dapat dilakukan sejak dini.

Dalam rangka menanggulangi kejahatan kekerasan seksual (perkosaan), pemerintah perlu melakukan penataan kembali dan memperbaharui kebijakan dan sistem hukum terlebih dahulu yang diperuntukkan agar dapat mencegah tindak pidana dan dapat bekerja secara berkesinambungan dalam memerangi kejahatan seksual tersebut. Barda Nawawi Arief memberikan berpendapat yaitu dengan merumuskan garis kebijakan sistem hukum yang juga digunakan sebagai acuan dan tolak ukur dalam penerapan dan pelaksanaan pidana dan oleh aparat pelaksana pidana. (Barda Nawawi Arief, 1996, hal. 3)

Pengaturan pidana mati dalam diatur dalam Pasal 81 ayat (5) Perppu Nomor 1 Tahun 2016 dijatuhkan terhadap pelaku kekerasan seksual terhadap anak yang menimbulkan korban lebih dari 1 (satu) orang, mengakibatkan luka berat, gangguan jiwa, penyakit

(5)

5

menular, terganggu atau hilangnya fungsi reproduksi, dan/atau korban meninggal dunia. Selain pidana mati dalam hal tindak pidana kekerasan terhadap anak dikenakan pula sanksi Pidana Tambahan sebagaimana ketentuan Pasal 81 ayat (6) dan ayat (7) Perppu Nomor 1 Tahun 2016 mengatur penjatuhan pidana tambahan bagi pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Pidana tambahan tersebut berupa pengumuman identitas pelaku, kebiri kimia, dan pemasangan chip.

SIMPULAN DAN SARAN

Perlindungan hukum terhadap anak dan perempuan memang hal yang mutlak dilakukan oleh pemerintah secara. Mengingat anak dan perempuan merupakan insan yang lemah yang membutuhkan perhatian lebih, untuk hal tersebut sebagai Negara yang menjunjung tinggi nilai Hak Asasi Manusia dan mengandung asas equality before the law dalam konstitusinya senantiasa perlindungan ini dilakukan.

Dalam hal perlindungan hukum terhadap anak dan perempuan, dewasa ini pemerintah telah mengeluarkan solusi pidana khusus mengenai pelecehan seksual terhadap anak, dengan memberikan pidana maksimal berupa pidana mati atau seumur hidup bahkan dengan mengeluarkan kebijakan dengan menjatuhkan pidana tambahan berupa kebiri terhadap pelaku kejahatan.

Selain melakukan perlindungan terhadap insane anak dan perempua, pemerintah dan para penegak hukum semestinya memperhatikan skala prioritas dalam penegakan hukum yang berkaitan dengan anak atau perempuan, skala prioritas dimaksud adalah sejauh mana penegakan hukum atau penjatuhan hukuman yang dijatuhkan memberikan efek dimasyarakat demi tercapainya tujuan hukum dan putusan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Barda Nawawi, 1996, Kebijakan legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Bentham, Jeremy, 2006, Teori Perundang-Undangan Prinsip-Prinsip Legislasi,Hukum Perdata dan Hukum Pidana, Nusamedia&Nuansa, Bandung.

Hendry, Eka, 2003, Monopoli Tafsir Kebenaran Wacana Keagamaan Kritis dan Kekerasan Kemanusiaan, Persadar Press, Kalimantan, cet. I Maret.

Luhulima, Achie Sudiarti, 2000, Pemahaman Bentuk-bentuk Tindak Kekerasan Terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahannya, PT Alumni, Jakarta.

(6)

6

Sunggono, Bambang, 2006, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta.

Denpasar, 26 Mei 2017

Mengetahui, Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh penulis, selanjutnya akan dibahas terkait dengan pengelolaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Nurul Huda

Persyaratan untuk bisa terdaftar sebagai WB adalah mereka tidak bisa baca tulis atau tidak pernah sekolah, atau warga yang putus sekolah, tidak menamatkan pendidikan tingkat

Perlindungan dan pelayanan diberikan oleh institusi dan lembaga sesuai tugas dan fungsinya masing- masing, perlindungan yang diberikan berupa: a) Perlindungan oleh kepolisian

tabaci pada kondisi viruliferous (masa akuisisi 48 jam) dengan jumlah sekitar 20–30 ekor dalam satu kotak yang disungkup kain kasa dapat digunakan sebagai metode penularan massal

Teknik-teknik umum yang digunakan dosen di kelas pada mata kuliah TOEP Preparation adalah berupa skill-drilling method dimana mahasiswa membahas materi pada tiap skill yang

Dengan membuat Sistem Penghitungan Suara Calon Anggota Legislatif Berbasis Web Pada Pemilihan Legislatif DAPIL V Kabupaten Pinrang ini dapat membantu penyelenggara,

Gambar 4 menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang memiliki nilai penduga koefisien regresi terbesar pada peubah x3 adalah kabupaten/kota Aceh Besar, Aceh Jaya, Banda Aceh,

Epitel pada pembentukan kista di rahang berasal dari sisa jaringan lamina dentis dan sisa sel dari Serres (cell rests of Serres) dan penyusutan epitel email yang menyusun folikel