• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sikap

1. Pengertian sikap

Menurut Walgito (1999), mengatakan bahwa sikap adalah organisasi pendapat, keyakinan seseorang meyakini objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai dengan perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.

Baron dan Byrne (2002) mendefinisikan sikap sebagai penilaian subjektif seseorang terhadap suatu objek. Sikap adalah respon evaluatif yang diarahkan seseorang terhadap orang, benda, peristiwa, dan perilaku sebagai objek sikap. Sikap melibatkan kecenderungan respon yang bersifat prefensal. Sikap sebagai respon evaluatif menunjukkan ekspresi suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, mendekati atau menghindari, dan tertarik atau tidak tertarik terhadap objek sikap.

Menurut Sear dkk (1999), mengemukakan teori sikap melalui tiga pendekatan yaitu teori belajar, teori insentif, dan teori konsistensi kognitif a. Teori belajar (learning theory)

Dalam proses belajar tersebut (individu) mendapat informasi dan fakta-fakta melalui tiga mekanisme umum yaitu (1) asosiasi melalui classical conditioning, (2) reinforcement, dan (3) imitasi

(2)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

pembentukan sikap melalui proses asosiasi tejadi dengan adanya stimulus yang muncul bersamaan.

b. Teori insentif

Teori yang menggariskan bahwa pembentukan sikap merupakan proses menimbang baik atau buruknya berbagai kemungkinan kemudian mengambil altenatif terbaik. Individu cenderung mangambil sikap yang secara maksimal menguntungkan. c. Teori konsistensi kognitif

Individu merupakan mahluk yang telah menemukan makna dan hubungan dalam struktur kognitifnya. Individu yang memiliki suatu nilai atau keyakinan yang tidak konsisten satu dengan yang lainnya akan berupaya menyelaraskan untuk menjadi konsisten. Individu akan merasa nyaman bila kondisi kognisinya konsisten dan sesuai.

Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap adalah pendapat dan keyakinan seseorang untuk memberikan respon suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, mendekati atau menghindari dan tertarik atau tidak tertarik secara konsisten. Sikap juga dapat dipelajari melalui proses belajar.

2. Ciri-ciri Sikap

Sikap memiliki ciri-ciri, beberapa ahli psikologi sosial mengemukakan ciri-ciri sikap diantaranya ialah Gerungan (2004) yaitu:

(3)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan individu.

b. Sikap dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari individu. c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi

tertentu terhadap suatu objek.

d. Objek sikap merupakan satu hal, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal.

e. Sikap mempunyai aspek-aspek motivasi dan aspek perasaan.

Walgito (1999), mengemukakan ciri sikap sama dengan ciri-ciri yang dikemukakan oleh pendapat Gerungan yaitu :

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir.

b. Sikap selalu berhubungan dengan objek sikap.

c. Sikap tidak hanya tertuju pada satu objek saja tetapi dapat tertuju pada sekumpulan objek-objek.

d. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. e. Sikap mengandung faktor perasaan dan motifasi.

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap memiliki ciri-ciri antara lain sikap itu tidak dibawa sejak lahir, sikap selalu berhubungan, sikap tidak hanya tertuju pada satu objek, sikap berlangsung lama atau sebentar dan sikap mengandung unsur perasaan dan motifasi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Azwar (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap yaitu:

(4)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

a. Pengalaman Pribadi

Tanggapan adalah slah-satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.

b. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Orang merupakan salah-satu komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap individu.

c. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

d. Media Massa

Sarana komunikasi, mempunyai pengaruh beda dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukkan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

f. Pengaruh Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Kesimpulan adalah faktor-faktor yang mempengarihi sikap seseorang yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap

(5)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, dan pengaruh faktor Emosional.

Anshor (2006), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap aborsi adalah

a. Faktor penentu di level indinidu

Adanya relasi jender yang timpang, perilaku tradisional, wanita tidak diposisikan sebagai pengambil keputusan, pernikahan usia dini dan lain sebagainya.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Aborsi di level keluarga dan masyarakat antara lain pandangan yang salah mengenai aborsi, ekonomi dan kemiskinan, beban psiko-sosial akibat incest dan perkosaan, dan pandangan agama yang sempit mengenai aborsi.

c. Faktor budaya

Dalam budaya pitriarhi relasi seksual sering didominasi oleh lakil-laki, kebanyakan wanita tidak memiliki kontrol terhadap organ reproduksinya. Sehingga hak-hak reproduksi menjadi terabaikan karena kondisi tersebut.

d. Faktor Moralitas

Aborsi dan kematian keduanya dipermasalahkan karena sama-sama mengancam kelangsungan hidup janin dan orang yang sedang mengandung. Namu, perlu didudukkan dalam proporsinya masing-masing, manakah pilihan yang lebih bermanfaat dan membawa

(6)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

kebaikan dalam menyelesaikan problem kesehatan reproduksi.

Kesimpulan adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan aborsi yaitu faktor penentu di level individu, pengaruh orang lain yang dianggap penting, faktor budaya, dan faktor moralitas.

4. Aspek-aspek sikap

Azwar (2007), menyatakan bahwa sikap memiliki komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective), dan komponen konatif (conative).

Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.

a. Komponen kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

b. Komponen afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap.

c. Komponen perilaku

Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku

(7)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Ketiga komponen tersebut konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen kognitif, perasaan sebagai komponen afektif, dengan tendensi perilaku sebagai komponen konatif.

Mar’at (1982), menyatakan sikap mempunyai tiga komponen sebagai aspek-aspek sikap yaitu :

a. Komponen kognisi, yang berhubungan dengan belief, ide dan konsep. b. Komponen afeksi, yang menyangkut kehidupan emosional seseorang. c. Komponen konasi, yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.

Walgito (2003), menyatakan bahwa sikap mempunyai komponen aspek-aspek yaitu:

a. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.

b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang dalam penelitian ini merupakan hal yang negatif, sedangkan rasa tidak senang dalam penelitian ini merupakan hal yang positif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.

(8)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

berhubungan dengan kecenderungan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Kesimpulannya adalah bahwa sikap memiliki tiga aspek-aspek dari komponen kognitif, afektif, dan Konatif. Ketiga komponen sikap tersebut bersifat konsisten antara komponen yang satu dengan yang lainnya. Jika salah satu komponen dipengaruhi, maka komponen yang lainnya akan berubah. Masing-masing komponen mempunyai manifestasi yang berbeda-beda yang membentuk sikap menyeluruh terhadap rangsangan-rangsangan diterima.

B. Aborsi

1. Pengertian Aborsi

Aborsi diserap dari bahasa Inggris yaitu abortian yang berasal dari bahasa latin yang berarti pengguguran kandungan atau keguguran (Anshor,2006). Aborsi adalah penghentian kehamilan. “Abort” berarti “mengakhiri” dan aborsi berguna untuk mengakhiri kehamilan (Masland & Estridge 2006).

Dalam Obstetri Patologi (1982), abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar.

Dalam istilah medis aborsi terdiri dari dua macam yaitu aborsi spontan (abortus spontaneus) dan aborsi yang disengaja (abortus provocatus), hal ini disebutkan dalam Glorier Family Ensiclopedia: “An abortion is the termination of a pregmancy by loss or destruction of tha

(9)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

fetus before birt. An abortion may be spontaneous or induced” (Aborsi adalah penghentian kehamilan dengan cara menghilangkan atau merusak janin sebelum kelahiran. Aborsi boleh jadi dilakukan dengan cara spontan atau dikelurkan secara paksa (Anshor,2006).

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa aborsi adalah penghentian atau pengguguran kehmilan sebelum anak dapat hudup di dunia luar yang dilakukan dengan cara spontan atau dikeluarkan secara paksa.

2. Jenis-jenis Aborsi

Anshor (2006), mengatakan aborsi memiliki jenis-jenis yaitu: a. Aborsi spontan (abortus spontaneus) ialah aborsi yang terjadi secara

alamiah baik tanpa sebab tertentu maupun karena sebab tertentu, seperti penyakit, virus toxoplasma, anemia, demam yang tinggi, dan sebagainya maupun karena kecelakaan.

Aborsi spontan dalam ilmu kedokteran dibagi lagi menjadi:

1) Abortus Imminens (threated abortion), yaitu adanya gejala-gejala yang mengancam akan terjadi aborsi. Dalam hal demikian kadang-kadang kehamilan masih dapat diselamatkan

2) Abortus Incipens (inevitable abortion), artinya terdapat gejala akan terjadinya aborsi, namun buah kehamilan masih berada di dalam rahim. Dalam hal demikian kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.

3) Abortus Incompletus, apabila sebagian dari buah kehamilan sudah keluar dan sisanya masih berada dalam rahim. Pendarahan yang

(10)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

terjadi biasanya cukup banyak, namun tidak fatal, untuk pengobatan perlu dilakukan pengosongan rahim secepatnya.

4) Abortus Completus, yaitu pengeluaran keseluruhan buah kehamilan dari rahim. Keadaan demikian biasanya tidak memerlukan pengobatan.

b. Aborsi yang disengaja (abortus provokatus) adalah aborsi yang terjadi secara sengaja. Aborsi ini mencakup dua varian yaitu:

1) Abortian artificialis therapicus adalah sejenis aborsi yang penggugurannya dilakukan oleh tenaga medis disebabkan faktor adanya indikasi medis.

2) Aborsi Provocatus Criminalis merupakan sejenis aborsi yang dilakukan tanpa adanya penyebab dari tindakan medis, tetapi biasanya lebih disebabkan karena permintaan dari pasien.

Dalam Obstetri Patologi (1982), aborsi dapat dibagi menjadi:

a. Abortus spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran); merupakan kurang lebih 20% dari semua aborsi.

b. Abortus provocatus (disengaja, digugurkan) aborsi ini terbagi menjadi dua yaitu:

1) Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus

Abortus provocatus artificialis ialah pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahaya kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu berpenyakit berat.

(11)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

2) Abortus provocatus criminalis.

Sedangkan abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum. Sedangkan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aborsi provocatus criminalis yaitu suatu tindakan aborsi yang dilakukan secara sengaja tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.

3) Sebab-sebab Melakukan Aborsi

Sebab-sebab yang mendorong seseorang melakukan aborsi dengan sengaja adalah macam-macam, antara lain dalam (Kartono,2007) disebutkan:

a) Kemiskinan dan ketidak-mampuan ekonomis, b) Moralitas sosial,

c) Rasa malu dan aib terhadap tetangga serta handai taulan, d) Relasi cinta yang tidak harmonis,

e) Ketidak-sengajaan yang mengakibatkan “kecelakaan” dan terpaksa hamil,

f) Pihak pria melarikan diri dan tidak mau bertanggung jawab, sehingga menyebabkan status keibuan ekstramarital (unmarried mother atau ibu-ibu yang tidak kawin).

Menurut Sa’abah (2001), beberapa alasan seseorang melakukan aborsi antara lain :

(12)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

b) Karena tidak sahya si anak

c) Karena khawatir karier atau pola hidupnya terganggu dengan kemunculan anak

d) Tekanan ekonomi atau beban pemenuhan pendidikan dan kasih sayang

e) Karena pemerkosaan. 4) Undang-undang Aborsi

Larangan dan ancaman hukuman pidana bagi pelaku aborsi di Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 346-349 adalah sebagai berikut: Pasal 346

“Seorang wanita yang sengaja menggugurkan kandungan atau mematikan kandungannya kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana paling lama empat tahun”.

Pasal 347

1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan kandungan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya seorang wanita

tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 348

(13)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan 2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,

diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal 349

“Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan ia dapat dipecat dari jabatan yang digunakan untuk melakukan kejahatan” (Soesilo, 1980).

5. Aspek-aspek Aborsi

Penelitian Rostika (2006), mengambil pendapat dari para ahli menyatakan bahwa aborsi memiliki aspek-aspek yaitu:

a) Aspek Kesehatan

Ada tiga indikasi yang digunakan untuk memutuskan suatu aborsi yaitu:

1) Bila ada kekhawatiran terhadap kesehatan ibu, baik fisik maupun mental.

2) Bila terdapat indikasi adanya perkembangan janin yang kurang baik.

(14)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

diinginkanya kehamilan.

Sering kali indikasi psikiatrik yang berkaitan dengan aborsi adalah:

1) Gangguan psikiatri awal.

2) Adanya stigma yang tak diinginkan berkaitan dengan kehamilan yang tidak sah.

3) Perselisihan dan perceraian sebagai pemicu diputuskannya aborsi

4) Pengaruh yang traumatis dari operasi, khususnya pada bagian genetal.

5) Kemungkinan pengaruh dari kemandulan yang mungkin terjadi.

6) Ketidaktahuan individu akan gangguan fisik lain yang menyertai.

b) Aspek Psikologi dari Aborsi

Para ahli psikiatrik dan psikolog, setelah melakukan aborsi, seseorang akan mengalami Post Aborsi Syndrome (PAS). PAS merupakan suatau jenis Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), yang meliputi :

1) Pengalaman kesakitan emosional sehubungan dengan trauma.

2) Penolakan, represi, coping behaviour dengan respons emosional.

(15)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

3) Simtom-simtom lain yang tidak terlihat langsung (Abortion Research Notes dalam Rostika, 2006).

d. Dampak Fisik Aborsi (abortus provokatus)

Dampak fisik dalam aborsi (abortion provocatus) bisa menyebabkan kematian mendadak, mengakibatkan rahim yang robek, kerusakan leher rahim yang menyebabkan kematian, kerusakan rahim yang menyebabkan cacat pada anak berikutnya, kanker panyudara karena tidak seimabang hormon ekstrogen pada wanita, kanker indang telur, kanker leher rahim, kanker hati, kelainan pada plasenta yang menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat atau besar pada kehamilan berikutnya menjadi mandul, infeksi rongga panggul, infeksi pada lapisan rahim.

C. Remaja Putri

Secara global usia remaja berlangsung antara umur 12 dan 21 tahunan, dengan pembagain 12-15 tahun: masa remaja awal, 15-18 tahun: masa remaja pertengahan, 18-21 tahun: masa remaja akhir (Monks 2006). Sedang menurut sarwono (2000), masa remaja di Indonesia berentang dari usia 11 sampai 24 tahun dan belum menikah.

Papalia dkk (2008) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1997) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan

(16)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

Dalam masa remaja ini akan terjadi perubahan psikologis dan fisik. Perubahan yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa adalah petumbuhan tubuh (badan menjadi makin panjang dan tinggi) dan mulai befungsinya alat-alat reproduksi dengan ditandainya haid pada wanita (Sarwono, 2000).

Kematangan seksual atau kematangan fisik yang normal pada umumnya berlangsung pada usia 11 sampai 18 tahun. Kematangan seksual atau kematangan fungsi jasmaniah biologis berupa kematangan kelenjar kelamin yaitu ovarium anak-anak gadis. Selain itu tanda kelamin sekunder pada anak-anak gadis yaitu: melusnya dada dan tumbuhnya payudara, menebalnya lapisan lemak di sekitar pinggul, paha dan perut (Kartono,1992).

Terjadinya proses kematangan pada remaja putri menurut Kartono, (2006), sebagai berikut :

1. Meningkatnya ketegangan-ketegangan batin, dan 2. Meningkatnya bermacam-macam aktivitas.

3. Aktivitas gadis muda yang dipusatkan pada usaha untuk membebaskan diri dari relasi-identifikasi dengan pribadi-pribadi lama (ingin melepaskan diri ayah ibu, pemimpin, guru, dan lain-lain), lalu memupuk satu mekanisme adaptasi lebih baik terhadap lingkungannya.

(17)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

4. Mulai aktif berusaha mengatasi ledakan-ledakan dorongan seksualnya yang semakin meningkat.

5. Telah terjadinya menstruasi.

Dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja putri berentang dari usia 12 sampai 21 tahunan. Dalam masa remaja ini akan terjadi perubahan psikologis dan perubahan fisik seperti panjang dan tinggi badan, terjadinya kematangan seksual mulai berfungsinya alat-alat reproduksi dengan terjadinya menstruasi.

D. Sikap Remaja Putri terhadap Aborsi Yang Disengaja

Aborsi pada remaja putri adalah suatu maslah kontraversi yang dilematis bagi individu (seseorang remaja) yang melakukan aborsi. Di Amerika masalah kehamilan pada remaja, sebuah skenario yang berbeda-beda. Bila seorang remaja perempuan memilih untuk tidak melakukan aborsi, biasanya ia akan mempertahankan bayi yang di kandungnya dan membesarkannya tanpa terikat dalam suatu perkawinan. Walaupun kehamilan tersebut dianggap tidak sah (Santrock, 2003).

Di Indonesia adanya pengambilan keputusan remaja putri yang hamil di luar nikah untuk tidak melakukan aborsi merupakan pilihan yang dilematis dalam mencari jalan keluar. Mereka dihadapkan pada pertimbangan-pertimbangan faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal, meliputi intensitas komitmen keduan pasangan untuk menjalani hubungan jangka panjang dalam perkawinan, sikap dan persepsi terhadap janin yang

(18)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

dikandung, dan persepsi subyektif tentang kesiapan psikologis dan ekonomi untuk memasuki kehidupan perkawinan. Faktor-faktor eksternal, meliputi sikap dan penerimaan orang tua, penilaian masyarakat, nilai-nilai normatif, dan etis dari lembaga keagamaan dan kemungkinan-kemungkinan perubahan hidup dimasa depan yang mengikuti pilihan yang dipilih. Bagi remaja yang mengalami, kehamilan pranikah memunculkan dilema kemanusiaan yang paling dasar, antara pilihan yang menyangkut hak hidup calon manusia dengan pertimbangan-pertimbangan eksternal yang sangat komplek (Khisbiyah dalam Rostika, 2006).

Kehamilan di luar nikah yang dialami oleh para remaja secara kejiwaan menimbulkan stres tidak saja bagi dirinya, tetapi juga orang tua atau keluarga. Tidak jarang mereka terpaksa dinikahkan dalam keadaan belum siap baik secara fisik maupun psikis, tidak jarang pula remaja akan mengambil jalan pintas yaitu menggugurkan kandungannya. Pengguguran atau aborsi ini mempunyai resiko yang beragam baik fisik maupun psikis, resiko kematian jauh lebih tinggi dibandingkan melahirkan, apalagi jika aborsi dilakukan dengan cara-cara non medis (Widodo dkk, 2002).

Kehamilan pada remaja putri dan keputusan untuk menggugurkannya merupakan pilihan yang dilematis, karena adanya perasaan bingung dan panik yang menyertainya. Ketakutan terhadap orang tua, perasaan kecewa kerena pihak pria melarikan diri dan tidak mau bertanggung jawab, rasa malu terhadap tetangga adalah faktor penentu remaja untuk melakukan aborsi.

Perempuan adalah sebagai individu yang memiliki hak reproduksi yang seharusnya dapat untuk memutuskan sendiri tentang kehamilannya.

(19)

Studi Deskriptif Sikap..., Dwi Karianti, Fakultas Psikologi UMP, 2010 

Namun kenyataan sering kali terhambat oleh faktor-faktor di luar dirinya baik di dalam keluarga maupun masyarakat. Jadi pandangan mereka tentang aborsi bersumber melalui pandangan agama yang diwarnai oleh nilai-nilai patriarkhi. Selain itu ada yang mengungkapkan baik tenaga kesehatan maupun pasien dan keluganya menyakini bahwa aborsi di larang oleh agama. Namun dalam hukum islam aborsi boleh dilakukan sebelum peniupan nyawa ada yang memperbolehkan meskipun dengan syarat-syarat tertentu (Anshor, 2006).

Dalam menyikapi aborsi ini terdapat sikap yang pro dan kontara, sikap yang ada pada diri seseorang memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan individu yang bersangkutan. Dengan mengetahui sikap individu seseorang maka akan dapat menduga bagaimana respons atau perilaku yang akan diambil oleh orang yang bersngkutan, terhadap sesuatau masalah atau keadaan yang dihadapkan padanya (Walgito, 1999).

Sikap terhadap aborsi adalah pandangan atau sikap perasaan yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai pendapat dan keyakinannya.

Dari uraian diatas maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa aborsi adalah masalah yang kontraversial yang dilematis yang menimbulkan pro dan kontra. Bagi individu sendiri terutama bagi seorang remaja mereka sudah dapat menentukan sikap dan pendapatnya masing-masing mengenai aborsi.

Maka dari itu peneliti ingin mengatahui atau mendeskripsikan sikap remaja putri terhadap aborsi yang disengaja.

Referensi

Dokumen terkait

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

1. sebagai dosen pembimbing I yang dengan pengertian dan kesabaran; membimbing, memotivasi, dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis mulai dari proses awal

Vol. 2, Desember 2017 109 Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mencoba menggali lebih dalam tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) upaya layanan bimbingan konseling Islam yang dilakukan guru konselor untuk menyadarkan perilaku merokok pada siswa di SMP Negeri 5

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan