Pengembangan dan Implementasi E-Learning pada AMIK JTC Semarang
Robertus LaipakaMagister Sistem Informasi, Universitas Diponegoro Semarang [email protected]
Abstrak - Saat ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat pesat, menyebabkan proses transformasi dan transfer pengetahuan secara konvensional mulai berpindah kedalam bentuk online atau berbasis web, baik secara isi (content) maupun sistemnya. E-learning merupkan bentuk implementasi aplikasi yang menggabungkan metode pengajaran dan teknologi informasi (TIK) sebagai media proses pembelajaran dalam bentuk digital. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan e-learning dengan konsep pedagogi berbasis web dengan studi kasus pada AMIK JTC semarang. Konsep pedagogi berbasis web yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran meliputi presenter online, Forum Diskusi, dan Video Conference. Metode yang digunakan adalah ADDIE Model, yaitu suatu proses yang sistematis untuk menghasilkan materi pembelajaran yang efektif untuk membuat materi pembelajaran berbasis web.
Dihasilkan sebuah sistem e-learning dengan menerapkan konsep pedagogi untuk mendukung dan sebagai sarana pembelajaran berbasis web. Feedback menunjukan bahwa mahasiswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran pada AMIK JTC Semarang dengan memanfaatkan fasilitas e-learning memberikan tanggapan positif terhadap sistem yang dikembangkan.
Kata kunci: ADDIE Model, e-learning, pedagogi.
Abstract - Until now the development of information and communication technology (ICT) very rapidly, causing the transformation process and transfer of conventional knowledge began to migrate into the form online or web-based, both in content (content) and the system. E-learning implementation merupkan application form that incorporates teaching methods and information technologies (ICTs) as a medium of learning in digital form. The purpose of this study is to develop e-learning with web-based pedagogical concepts with case studies on JTC AMIK Semarang. The concept of web-based pedagogy used in online learning activities include the presenter, Discussion Forums, and Video Conference. The method used is the Addie Model, which is a systematic process to produce effective learning materials to create web-based learning materials.
Produced an e-learning system by applying the concept of pedagogy to support and as a means of web-based learning. Feedback indicates that students who follow learning activities on JTC AMIK Semarang by utilizing e-learning facilities provide a positive response to the system being developed.
Keywords: ADDIE Model, e-learning, pedagogy.
1. Pendahuluan
Saat ini perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat pesat, menyebabkan proses transformasi dan transfer pengetahuan berpindah kedalam bentuk web (online), baik secara isi (content) maupun sistemnya. E-learning merupakan bentuk aplikasi yang menggabungkan metode pengajaran dan teknologi informasi (TIK) sebagai media proses pembelajaran dalam bentuk digital dan diimplementasikan menggunakan media elektronik. Sistem e-learning sudah menjadi keharusan bagi setiap institusi pendidikan, sebagai media pendukung yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Penggunaan e-learning yang didukung TIK dapat bermanfaat dalam membantu mengatasi hambatan jarak dan waktu, serta dapat menciptakan cara belajar baru dan berbeda [1] Untuk memenuhi tantangan tersebut sangat penting mengintegrasikan
aspek pedagogi dan teknologi [2,3,4] sehingga proses pembelajaran dapat berhasil.
Sistem pembelajaran yang ada pada AMIK JTC Semarang saat ini menggunakan instruksional tradisional sudah berjalan dengan baik, namun ada beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran, seperti terbatasnya waktu pertemuan matakuliah, tidak efisiennya pendistribusian matakuliah, mahasiswa sulit berinteraksi dengan dosen karena aktivitas dosen padat serta sulitnya mahasiswa mengutarakan pendapat karena kendala fisik, bahasa dan budaya.
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan e-learning dengan konsep pedagogi berbasis web sehingga dapat mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan sistem e-learning yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran secara online.
2. Teori Pendukung A. Konsep E-Learning
E-Learning diartikan sebagai penggunaan secara sengaja jaringan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar dan mengajar[5]. Ia juga menjelaskan bahwa ada istilah lain yang mengacu pada hal yang sama yaitu online learning, virtual learning, distributed learning, dan network atau web-based learning. Untuk web-based learning merupakan sistem pembelajaran jarak jauh berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan antar muka web. Web-based learning dapat diklasifikasikan berdasarkan media dan tingkat interaktifitas, yaitu: Pertama teks dan grafik web-based learning dimana pengajar hanya menyimpan materi pembelajarannya didalam web, dan pembelajar dapat mengaksesnya dengan mudah. Kedua Interaktive web-based learning, model web learning ini memiliki interaktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan model yang pertama karena dilengkapi dengan sarana-sarana pembelajaran. Ketiga interaktive multimedia web-based learning, model web learning ini bisa membuat interaksi antara pengajar dan pembelajar secara real-time melalui audio dan video streaming, interaktive web discussion, bahkan audio/video desktop conference. Model web learning ini dapat mencakup semua kondisi pembelajaran pada kelas tatap muka.
Menurut [6] e-learning terdiri dari beberapa unsur yang harus ada dimana antara satu unsur dengan unsur lainnya saling terkait dan saling berpengaruh satu sama lain sebagai suatu sistem. beberapa unsur tersebut:
1) Lembaga Penyelenggara (Institusional Issue); adalah adanya unsur penyelenggara yang mengurusi masalah akademik, masalah kesiswaan, masalah administrative, yang meliputi; perencanaan, penganggaran, implementasi secara keseluruhan, evaluasi dan monitoring dan lain-lain.
2) Sistem Pengelolaan (Management Issue); adanya sistem pengelolaan yang terkait dengan pengelolaan lingkungan pembelajaran dan distribusi informasi.
3) Sistem Pembelajaran (Pedagogical Issue); adanya sistem proses belajar dan mengajar yang meliputi materi pelajaran, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, peserta, strategi pembelajaran (desain, metode, media dan teknologi yang digunakan) untuk mencapai tujuan, dan hasil belajar. 4) Teknologi yang Digunakan (Technological Issue); Hal ini meliputi perencanaan dan penyiapan infrastruktur (internet, LAN, WAN, koneksi, bandwidth, dll) yang diperlukan, hardware dan software (PC, server, aplikasi software, dan lain-lain) terkait yang diperlukan, serta peripheral pendukung lainnya.
5) Sistem Evaluasi (Evaluation Issue); Hal ini meliputi evaluasi hasil pembelajaran maupun
evaluasi program penyelenggaraan dari eLearning itu sendiri secara keseluruhan.
6) Tampilan e-Learning (Interface Design Issue); Hal ini meliputi desain antar muka (interface design) yang meliputi tampilan halaman situs, navigasi, konten, kemudahan penggunaan, interaktifitas, kecepatan muat (loading speed), dan lain-lain.
7) Layanan Bantuan Bahan Belajar dan Peserta (Resources Support Issue); Bagaimana peserta e-Learning mendapatkan layanan bantuan yang segera (cepat dan tepat).
8) Masalah Etika (Ethical Issue); merupakan aturan dan kebijakan sistem yang berlaku secara umum (seperti masalah hak cipta, hak kekayaan intelektual, dll) maupun aturan main yang berlaku khusus (seperti sistem evaluasi, kebijakan khusus, dan lain-lain).
E-learning menunjuk pada pengiriman materi pembelajaran kepada siapapun, dimanapun, dan kapanpun dengan menggunakan berbagai teknologi dalam lingkungan pembelajaran yang terbuka, fleksibel, dan terdistribusi[6]. Lebih jauh istilah pembelajaran terbuka dan fleksibel merujuk kepada kebebasan peserta didik dalam hal waktu, tempat, kecepatan, isi materi, gaya belajar, jenis evaluasi, belajar kolaborasi atau mandiri [7].
Jenis-jenis mode penyajian e-learning antara lain: asynchronous, synchronous, dan blended. E-learning jenis asynchronous merujuk pada sistem e-learning yang materi pembelajarannya sudah tersedia dan dapat diakses dari manapun dan kapanpun [8]. Sedangkan e-learning jenis synchronous merujuk pada sistem e-learning yang “live” yang mengharuskan dosen dan mahasiswa pada saat yang sama berada di depan komputer meskipun di tempat yang berbeda [9].
Jenis aplikasi e-learning yang memadukan asynchronous, synchronous, dan kelas tradisional disebut dengan “blended learning” [10]. Keuntungan yang diperoleh melalui penerapan “blended learning” antara lain adalah meningkatkan pedagogi, meningkatkan akses dan fleksibilitas, meningkatkan efektivitas biaya [11].
B. Teknologi E-Learning
Teknologi yang diperlukan dalam pengembangan sistem e-Learning dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu teknologi komputer, teknologi komunikasi, dan teknologi untuk pengembangan aplikasi learning management system (LMS) dan materi (content) pembelajaran. LMS atau Learning Content Management System (LCMS) adalah aplikasi yang mengotomasi dan mem-virtualisasi proses belajar mengajar secara elektronik. Untuk mengembangkan e-Learning, saat ini telah tersedia banyak LMS, baik yang komersial ataupun yang bersifat Open Source. Beberapa LMS yang komersial adalah ANGEL Learning, Apex Learning, Blackboard, Desire2Learn, eCollege,
IntraLearn, Learn.com, Meridian KSI, NetDimensions_EKP, Open Learning Environment (OLE), Saba Software, SAP Enterprise Learning, dan lainnya. Contoh LMS yang bersifat Open Source adalah Atutor, Claroline, Dokeos, dotLRN, eFront, Fle3, Freestyle Learning, ILIAS, KEWL.nextgen, LON-CAPA, MOODLE, OLAT, OpenACS, OpenUSS, Sakai, Spaghetti Learning, dan lainnya.
Secara umum, LMS menyediakan fitur standar untuk e-Learning , diantaranya:
1. Fitur untuk materi pembelajaran, meliputi daftar pelajaran dan kategorinya, silabus, materi pelajaran (berbasis teks atau multimedia), serta bahan pustaka.
2. Fitur untuk diskusi dan komunikasi, meliputi forum diskusi (mailing list), instant messenger, pengumuman, profil dan kontak instruktur, serta File and Directory Sharing.
3. Fitur untuk ujian dan tugas, meliputi ujian (exam), tugas (assignment), dan penilaian.
Untuk LMS open source efront versi 3.69, dipilih karena mudah disesuaikan dengan kebutuhan user, memiliki kemampuan menjalankan multimedia yang dikoneksikan ke internet guna mengembangkan aplikasi LMS yang berbasis web.
Untuk pembuatan materi pembelajaran, diperlukan alat pengembangan (development tools), seperti alat untuk membuat teks, gambar, animasi, audio dan video yang akan mengoptimalkan aspek pedagogi. Setelah LMS dan materi pembelajaran dibuat dengan berbagai karakateristik yang merepresentasikan keperluan dosen dan mahasiswa untuk belajar-mengajar, maka langkah berikutnya adalah bagaimana melaksanakan proses belajar-mengajar itu sendiri secara optimal.
C. Konsep Pedagogi
Pedagogi merupakan cara seorang guru mengajar yang merujuk pada strategi pembelajaran dengan titik tekan pada gaya guru dalam mengajar. Strategi pembelajaran berisi teori pengajaran dimana guru berusaha memahami bahan ajar, mengenali siswa, dan menentukan cara mengajarnya. Strategi yang berbeda digunakan dengan kombinasi yang berbeda untuk kelompok siswa yang berbeda dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar [12].
Aspek pedagogi yang perlu dinilai meliputi: metodelogi, interaktivitas, kapasitas kognitif, strategi pembelajaran, kontrol pengguna, pertanyaan, dan umpan balik (feedback).
Landasan pedagogi sebagai prasyarat untuk kesuksesan implementasi e-learning yang memiliki perubahan yang sangat jelas dari menyampaikan logistik kontent e-learning secara e-lektronik.
Tiga pedagogi utama yang menjelaskan konsep pembelajaran (instructional). Lihat gambar 1.
Gambar 1. Konsep Pedagogi [3]
Didalam konsep pembelajaran dapat digunakan istilah mengajar (teaching) dan belajar (learning). Namun sekarang istilah mengajar (teaching) sebagai penyampaian materi pelajaran kepada siswa dianggap tidak sesuai lagi, sehingga dalam literatur teknologi pendidikan hanya digunakan istilah pembelajaran. Proses pembelajaran (instructional) aktivitasnya dalam bentuk interaksi yang dapat memberikan gambaran singkat pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada perencanaan pembelajaran melalui kuliah pengantar atau memberikan inspirasi dan motivasi pribadi. Pada pendekatan construktive pemahaman lebih di perdalam untuk membuat hal-hal yang dibutuhkan. Seperti, ketika peserta didik bersama-sama membuat produk dan memahami produk tersebut yang akhirnya mengembangkan keterampilan peserta. Peserta mengembangkan kepribadian dan kemampuan mengelola, kemampuan komunikasi, dan hubungan masyarakat.
3. Metode Penelitian
Dengan menggunakan teknologi dan komunikasi dapat memungkinkan proses pembelajaran berkolaborasi untuk mencapat tujuan. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai maka diperlukan desain pembelajaran (instructional design) yaitu menggunakan pendekatan ADDIE model [13], pendekatan ADDIE Model merupakan desain instruksi yang tepat karena sifatnya yang sistematik, linier dan dimungkinkan adanya iterasi ketika ada perubahan desain. ADDIE Model terdiri dari 5 fase, yaitu Analisis, Desain, Development, Implementasi, dan Evaluasi, yang merepresentasikan pedoman yang dinamis dan fleksibel untuk membangun sistem pembelajaran yang efektif dan performansi tools pendukung. Ide dari ADDIE adalah menerima feedback secara terus menerus dan berkelanjutan selama membangun materi pembelajaran. Dengan adanya model ini diharapkan dapat menghemat waktu dan biaya dengan
menangkap permasalahan saat permasalahan tersebut masih bisa diperbaiki. Lihat gambar 2.
Gambar 2. ADDIE Model [13]
Lima fase ADDIE adalah sebagai berikut: • Analisis
Selama analisis, desainer mengidentifikasi masalah pembelajaran, tujuan dan sasaran, kebutuhan pengguna, pengetahuan, dan karakteristik lain yang relevan. Analisis juga mempertimbangkan lingkungan belajar, setiap kendala, media penyampaian, dan waktu untuk proyek.
• Desain
Sebuah proses sistematis menentukan tujuan pembelajaran. Storyboard rinci dan prototipe sering dibuat, dan tampilan dan nuansa, desain grafis, user interface dan isi ditentukan di sini.
• Pengembangan
Penciptaan yang sebenarnya (produksi) dari isi dan materi pembelajaran berdasarkan tahap Desain. • Implementasi
Selama pelaksanaan, rencana itu dimasukkan ke dalam tindakan dan prosedur untuk pelatihan peserta didik dan pengajar dikembangkan. Bahan yang disampaikan atau didistribusikan kepada kelompok mahasiswa. Setelah selesai, efektivitas bahan-bahan pelatihan dievaluasi.
• Evaluasi
Fase ini terdiri dari (1) formatif dan (2) evaluasi sumatif. Evaluasi formatif hadir dalam setiap tahap proses ADDIE. Evaluasi sumatif terdiri dari tes yang dirancang untuk kriteria-item terkait direferensikan dan peluang memberikan umpan balik dari pengguna.
4. Arsitektur Sistem E-Learning
Merupakan gambaran sistem e-learning secara keseluruhan sesuai dengan komponen dan fungsionalitasnya dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Arsitektur Sistem E-learning
Pada arsitektur sistem e-learning terdapat beberapa komponen sistem yang sangat penting diantaranya User, sistem e-learning dan infrastruktur pendukung. Ketiga komponen inilah yang memungkinkan interaksi sehingga sistem pembelajaran dapat berhasil.
5. Hasil dan Pembahasan
Adapun hasil dari pengembangan sistem e-learning pada studi kasus AMIK JTC semarang adalah: hasil pengembangan, hasil penerapan dan hasil feedback terhadap konsep e-learning berbasis web. Sistem yang dikembangkan pada AMIK JTC Semarang menggunakan software efront 3.69 dan menambah (embedded) video conference dengan menggunakan Bigbluebutton 0.7+. Untuk dapat mengakses sistem, user terlebih dahulu harus melakukan login, jika belum terdaftar user harus melakukan registrasi atau menghubungi bagian admninistrator untuk mendapatkan username dan password. Jika user berhasil melakukan login maka akan ditampilkan halaman user sesuai dengan tipe user pada saat melakukan login. Pada gambar 4 tampilan halaman login.
Pada gambar 5 adalah user yang berhasil melakukan login ke sistem e-learning AMIK JTC semarang.
Gambar 5. Tampilan Halaman administrator
Pada gambar 5 terdapat beberapa menu diantaranya adalah Menu pengguna, menu pelajaran, menu kategori, menu tipe pengguna, menu forum, menu chatting, dan video conference. Menu pengguna digunakan untuk mendaftarkan mengatur daftar perserta, menu pelajaran untuk mengatur matakuliah, menu kategori untuk mengelompokan materi matakuliah, menu tipe pengguna untuk mengelompokan tipe pengguna, menu forum digunakan forum diskusi, dan video conference merupakan fasilitas perkuliahan langsung secara online.
Fasilitas yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan web conference terdiri dari video conference, Audio conference, Presente onliner, deskstop sharing dan Chatting. Fasilitas ini dapat digunakan secara realtime atau secara synchron. Lihat gambar 6 tampilan video conference.
Gambar 6. Tampilan Video Conference
Adapun strategi yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan konsep pedagogi berbasis web dilaksanakan dengan cara: membaca secara online menggunakan presenter online. Proses dengan memanfaatkan presenter online ini memungkinkan mahasiswa harus mempelajari materi yang telah ditentukan oleh dosen secara berurutan, jika tidak mahasiswa tidak bisa melanjutkan ke materi berikutnya sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan. Maka dengan cara ini dapat memastikan mahasiswa benar-benar belajar secara terstruktur.
Disini dosen dapat memantau perkembangan materi yang dipelajari oleh mahasiswa dengan melihat progres yang tertera dibar. Dosen juga dapat menilai aktivitas mahasiswa dalam mempelajari materi. Lihat gambar 7 tampilan presenter online.
Gambar 7. Tampilan Presenter Online Untuk mengatasi kendala interaksi antara mahasiswa dengan dosen dalam kegiatan perkuliah dapat menggunakan video conference. Proses pembelajaran menggunakan video conference ini memungkinkan mahasiswa dapat mengikuti perkuliah layaknya seperti pertemuan secara tatap muka dimana materi disajikan oleh dosen menggunakan presenter secara live. Sebelum peserta mengikuti perkuliahan online, peserta / mahasiswa harus mendapat undangan dari dosen yang akan mengadakan perkuliahan secara online melalui jadwal yang telah ditentukan. Dengan memanfaatkan video conference diharapkan dapat mengatasi kendala interaksi antara dosen dan mahasiswa baik diakibatkan padatnya kegiatan dosen maupun keterbatasan fisik, bahasa dan budaya serta kendalan lokasi. Untuk menggunakan fasilitas ini harus memperhatikan akses internet dan infrastrukturnya agar berjalan dengan baik. Lihat gambar 8 tampilan video conference.
Gambar 8. Tampilan hasil video conference
Untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran pada matakuliah pemrogramman web menggunakan e-learning dengan konsep pedagogi berbasis web perlu dilakukan test. Lihat gambar 9 tampilan test untuk melihat feedback tergadap
penerapan konsep pedagogi berbasis web menggunakan matakuliah pemrograman web.
Gambar 9. Tampilan Soal Test
Berdasarkan skor data dan bobot yang didapat dari jumlah subyek n=16, butir soal =20, dimana bobot untuk jawaban benar =1 dan salah dengan bobot=-1, Maka didapat skor asli 92,6% dari 16 orang mahasiswa yang menjawab benar terhadap 20 butir pertanyaan atau 60,2% skor bobot yang didapat dari setiap jawaban benar bernilai satu (+1) dan jika jawaban salah makan akan di kurangin satu (-1). Dapat dilihat pada gambar 10. grafik Skor Data.
Gambar 10. Grafik skor data
Dari hasil test yang dilakukan terhadap 16 orang mahasiswa yang mengambil matakuliah pemrogramman web terhadap penguasaan dasar-dasar perintah html dan php didapat feedback dari kegiatan pembelajaran dengan e-learning menggunakan konsep pedagogi berbasis web, Rata-rata skor asli yang di dapat mahasiswa 92,6% atau 60,2% dari skor bobot yang didapat dari setiap jawaban benar bernilai 1 (satu) dan jawaban salah akan di kurangin satu (-1) dari 20 butir pertanyaan. Dari feedback yang di peroleh terhadap mahasiswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan learning berarti proses belajar mengajar dengan e-learning dengan konsep pedagogi berbasis web pada AMIK JTC semarang dapat dilaksanakan karena rata-rata 60,2% mahasiswa mampu menjawab pertanyaan dengan baik.
6. Kesimpulan
Dari hasil penelitian pengembangan e-learning dengan konsep pedagogi berbasis web yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.Dihasilkan sebuah sistem e-learning dengan menerapkan konsep pedagogi untuk mendukung dan sebagai sarana pembelajaran berbasis web.
2.Sistem yang dikembangkan menggunakan aspek pedagogi diantaranya terdapat proses belajar
mengajar, meliputi: tenaga pengajar, materi pelajaran, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, peserta, strategi pembelajaran, dan hasil belajar. 3.Feedback menunjukan bahwa mahasiswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran pada AMIK JTC Semarang dengan memanfaatkan fasilitas e-learning menggunakan konsep pedagogi berbasis web memberikan hasil dengan rata-rata 92,6% atau 60,2% dari bobot skor mampu menjawab 20 butir pertanyaan dengan baik.
Hasil penelitian dapat dijadikan referensi dan bahan tambahan pengetahuan mengenai pengembangan e-learning khususnya dalam proses pembelajaran berbasis web. Sehingga guru ataupun dosen dapat menerapkan pendekatan ini dalam proses belajar dan mengajar.
Daftar Pustaka
Danim, S. (2010). Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung:Alfabeta.
Hasibuan, Z.A. Integrasi Aspek Pedagogi dan Teknologi Dalam E-Learning ’, paper ini di sampaikan pada konvensyen Teknologi Pendidikan Ke-19, Lengkawi, Kedah, Malaysia, 9-11 September,2006.
Bjorke, A., Ask. B., Heck.D (2003). Global cooperation on e-learning: Backgound and pedagogical strategy, United Nations University/Global Virtual University.
Govindasamy, T. (2002). Successful implementation of e-Learning Pedagogical considerations. Internet and Higher Education,vol 4 No.3,pp.287-299.
Naidu, Som, et. al. (2006). e-Learning: a Guidebook of Principles, Procedures, and Practices (2th ed). New delhi: Commonwealth Educational Media Center for Asia. Khan, B.H. (2005). Managing E-learning: Design, Delivery, Implementation and Evaluation. Hershey, PA: Information Science Publishing.
Lai, K., Pratt, K., Grant, A. (2003). State of the art and trends in distance, flexible, and open learning: A review of the literature. Dunedin, New Zealand: School of Education. University of Otago.
Rosenberg, M.J. (2001). E-Learning: Strategy for Dilivering knowledge in the digital age. New York: McGraw-Hill. Welsh, E.T., Wanberg, C.R., Brown, K.G., Simmering, M.J. (2003). E-Learning: Emerging uses, empirical results and future directions. International Journal if Training and Development, 7(4) 245-258.
Rovai, A., Jordan, H. (2004). Blended Learning and sense of community: A Comparative analysis with traditional and fully online granduate course. International Review of research in Open and distance Learning. 5(2).
Graham,R.G. (2006). Denition,current trends and future directions. InC.J.Bonk, & C.Graham(Eds.), The hand book of blendedlearning: Global perspectives, local designs (pp.3–21).SanFrancisco,CA:P feifferPublications. Danim, S. (2010). Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung:Alfabeta.
Sink,D.L.(2008). Instructional Design Models And Learning Theories. di Akses dari http://www.dsink.com/download/10SinkASTDhandbook.pd f. pada tanggal 18 Agustus 2011.