• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 PERHITUNGAN PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2 PERHITUNGAN PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM.pdf"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERHITUNGAN PERENCANAAN

SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM

1. Umum

Perencanaan jaringan pipa berawal dari penentuan daerah pelayanan dan perkiraan batas zone zone pelayanan yang ada didaerah pelayanan. Berdasarkan daerah yang dilayani kemudian diidentifikasi subyek pemakai air dan kebutuhan air per pemakai air. Pemakai air dirinci disetiap zone kemudian dihitung kebutuhan air setiap zone pelayanan. Dari tabulasi kebutuhan air disetiap zone akan didapat seluruh kebutuhan air didaerah pelayanan.

Karena suatu jaringan pipa perlu direncanakan sampai suatu kurun waktu tertentu kedepan maka kebutuhan air perlu diproyeksikan beberapa tahun ke depan. Berdasarkan kebutuhan ini kemudian direncanakan diameter pipanya.

Perencanaan pipa induk direncanakan berdasarkan kebutuhan air 10-20 tahun ke depan, pipa sekunder atau retikulasi antara 5-10 tahun kedepan sedangkan pipa service diperhitungkan sesuai dengan sambungan yang akan dipasang 1-2 tahun kedepan.

Dalam suatu pengaliran air disistem distriibusi kebutuhan air dalam keadaan tidak selalu sama dari waktu ke waktu. Karakteristik pemakaian air ini sangat tergantung dari budaya pemakaian air sedangkan budaya pemakaian air ini tergantung dari siklus kehidupan dari masyarakat pemakai air. Misalnya untuk daerah pelayanan perumahan yang sebagian besar penduduknya adalah pegawai yang berangkat ke kantor pagi jam 7.00 dan pulang sore

(2)

2 jam 14.00, pemakian air puncak adalah jam 5.00-600 pagi dan jam 16.00 – 18.00 sore. Sedangkan Pada daerah yang sebagian penduduknya bekerja lebih siang dan pulang lebih sore akan terjari pergeseran pemakaian air puncak pagi jam 6.00 – 7.00 dan jam 18.00 – 20.00. Sebagai contoh dibawah ini adalah fluktuasi pemakaian air yang diamati direservoir di Kota Bekasi tahun2004.

Sistem Distribusi distribusi dirancang untuk memenuhi kebutuhan pada pemakaian air pada saat jam puncak. Sedangkan umumnya produksi dirancang sesuai dengan debit pemakaian rata rata. Untuk menjembatani itu sistem distribusi perlu dilengkapi dengan suatu reservoir penyeimbang atau “ballancing reservoir”.

Reservoir

Konstan

A

Produksi

Q1

Jaringan Pipa Distribusi

Berflutuasi

Q2

B

Gambar 1. Reservoir ballancing

Cara kerja dari reservoir itu adalah pada saat pemakaian puncak dimana Q2 lebih besar dari Q1 air dari reservoir di alirkan keluar dan pada saat pemakaian minimum dimana Q2 lebih kecil dari Q1 dan reservoir kosong air dari produksi Q1 diisi kereservoir.

Disamping itu reservoir juga merupakan komponen yang terpenting dari suatu jaringan pipa distribusi umumnya direncanakan sesuai dengan kebutuhan 5 - 10 tahun kedepan.

Komponen lainnya dalam sistem distribusi adalah sambungan rumah, dimana terdiri dari :

(3)

3

• Meter Air dan perlengkapannya

Sambungan rumah merupakan ujung tombak dari usaha suatu Sistem Air Minum karena dengan dasar pembacaan di meter ini pendapatan PDAM ditentukan.

2. Proyeksi Pemakai Air

Kebutuhan air bersih suatu kota berinteraksi dengan kegiatan didaerah pelayanan, lazimnya semakin tinggi tingkat kegiatan semakin besar kebutuhan akan air. Variabel yang menentukan besaran kebutuhan akan air antara lain adalah sebagai berikut:

• Jumlah penduduk

• Jenis kegiatan

• standar konsumsi air untuk individu dan kegiatan.

• Jumlah sambungan

Kebutuhan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk atau kegiatannya, untuk mengantisipasi kebutuhan ini dilakukan perencanaan dengan melakukan prediksi laju

pertambahan penduduk dan sarana-sarana pendukung

kehidupannya. Perencanaan dapat dilakukan untuk jangka panjang, menengah dan jangka pendek. Dalam melakukan pembuatan perencanaan perhitungan selayaknya dilakukan analiasa data sebaik mungkin.

Jumlah penduduk masa datang diramalkan dengan proyeksi, kemudian ditentukan kebutuhan perkapitanya. Kedua faktor ini merupakan parameter penentu kebutuhan air untuk rumah tangga

(4)

4 (domestik), selain kebutuhan air untuk non rumah tangga (non domestik).

Proyeksi kebutuhan air total kota, merupakan penjumlahan dari kebutuhan air domestik, non domestik, ditambah sejumlah air untuk kehilangan air yang tidak dapat ditanggulangi baik secara teknis maupun ekonomis.

Pertambahan penduduk tergantung dari pertumbuhan kota yang menjadi daerah pelayanan. Adapun pertumbuhan suatu kota dipengaruhi dua faktor penting, yaitu pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ekonomi memungkinkan tersedianya kesempatan kerja. Hal ini akan meningkatkan daya beli masyarakat yang kemudian akan menumbuhkan lagi kegiatan ekonominya yang secara kualitatif akan meningkatkan pula permintaan akan fasilitas-fasilitas kegiatannya. Pertumbuhan penduduk secara kuantitatif akan meningkatkan permintaan terhadap berbagai fasilitas seperti perumahan dan fasilitas lainnya.

Dalam perencanaan skenario pengembangan kota yang terbaru umumnya telah dituangkan dalam Rencana Umum Tata Ruang dengan jangka waktu 5-10 tahun. Dengan demikian skenario

pengembangan kota yang dapat dijadikan acuan untuk

pengembangan sistem penyediaan air bersih adalah selama 5-10 tahun.

(5)

5 3. Pengaruh Skenario Terhadap Kebutuhan Air

Skenario pengembangan kawasan berpengaruh terhadap kebutuhan air. Hal ini dikarenakan setiap pengembangan selalu ada peran serta manusia yang pada akhirnya membutuhkan fasilitas-fasilitas hidup terutama pemukiman. Pemukiman atau perumahan selalu terkait dengan kebutuhan akan air bersih. Oleh karena itu dalam perencanaan tata ruang selalu harus dikaitkan antara pengembangan suatu kawasan dengan fasilitas pendukung berupa lahan untuk pemukiman dan rencana pemenuhan kebutuhan air bersihnya. Pengaruh terhadap kebutuhan air secara luas merupakan beban terhadap lingkungan. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan tersebut harus dipertimbangkkan dengan menggunakan sistem penyediaan air bersih yang dibuat secara kolektif dengan mencari sumber air baku yang memadai. Gambar 2. berikut menggambarkan pengaruh pengembangan kawasan terhadap kebutuhan air bersih.

Kawasan Industri

Peningkatan Ekonomi

Kawasan Membutuhkan air untuk

Perdag. & Jasa keperluan non domestik

Peningkatan Fas. Kota

Kawasan Membutuhkan air untuk

Pariwisata domestik dan non domestik

Peningkatan Kawasan Perum. & Pemukiman

Kawasan Membutuhkan air untuk

Pendidikan keperluan domestik

Gambar 2. Bagan Pengaruh Pengembangan Kawasan Terhadap Kebutuhan Air Bersih

(6)

6 a. Skenario Pengembangan Kawasan Perumahan

dan Pemukiman (KPP)

Pada umumnya kawasan perumahan dan pemukiman di suatu kota sangat dominan dalam penggunaan lahan. Penggunaan lahan ini berkisar antara 40 - 60 persen dari luas lahan seluruhnya. Pertumbuhan kawasan ini (KPP) dalam rencana yang telah disusun dikembangkan ke arah lahan kosong yang sampai saat ini masih berupa sawah atau tanah basah.

Pertumbuhan KPP dilaksanakan secara intensif dan ekstensif. Pola intensif merupakan pola peningkatan kepadatan wilayah hunian yang telah ada, sedangkan pola ekstensif merupakan pemekaran

kawasan yang biasanya dikembangkan oleh pengusaha

(pengembang). Kedua pola ini akan menyebabkan rumah-rumah menjadi bersambung antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya.

Pola intensif menyebar ke seluruh kota di mana lahan-lahan yang merupakan tanah pekarangan / kebun rumah dibangun untuk pemukiman.

Pola ekstensif berupa kawasan perumahan yang dikembangkan oleh pengembang hanya dilakukan di daerah kosong yang meliputi daerah yang sangat luas.

(7)

7 Sedangkan pengembangan individu umumnya paling dominan dilakukan karena masih banyaknya lahan yang terlalu mahal kalau hanya dimanfaatkan sebagai tanah pertanian / sawah.

Kepadatan pemukiman yang berbeda akan menimbulkan tingkat kebutuhan air yang berbeda pula. Hal ini terkait dengan jumlah penduduk di suatu kawasan dengan tingkat perekonomian yang dapat dihubungkan antara kemampuan ekonomi dengan kepemilikan luas lahan rata-rata.

b. Skenario Pengembangan Industri

Umumnya pengembangan kawasan industri yang telah ada dapat dikembangkan secara intensif maupun ekstensif. Hal ini terkait dengan harga tanah yang sangat mahal untuk dibangun pabrik-pabrik baru. Kawasan industri yang dikembangkan secara regional, tumbuh di sekitar kota di luar wilayah administrasi

c. Skenario Pengembangan Perdagangan dan Jasa

Skenario perkembangan kawasan perdagangan dan jasa dapat tumbuh secara intensif dengan mengalih fungsikan lahan yang semula merupakan pemukiman, menjadi tempat perdagangan. Dan dapat pula ekstensif didaerah baru dan sebagai kegiatan penunjang untuk suatu perumahan. Hal ini terjadi terutama di jalan-jalan utama dan sebagian kecil di jalan-jalan menengah..

(8)

8 i. Skenario Pengembangan Pariwisata

Perkembangan kota dapat pula didominasi oleh kegiatan pariwisata, sejalan dengan adanya lokasi atau kegiatan yang menarik pariwisata. Terkait dengan fungsi kota sebagai kota pariwisata akan banyak pelancong yang mengunjungi kota sehingga kebutuhan air untuk penginapan dan tempat pariwisata juga terpicu.

ii. Skenario Pengembangan Pendidikan

Perkembangan kota dapat pula didominasi oleh kegiatan pendidikan seperti perguruan tinggi. Terkait dengan fungsi kota sebagai kota pendidikan, banyak pelajar dan mahasiswa yang menuntut ilmu di kota. Namun tidak semua para urban pendidikan ini tinggal di dalam wilayah administrasi kota. Banyak yang tetap tinggal di rumah masing-masing karena transportasi sangat mendukung hal ini terjadi.

Skenario pengembangan kawasan pendidikan yang setara dengan perguruan tinggi perlu didukung dengan fasilitas tempat tinggal karena bagaimanapun juga masih banyak mahasiswa dari luar daerah maupun dari luar propinsi yang masuk ke kota.

4. Proyeksi Jumlah Penduduk

Pertumbuhan penduduk suatu daerah pada dasarnya tergantung dari :

• Vertilitas (kelahiran)

(9)

9

• Migrasi (perpindahan) penduduk

Pada saat ketiga kejadian tersebut tetap pertumbuhan penduduk suatu daerah dapat diprediksi pertumbuhannya. Misalnya pertumbuhan penduduk dimasa yang lalu adalah 2,7%/th dengan angka yang sama, maka dimasa yang akan datang pertumbuhan tersebut dapat dikatakan tetap 2,7%/th.

Dengan demikian apabila penduduk kota X pada saat ini (tahun 2004) adalah P2004 yang jumlahnya 100.000 jiwa dan apabila

penduduk tahun depan bertambah 2,7% (i) atau 2,7%x100.000 = 2.700 jiwa maka penduduk tahun depan P2005 adalah 100.000 +

2.700 = 102.700jiwa. Dan seterusnya bertambah sesuai dengan porsi dari penduduk yang sudah ada. Pertumbuhan ini disebut pertumbuhan secara eksponensial. Dengan demikian penduduk tahun ke n setelah tahun ini dapat dicari dengan rumus

P2004+n = P2004 (1+ i)n. . . ( 1)

Contoh Soal:

Misalnya kita ingin mencari berapa jumlah penduduk tahun 2015 maka n harus dicari ;

n=2015-2004=11

dan penduduk tahun 2015 atau 2004+n adalah

(10)

10

P2015 = 100.000. (1+ 0,027)11

P2015 = 100.000. 1,340525

P2015 = 134.053 jiwa

Pada kasus tertentu penduduk suatu daerah tumbuh tidak secara eksponensial tetapi tumbuh secara linear. Atau dengan kata lain penduduk yang tumbuh setiap tahunnya sama. Misalnya berdasarkan data 5 tahun terakhir penduduk kota X bertambah 2.700 jiwa pertahun, pertumbuhan ini kita beri notasi k. Seterusnya diasumsikan 11 tahun ke depan juga tetap tumbuh 2.700 jiwa pertahun. Maka penduduk n tahun setelah tahun 2004 adalah:

P2004+n = P2004 + k.n. . . ( 2)

Contoh Soal:

Misalnya kita ingin mencari berapa jumlah penduduk tahun 2015 penduduk tahun 2015 atau 2004+11 adalah

P2015 = P2004+ k.n

P2015 = 100.000. + 2.700.11

P2015 = 100.000+29.700

P2015 = 129.700 jiwa

Dalam penyajian umumnya Proyeksi penduduk ini di buat dalam bentuk grafik seperti pada gambar 3.

(11)

11

Gambar 3.3.

Proyeksi Penduduk Kota X

100,000 105,000 110,000 115,000 120,000 125,000 130,000 135,000 140,000 2,0 04 2,0 06 2,0 08 2,0 10 2,0 12 2,0 14 Tahun J u m la h P e n d u d u k ( ji w a ) Exponensial Linear

Pada suatu kota yang berkembang secara extensif proyeksi penduduk dengan kedua cara diatas umumnya kurang akurat. Hal ini disebabkan karena pertambahan penduduk dipengaruhi oleh penataan ruang kota. Misalnya suatu kota dibangun suatu kawasan industri yang dilengkapi suatu perumahan pegawai akan mengalami pertambahan penduduk yang tidak ada hubungannya dengan pola perkembangan penduduk tahun tahun sebelumnya.

Selanjutnya untuk melacak perkembangan penduduk dimasa yang akan datang, diprediksi dengan kemungkinan-kemungkinan yang mendekati kenyataan dengan menanalisa data data pertumbuhan penduduk terjadi yang mendekati rata-rata berkisar pertahun selama minimal 5 tahun terakhir dari sumber Biro Pusat Statistik (BPS). Serta kemungkinan kemungkinan skenario perkembangan kota.

Pertambahan penduduk dimasa yang akan datang (proyeksi) secara formal tertuang dalam perencanaan Induk kota atau RUTRK, RBWK dan rencana induk jangka panjang lainnya pada skala kota. Dengan demikian apabila proyeksi sudah tersedia maka pengutipan proyeksi untuk perencanaan sistem distribusi tidak perlu dilakukan lagi cukup

(12)

12 dilakukan evaluasi kelayakan proyeksinya. Sedangkan kelayakan proyeksi dapat dilakukan dengan membandingkan data aktual dengan prediksi hasil proyeksi.

a. Proyeksi Jumlah Sambungan

Umumnya tidak semua penduduk didaerah pelayanan dilayani oleh sistem distribusi. Untuk daerah pelayanan yang kualitas air sumur dangkalnya baik pelayanan akan kecil sedangkan daerah pelayanan dengan kualitas air sumur dangkal yang kurang baik prosentase pelayanan dapat tinggi.

Dalam perencanaan daerah pelayanan yang akan dijangkau oleh sistim penyediaan air bersih dirancang dan disesuaikan berdasarkan:

• Urgensi kebutuhan air

• Kondisi air tanah dangkal yang ada

• Kepadatan hunian

• Kemudahan atas penjangkauan sistim daerah pelayanan

• efisiensi

Berdasarkan pertimbangan ini dapat di perkirakan prosentase pelayanan yang wajar. Perencanaan Sambungan meliputi:

• Sambungan Rumah Tangga (Domestik)

• Sambungan Non Rumah Tangga (Non Domestik)

Sambungan Rumah Tangga dihitung berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani, sedangkan sambungan Non Rumah Tangga dihitung

(13)

13 berdasarkan banyaknya kegiatan non rumah tangga yang ada di kota atau di daerah pelayanan yang diamati.

Sambungan Rumah Tangga

Sambungan Rumah Tangga terdiri dari :

• Sambungan Rumah

• Sambungan Umum

Sambungan Rumah secara resmi melayani satu rumah tangga tetapi dalam kasus tertentu dimana pengembangan sambungan terbatas maka sambungan rumah secara tidak resmi melayani beberapa rumah tangga.

Sedangkan Sambungan Umum melayani secara kolektif beberapa rumah tangga melalui suatu Sambungan Hidran Umum (HU) . Dari hidran umum air kemudian didistribusikan lagi ke rumah tangga rumah tangga dengan menggunakan gerobak dorong ataupun dengan diambil sendiri oleh pemakai air. Tetapi ada kalanya secara tidak resmi pemakai air memasang pipa PE (slang) dari hidran umum ke rumah pemakai.

Dalam perencanaan proporsi antara sambungan rumah tangga dan

sambungan umum ditentukan berdasarkan kelayakan

pelaksanaannya ataupun berdasarkan kebijakan yang diturunkan. Misalnya di daerah pelayanan dengan jumlah penduduk dengan kemampuan keuangan rendah dan padat, seperti di kawasan kumuh, prosentase hidran umum lebih banyak dari pada sambungan rumah. Sedangkan pada perumahanan yang dihuni oleh penduduk

(14)

14 dengan kemampuan ekonomi menengah keatas sambungan hidran umum tidak perlu dibangun.

Pada kasus tertentu seperti yang pernah dialami pada dekade tahun 1990 an, prosentase proporsi anatara sambungan rumah dan sambungan umum ditentukan berdasarkan suatu kebijakan yaitu SR:HU adalah 80%:20. Pada dekade 2000 an, pada saat pemerintah menaikan harga bahan bakar dan memberi subsidi untuk air bersih, subsidi bahan bakar salah satunya dipakai untuk membangun hidran umum tanpa melihat kelayakan proporsi pelayanan antara SR dan HU.

A. Sambungan Rumah

Setelah didapat daerah pelayanan yang terkelompok dalam zone zone pelayanan dan dapat ditentukan pula prosentase pelayanan dimaing masing zone maka dapat dihitung jumlah sambungan yang dapat diserap oleh zone zone ini. Jumlah sambungan dihitung dengan membagi jumlah penduduk dengan jumlah orang yang ada dalam satu sambungan rumah. Umumnya sambungan rumah tangga ini dihubungkan pada pipa ½ s/d ¾ inchi. Dan beberapa sambungan rumah terhubung pada pipa service dengan diameter 1 – 2 inchi.

Misalnya suatu zone pelayanan didalam suatu kota mempunyai penduduk 5.000 jiwa. Prosentase pelayanan adalah 60% dan prosentase pelayanan antara SR:HU adalah 90:10 dan diasumsikan setiap sambungan melayani 5 orang. Maka jumlah sambungan untuk zone tersebut adalah :

(15)

15 Dilayani dengan Sambungan Rumah 3.000x90%=2.700 orang Maka jumlah sambungan= 2700/5=540 unit

B. Sambungan Umum

Sambungan umum ada yang terdiri dari sambungan yang mempunya kran banyak (lihat gambar 4.) dan yang mempunyai tangki penampung yang terbuat dari fiber glass maupun dari bata (lihat gambar 5.).

(16)

16 Gambar 5. Sambungan Umum dengan Tangki pengumpul Sambungan Umum juga terhubung pada pipa dengan diameter ½ sampai dengan ¾ inchi.

Sambungan Umum jumlahnya dihitung berdasarkan jumlah pemakainya dengan pemakaian yang terbatas, umumnya 30-50 (liter per orang per hari (L/o/h) dengan jumlah pemakai antara 50 sampai dengan 100 orang atau 5 sampai 10 kepala keluarga (KK).

Contoh perhitungan sambungan umum:

Penduduk yang dilayani : 5.000x60%=3.000 orang

Dilayani dengan Sambungan Umum 3.000x10%=300 orang Maka jumlah sambungan= 300/100=3 unit

Sambungan Non Rumah Tangga

Sambungan Non Rumah Tangga melayani pemakai air yang kegiatannya secara resmi bukan rumah tangga seperti untuk pemakai air Sosial (rumah ibadah dan pendidikan), Toko/Niaga, Penginapan/Hotel, Kantor, industri dan Pelabuhan. Umumnya air disini air dipakai untuk keperluan kebersihan cuci, bahan baku proses produksi dan persediaan air di kapal. Pada kasus tertentu sambungan Non Rumah Tangga juga terdapat kegiatan rumah

(17)

17 tangganya seperti pada Rumah Toko (Ruko), atau pun Rumah Kantor (Rukan).

Umumnya jumlahnya dalam perencanaan disesuaikan dengan jumlah yang ada diambil dari data BPS ataupun sumber lainnya sedangkan proyeksi di masa yang akan datang tergantung dari perkiraan pengembangan permasing masing kegiatan.

Misalnya untuk perkembangan sosial, niaga, hotel dan kantor secara intensif tergantung dari jumlah penduduk yang ada sehingga prosentase pertumbuhannya tergantung dari jumlah penduduk. Secara ekstensif pertumbuhannya dapat mengikuti skenario perkembangan kota. Sebagai contoh suatu kota yang perkembangan industrinya pesat tentu juga kegiatan sosial, niaga, hotel dan kantor juga meningkat.

Sambungan Kebakaran/Hidran kebakaran (lihat gambar 6.)

Sambungan kebakaran adalah suatu pelayanan pengelola air yang tidak menghasilkan pendapatan dan fungsinya adalah untuk memmadamkan api bila ada kebakaran. Sambungan ini tersambung pada pipa induk maupun sekunder yang mempunyai tekanan tinggi (diatas 5 m) sehingga bila terjadi kebakaran air dapat disemprotkan pada jarak yang efektif. Jumlah pemadam kebakaran direncanakan sesuai dengan resiko terjadinya kebakaran dan perletakannya disesuaikan dengan panjang pipa/slang kebakaran yang ada. Untuk daerah pertokoan berjarak antara 100 – 500 m tergantung dari kepadatan dan resiko kebakaran.

(18)

18 Sedangkan Volume air yang harus disiapkan tergantung dari asumsi lamanya pemadaman kebakaran dan asumsi luasnya kebakaran.

Gambar 6. Tipikal sambungan/hidran kebakaran 5. Proyeksi Kebutuhan Air

Air pada kegiatan rumah tangga dipakai untuk ;

• Memasak

• Minum

• Kegiatan Mandi

• Cuci

Sedangkan untuk kegiatan non rumah tangga air dipakai umumnya untuk cuci dan prosesn produksi.

Pemakaian air persatuan pengguna bervariasi tergatung pada tingkat sosial-ekonomi-budaya, cuaca dan pasokan air dari pengelola air.

(19)

19 a. Satuan Kebutuhan Air Domestik

Perkiraan satuan kebutuhan air untuk keperluan domestik dapat di analisa dari pemakaian air yang tercatat di rekening air perbulannya yang diambil sampel secara proporsional disuatu daerah pelayanan. Angka ini kemudian dapat dijadikan patokan satuan kebutuhan air domestik. Satuan kebutuhan air untuk rumah tangga dijabarkan menjadi 2 golongan Yaitu Sambungan Umum, dan Sambungan Rumah Tangga .Untuk sambungan rumah tangga dapat dibagi lagi menurut sub golongannya.

Pemakaian air untuk sambungan rumah adalah antara 5 – 24 m3/bulan atau apabila dirumah ada 5 orang maka pemakaian adalah antara 40 – 160 l/o/h. Sedangkan untuk pemakaian umum adalah anatara 20-40 l/o/h. Pada perencanaan umumnya angka tersebut dipakai dengan terlebih dahulu mempelajari pola pemakaian air.

b. Satuan Kebutuhan Air Bersih Non Domestik Kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air untuk mememnuhi sarana-sarana kota, seperti sarana sosial, industri dan niaga. Perkiraan satuan kebutuhan air tersebut tergantung dari jenis kegiatan non domestik tersebut. Hal ini dapat dilihat dari rekening pembanyaran PDAM untuk non domestik.

Satuan kebutuhan air non domestik untuk Sosial, Niaga/Ruko dan Kantor umumnya berkisar antara 25 – 50 m3 perbulan atau sekitar 0,75 – 1,60 m3/hari. Sedangkan untuk industri harus dilihat dari jenis

(20)

20 industrinya dan pelabuhan dari jumlah dan jenis kapal yang berlabuh.

Tabel 1. Perkiraan Kebutuhan Air RT

Perkiraan Kebutuhan Air RT (loh)

600 200 120 100 80 KK/lpd = (UFW 25%,1KK=5 jiwa) 40 60 100 120 160 Total 5 10 15 18 24 Pemakaian m3/bln 40 Siram/Taman 5 20 20 Kebersihan 4 40 40 40 Cuci pakaian 3 20 40 40 40 40 Mandi 2 20 20 20 20 20 Minum/Masak 1 HU Desa Pantai Desa IKK Kota Uraian No

(21)

21 c. Kehilangan Air

Dalam suatu sistim penyediaan air minum biasanya tidak seluruhnya air yang diproduksi instalasi sampai kepada konsumen. Biasanya terdapat kebocoran disana sini yang biasanya disebut kehilangan air. Kebocoran/kehilangan air yang berasal dari instalasi itu sendiri, pada pipa distribusi dan sekunder, pada alat meter air, kesalahan administrasi dan juga untuk pemadam kebakaran/penyiraman tanah. Kehilangan air pada sistim ini diusahakan sekecil mungkin, di antaranya dilakukan dengan mengoperasikan instalasi yang benar, pemasangan sambungan pipa transmisi dan distribusi dengan baik, penggunaan peralatan meter air yang baik dan ketelitian dalam laporanadministrasi. Kehilangan air pada dari data pengamatan umumnya adalah antara 25% sampai 40% hal ini sangat tergantung dari pola pengelolaannya. Untuk perencanaan ini kehilangan air dibatasi sebesar lebih kurang 25 % .

d. Hari maksimum

Yaitu dalam periode satu minggu, bulan atau tahun terdapat hari-hari tertentu dimana pemakaian airnya maksimum. Keadaan ini dicapai karena adanya pengaruh musim. Pada saat pemakaian demikian disebut pemakaian hari maksimum. Besarnya faktor hari maksimum adalah berdasarkan pengamatan karakteristik daerah tersebut adalah sekitar 110 % dikalikan debit rata rata. Kebutuhan air produksi direncanakan sama dengan kebutuhan maksimum.

(22)

22 e. Hari Kebutuhan Puncak

Yaitu dalam periode satu hari, terdapat jam jam tertentu dimana pemakaian airnya maksimum. Keadaan ini dicapai karena adanya pengaruh pola pemakaian air harian (lihat bab 1.). Pada saat pemakaian demikian disebut pemakaian puncak. Besarnya faktor puncak adalah berdasarkan pengamatan karakteristik daerah tersebut adalah sekitar 140-170 % dikalikan debit rata rata. Kapasitas pipa induk dan retikulasi direncanakan sama dengan kebutuhan puncak.

f. Rekapitulasi Kebutuhan Air

Total proyeksi kebutuhan air penduduk adalah terdiri dari bagian-bagian, yaitu kebutuhan air rata rata setelah dihitung kehilangan air , dan kebutuhan air pada saat maksimum. Contoh proyeksi kebutuhan air dipaparkan pada Tabel 1.

(23)

23

Tabel 1.

Contoh Rekapitulasi Proyeksi Kebutuhan Air per 5 tahun

No Uraian 2003 2 004 2 010 2 015 2 020 2 025

1 Proyeksi Penduduk 189 474 193 831 211 666 232 551 249 289 262 006

2 Proyeksi Penduduk yang dilayani samb Domestik

2.1 - Kran Umum 1 000 1 148 1 100 2 900 3 100 3 300

2.2 - Rumah Tangga A 32 274 35 831 54 510 78 984 84 666 88 986 2.3 - Rumah Tangga B 15 240 23 284 24 900 38 832 41 628 88 938

Jumlah : 48 514 60 264 80 510 120 716 129 394 181 224

3 Prosentase Pelayanan 25.6% 31.1% 38.0% 51.9% 51.9% 69.2%

4 Jumlah Jiwa per Kran Umum 100 100 100 100 100 100

5 Anggota Keluarga /plg/ RT (Rmh 6 6 6 6 6 6

6 Proyeksi samb yang dilayani

6.1 - Kran Umum 10 11 11 29 31 33 6.2 - Rumah Tangga A 5 379 5 972 9 085 13 164 14 111 14 831 6.3 - Rumah Tangga B 2 540 3 881 4 150 6 472 6 938 14 823 6.4 - Sosial 20 27 35 37 37 47 6.5 - Niaga A 50 55 90 120 140 150 6.6 - Niaga B 20 25 60 90 100 110 6.7 - Industri 5 10 25 45 55 60 6.8 - Pelabuhan 1 1 1 1 1 1 6.9 Jumlah 8 025 9 982 13 457 19 958 21 413 30 055

610 Pertambahan jumlah sambungan 1 957 3 475 6 501 1 455 8 642 7 Konsumsi Air

7.1 - Kran Umum (l/o/h) 30 30 30 30 30 30

7.2 - Rumah Tangga A (l/o/h) 150 150 150 150 150 150

7.3 - Rumah Tangga B (l/o/h) 120 120 120 120 120 120

7.4 - Sosial (l/h/samb) 1 000 1 000 1 000 1 000 1 000 1 000 7.5 - Niaga A (l/h/samb) 2 000 2 000 2 000 2 000 2 000 2 000 7.6 - Niaga B (l/h/samb) 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 7.7 - Industri (l/h/samb) 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 5 000 7.8 - Pelabuhan 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 10 000 8 Konsumsi Air (m3/hr ) 8.1 - Kran Umum 30 34 33 87 93 99 8.2 - Rumah Tangga A 4 841 5 375 8 177 11 848 12 700 13 348 8.3 - Rumah Tangga B 1 829 2 794 2 988 4 660 4 995 10 673 8.4 - Sosial 20 27 35 37 37 47 8.5 - Niaga A 100 110 180 240 280 300 8.6 - Niaga B 100 125 300 450 500 550 8.7 - Industri 25 50 125 225 275 300 8.8 - Pelabuhan 10 10 10 10 10 10 8.9 Jumlah ( m3/hr) 6 955 8 525 11 848 17 556 18 890 25 326 810 Jumlah (L/dt) 80 99 137 203 219 293 9 Tingkat Kebocoran 20.0% 20.0% 20.0% 20.0% 20.0% 20.0% 10 Produksi Air (m3/hr) 8 694 10 657 14 809 21 946 23 613 31 658

11 Debit Rata rata (L/dt) 101 123 171 254 273 366

12 Produksi=maks day 110 % (L/dt) 111 136 189 279 301 403 13 Debit Puncak (L/dt) 150 % xrata 151 185 257 381 410 550

Gambar

Gambar  2. Bagan Pengaruh Pengembangan Kawasan  Terhadap Kebutuhan Air Bersih
Gambar  4. Sambungan Umum Tanpa Tangki pengumpul
Gambar  6. Tipikal sambungan/hidran kebakaran  5.  Proyeksi Kebutuhan Air
Tabel 1. Perkiraan Kebutuhan Air RT

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan model problem based learning pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memberikan peluang kepada siswa untuk mampu mengembangkan kemampuan yang

Admin dapat melihat data peminjaman dan pemesanan buku atau koleksi perpustakaan, membalas pesan dari mahasiswa, serta dapat membuat berita yang akan dipublikasikan di

Di hadapan yang Maha Mulia Ketua dan Para Hakim Konstitusi, saya selaku Rektor Universitas Cenderawasih Papua yang telah disumpah sebagai Saksi pada tanggal 20 Februari 2013

Pada langkah merumuskan masalah di dalam LKPD disajikan sebuah permasalahan yang dekat dengan kehidupan yang mengandung teka-teki untuk diselesaikan oleh peserta

Hasil analisis yang telah dilakukan terhadap 3 variabel yang meliputi variabel perkembangan kampung Kauman sebagai embrio kota Semarang, variabel karakteristik

Pelaksanaaan observasi dilakukan oleh teman sejawat selaku pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh penulis dan terhadap aktifitas siswa

 Anggota regu baik Putra maupun Putri harus berasal dari satu Provinsi atau dari satu Perkumpulan (klub) yang terdiri dari 2 (dua) atau 3 (tiga) orang pemain dan

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut