• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eryza Ilmiana*, Suhartati, Mukhlis Hidayat Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah * Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Eryza Ilmiana*, Suhartati, Mukhlis Hidayat Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah * Abstrak"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

9

Ketuntasan Belajar Siswa melalui Penerapan Model

Discovery Learning dengan Pendekatan Open-Ended

pada Materi Persamaan Linear Dua Variabel

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10

Banda Aceh

Eryza Ilmiana*, Suhartati, Mukhlis Hidayat Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah

*E-Mail: ilmisnb@gmail.com Abstrak

Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk

menemukan sendiri pemahaman dan konsepnya. Open-Ended merupakan salah satu pendekatan yang menyajikan masalah terbuka yang memiliki jawaban benar lebih dari satu. Penelitian ini menerapkan model discovery learning dengan pendekatan open-ended pada materi persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 10 Banda Aceh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa pada materi persamaan linear dua variabel melalui penerapan model

discovery learning dengan pendekatan open-ended di kelas VIII SMP Negeri 10

Banda Aceh. Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling, dimana kelas yang dipilih adalah kelas VIII-B dengan jumlah siswa 22 orang. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pre-eksperimen design, yaitu one shot case study. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes, angket respon siswa, dan lembar observasi lapangan. Pengolahan data menggunakan uji-t dengan simpangan baku populasi (𝜎) tidak diketahui. Uji yang digunakan adalah uji satu pihak, yaitu uji pihak kanan dengan taraf signifikan 𝛼 = 0,05. Hasil analisis data tes menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa sebesar 78,41 dengan simpangan baku 10,93. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai thitung (3,07) lebih dari nilai ttabel (1,72), sehingga

dapat dikatakan bahwa Ho ditolak. Disamping itu, hasil analisis respon angket

menunjukkan bahwa 27,27% siswa memberikan respon sangat setuju, sedangkan 72,73% siswa memberikan respon setuju. Sementara itu hasil lembar observasi lapangan untuk aspek pengamatan guru memperoleh nilai rata-rata 4 yang berada pada kategori baik dan untuk aspek pengamatan siswa memperoleh nilai rata-rata 3,77 yang juga berada pada kategori baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model discovery learning melalui pendekatan

open-ended hasil belajar siswa dapat mencapai ketuntasan pada materi persamaan linear

dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 10 Banda Aceh.

Kata kunci: Discovery Learning, Open-Ended, Persamaan Linear Dua Variabel, Ketuntasan Belajar

(2)

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016 PENDAHULUAN

Matematika mempunyai peran yang sangat penting dalam mencerdaskan siswa dangan mengembangkan kemampuan berfikir kritis, analisis dan logis. Hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2011:129) bahwa berbagai pandangan, dapat disarikan tentang matematika yang merupakan suatu bidang ilmu yang merupakan alat berfikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas. Matematika perlu dipahami dan dikuasai semua lapisan masyarakat terutama siswa di sekolah.

Pelajaran matematika menurut sebagian besar siswa merupakan pelajaran sangat sulit untuk mereka pelajari karena berisi aturan yang hanya perlu di hafal, sementara kontennya tidak berhubungan dengan dunia nyata atau abstrak. Hal inilah yang memicu image matematika menjadi kurang menyenangkan bagi siswa, sehingga siswa akhirnya menakuti pelajaran matematika. Salah satu materi matematika yang diajarkan di SMP kelas VIII semester genap adalah materi persamaan linear dua variabel. Materi ini sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam bidang perdagangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang guru pelajaran matematika di SMP Negeri 10 Banda Aceh pada tanggal 7 Januari 2016, guru tersebut mengemukakan bahwa masih banyak siswa yang memperoleh nilai rendah pada materi pokok persamaan linear dua variabel karena pada tahun sebelumnnya hanya sekitar 55% siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar. Menurut guru tersebut bahwa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal persamaan linear dua variabel dikarenakan siswa sulit membuat persamaan dari soal cerita, sulit membedakan antara variabel dan koefisien, dan penerapan konsep yang salah dalam menyelesaikan soal-soal sistem persamaan linear dua variabel.

Berdasarkan permasalahan di atas maka diperlukan suatu pengalaman belajar yang membuat siswa menemukan sendiri konsep, rumus, dan pola khususnya dalam materi persamaan linear dua variabel. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model discovery learning. Dolyono menjelaskan bahwa discovery learning berarti mengorganisasi bahan yang

(3)

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

dipelajari dalam suatu bentuk akhir. Proses belajar mengajar menggunakan model ini, penyajian bahan pelajaran tidak dalam bentuk final tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri bahan tersebut (Illahi, 2012:63).

Pembelajaran matematika selama ini lebih menitikberatkan pada pendekatan dengan masalah closed-ended, di mana masalah yang diberikan hanya memiliki jawaban benar yang tunggal. Hal ini senada dengan Riedesel (dalam Supatmono, 2009:6) yang menyatakan bahwa menurut siswa setiap soal dalam matematika hanya mempunyai tepat sebuah jawaban benar. Oleh sebab itu, pendekatan dengan closed-ended cenderung tidak memberi kesempatan siswa untuk berfikir kreatif dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka. Hal ini dicurigai menjadi salah satu penyebab anak belum mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan yang memungkinkan siswa untuk berfikir kreatif. Salah satu pendekatan yang dapat menjembatani keinginan ini yaitu dengan menggunakan pendekatan open-ended. Pendekatan

open-ended memformulasikan masalah sedemikian sehingga memiliki kemungkinan variasi jawaban benar baik dari aspek cara maupun hasilnya sehingga memungkinkan siswa untuk bisa berfikir kreatif. Suryadi (2007:180) menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukannya, diperoleh suatu kesimpulan umum antara lain ialah tujuan pembelajaran kreatif memungkinkan dikembangkan melalui pendekatan yang bersifat open-ended.

Metode discovery learning dapat dikolaborasikan dengan pendekatan

open-ended. Hal ini untuk mendukung tercapainya pembelajaran yang diorientasikan

pada pengembangan pola pikir kreatif. Tujuan kolaborasi yaitu agar model dan pendekatan ini saling mendukung, sehingga kolaborasi ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa pada konsep materi persamaan linear dua variabel.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang mengenai ketuntasan belajar siswa dengan menerapan model

discovery learning dan menggunakan pendekatan open-ended pada persamaan

(4)

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016 Berdasarkan latar belakang, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah melalui penerapan model discovery learning dengan pendekatan open-ended siswa dapat mencapai ketuntasan belajar pada materi persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 10 Banda Aceh?”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa pada materi persamaan linear dua variabel melalui penerapan model discovery learning dengan pendekatan open-ended di kelas VIII SMP Negeri 10 Banda Aceh.

LANDASAN TEORI

1. Belajar dan Pembelajaran Matematika

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Hal ini senada dengan pendapat Ruhimat (2011:127) yang menyatakan “Belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman”. Maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktifitas seseorang untuk mengumpulkan sejumlah pengetahuan melalui latihan yang teratur dan tekun sehingga berpengaruh pada perubahan pengetahuan dan perilaku siswa. Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk mendidik siswa sesuai kompetensi yang dituntut sistem pendidikan nasional. Kegiatan pembelajaran bukan hanya kegiatan mengajar, yang sekadar menyiapkan pengajaran dan melaksanakan prosedur tatap muka. Akan tetapi, kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana upaya guru untuk mendorong dan memfasilitasi siswa belajar. Hal ini sesuai pendapat Ruhimat (2011:143) yang menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen sistem pembelajaran.

Pembelajaran matematika merupakan proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pengembangan pola pikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar. Salah satu hal penting dalam pembelajaran matematika ialah siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi).

(5)

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

Melalui kegiatan pengamatan terhadap contoh-contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep. Selanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan, atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus (generalisasi).

2. Karakteristik Pembelajaran Matematika di SMP

Pembelajaran matematika yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan baik sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) tidak sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu. Menurut Soedjadi (2000:37) hal ini dikarenakan adanya perbedaan dalam beberapa hal yaitu:

1. Penyajiannya yang disesuaikan dengan perkembangan intelektual perseta didik

2. Menggunakan pola pikir deduktif namun dalam proses pembelajaran dapat digunakan pola pikir induktif

3. Keterbatasan semestanya yang lebih dipersempit dari aspek matematika yang kompleks dan selanjutnya semakin diperluas seiring dengan peningkatan perkembangan perseta didik

4. Tingkat keabstrakannya yang lebih dikurangi dan selanjutnya sifat abstraknya semakin banyak seiring dengan peningkatan perkembangan perseta didik.

Oleh karena itu pada pembelajaran matematika di sekolah anak didik memerlukan tahapan belajar sesuai dengan perkembangan jiwa dan kognitifnya. Berdasarkan pembagian periode perkembangan intelektual anak oleh piaget, siswa SMP berada pada periode operasi konkrit dan mulai memasuki periode operasi formal. Hal ini sejalan dengan kurikulum 2013 yang mengarahkan siswa SMP untuk belajar matematika dari masalah yang ada di sekitar siswa, sehingga diharapkan siswa mampu untuk mengeneralisasikan masalah tersebut menjadi sebuah konsep ataupun rumus tertentu. Tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013 terangkum dalam kompetensi inti yaitu kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Adapun kompetensi matematika yang diharapkan pada kurikulum 2013 (Permendiknas No. 64 tahun 2013) untuk tingkat SMP diantaranya:

(6)

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016 1. Menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, kreatif, cermat dan teliti, tertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah

2. Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika

3. Memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, serta sikap kritis yang terbentuk melalui pengalaman belajar

4. Memiliki sikap terbuka, santun, objektif, dan menghargai karya teman dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari

5. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan matematika dengan jelas dan efektif . dan seterusnya.

Berdasarkan uraian di atas pembelajaran matematika di sekolah baik dalam hal penyajian, pola pikir, keterbatasan semesta, dan tingkat keabstrakannya disesuaikan dengan perkembangan intelektual perseta didik. Tujuan matematika diajarkan di sekolah yaitu agar siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.

3. Pendekatan Pembelajaran Open-Ended

Pendekatan open-ended merupakan pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau selesaian yang benar lebih dari satu. Siswa yang dihadapkan dengan open-ended tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Ketika suatu soal diberikan dalam bentuk open-ended maka siswa akan memiliki kesempatan untuk melakukan eksplorasi kemungkinan solusi (dalam hal ini sebagai aktifitas kreatif) dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematika yang mereka miliki (Wijaya, 2012: 61).

Pendekatan open-ended dipandang dari strategi bagaimana materi pelajaran disampaikan, yang pada prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Beberapa pandangan para ahli mengenai pengertian open-ended, yaitu:

1. Menurut Shimada, pedekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang lebih dari satu.

2. Heddens dan Speer mengungkapkan bahwa pendekatan open-ended merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan

(7)

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

yang luas bagi siswa untuk berfikir secara aktif dan kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

3. Bareson mengidentifikasikan open-ended sebagai tipe maslah yang mempunyai banyak selesaian. Masalah open-ended menuntut siswa mengkomunikasikan proses berfikir matematika mereka yang pada akhirnya menjadi informasi bagi guru dalam pengaruh selanjutnya. (Purnamasari, 2014:28)

Keberhasilan pendekatan open-ended dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh pemilihan soal atau masalah yang digunakan (Wijaya, 2012:62). Soal open-ended tidak harus berupa soal matematika yang rumit karena yang diutamakan dari soal ini adalah peluang yang diberikan kepada siswa untuk mengeksplorasi masalah. Jadi pendekatan open-ended memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan menggunakan lebih dari satu teknik penyelesaian. Tujuan dari pembelajaran open-ended ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan mengembangkan pola pikir matematika siswa secara simultan.

4. Belajar dan Pembelajaran Matematika

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 hendaknya terdiri atas 5 pengalaman belajar yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Pengalaman belajar ini dikenal dengan pendekatan saintifik. Berdasarkan Permendikbud No. 58 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, menjelaskan bahwa pada pelaksanaan implementasi kurikulum 2013 terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan, diantaranya adalah model discovery learning.

Model discovery learning dirancang oleh Jerome Bruner, pada penelitiannya tentang proses berpikir yang dilakukan sejak tahun 1956. Bruner (dalam Nurhadi, dkk, 2004: 72) menyatakan idenya sebagai berikut “Kita mengajarkan suatu bahan kajian tidak untuk menghasilkan perpustakaan hidup tentang kajian tersebut, tapi lebih ditunjukan untuk membuat siswa berfikir. Karena bagi siswa mengetahui adalah suatu proses bukan suatu produk”.

(8)

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016 Berdasarkan ide tersebut maka pembelajaran dengan discovery learning merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung yang lebih mengutamakan proses dari pada hasil. Model ini menuntun siswa untuk mencari tahu sendiri dan bukan diberi tahu oleh guru. Kemendikbud (2014:50) menjelaskan bahwa prinsip belajar dalam discovery learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Hal ini sejalan dengan pendapat Suryosubroto (1990: 192) mengemukakan “Metode penemuan adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional diberitahukan atau diceramahkan saja”. Penemuan yang dimaksudkan disini bukanlah penemuan yang sebenarnya sebab apa yang ditemukan siswa itu sebenarnya sudah ditemukan orang. Jadi, penemuan dalam pembelajaran ini adalah penemuan bagi siswa yang bersangkutan saja. Penemuannya bisa sebagian saja atau keseluruhan dari materi pelajaran.

Beberapa pendapat di atas, ada yang menyebutkan discovery learning sebagai model dan ada juga discovery learning sebagai metode. Namun dalam penelitian ini peneliti bermaksud menyatakan discovery learning sebagai model pembelajaran. Adapun menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model

discovery learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam

kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut: a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan) b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah) c. Data Collection (Pengumpulan Data)

d. Data Processing (Pengolahan Data) e. Verification (Pembuktian)

f. Generalization (Menarik Kesimpulan) 5. Ketuntasan Belajar

Pembelajaran merupakan suatu proses dalam rangka memenuhi target kurikulum. Di dalam kurikulum terdapat kompetensi dasar yang harus dicapai

(9)

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

untuk memperoleh ketuntasan belajar. Berdasarkan Permendikbud No. 104 tahun 2014 menjelaskan bahwa ketuntasan belajar merupakan tingkat minimal yang harus dicapai kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan subtansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Hal ini senada dengan pendapat Andriana (2014:11) bahwa “Ketuntasan belajar dapat diartikan sebagai penguasaan (hasil belajar) siswa secara penuh terhadap seluruh bahan yang dipelajarinya”.

Berdasarkan pasal 7 Permendikbud No. 104 tahun 2014 bahwa penilaian hasil belajar untuk kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan menggunakan skala penilaian. Untuk kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan menggunakan rentang angka dan huruf dengan rincian sebagai berikut.

Skala Penilaian Nilai Huruf 3,85 - 4,00 A 3,51 - 3,84 A- 3,18 - 3,50 B+ 2,85 - 3,17 B 2,51 - 2,84 B- 2,18 – 2,50 C+ 1,85 – 2,17 C 1,51 – 1,84 C- 1,18 – 1,50 D+ 1,00 – 1,17 D

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada umumnya ditetapkan setiap awal dari tahun ajaran baru yang dilakukan oleh pihak sekolah yang merupakan hasil dari kesepakatan bersama. Nilai minimal untuk ketuntasan kompetensi pengetahuan Ketuntasan belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu ketuntasan belajar pada siswa dan ketuntasan belajar pada materi pelajaran/tujuan pembelajaran, keduanya dapat dianalisis secara perorangan atau perkelas siswa.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ini adalah penelitian dengan pre-eksperimen design, Arikunto (2010:123) menjelaskan bahwa

(10)

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016 “Pre-eksperimental design seringkali dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya”. Sementara itu, jenis penelitian ini adalah one shot case study. Arikunto (2010:124) mengemukakan bahwa dalam rancangan studi kasus satu tembakan peneliti hanya mengadakan treatment satu kali yang diperkirakan sudah memiliki pengaruh.

Data dikumpulkan dari tes, angket respon siswa dan lembar observasi lapangan. Soal tes akhir yang diberikan berbentuk essay yang berjumlah 4 butir soal yang mana 2 butir soal pertama merupakan soal dengan bentuk open-ended sedangkan 2 butir soal terakhir merupakan soal dengan bentuk closed-ended, sementara angket diberikan pada 10 menit terakhir pada pertemuan ketiga. Jumlah pernyataan dalam angket ini ada 20 pernyataan yang terdiri dari 17 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif.

Penelitian ini juga menggunakan lembar observasi lapangan sebagai data tambahan. Lembar observasi lapangan diambil pada tiga kali pertemuan selama penelitian. Dibantu oleh dua orang pengamat yang diminta mengisi lembar observasi lapangan dan mengamati proses pembelajaran yang berlangsung.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang berupa tes, angket respon siswa dan lembar observasi lapangan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Menggunakan model discovery learning dengan pendekatan open-ended hasil belajar siswa dapat mencapai ketuntasan pada materi persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 10 Banda Aceh.

Setelah melihat lembar jawaban tes siswa, guru menemukan bahwa siswa sudah mampu untuk menerapkan konsep persamaan linear dua variabel. Hanya saja, pada saat mencari penyelesaian terakhir, beberapa orang siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar belum bisa menerapkan aturan dasar aljabar, khususnya pengurangan, perkalian dan pembagian. Selain itu, guru juga mengalami kendala pada pertemuan pertama, karena terdapat waktu istirahat siswa setelah 1 jam pertama sehingga pembelajaran dilanjutkan setelah waktu istirahat selesai. Walaupun sudah diatur sedemikian rupa dalam

(11)

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

rencana pelaksanaan pembelajaran, pada kenyataannya di kelas guru tetap merasa kesulitan karena hal tersebut bisa mengganggu konsentrasi siswa setelah waktu istirahat.

2. Pada angket respon diperoleh bahwa 6 orang atau 27,27% siswa memberikan respon sangat setuju dan 16 orang atau 72,73% memberikan respon setuju. Hasil pengolahan data respon siswa menunjukkan hasil yang positif. Hal ini dapat dilihat dari hasil respon siswa yang menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang memberikan respon kurang setuju, tidak setuju, maupun sangat tidak setuju terhadap kegiatan model discovery learning dengan pendekatan

open-ended. Hal ini karena masalah yang ditampilkan adalah masalah yang sering

mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kemampuan rata-rata guru secara keseluruhan yaitu 4, sedangkan kemampuan rata-rata siswa secara keseluruhan yaitu 3,77. Kedua nilai rata-rata ini termasuk dalam kategori baik.

Lembar observasi lapangan juga menunjukkan bahwa kemampuan guru dan kemampuan siswa dalam penerapan pembelajaran dengan model discovery learning dengan pendekatan open-ended pada materi persamaan linear dua variabel dapat dikatakan efektif. Secara umum selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan pendekatan open-ended dan model discovery learning pada materi persamaan linear dua variabel sudah berlangsung dengan baik. Kemampuan siswa menemukan sendiri konsep materi dapat dikatakan baik. Dengan demikian, proses belajar pada materi persamaan linear dua variabel berlangsung sesuai dengan tahapan model discovery learning dengan pendekatan open-ended.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil belajar siswa dengan menerapkan model discovery learning dengan pendekatan open-ended pada materi persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 10 Banda Aceh dapat mencapai ketuntasan.

(12)

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016 2. Siswa memberikan respon baik dan sangat baik terhadap kegiatan pembelajaran dengan model discovery learning dengan pendekatan

open-ended dan hasil observasi menunjukkan rata kemampuan guru dan

rata-rata kemampuan siswa berada pada kategori baik.

DAFTAR PUSTAKA

Andriana, Vivin. 2014. Penerapan Metode Discovery Learning pada Materi Aritmatika Sosial Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Banda Aceh. Skripsi. Banda Aceh : Universitas Syiah Kuala

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 2010. Jakarta : Rineka

Illahi, Mohammad Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational Skill. Yogyakarta : DIVA Press

Kemdikbud. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Matematika SMP/MTs. Jakarta : Kemendikbud

---. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Matematika SMA. Jakarta : Kemendikbud

Nurhadi, Burhan Yasin dan Agus Gerrad senduk. 2004. Pembelajaran Konstektual (Contextual Teaching and Learning) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang

Purnamasari, Sinta. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Segi Empat Melalui Pendekatan Open-ended dengan Seting Discovery pada Siswa Kelas VII SMPN 01 Boyolangu Tulungagung. Skripsi. Tulungagung: IAIN Tulungagung

Ruhimat, Toto dkk. 2011.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Supatmono, Catur. 2009. Matematika Asyik. Jakarta : Grasindo Suryadi, Didi. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta : Imtima

Suryosubroto, Cipta. 1990.Beberapa Aspek-Aspek Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta

(13)

JIMPMAT Vol.1, No.1, Agustus 2016

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Uno, Hamzah B dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi aksara

Referensi

Dokumen terkait

Penanggulangan gelandangan dan pengemis merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Satuan Polisi pamong Praja Kabupaten Tulungagung. Razia terhadap gelandangan

Putusan Pengadilan Negeri Tangerang ini patut diapresiasi karena sekalipun perjanjian antara Penggugat dan Tergugat itu sah dan mengikat sesuai Pasal 1320 KUH Perdata

menggunakan obat secara benar yang sangat terpenting kewajiban seorang farmasis baik diminta ataupun tidak harus selalu pro aktif melaksanakan KIE ( komunikasi,

sistem informasi geografis tempat dan fasilitas umum berbasis android dapat dilihat pada tabel 4.1 sampai tabel 4.4. Terdapat 4 tabel yang digunakan untuk menyimpan data

Pada temperatur 700 o C kehomogenan dimensi ukuran partikel lebih merata dan didukung dengan analisis fasa berdasarkan pola difraksi yang dihasilkan terdapat 35% untuk

Namun, terdapat perbedaan pada kedua penelitian ini, yaitu pada peneliatian terdahulu strata sosial variasi bahasa berdasarkan usia dan status sosial para

Dalam penerapannya metoda ini menuntut kemampuan pengajar terampil dalam bertanya (questioning). Melalui pertanyaan- pertanyaan inilah dosen/asisten dapat membimbing

crassifolium memiliki kandungan Na- alginat dengan nilai rata-rata rendemen dan sineresis lebih tinggi pada alat penyaring vibrator sedangkan nilai rata-rata viskositas,