1
MAKALAH TUGAS AKHIRSTUDI OPTIMASI TATA GUNA AIR PADA PENGEMBANGAN J.I
PETERONGAN SEHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN TATA GUNA
LAHAN D.I DELTA BRANTAS
AYU SUSANTI NRP 3108 100 118
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ir. Nadjadji Anwar, MSc
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012
2
STUDI OPTIMASI TATA GUNA AIR PADA PENGEMBANGAN J.I PETERONGAN
SEHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN D.I DELTA
BRANTAS
Nama Mahasiswa
: AYU SUSANTI
NRP
: 3108 100 118
Jurusan
: Teknik Sipil FTSP-ITS
Dosen Pembimbing
: Prof. Dr. Ir. Nadjadji Anwar, MSc.
ABSTRAK
Jaringan Irigasi Peterongan ada di wilayah Kabupaten Jombang, dengan luas layanan mencapai 7091 Ha dan terdiri dari 177 petak tersier. Pada saat ini, kebutuhan air dialiri dari Waduk Siman melalui Saluran Sekunder Lemurung, kemudian masuk Kali Talang dan Kali Pait Atas. Pemenuhan kebutuhan air irigasi tidak bisa optimal, hanya berkisar antara 30%-40% dari ketersediaan air yang ada. Hal ini diakibatkan oleh panjangnya saluran serta keterbatasan bangunan operaisonal, sehingga terjadi banyaknya kehilangan air. Selain itu juga karena adanya kebocoran air akibat rusaknya saluran dan penyadapan liar yang tidak bertanggung jawab. Untuk mengatasi kekurangan air, para petani di daerah ini membuat sawah tadah hujan dan mengggunakan sistem pompa air di musim kemarau. Luas areal persawahan yang dialiri oleh sistem pompanisasi sekitar 389 Ha yang terletak di Desa Kapuh Kajang, Sembung, Gempol Legundi, Tanggungan, Glagah, dan Desa Pati Kelem. Oleh karena kurangnya alokasi air di Jaringan Irigasi Petrongan, maka pola tanam yang digunakan adalah Padi Polowijo-Polowijo dengan intensitas tanam 225% dengan produksi padi berkisar antara 3,50 ton/Ha – 4,80 ton/Ha. Sekarang ini pengembangannya J.I Peterongan akan diambilkan debit pada Saluran Induk Mrican Kanan, karena itu dalam studi ini akan dilakukan analisa dengan menggunakan program bantu Quantity Methods for Windows 2 dengan input kebutuhan air tiap masing – masing jenis tanaman dari J.I Peterongan dan Mrican Kanan dan volume andalan dari Inflow Mrican sebagai kendala atau batasan. Output dari perhitungan ini ialah luasan tiap jenis tanaman pada tiap musim tanam.
Berdasarkan besarnya volume andalan dan kebutuhan air yang ada, hasil perhitungan menggunakan bantu QM for Windows 2 didapat intensitas tanam terbesar yaitu 300% pada pemodelan 1(debit eksisting mrican kanan) di awal tanam Okt III,Nop I, Nop II, Des I, dan Des II. Untuk pemodelan 2 (debit sisa) alternatif pertama, intensitas tanam pada semua awal tanam untuk mrican Kanan sebesar 300%, dan bervariasi untuk Peterongan yaitu dengan intensitas terbesar pada awal tanam Desember I dengan intensitas 293,32 % . Dan untuk alternatif kedua intensitas mrican kanan mencapai 300% untuk semua awal tanam, dan 300% pada peterongan di awal tanam Nopember I sampai Desember II.
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
J.I Peterongan merupakan jaringan Irigasi yang ada di Jombang. Jaringan irigasi ini merupakan bagian dari arel layanan Saluran Induk Pari Terong yang berasal dari Bendung Gerak Mrican yang terletak di Jung Biru Kabupaten Kediri. Batas arel layanan Irigasi Peterongan ini meliputi; sebelah utara dibatasi oleh Kali Ring Ngotok, sebelah timur dibatasi oleh Pembuang Tejo, sebelah selatan dibatasi oleh Rencana Saluran Peterongan, dan sebelah barat dibatasi oleh Saluran Induk Papar.
Luas layanan Jaringan Irigasi Peterongan mencapai 7091 Ha dan terdiri dari 177 petak tersier. Pada saat ini kebutuhan air irigasi dialiri dari Waduk Siman. Pemenuhan kebutuhan air irigasi tidak bisa optimal yaitu sekitar 30-40%. Untuk mengatasi kekurangan air, para petani membuat sawah tadah hujan dan menggunakan sistem pompa air pada musim kemarau. Luas areal persawahan yang dialiri sitem pompanisasi sekitar 389 Ha yang terletak di Desa Kepuh
Kajang, sembung, Gempol Legundi,
Tanggungan, Glagahan, dan Desa Jati Pelem. Karena kurangnya alokasi air tersebut, maka pola tanam yang digunakan adalah Padi Polowijo-Polowijo dengan intensitas tanam 225% dengan produksi padi berkisar antara 3,50 ton/Ha- 4,80 ton/Ha.
Dalam pengambangannya, Saluran Induk Peterongan akan mengambil air dari B.Pp.30 di Saluran Induk Papar yang dalam kondisi masih baik. Jaringan Irigasi Peterongan sebenarnya sudah ada, tetapi tidak sepanjang rencana pengembangan. Adapun fisik yang sudah dilaksanakan sejak tahun 1999-2003 dengan panjang saluran 3000 m yang melayani kebutuhan 700 Ha.
Kondisi lahan J.I Peterongan saat ini merupakan lahan beririgasi bagian hilir dari Sistem Irigasi Waduk Siman, sedangkan kondisi sistem irigasi sebagian irigasi setengah teknis dan irigasi teknis.
Rencana pemenuhan kebutuhan air pada pengembangan Daerah Irigasi ini adalah dengan memindahkan alokasi air Daerah Irigasi Delta Brantas dimana telah terjadi perubahan tata guna lahan irigasi
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari tugas akhir ini telah dibagi menjadi beberapa poin berikut :
1. Bagaimana perubahan tata guna lahan setiap tahunnnya di DI Delta Brantas?
2. Berapa debit yang bisa dialirkan ke J.I Peterongan yang berasal dari tahanan DI Delta Brantas?
3. Bagaimana kebutuhan air di J.I Peterongan dengan pola-pola tanam yang diajukan? 4. Bagaimana teknik optimasi agar luas daerah
yang terairi maksimum?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui luas area J.I Peterongan yang dapat diairi
2. Mengetahui perubahan tata guna lahan di DI Delta brantas sehingga akan diketahui alokasi air yang dapat dialirkan
3. Menghitung kebutuhan air di J.I Peterongan dengan pla-pola tanam yang dianjurkan 4. Mengoptimasi kebutuhan air di J.I Peterongan
sehingga luas yang bisa terairi maksimum.
1.4 Batasan Masalah
1. Debit tahanan akibat perubahan tata guna lahan DI Delta Brantas,tidak dihitung secara fungsional tetapi hanya perkiraan dari regresi data-data debit inflow terhadap perubahan tata guna lahan pada tahun-tahun sebelumnya.
2. Penelitian tidak mencakup perencanaan
saluran J.I Peterongan.
3. Kondisi D.I Mrican Kanan diasumsikan sama dengan kondisi J.I Peterongan
4. Data-data yang digunakan adalah data sekunder.
5. Pola tanam yang dihitung merupakan
kombinasi dari padi dan polowijo, dan tebu, karena merupakan target dari pengambangan DI. Peterongan ini.
6. Pembagian awal tanam direncanakan 7 awal tanam yang berbeda mulai dari awal tanam Oktober II – Desember II dengan pembagian musim sebagai berikut :
Musim Hujan: Berkisar antara Bulan
Nopember – Februari.
Musim Kemarau 1: Berkisar antara Bulan Maret – Juni.
Musim Kemarau 2: Berkisar antara Bulan Juli – Oktober.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebutuhan Air Irigasi
a. Penggunaan Konsumtif (ETc)
Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut
ETc = Kc x ETo Dimana :
ETc = evapotranspirasi tanaman, mm/ hari
Kc = Koefisien tanaman
ETo = evapotransirasi tanaman acuan, mm/
hari
b. Evapotranspirasi
Pada analisa klimatologi, akan dihitung besarnya evaporasi potensial pada wilayah studi. Dari perhitungan evaporasi potensial ini dapat diketahui besarnya evapotranspirasi tanaman, sehingga nantinya akan didapat kebutuhan air untuk setiap jenis tanaman.
Peristiwa evaporasi dan transpirasi yang terjadi bersama-sama disebut evapotranspirasi. Banyak rumus tersedia untuk menghitung besarnya evapotranspirasi yang terjadi, salah satunya adalah Metode Penman modifikasi FAO sebagai berikut (Pruit, W. O.:1977) :
ETo = c { W. Rn + (1-W). f(u). (ea - ed) } ……….. ( 2.1 )
dimana :
c = faktor pergantian cuaca akibat siang
dan malam.
W = faktor berat yang mempengaruhi
penyinaran matahari pada
evapotranspirasi Potensial.
( mengacu pada tabel Penman hubungan antara temperatur dengan ketinggian ).
(1-W) = faktor berat sebagai pengaruh angin
dan kelembaban pada Eto
(ea - ed ) = perbedaan tekanan uap air jenuh dengan tekanan uap air nyata (mbar) dimana ed = ea x RH
Rn = Radiasi penyinaran matahari dalam perbandingan Penguapan/ Radiasi matahari bersih (mm/hari)
Rn = Rns – Rn1 Rns = Rs( 1 – α ) ; (α = koefisien pemantulan = 0,25 ) Rs = ( 0.25 + 0.5 ( n / N ) ) Ra Rn1 = 2.01 x 109. T4 ( 0.34 – 0.44 ed 0.5 ) ( 0.1 + 0.9 n/N )
F ( u ) = Fungsi Pengaruh angin pada ETo
= 0.27 x ( 1 + U2/100 ) dimana U2
merupakan kecepatan angin selama 24 jam dalam km/hari di ketinggian 2 m.
c. Koefisien Tanaman
Harga – harga koefisien tanaman padi yang diberikan pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Tabel Koefisien Tanaman
periode periode
tengah bulan variasi biasa Variasi unggul Bulan 1 1.1 1.1 0.5 0 - 1 0.55 2 1.1 1.1 0.95 1 - 2 0.8 3 1.1 1.05 0.96 2 - 2.5 0.9 4 1.1 1.05 1.05 2.5 - 4 1 5 1.1 0.95 1.02 4 - 10 1.05 6 1.05 0 0.95 10 - 11 0.8 7 0.95 - 0 11 - 12 0.6 8 0 - - - -Tebu Padi Jagung
Sumber :Direktorat Jendral Pengairan, Standar Perencanaan Irigasi KP – 01
d. Curah Hujan Efektif
Suatu daerah dan dapat digunakan tanaman untuk pertumbuhannya. Jumlah curah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman tergantung pada jenis atnaman. Untuk tanaman padi probabilitas curah hujan yang digunakan sebesar 80%, sedangkan probabilitas 50% digunakan pada tanaman palawijo. Dalan pengerjaan Tugas Akhir ini, data yang diperoleh berupa data curah hujan selama 20 tahun dari tahun 1991 – 2010.
Tahap awal perhitungan curah hujan efektif adalah dengan perhitungan probabilitas curah hujan rata-rata.
Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Mengurutkan data curah hujan pada
Lampiran B Tabel B.1 per-baris 10 harian mulai yang terbesar hingga terkecil.
2. Setelah data diurutkan seperti tertera pada
Lampiran B Tabel B.2 , digunakan rumus
Weibull untuk penentuan besarnya
probabilitas curah hujan tiap kolomnya.
)
1
(
N
m
P
Dimana : P = probabilitas data (%)m = nomor urut data curah hujan dari yang terbesar hingga terkecil
n = jumlah data di setiap baris = 20
)
1
20
(
m
P
5
3. Jika probabilitas yang dihitung memakai
rumus tidak tepat menghasilkan prosentase 80% dan 50%, maka dilakukan interpolasi. Setelah perhitungan probabilitas curah hujan selesai, maka dilakukan perhitungan curah hujan efektif dengan langkah sebagai berikut :
1. Menghitung nilai curah hujan efektif dari
nilai curah hujan rata-rata 10 harian dengan probabilitas 80% dan 50% dengan memakai rumus :
Re80 = ( 0,7x R80)/10
Re50 = ( 0,7x R50)/10
2. Curah hujan efektif 80% digunakan untuk
menghitung kebutuhan air untuk padi, sedangkan probabilitas 50% digunakan untuk menghitung kebutuhan air untuk palawijo.
Sedangkan untuk curah hujan efektif masing – masing tanaman ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (SPI KP 1: 1986) :
e. Perencanaan Golongan
Agar kebutuhan pengambilan puncak dapat dikurangi, maka areal irigasi harus dibagi – bagi menjadi sekurang – kurangnya tiga atau empat golongan. Hal ini dilakukan agar bisa mendapatkan luas lahan tanam maksimal dari debit yang tersedia. Langkah ini ditempuh dengan alasan tidak mencukupinya jumlah kebutuhan air apabila dilakukan penanaman secara serentak atau bisa juga dengan asumsi apabila tidak turunnya hujan untuk beberapa saat
ke depan. Termasuk juga dikarenakan
keterbatasan dari sumber daya manusianya maupun bangunan pelengkap yang ada.
f. Perkolasi
Laju perkolasi sangat bergantung pada sifat-sifat tanah. Dari hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga harus
diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat
meresapnya air melalui tanggul sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan genangan berkisar antara 1 sampai 3 mm/hari. Di daerah dengan kemiringan diatas 5 %, paling tidak akan terjadi kehilangan 5 mm/hari akibat perkolasi dan rembesan.
g. Kebutuhan Penyiapan Lahan
Untuk perhitungan kebutuhan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan
metode yang dikembangkan oleh van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam 1/dt selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut :
IR = M ek/ (ek– 1) dimana :
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat
persawahan, mm/ hari
M = Kebutuhan air untuk mengganti/
mengkompensari kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan
M = Eo + P, mm/ hari
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1, ETo selama penyiapan lahan, mm/ hari
P = Perkolasi
k = MT/S
T = jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = kebutuhan air, untuk penjenuhan
ditambah dengan laposan air 50 mm, yakni 200 + 50 = 250 mm seperti yang sudah diterangkan di atas.
h. Penggantian Lapisan Air
Pergantian lapisan air dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Setelah pemupukan, usahakan untuk
menjadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan
b. Jika tiak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/ hari selama ½ Bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.
i. Efisiensi Irigasi
Efisiensi merupakan persentase perbandingan antara jumlah air yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang dikeluarkan dari pintu
pengambilan. Biasanya Efisiensi Irigasi
dipengaruhi oleh besarnya jumlah air yang hilang di perjalanannya dari saluran primer, sekunder hingga tersier.
Tabel 2.3 Besaran Efisiensi
Jaringan Primer 80%
Jaringan Sekunder 90%
Jaringan Tersier 90%
Total EI 65%
Efisiensi Irigasi
Sumber : Direktorat Jendral Pengairan, Standar Perencanaan Irigasi KP – 01
6
j. Kebutuhan Air di Sawah (NFR)Kebutuhan air irigasi ialah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air,
kebutuhan air untuk tanaman dengan
memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan kontribusi air tanah. Suatu pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh
ketersediaan air yang di dalam tanah.
Kekurangan air akan mengakibatkan terjadinya gangguan aktifitas fisiologis tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman akan terhenti. Kebutuhan air untuk tanaman pada suatu jaringan irigasi merupakan air yang dibutuhkan untuk tanaman
untuk pertumbuhan yang optimal tanpa
kekurangan air yang dinyatakan dalam Netto Kebutuhan Air Lapang ( Net Field Requirement, NFR ).
Besarnya kebutuhan air untuk tanaman di
sawah ditentukan oleh beberapa faktor, yakni
penyiapan lahan, penggunaan konsumtif,
perkolasi dan rembesan, pergantian lapisan air dan curah hujan. Faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah efisiensi irigasi karena faktor tersebut dapat mengurangi jumlah air irigasi pada tingkat penyaluran air.
Berikut ini adalah rumusan yang
digunakan dalam mencari besaran kebutuhan air di sawah untuk beberapa jenis tanaman:
NFRpad i= Etcpadi + P – Repadi + WLR
NFRpol = Etcpol – Repol
NFRtebu = Etctebu – Retebu
dimana :
Etc = Kebutuhan air untuk konsumtif
tanaman(mm/hari)
P = Kehilangan air akibat perkolasi
(mm/hari)
Re = Curah Hujan efektif (mm/hari) WLR= Pergantian lapisan air (mm/hari) NFR= Kebutuhan air di sawah (mm/hari)
k. Kebutuhan Air di Pintu Pengambilan
Kebutuhan air di pintu pengambilan merupakan jumlah kebutuhan air di sawah dibagi dengan effisiensi irigasinya. Kebutuhan air di pintu pengambilan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
DR = NFR / 8.64 x EI dimana :
DR = Kebutuhan air di pintu pengambilan ( lt/dt/Ha )
NFR = Kebutuhan air di sawah ( mm/hari )
EI = Efisiensi irigasi secara total ( % )
8.64 = Angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/dt/hari
2.2 Ketersediaan Air Andalan
Debit andalan adalah debit yang tersedia untuk keperluan tertentu, misalnya irigasi, air minum, PLTA sepanjang tahun dengan resiko kegagalan tertentu. Andalan dimaksud adalah nilai probabilitas 80% untuk kondisi musim kemarau (pesimis) dan 50% untuk kondisi normal (rerata). Perhitungan menggunakan cara statistika dengan asumsi distribusi data pola normal atau log normal dan lain-lain.
Distribusi normal banyak digunakan dalam analisis hidrologi, misal dalam analisis frekuensi curah hujan, analisis statistik dari distribusi rata-rata curah hujan tahunan, debit rata-rata tahunan, debit andalan dan sebagainya. Perhitungan debit andalan menggunakan metode Weibull. Persamaan yang digunakan adalah:
)
1
(
N
m
P
dengan: P = probabilitas kejadian (%)m = nomor urut data debit dari besar ke
kecil,
N = jumlah data.
(Soewarno. 1995)
Tahapan analisis cara Weibull adalah sebagai berikut:
1. Urutkan data debit pada setengah bulan tertentu dari data yang bernilai besar ke data yang bernilai kecil.
2. Hitung probabilitas kejadian untuk
masing-masing urutan dengan menggunakan
Persamaan diatas.
2.3 Optimasi dengan Program Linear
Permasalahan dalam pengelolaan
sumberdaya air pada dasarnya berkaitan erat dengan usaha untuk memeperoleh hasil dan manfaat yang optimum. Untuk mencapai hasil tersebut salah satu cara dapat dilakukan dengan teknik optimasi. Optimasi dilakukan dengan
memformulasikan permasalahan yang ada
menjadi persamaan matematik. Dalam teknik optimasi, terdapat fungsi tujuan (objective
function) dan kendala (constrain) yang dituangkan dalam persamaan matematik sebagai fungsi variabel keputusan (decision variables). Fungsi tujuan dapat berupa nilai optimum yang
dapat diperoleh ataupun skala prioritas
pemanfaatan sumberdaya air yang ada.
Untuk menyelesaikan persoalan program linier, terutama bila mempunyai jumlah peubah
7
2 1 2 1 4 , . . .( ). . 2 4 2.z X X samadenganmaks z X X
Min
yang lebih dari dua buah, maka penggunaan tabel simpleks akan sangat membantu.
Maks/Min :
Z
C
1.
b
1
C
2.
b
2
...
C
n.b
n Pembatas:0
,...
,
,
.
...
.
.
.
...
.
.
.
...
.
.
3 2 1 2 2 1 1 2 2 2 22 1 21 1 1 2 12 1 11
X
X
X
b
X
A
X
A
X
A
b
X
A
X
A
X
A
b
X
A
X
A
X
A
n m nm n n m m m mBandingkan bentuk standar metode simpleks ini dengan rumusan standar program linier dimana fungsi – fungsi pembatas dapat
bertanda
,
,
atau
. Dalam penyelesaiannya,rumusan liniernya harus diubah / disesuaikan terlebih dahulu ke dalam bentuk rumusan standart metode simpleks dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Fungsi pembatas merupakan persoalan
maksimasi atau minimasi. Bila semua suku pada persoalan maksimasi dikalikan dengan angka -1 (minus 1) maka akan menjadi persoalan minimasi.
Misalnya :
2) Semua fungsi kendala dirubah menjadi bentuk persamaan, dengan cara menambah atau mengurangi dengan bilangan – bilangan slack,
surplus atau artifisial.
3) Semua ruas kanan fungsi kendala bertanda positif
4) Semua peubah tidak negatif. Misalnya
0
.
1
X
BAB III
METODOLOGI
3.1 Survey PendahuluanDilakukan penyelidikan guna
memperoleh data yang diperlukan untuk membuat perencanaan pendahuluan. Data yang diperlukanakan dirinci untuk tahap perencanaan
3.2 Pengumpulan Data
Setelah mengidentifikasi dari
permasalahan yang ada di lapangan maka
langkah selanjutnya adalah mencari data
pendukung untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Data yang digunakan dalam penulisan ialah data sekunder. Data sekunder data yang
diperoleh secara tidak langsung berupa catatan maupun hasil penelitian dari pihak lain.
Adapun data-data sekunder tersebut meliputi :
Skema jaringan irigasi J.I Peterongan yang
akan digunakan untuk menganalisa kebutuhan air
Data curah hujan yang nantinya akan
digunakan untuk mengetahui curah hujan efektif.
Data debit inflow untuk menghitung
volume/debit andalan.
Data Klimatologi yang meliputi suhu udara
rata-rata, kelembaban relatif, lamanya
penyinaran matahari dan kecepatan angin yang terjadi di daerah studi. Data-data tersebut yang nantinya akan diolah untuk mendapatkan besarnya evapotranspirasi yang terjadi pada daerah studi.
Data pola tanam pada daerah eksisting yang
nantinya akan dijadikan acuan dalam
merencanakan pola tanam yang baik.
Perubahan tata guna lahan serta debit yang
dialirkan pada DI Delta Brantas setiap tahunnya
Data pengairan DI Siman, dimana surplus air
yang ada akan dialirkan di J.I Peterongan yang belum terairi.
3.3 Analisa data/proses perhitungan
Tahapan selanjutnya adalah analisa data/proses perhitungan yang meliputi :
Analisa hidrologi yang membahas
perhitungan volume/debit andalan.
Analisa klimatologi yang akan membahas
perhitungan evapotranspirasi yang terjadi.
Analisa kebutuhan air dari tiap-tiap alternatif
pola tanam yang disajikan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi besarnya kebutuhan air
yang diperlukan, yakni jenis tanaman,
besarnya perkolasi yang terjadi di lapangan, efisiensi irigasi dan evapotranspirasi.
3.4 Optimasi pola tanam dengan menggunakan program linear
Adapun tahapan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Menentukan model optimasi.
b) Menentukan peubah-peubah yang akan dioptimasi.
c) Menghitung harga batasan-batasan dalam persamaan model optimasi.
8
Fungsi Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai ialah memaksimalkan luas area yag terairi
Z =
Xi
= C1.X1 + C2.X2 + C3.X3 …. Dst Fungsi kendala
Adapun yang mejadi batasan / kendala antara lain debit air, pola tanam, serta kebutuhan air untuk industri.
Xi
Ai.
= A1.X1 + A2.X2 + A3.X3 + …
VbX1,X2,X3 ...
batas maksimal luas arealyang dioptimasi
X1 , X2 , X3 …
0Keterangan :
Z = luasan maksimal (ha)
Ai = kebutuhan air masing – masing tanaman (m3)
V = Volume andalan (m3)
Xi = pola tanam masing-masing area
3.5 Analisa hasil optimasi
Tahapan ini diambil untuk mendapatkan luasan optimum yang dapat diairi dengan debit tahanan dari DI Delta Brantas serta kelebihan dari debit DI. Mrican Kanan
Start
Analisa data: - pembagian data eksisting - analisa kebutuhan air - Analisa ketersediaan air
Pemodelan optimasi
Optimasi Linear Programming
Analisa hasil optimasi
Penentuan alternatif terbaik
End Survey pendahuluan
Studi pustaka Pengumpulan data: - data klimatologi, debit, luas, pola tanam
- skema rencana jaringan DI Peterongan
Kesimpulan dan saran
Gambar 3.1 Diagram Alir Tugas Akhir
Start Fungsi tujuan: Max Z = X ijk i = daerah irigasi j = musim tanam k = jenis tanaman Fungsi kendala: 1. Luas lahan n Σ k=1 X ijk = A I
2. Debit andalan n Σ k=1 C k X ijk = Q i
End
Pemodelan optimasi berdasarkan luas tanam
Penentuan fungsi-fungsi
Verifikasi data
Kesimpulan hasil optimasi 1. intensitas maksimum
2. suplesi
Pemilihan alternatif terbaik
Gambar 3.2 Diagram Alir Linear
Programming
BAB IV
ANALISA KETERSEDIAAN AIR
4.1 Analisa Pengurangan Debit D.I. Delta Brantas
Daerah Irigasi Delta Brantas yang merupakan salah satu dari layanan irigasi Sungai Brantas, telah mengalami banyak perubahan tata guna lahan. Karena itu lahan irigasinya pun mengalami banyak pengurangan seperti yang ditunjukkan pada Grafik 4.1.
Grafik 4.1 Perubahan Luas D.I. Delta Brantas
9
Dari data perubahan luas lahan pertanian tersebut, kemudian hal yang harus ditinjau adalah pemberian air di D.I. Delta Brantas sendiri, apakah mengalami penurunan atau kenaikan. Dari data POWAA (Pola Operasi Waduk dan Alokasi Air) Das Kali Brantas periode 10 hari-an dari tahun 2003 sampai 2011, yang berisi data data debit inflow Mrican dan alokasi air untuk daerah irigasi Mrican Kanan, Mrican Kiri, Brantas Kiri Kediri, Jati Mlerek, Menturus, Jati Kulon, dan keperluan untuk industri, maka dibuatlah trendline alokasi debit selama tahun 2003-2011 (324 periode) pada Lampiran A.
Dengan rumus pendekatan linear pada trendline masing-masing debit maka dibuat analisa pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Analisa Sisa Debit pada Daerah Irigasi di DAS Brantas
Daerah Irigasi Trendline Periode ke-0 (x = 0) Periode ke-324 (x = 324) (m3/det) (m3/det) Mrican Kiri y = 0,009x + 11,20 11,2 14,116 Mrican Kanan y = 0,002x + 13,98 13,98 14,628 Brantas Kiri Kediri y = -6E-05x + 0,688 0,688 0,688 Jati Mlerek y = 0,001x + 1,398 1,398 1,722 Menturus y = 0,003x + 2,276 2,276 3,248
Jati Kulon y = 9E-05x + 0,542 0,542 0,542
Kep. Industri y = -0,004x + 3,022 3,022 1,726 Delta Brantas y = -0,027x + 29,61 29,61 20,682 Total 62,716 57,352
Sumber : Perhitungan
Dari data pada Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa masih ada surplus air yang bisa di ditahan pada Bendung Mrican dan dialirkan Saluran Irigasi Mrican Kanan dan digunakan untuk memenuhi kekurangan air di J.I. Peterongan.
4.2 Debit Andalan
Debit andalan didefinisikan sebagai jumlah air (debit) yang tersedia untuk keperluan tertentu, misalnya irigasi,air minum,atau PLTA sepanjang tahun dengan resiko kegagalan tertentu. Andalan yang dimaksud adalah nilai probabilitas 80% untuk kondisi musim kemarau (pesimis) dan 50% untuk kondisi normal (rerata). Pada tugas akhir ini, data debit yang diperoleh adalah debit inflow dari POWAA ( Pola Operasi Waduk dan Alokasi Air) DAS Kali
Brantas pada Bendung Mrican, dimana debit inflow (Tabel 4.1) itu masih harus dikurangi oleh alokasi debit-debit pada Saluran Induk Mrican Kiri, Brantas Kiri Kediri, Jati Mlerek, Menturus, Jati Kulon, dan keperluan untuk industri di wilayah Sungai Brantas, agar didapat debit inflow yang bisa dimasukkan ke Mrican Kanan.
Untuk lebih jelasnya kondisi tersebut
digambarkan dalam Gambar 4.1.
D.I. Jatimlerek D.I. Menturus D.I. Delta Brantas
D.I. Jatikulon D.I. Mrican Kanan
D.I. Mrican Kiri D.I. Brantas Kiri,
Kediri
K. Brantas
Bendung Menturus Bendung Lengkong Baru Bendung Jatimlerek Bendung Selorejo Bendung Mrican K . S u ra b a y a
Gambar 4.1 Skema Alokasi Air Inflow Mrican Tabel 4.2 Inflow Mrican (m3/det)
TAHUN 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 BULA N PERI ODE Januar i I 88,8 0 144, 04 147, 79 142, 64 101, 38 130, 27 145, 83 225, 42 271, 62 II 87,4 8 162, 81 162, 60 149, 09 117, 90 148, 15 149, 11 219, 41 261, 11 III 93,8 4 172, 71 178, 21 190, 26 159, 01 180, 45 187, 64 238, 62 297, 04 Februa ri I 101, 94 209, 24 217, 50 201, 12 185, 98 197, 50 202, 48 257, 40 227, 37 II 98,1 2 188, 04 186, 54 191, 87 193, 05 191, 78 193, 07 239, 82 303, 55 III 88,4 9 186, 63 175, 80 177, 95 97,5 2 179, 65 183, 43 228, 01 270, 74 Maret I 82,3 0 199, 09 194, 93 206, 32 179, 75 204, 58 207, 31 225, 04 332, 57 II 94,5 7 211, 29 208, 24 177, 85 159, 86 205, 27 212, 22 229, 82 320, 52 III 98,5 9 208, 53 204, 14 206, 46 128, 49 200, 08 215, 80 245, 47 322, 95 April I 81,9 6 185, 28 182, 89 192, 58 114, 78 195, 21 203, 53 225, 11 263, 76 II 88,8 9 168, 52 172, 28 167, 18 102, 01 170, 72 182, 62 211, 46 270, 76 III 78,1 8 160, 45 165, 12 145, 99 95,1 1 153, 61 158, 89 185, 36 215, 97 Mei I 66,7 8 134, 89 142, 16 126, 71 79,2 0 124, 63 126, 76 150, 23 149, 31 II 60,0 9 100, 82 100, 74 95,6 9 66,8 9 100, 19 101, 33 114, 13 115, 10 III 65,69 94,77 93,76 89,36 63,55 91,85 100,14 115,07 116,95 Juni I 55,01 158,08 75,73 139,20 84,02 86,05 210,17 138,90 113,77 II 58,47 142,93 72,38 142,04 78,24 93,29 227,98 114,97 90,85 III 37,70 161,44 65,29 140,20 77,45 79,22 176,07 93,78 78,61 Juli I 43,05 162,58 60,62 154,57 76,44 76,41 172,23 78,11 89,01 II 37,06 173,48 59,70 158,97 74,58 72,82 209,81 69,47 69,03 III 37,04 140,24 53,79 137,79 65,97 65,85 185,26 66,65 65,20 Agust us I 53,35 158,05 53,62 135,80 60,39 59,40 146,98 61,07 61,55 II 50,91 145,35 54,00 126,30 56,99 54,17 126,15 59,98 59,77 III 47,48 144,66 50,99 124,57 57,99 54,09 156,70 59,79 62,45 Septe mber I 46,19 141,24 50,82 137,52 57,09 54,15 147,76 59,64 59,98 II 46,56 148,86 51,32 132,86 57,18 54,94 141,03 59,73 62,82 III 46,48 147,49 53,63 136,90 58,05 53,44 142,48 59,88 61,68 Oktob er I 47,36 146,94 55,09 136,17 61,56 53,65 162,12 60,02 62,35 II 51,30 149,95 56,08 150,14 65,84 53,63 140,14 60,30 74,87 III 58,3 162, 60,2 170, 74,8 61,1 156, 65,5 86,2
10
5 19 4 56 4 3 64 5 1 Nove mber I 57,30 181,19 66,33 164,54 77,87 67,52 155,69 70,23 104,58 II 60,80 166,18 77,72 177,64 79,20 75,95 164,36 76,02 115,87 III 66,32 184,46 98,28 181,92 91,89 87,73 162,81 98,58 131,14 Desem ber I 115,48 110,58 109,70 63,33 81,28 120,15 174,02 267,05 151,26 II 104,92 105,26 104,92 67,39 91,22 108,51 176,14 224,88 151,84 III 121, 96 121, 79 132, 32 83,8 1 130, 16 138, 66 203, 86 261, 91 176, 56Sumber : POWAA UPT Pengairan Puncu Selodono Kediri
Kemudian setelah dikurangi alokasi-alokasi untuk Daerah Irigasi yang sebelumnya sudah disebutkan, debit inflow yang dapat dimasukkan kedalam D.I. Mrican Kanan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Inflow Mrican Sisa (m3/det)
TAHUN 200 3 200 4 200 5 200 6 200 7 200 8 200 9 201 0 201 1 BULA N PERI ODE Januar i I 24, 17 61,9 6 62,8 7 57,4 1 20,2 4 56,4 9 77,2 1 144, 13 197, 74 II 14, 06 82,9 0 77,5 2 64,8 5 26,1 6 71,3 7 80,2 3 138, 27 187, 32 III 28, 99 95,0 6 93,0 3 105, 29 67,9 6 103, 99 124, 11 164, 50 226, 45 Februa ri I 41, 24 131, 79 138, 16 128, 31 96,1 3 122, 04 140, 36 185, 93 159, 94 II 38, 99 113, 27 110, 39 118, 54 107, 26 116, 51 130, 98 168, 66 236, 24 III 26, 54 116, 44 104, 98 100, 57 16,2 5 105, 68 122, 00 158, 09 205, 26 Maret I 15, 44 129, 93 129, 61 129, 51 105, 55 133, 86 146, 09 154, 44 270, 39 II 22, 72 145, 75 147, 64 103, 80 94,4 2 138, 00 152, 05 158, 88 258, 40 III 48, 89 141, 88 144, 78 132, 11 65,2 0 133, 29 155, 95 183, 65 262, 48 April I 32, 62 115, 38 117, 80 117, 42 53,3 8 126, 08 139, 71 162, 61 201, 09 II 25, 91 97,4 8 98,7 5 92,3 3 35,8 1 102, 00 118, 65 141, 54 208, 87 III 18, 38 86,9 9 90,6 1 69,8 6 24,7 2 81,5 4 94,8 0 112, 10 154, 58 Mei I -5,5 0 58,2 4 71,1 0 55,6 3 15,4 0 52,8 0 63,5 4 70,7 4 87,4 7 II 7,6 -0 21,9 5 29,3 2 24,0 3 14,0 1 28,5 6 42,5 0 34,8 4 53,5 3 III 5,2 0 15,8 4 23,3 6 18,6 7 13,1 1 20,3 0 41,3 1 37,7 8 56,3 8 Juni I -7,9 9 81,6 9 10,9 4 63,3 9 18,8 3 20,0 0 147, 83 76,7 6 48,4 6 II 5,7 5 69,1 5 9,34 72,06 13,5 5 16,6 8 160, 16 53,4 3 27,0 5 III -17, 64 92,1 7 6,34 54,7 9 11,9 6 16,3 1 107, 06 34,4 4 16,9 3 Juli I -14, 82 82,4 1 4,43 82,44 11,5 8 15,2 1 102, 87 20,9 0 30,6 6 II -20, 44 107, 48 4,65 81,4 5 13,0 8 15,6 0 148, 00 13,3 5 11,6 5 III -3,3 8 67,8 2 2,95 64,19 8,98 11,18 123, 03 12,1 9 10,8 0 Agust us I 12, 02 91,9 5 5,03 67,40 8,19 8,59 79,25 10,3 1 8,40 II 12, 11 75,1 1 5,54 41,21 8,81 8,91 65,41 10,0 2 8,96 III 10, 98 75,8 6 5,58 55,96 10,2 3 8,29 91,34 10,0 3 11,9 5 Septe mber I 9,8 8 65,8 2 5,42 63,8 6 10,3 3 8,64 88,7 8 10,0 7 9,18 II 9,8 6 76,5 1 7,70 62,92 9,85 9,22 84,62 10,0 4 11,1 6 III 9,8 1 80,5 2 7,82 70,7 5 9,29 8,21 77,3 6 10,0 4 9,47 Oktob er I 10, 66 71,9 3 8,82 58,95 8,54 8,52 100,84 10,0 3 9,78 II 10, 12 67,0 5 5,57 76,44 8,41 8,24 80,90 10,0 1 20,9 3 III 11, 15 82,8 1 8,33 88,28 9,22 11,63 96,5 5 11,4 6 30,3 4 Nove mber I 10, 46 101, 12 8,72 92,74 11,3 9 13,7 1 89,4 8 13,3 6 47,3 9 II 11, 61 90,8 7 12,4 2 100, 78 12,4 9 17,5 5 103, 13 18,5 6 57,5 4 III 13, 92 108, 71 15,7 2 100, 20 24,2 1 24,5 1 101, 57 40,0 4 70,8 7 Desem ber I 41, 02 25,2 2 25,9 0 13,9 5 14,2 2 55,1 6 95,4 6 195, 81 80,0 4 II 27, 75 18,9 3 19,3 7 13,8 7 21,6 8 42,5 0 97,6 9 152, 10 76,6 5 III 42, 81 35,6 4 46,9 1 14,3 8 57,3 6 70,1 2 123, 43 188, 13 101, 55
Sumber : Perhitungan
Perhitungan debit andalan ini akan
menggunakan metode Weilbull penentuan
besarnya probabilitas curah hujan tiap kolomnya.
)
1
(
N
m
P
Dimana : P = probabilitas data (%)m = nomor urut data curah hujan dari
yang terbesar hingga terkecil
n = jumlah data di setiap baris = 10
Tabel 4.4 Debit Andalan Inflow Mrican
Sisa (m3/det)
PROBABILITAS BULA N PERI ODE 10 % 20 % 30 % 40 % 50 % 60 % 70 % 80 % 90 % Januari I 197, 74 144, 13 77,2 1 62,8 7 61,9 6 57,4 1 56,4 9 24,1 7 20, 24 II 187, 32 138, 27 82,9 0 80,2 3 77,5 2 71,3 7 64,8 5 26,1 6 14, 06 III 226, 45 164, 50 124, 11 105, 29 103, 99 95,0 6 93,0 3 67,9 6 28, 99 Februa ri I 185, 93 159, 94 140, 36 138, 16 131, 79 128, 31 122, 04 96,1 3 41, 24 II 236, 24 168, 66 130, 98 118, 54 116, 51 113, 27 110, 39 107, 26 38, 99 III 205, 26 158, 09 122, 00 116, 44 105, 68 104, 98 100, 57 26,5 4 16, 25 Maret I 270, 39 154, 44 146, 09 133, 86 129, 93 129, 61 129, 51 105, 55 15, 44 II 258, 40 158, 88 152, 05 147, 64 145, 75 138, 00 103, 80 94,4 2 22, 72 III 262, 48 183, 65 155, 95 144, 78 141, 88 133, 29 132, 11 65,2 0 48, 89 April I 201, 09 162, 61 139, 71 126, 08 117, 80 117, 42 115, 38 53,3 8 32, 62 II 208, 87 141, 54 118, 65 102, 00 98,7 5 97,4 8 92,3 3 35,8 1 25, 91 III 154, 58 112, 10 94,8 0 90,6 1 86,9 9 81,5 4 69,8 6 24,7 2 18, 38 Mei I 87,4 7 71,1 0 70,7 4 63,5 4 58,2 4 55,6 3 52,8 0 15,4 0 5,4 0 II 53,5 3 42,5 0 34,8 4 29,3 2 28,5 6 24,0 3 21,9 5 14,0 1 7,6 0 III 56,3 8 41,3 1 37,7 8 23,3 6 20,3 0 18,6 7 15,8 4 13,1 1 5,2 0 Juni I 147, 83 81,6 9 76,7 6 63,3 9 48,4 6 20,0 0 18,8 3 10,9 4 7,9 9 II 160, 16 72,0 6 69,1 5 53,4 3 27,0 5 16,6 8 13,5 5 9,34 5,7 5 III 107, 06 92,1 7 54,7 9 34,4 4 17,6 4 16,9 3 16,3 1 11,9 6 6,3 4 Juli I 102, 87 82,4 4 82,4 1 30,6 6 20,9 0 15,2 1 14,8 2 11,5 8 4,4 3 II 148, 00 107, 48 81,4 5 20,4 4 15,6 0 13,3 5 13,0 8 11,6 5 4,6 5 III 123, 03 67,8 2 64,1 9 12,1 9 11,1 8 10,8 0 8,98 3,38 2,95 Agustu s I 91,9 5 79,2 5 67,4 0 12,0 2 10,3 1 8,59 8,40 8,19 5,03 II 75,1 1 65,4 1 41,2 1 12,1 1 10,0 2 8,96 8,91 8,81 5,54 III 91,3 4 75,8 6 55,9 6 11,9 5 10,9 8 10,2 3 10,0 3 8,29 5,5 8 Septe mber I 88,7 8 65,8 2 63,8 6 10,3 3 10,0 7 9,88 9,18 8,64 5,42 II 84,6 2 76,5 1 62,9 2 11,1 6 10,0 4 9,86 9,85 9,22 7,70 III 80,5 2 77,3 6 70,7 5 10,0 4 9,81 9,47 9,29 8,21 7,82 Oktob er I 100, 84 71,9 3 58,9 5 10,6 6 10,0 3 9,78 8,82 8,54 8,52 II 80,9 0 76,4 4 67,0 5 20,9 3 10,1 2 10,0 1 8,41 8,24 5,57 III 96,5 5 88,2 8 82,8 1 30,3 4 11,6 3 11,4 6 11,1 5 9,22 8,33 Nove mber I 101, 12 92,7 4 89,4 8 47,3 9 13,7 1 13,3 6 11,3 9 10,4 6 8,7 2 II 103, 13 100, 78 90,8 7 57,5 4 18,5 6 17,5 5 12,4 9 12,4 2 11, 61 III 108, 71 101, 57 100, 20 70,8 7 40,0 4 24,5 1 24,2 1 15,7 2 13, 92 Desem ber I 195, 81 95,4 6 80,0 4 55,1 6 41,0 2 25,9 0 25,2 2 14,2 2 13, 95 II 152, 10 97,6 9 76,6 5 42,5 0 27,7 5 21,6 8 19,3 7 18,9 3 13, 87 III 188, 13 123, 43 101, 55 70,1 2 57,3 6 46,9 1 42,8 1 35,6 4 14, 38Sumber : Perhitungan
Dengan cara yang sama pula, dilakukan perhitungan debit andalan pada eksisting Mrican Kanan yang kemudian nantinya akan dimasukkan pada permodelan optimasi.