HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN
PASIEN DALAM MENGONTROL HALUSINASI DI POLIKLINIK JIWA PASIEN DALAM MENGONTROL HALUSINASI DI POLIKLINIK JIWA
RUMAH SAK
RUMAH SAKIT ERNALDI IT ERNALDI BAHAR BAHAR PROVINSIPROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2014
SUMATERA SELATAN TAHUN 2014
1 1
Sutrisno,
Sutrisno, 22Sri Maryatun,Sri Maryatun, 33MuhMuhammammadad BahBahoriori
1. 1.
Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Palembang Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Palembang
2. 2.
Dosen PSIK Fakultas Kedokteran UNSRI sebagai Pembimbing I Dosen PSIK Fakultas Kedokteran UNSRI sebagai Pembimbing I
3. 3.
Kepala Ruangan Merpati II Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebagai Pembimbing II Kepala Ruangan Merpati II Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebagai Pembimbing II Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes
Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Palembang, IndonesiaMuhammadiyah Palembang, Indonesia
Ners.sutrisno@ymail.com Ners.sutrisno@ymail.com
ABSTRAK ABSTRAK
Halusinasi adalah salah satu gejala sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Faktor yang Halusinasi adalah salah satu gejala sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien halusinasi adalah ketidakmapuan pasien mengontrol halusinasi dan tidak mempengaruhi kekambuhan pasien halusinasi adalah ketidakmapuan pasien mengontrol halusinasi dan tidak dilakukannya perawatan oleh keluarga dirumah. Salah satu jenis respon yang dialami keluarga dalam merawat dilakukannya perawatan oleh keluarga dirumah. Salah satu jenis respon yang dialami keluarga dalam merawat pasien
pasien halusinasi halusinasi adalah adalah cemas. cemas. Data Data jumlah jumlah pasien pasien dalam dalam masalah masalah perawatan perawatan utama utama halusinasi halusinasi di di PoliklinikPoliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tercatat jumlah pasien halusinasi rawat jalan pada tahun Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tercatat jumlah pasien halusinasi rawat jalan pada tahun 2013 yaitu 129 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan keluarga dengan 2013 yaitu 129 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Tehnik pengambilan sampel menggunakan
kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Tehnik pengambilan sampel menggunakan Accidental Accidental Sampling
Sampling dengan jumlah sampel 39 responden dan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17-31 Maret 2014.dengan jumlah sampel 39 responden dan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17-31 Maret 2014. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 33,3% keluarga mengalami kecemasan ringan, 46,2% kecemasan sedang Hasil penelitian menunjukan sebanyak 33,3% keluarga mengalami kecemasan ringan, 46,2% kecemasan sedang dan 20,5% mengalami kecemasan berat dan 74,4% pasien mampu mengontrol halusinasi serta 25,6% pasien dan 20,5% mengalami kecemasan berat dan 74,4% pasien mampu mengontrol halusinasi serta 25,6% pasien tidak mamp
tidak mampu mengontrol u mengontrol halusinasi. Analisis halusinasi. Analisis dilakukan dedilakukan dengan ujingan uji Chi-SquareChi-Square didapatkandidapatkan ρ ρ valuevalue 0,028 (0,028 ( ρ ρ value < α
value < α 0,05) menunjukan ada hubungan signifikan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien0,05) menunjukan ada hubungan signifikan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Rekomendasi kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai dalam mengontrol halusinasi. Rekomendasi kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai intervensi kecemasan keluarga, bagi petugas kesehatan di Poliklinik Jiwa untuk memberikan penyuluhan kepada intervensi kecemasan keluarga, bagi petugas kesehatan di Poliklinik Jiwa untuk memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara mengurangi kecemasan.
keluarga tentang cara mengurangi kecemasan.
Kata
Kata kunci : Tkunci : Tingkat Kecemasan, ingkat Kecemasan, Keluarga, Mengontrol, HKeluarga, Mengontrol, Halusinasi.alusinasi.
ABSTRACT ABSTRACT
Hallucinations are one of the symptoms of sensory perception experienced by mental patients. Factors affecting Hallucinations are one of the symptoms of sensory perception experienced by mental patients. Factors affecting recurrence of hallucin
recurrence of hallucinations patients is the inability oations patients is the inability of patients tof patients to control hallucinations and didncontrol hallucinations and didn’t care by the’t care by the family at home. One type of response that is experienced by families in caring for the patient is anxious family at home. One type of response that is experienced by families in caring for the patient is anxious hallucinations. Data in Polyclinic Ernaldi Bahar Hospital South Sumatra Province recorded the number of hallucinations. Data in Polyclinic Ernaldi Bahar Hospital South Sumatra Province recorded the number of patients in
patients in the outpatient the outpatient hallucinations are hallucinations are 129 people 129 people in 2013. in 2013. The purpose The purpose of this of this study was study was to determine to determine thethe relationship of the family with the level of anxiety in the patient's ability to control hallucinations. Sampling relationship of the family with the level of anxiety in the patient's ability to control hallucinations. Sampling technique using
technique using Accidental Sampling Accidental Sampling with a sample of 39 respondents and the research carried out on march 17with a sample of 39 respondents and the research carried out on march 17 to 31 , 2014. Results showed 33.3 % of families experiencing mild anxiety, anxiety was 46,2 % and 20,5 % had to 31 , 2014. Results showed 33.3 % of families experiencing mild anxiety, anxiety was 46,2 % and 20,5 % had severe anxiety and 74,4 % of patients were able to control hallucinations and 25,6 % of patients are not able to severe anxiety and 74,4 % of patients were able to control hallucinations and 25,6 % of patients are not able to control the hallucinations . The analysis by
control the hallucinations . The analysis by Chi-SquareChi-Square test obtainedtest obtained ρ value ρ value 0,028 (0,028 ( ρ value ρ value << αα 0,05 ) showed0,05 ) showed no significant relationship with the family anxiety levels in a patient's ability to control hallucinations. no significant relationship with the family anxiety levels in a patient's ability to control hallucinations. Recommendations for further teams of researchers to conduct research on anxiety intervention families, for Recommendations for further teams of researchers to conduct research on anxiety intervention families, for health workers in Mental Clinic to provide counseling to families on how to reduce anxiety.
health workers in Mental Clinic to provide counseling to families on how to reduce anxiety.
Keywords : Levels of anxiety, Family, Controlling, Hallucinations. Keywords : Levels of anxiety, Family, Controlling, Hallucinations.
A. PENDAHULUAN
Permasalahan hidup yang berat dialami oleh semua kalangan masyarakat mulai dari masalah rumah tangga, stress di tempat kerja, tingginya tingkat pengangguran, sampai sulitnya mencari penghasilan, pekerjaan, dapat menyebabkan gangguan jiwa seperti cemas, stres, depresi, bahkan kasus-kasus bunuh diri (Suprajitno, 2004).
Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan fisik maupun mental. Keabnormalan gangguan jiwa tersebut di bagi kedalam dua golongan yaitu: gangguan jiwa (neurosa) dan gangguan jiwa (psikosa), terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting di antaranya adalah: ketegangan, hysteria, rasa lemah dan tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk dan sebagainya (Yosep, 2007).
World Health Organization (WHO) tahun 2001 menyatakan bahwa sekitar 450 juta orang di dunia memiliki gangguan mental. Fakta lainnya adalah 25% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya (Hawari, 2009). Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit di dunia, Sementara itu berdasarkan data survei kementrian
kesehatan, sebanyak 30% dari 235 juta jiwa warga Indonesia mengalami gangguan jiwa. Data Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2008 menunjukkan bahwa dari 1000 penduduk terdapat 185 penduduk mengalami gangguan jiwa diantaranya halusinasi (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan rekam medik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009 jumlah kunjungan pasien skizofrenia berjumlah 1535, 2010 berjumlah 2040, 2011 berjumlah 2049 dan 2012 jumlah kunjungan pasien penderita skizofrenia berjumlah 1570 diantaranya mengalami halusinasi, dan pada tahun 2013 data jumlah pasien dengan masalah perawatan utama halusinasi berjumlah 129 orang (Medical Record Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, 2014).
Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan fisik maupun mental, salah satu gangguan jiwa adalah halusinasi.
Halusinasi adalah terganggunya persepsi seseorang dimana tidak terdapatnya stimulus dari ke lima pancaindra, penderita halusinasi pasca rawat di rumah sakit dapat kembali kambuh apabila pasien tidak dapat
mengontrol halusinasinya dan tidak dilakukannya perawatan oleh keluarga di rumah.
Kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan tindakan medis dan keperawatan dalam mengobati pasien dengan halusinasi (Maramis, 2004). Penyebab utama terjadinya kekambuhan pasien halusinasi ketidakmampuan pasien dalam mengontrol halusinasi serta keluarga yang merasa cemas dengan kondisi pasien (Nurdiana, 2010).
Kecemasan merupakan salah satu masalah yang teridentifikasi dialami oleh keluarga yang mempuanyai anggota keluarga gangguan jiwa dengan halusinasi, dalam menghadapi keluarga yang cemas ada beberapa cara untuk mengatasi cemas tersebut sehingga keluarga tidak lagi merasakan kecemasan terhadap pasien yang mengalami gangguan jiwa (Notosoedirdjo & Latipun, 2005).
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Aditya (2012) yang berjudul Gambaran tingkat kecemasan keluarga dengan Pasien Skizofrenia Residual di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang, dari 41 keluarga yang menjadi responden bahwa 23 responden (56,1%) memiliki tingkat kecemasan sedang.
Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang dengan menggunakan kuesioner pada 10 keluarga yang anggota keluarganya mengalami halusinasi, didapatkan keluarga yang di wawancarai mengatakan cemas ringan 6, cemas sedang 4, dikarenakan keluarga merasa takut akan kekambuhan jika pasien tidak dapat mengontrol halusinasi dan biaya pengobatan yang cukup mahal bagi
masyarakat menengah kebawah.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan permasalah belum diketahuinya “Hubungan tingkat Kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Kecemasan Keluarga dengan Kemampuan Pasien dalam Mengontrol Halusinasi di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014.
Tujuan khusus penelitian ini Diketahuinya tingkat kecemasan keluarga, kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi, hubungan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014.
Hasil penelitian ini beranfaat sebagai masukkan untuk keluarga mengetahui tentang gangguan jiwa, cara mengontrol halusinasi dan mengurangi perasaan cemas keluarga, dan anfaat untuk petugas kesehatan dapat menambah informasi/data yang berguna dala pemberian asuhan keperawatan
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain survey analitik dengan metode cross sectional adalah suatu penelitian
dimana
variabel-variabel yang termasuk efek di observasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014.Populasi pada penelitian ini adalah keluarga inti yang salah satu anggota keluarganya yang pernah mengalami gangguan jiwa dengan halusinasi yang rawat jalan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014.
Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara accidental sampling , yaitu mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada dan tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian.
Responden pada penelitian ini berjumlah 39 responden.
Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa rangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 17 sapai dengan 31 Maret 2014.
Tehnik pengumpulan data yaitu data primer yang diperoleh melalui wawancara dan pengisian lembar kuesioner yang telah disiapkan. Lembar kuesioner mengacu pada GAD (General Anxiety Disorder) yang terdiri dari 7 pertanyaan yang sudah di uji validitas dan redibilitas dan sudah baku oleh peneliti (Med, 2006). Kuesioner kemampuan pasien terdiri dari 10 pertanyaan pertanyaan meliputi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi diantaranya mengenal halusinasi, menghardik halusinasi, berinteraksi dengan orang lain atau bercakap-cakap dengan orang lain, Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian dan menggunakan obat atau teratur minum obat (Keliat, 2005).
Data sekunder terdiri dari data yang didapat dari catatan Medical Record Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014.
Analisa data yang dilakukan adalah analisa univariat dan bivariat. terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dengan
maksud untuk mengetahui disribusi frekuensi dari variabel-variabel yang diteliti adalah variabel mengenai tingkat kecemasan keluarga. Penyajian data akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Analisis Univariat bertujuan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel yaitu variabel independen : tingkat kecemasan keluarga sedangkan variabel dependen : kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi.
Analisis bivariat dilaksanakan untuk mendapatkan nilai kemaknaan hubungan (korelasi) antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan untuk menguji data kategorik pada penelitian ini dilakukan dengan uji Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% atau alpha 0,05. Apabila p value ≤ 0,05 berarti Ho ditolak, dapat disimpulkan terdapat hubungan bermakna antara variabel Independen dengan Dependen. Apabila p value > 0,05 berarti Ho diterima.
C. HASIL PENELITIAN
Analisa yang dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari variabel independen (tingkat kecemasan keluarga) dan variabel dependen (kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi) di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014.
Tabel 4.1
Distribusi frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Keluarga di Poliklinik Jiwa
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera Selatan Tahun 2014 (n = 39) No Tingkat kecemasan N % 1 Ringan 13 33,3 2 Sedang 18 46,2 3 Berat 8 20,5 Jumlah 39 100
Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat dilihat mengenai proporsi tingat kecemasan keluarga. Proporsi responden terbanyak terdapat pada tingkat kecemasan keluarga responden kecemasan sedang 46,2% dan proporsi responden terkecil terdapat pada
responden kecemasan berat sebesar 20,5 %.
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi Berdasarkan Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi Responden di Poliklinik Jiwa
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera Selatan Tahun 2014 (n = 39). No Kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi N % 1 Mampu 29 74.4 2 Tidak Mampu 10 25.6 Jumlah 39 100
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat dilihat mengenai proporsi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik
Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. Proporsi responden terbanyak terdapat pada responden pasien mampu mengontrol halusinasinya sebesar 74,4%
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel independen (Tingkat Kecemasan Keluarga) dengan variabel dependen (Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol Halusiasi) dengan menggunakan Uji Statistik dengan metode Chi – Squere dengan keputusan bermakna dengan C1 95% atau nilai α = 0,05.
Tabel 41.2
Hubungan Tingkat Kecemasan Keluarga Dengan Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi Di Poliklinik Jiwa
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera Selatan Tahun 2014 (n = 39). No Tingkat Cemas Kemampuan Pasien dalam mengontrol Halusinasi Total p Va lu e Mampu Tidak Mampu n % n % n % 1 Cemas Ringan 11 28 ,2 2 5,1 1 3 33, 3 0, 0 2 8 2 Cemas Sedang 15 38 ,5 3 7,7 1 8 46, 2 3 Cemas Berat 3 8, 3 5 12, 8 8 20, 5 Jumlah 29 1 0 3 9 10 0
Berdasarkan tabel 5.6 di dapat diketahui dari 41 responden proporsi responden terbanyak adalah reponden mengalami kecemasan sedang (46,2%) ternyata pasien dapat mengontrol halusinasi sebanyak 15 orang (38,5%) dan pasien yang tidak dapat
mengontrol halusinasi sebanyak 3 orang (7,7%), sedangkan proporsi sedikit adalah responden yang mengalami kecemasan berat (20,5%) ternyata pasien yang mampu mengontrol halusinasi sebanyak 3 orang (8,3%) dan pasien yang tidak dapat mengontrol halusinasi sebanyak 5 orang (12,8%). Berdasarkan Hasil uji statistik chi- square dengan batas kemaknaan = 0,05
diperoleh nilai p value = 0,028. Dengan hasil p value < α, ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Dengan demikian hipotesis menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan keluarga
dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi terbukti secara statistik.
D. HASIL PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa, proporsi responden yang terbanyak adalah kecemasan sedang 46,2% dan proporsi responden terkecil terdapat pada responden dengan kecemasan berat sebesar 20,5 %.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Suci (2013), yang berjudul gambaran tingkat kecemasan keluarga dalam merawat anggota yang mengalami gangguan jiwa di poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang tahun 2013, responden yang mempunyai tingkat kecemasan sedang
sebanyak 28 orang (46,67%), dari 60 Responden. Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah (Videbeck, 2009).
Kecemasan merupakan respons individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan dapat dirasakan oleh individu ataupun sekelompok orang termasuk keluarga, kecemasan meliputi keluarga dan mereka sangat terbebani dengan kondisi penderita. Bahkan tidak sedikit keluarga yang sama sekali tidak mengetahui rencana apa yang harus mereka lakukan untuk menghadapi masalah gangguan jiwa salah satu anggota keluarganya. Kecemasan akan semakin meningkat tanpa pemahaman yang jernih mengenai masalah besar yang dihadapi keluarga.
Keluarga mengalami cemas ketika anggota keluarganya mengalami sakit. Pasien yang dirawat di Rumah dalam waktu yang lama akan lebih membuat cemas. Hal ini karena mereka takut terjadinya kekambuhan pada pasien, serta biaya yang banyak. Semua stresor ini menyebabkan keluarga jatuh pada kondisi krisis dimana mekanisme koping yang digunakan menjadi tidak efektif dan
perasaan menyerah atau apatis dan kecemasan akan mendominasi perilaku keluarga.
Kemampuan Pasien dalam
Mengontrol Halusinasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, proporsi responden terbanyak terdapat pada pasien mampu dalam mengontrol halusinasinya sebesar 74,4% dengan keluarga mengalami kecemasan sedang dan proporsi responden terkecil terdapat pada responden pasien tidak mampu dalam mengontrol halusinasi sebesar 25,6 % dengan keluarga mengalami kecemasan berat.
Penelitian yang dilakukan oleh Qodir (2012) yang berjudul hubungan stres keluarga dengan kemampuan pasien mengontrol halusinasi pada klien halusinasi di RSUP Dr. Amino Gondohutomo Semarang, pasien yang mampu mengontrol halusinasi sebanyak 36 responden (65,5%) dengan keluarga mengalami stres ringan sedangkan pasien yang tidak mampu mengontrol halusinasi sebanyak 19 responden (24,5%) dengan keluarga yang mengalami stres sedang.
Stres merupakan salah satu gangguan kesehatan jiwa, respon dari stres adalah cemas atau kecemasan, kecemasan yang dialami keluarga berdampak negatif terhadap kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,
kekuatan manusia untuk berusaha dengan diri sendiri. Kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi merupakan kesanggupan (potensi) pasien dalam menguasai persepsi sensori secara langsung, kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi sangat mempengaruhi kekambuhan pasien halusinasi, jika tidak dapat mengontrol halusinasi kecenderungan terjadinya kekambuhan akan besar.
Nurdiana (2007), Penyebab utama terjadinya kekambuhan pasien halusinasi ketidakmampuan pasien dalam mengontrol halusinasi serta keluarga yang merasa cemas dengan kondisi pasien. Kemampuan dalam mengontrol halusinasi pasien dengan halusinasi dipengaruhi keadaan individu yang mengalami suatu gangguan dalam aktivitas mental seperti berpikir sadar. Analisa Bivariat
Hubungan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa keluarga yang mengalami kecemasan ringan sebanyak 18 responden (42,2%) ternyata pasien mampu mengontrol halusinasi sebanyak (38,5%), pasien yang tidak tidak mampu mengontrol halusinasi sebanyak (7,7%) dan keluarga yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 13 responden (33,3%) ternyata pasien
mampu mengontrol halusinasi sebanyak (28,2%), tidak mampu (5,1%) serta keluarga yang mengalami kecemasan berat sebanyak 8 responden (20,5) ternyata pasien mampu mengontrol halusinasi sebanyak (8,3%), tidak mampu (12,8%).
Hasil uji statistik chi-square dengan batas kemaknaan = 0,05 diperoleh
nilai p value = 0,028. Dengan hasil p value < α, ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi.
Penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Sopyan (2008) yang berjudul Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien mengontrol halusinasi pasca rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara sebanyak 58 responden 78% keluarga dengan pengetahuan kurang baik pasien tidak dapat mengontrol halusinasi pasca rawat inap dan 64% memiliki kecemasan sedang dan pasien tidak dapat mengontrol halusinasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori (Nurdiana, 2010), penyebab utama terjadinya kekambuhan pasien halusinasi adalah ketidakmampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Keluarga yang merasa cemas dengan kondisi pasien, cemas yang rasakan oleh keluarga dapat dirasakan anggota keluarga yang lainnya
salah satunya adalah pasien dan cemas bisa mempengaruhi pola pikir seseorang.
Kecemasan keluarga terjadi karena adanya stresor kurang pengetahuan keluarga dalam perawatan keluarga dirumah keluarga takut dan merasa cemas jika anggota keluarganya yang menderita halusinasi tidak dapat mengontrol halusinasinya maka akan berdampak kekambuhan. Cemas yang dirasakan oleh keluarga dapat menular ke anggota keluarga salah satunya adalah pasien, karena cemas dapat meningkatkan hormon yang mempengaruhi proses pola fikir (Serotonin dan dopamin) untuk mengatasi halusinasi tersebut. Kecemasan dapat mempengaruhi proses pola pikir seseorang yang ada disekitarnya, khususnya orang-orang yang lebih dekat pasien seperti keluarga, keluarga cemas maka salah satu anggota keluarga juga akan dirasaka kecemasan.
Pada hasil penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa keluarga yang mengalami kecemasan sedang namun masih ada pasien yang tidak dapat mengontrol halusinasi disebabkan bahwa kesemasan sedang juga mempengaruhi pola proses berfikir seseorang atau individu yang ada disekitar keluarga yang mengalami kecemasan, ketika kecemasan itu dirasakan oleh keluarga maka anggota keluarga yang lain juga mengalami kecemasan, hal ini sangat berdampak pada kondisi pasien dengan halusinasi,
ketika ada stresor yang mempengaruhi proses pola pikir pasien maka akan berdampak terhadap kemampuan pasien dalam tindakan, namum masih dalam perilaku yang terarah dan sadar. Hal ini diperkuat teori Videbeck (2008), Kecemasan sedang memungkinkan sesorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatin yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.
Menurut peneliti, Kecemasan yang dialami oleh anggota keluarga dapat mempengaruhi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi, apalagi keluarga dengan tingkat kecemasan berat.
E. KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014, maka ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat kecemasan keluarga di
poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014 terbanyak terdapat pada tingkat kecemasan keluarga responden kecemasan sedang sebanyak 18 responden atau sebesar 46,2%.
2. Proporsi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan terbanyak pasien mampu mengontrol halusinasinya sebanyak 29 responden atau sebesar 74,4%.
3. Ada hubungan antara tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014 dengan p value 0,028.
F. SARAN
Dari kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Rumah Sakit
Bagi petugas kesehatan Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar Palembang khususnya petugas kesehatan di poliklinik jiwa rawat jalan diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang cara mengurangi kecemasan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang diharapkan dapat meningkatkan sumber-sumber bacaan baik buku keperawatan yang berkaitan dengan tingkat kecemasan yang dapat digunakan untuk melengkapi dan
perpustakaan bagi Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Palembang di masa yang akan datang.
3. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan tentang halusinasi dan cara merawat untuk mengurangi tingkat kecemasan keluarga serta ebantu partisipasiaktif keluarga untuk merawat pasien dengan halusinasi .
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dimasa yang akan datang dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode dan desain berbeda serta melakukan penelitian lebih lanjut tentang intervensi pada kecemasan keluarga.
G. DAFTAR REFERENSI
Aditya. 2012. Gambaran tingkat kecemasan keluarga dengan Pasien Skizofrenia Residual di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang . KTI STIKES
Muhammadiyah palembang
Hawari. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizoprenia. Jakarta : Fakultas kedokteran Universitas Indonesi
Keliat, B. A. 2005. Keperawatan Jiwa ( Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa).
Jakarta: EGC
Maramis, F. 2004. Ilmu Kedokteran Jiwa (Edisi 9). Surabaya: Univeraitas Airlangga
Med, A, Robert, S , MD. 2006. The (General Anxiety Disorder) GAD – 7 (Http//www. Patient.co.uk)
Medical Record, 2014. Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2014. Palembang
Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Notosoedirdjo & Latipun. 2005 . Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan. Malang: UMM Press Nurdiana. 2007. Peran Serta Keluarga
Terhadap Tingkat kekambuhan Klien gangguan jiwa Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, vol.3 no.1 Qodir, A. 2012. Hubungan stres keluarga
engan kemampuan pasien mengontrol halusinasi pada klien halusinasi di RSUP Dr. Amino Gondohutomo Semarang. JNS. Semarang. 3(2). November 14. 2013 Singgih. 2008. Cara mengurangi ansietas
dalam kehidupan keluarga. Bandung: Media kesehatan
Sopyan. 2008. Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan Keluarga dengan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Pasca Rawat Inap Rumah Sakit Sumatera tara.
JNS. Medan. 9(1). April 03. 2014 STIKes Muhammadiyah Palembang.
2013. Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun 2013.
Palembang. Desember. 2013
Stuart & Laraia. 2001. Principles and Practice of Psychiatric Nursing .
USA: Mosby
Suci. R. 2013. Gambaran tingkat kecemasan keluarga dalam merawat anggota yang mengalami gangguan jiwa di poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang tahun 2013. KTI STIKes uhamadiyah Palebang tahun 2013
Videbeck. 2008. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
WHO. 2001. The World Health Report: 2001: Mental Health : New Understanding, New Hope. Diunduh pada 10 Desember 2013 dari
www.who.int/whr/2001/en/
Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama