43 ANALISIS
4.1 Aspek Manusia
4.1.1 Analisa Pelaku Kegiatan 1. Rumah Susun
• 2 orang/unit
• 1 keluarga/unit (2-4 orang) 2. Pengelola rumah susun
• Pengelola
• Petugas kebersihan
• Keamanan
4.1.2 Analisa Pola Kegiatan Penghuni Hari Senin – Jumat
Bangun → mandi → makan → beraktifitas → pulang → mandi → Makan → tidur
Hari libur
Bangun → mandi → makan → bersantai/ jalan-jalan → mandi → makan → tidur
4.1.3 Analisa Kebutuhan Ruang
Tabel 4.1 : Kebutuhan ruang
Jenis kegiatan Kebutuhan ruang Sifat ruang Penghuni rusun Tidur
Mandi, buang air Mencuci Menjemur Masak Istrirahat Makan Kamar tidur KM, toilet R. cuci R. jemur Dapur R. keluarga R. makan Privat Service Service Service Service Semi privat Semi privat Pengelola rusun Bekerja
Tidur
Mandi, buang air
R. kerja Kamar tidur KM, toilet Privat Privat Service Semua Datang Olahraga Pertemuan Parkir Hall/lobby Lapangan R. serbaguna Tempat parkir Service Service Service Service
4.1.4 Analisa Pengelompokkan Zoning Kegiatan
Tabel 4.2 : Pengelompokan zoning
Jenis Kegiatan Keterangan Sifat
Kegiatan Utama (Rumah Susun)
Kegiatan penghuni didalam bangunan rumah susun
Private
Jenis Kegiatan Keterangan Sifat
Kegiatan Pengelola Kegiatan yang menunjang kegiatan utama penghuni rumah susun
Public
Kegiatan Servie Kegiatan servis didalam rumah susun Service Kegiatan
Penunjang
Kegiatan yang menunjang bagi penghuni rusun seperti lapangan olahraga dan ruang bersama
Public
Kegiatan Luar Kegiatan yang berlangsung diluar dari bangunan rumah susun
Public Kegiatan Kendaraan Parkir Public 4.1.5 Program Ruang • Tipe Unit
Tabel 4.3 : Program ruang tipe 24
No Nama Ruang Kapasitas Standar Sumber Perhitun gan Jumlah 1 Tipe 24 Kamar tidur 1 7 m² AS 2 x 3 6 m2 Kamar mandi 1 6 m² NMH 2 x 1,5 3 m² R. Keluarga 1 5,2 m² AS 3 x 2 6 m² R. makan & dapur 1 10 m² NMH 2,5 x 2 5 m² R Jemur 1 3 m² AS 2 x 1,5 4 m² Total 24 m²
Tabel 4.4 : Program ruang tipe 36
No Nama Ruang Kapasitas Standar Sumber Perhitun gan Jumlah 1 Tipe 36 Kamar tidur utama 2 - AS 3 x 3 9 m² Kamar timur anak 2 - AS 3 x 2 6 m2 Kamar mandi 1 6 m² AS 1,8 x 1,8 3,4 m² R. Keluarga 4 9 m² AS 3 x 3 9 m² R. makan & dapur 4 10 m² NMH 2,2 x 3 6,6 m² R Jemur 1 3 m² AS 2 x 1 2 m² Total 36 m²
• Fasilitas Pengelola
Tabel 4.5 : Program ruang fasilitas pengelola
Ruang Sumber Standar Kapasitas Perhitungan Luas
R.Tamu NMH 1,8 m2/org 6 1,8 x 6 10,8 m2 Ruang Manager NAD 18 m2 2 2 x 18 36 m2 Ruang Adminstrasi NAD 6-9 m2 6 6 x 6 Total 46,8 m2 • Ruang Mesin
Tabel 4.6 : Program ruang mesin
Nama Ruang Kapasitas Standar Sumber Perhitungan Jumlah
Ruang Trafo - 20 m2 SBT 4 x 5 20 m2 Ruang Panel - 10 m2 TSS 2,5 x 4 10 m2 Ruang Pompa - 20 m2 SBT 4 x 5 20 m2 Ruang Genset - 30 m2 SBT 6 x 5 30 m2 Ruang STP - 20 m2 SBT 4 x 5 20 m2 Ruang Sampah - 12 m2 SBT 4 x 3 12 m2 Gudang - 6 m2 SBT 2 x 3 6 m2 Total 118 m2 • Fasilitas Penunjang
Tabel 4.7 : Program ruang fasilitas penunjang
Nama Ruang Kapasitas Standar Sumber Perhitungan Jumlah R. Serbaguna 100 org 1,3 m2/org NAD 100 x 1,3 130 m2 Toilet pria Wastafel Urinoir 2 unit 2 unit 2 unit 2,16 m2/org 0,5 m2/org 0,9 m2/org NAD 2,16 x 2 0,5 x 2 0,9 x 5 4,32 m2 1 m2 4,5 m2 Toilet Wanita Wastafel 5 unit 2 unit 2,16 m2/org 0,5 m2/org NAD 2,16 x 5 0,5 x 2 10,8 m2 1 m2 Subtotal 151,62 m2 KETERANGAN :
- NMH : New Matrix Handbook
- NAD : Neufert Architect Data
- AS : Asumsi berdasarkan luasan furniture
- TSS : Time Saver
4.1.6 Analisa Perencanaan Susunan Ruang a) Diagram keterkaitan ruang secara makro
Gambar 4.1 : Diagram keterkaitan ruang secara makro
b) Diagram keterkaitan ruang secara mikro
Gambar 4.2 : Diagram keterkaitan ruang secara mikro FASILITAS PENUNJANG PARKIRAN HUNIAN AREA SERVICE ENTRANCE SERVICE KEAMANAN HUNIAN KIOS TANGGA UTAMA TANGGA KEBAKARAN RUANG PENGELOLA
Gambar 4.3 : Skema hubungan ruang mikro
4.2 Aspek Bangunan
4.2.1 Analisa Daya Tampung Luas tapak = 15.000 m² KDB = 50% = 50% x 15.000 = 7500 m² KLB = 2 = 2 x 15.000 = 30.000 m² RTH = 50% = 7500 m²
Berdasarkan pertimbangan luasan bangunan serta total jumlah lanatai yang boleh dibangun, maka diasumsikan luas bangunan untuk hunian adalah 25% dari luas tapak
• Perhitungan Jumlah Unit
Bangunan terdiri dari = 4 lantai
Hunian = 3 lantai
Luas bangunan = Luas lantai dasar x jumlah lantai
Keterangan : Berhubungan tetapi tidak erat
Berhubungan,Dekat dan mudah di jangkau Tidak berhubungan RUANG TIDUR R. KELUARGA & R. TAMU KORIDOR KAMAR MANDI DAPUR BALKON
= 3750 x 4 = 15000 m² Luas bangunan x 20% sirkulasi = 15000 - 20% (3000)
= 12000 m²
Berdasarkan data wawancara terhadap ketua RT setempat yang menyatakan bahwa target penghuni lebih banyak untuk yang berkeluarga, maka Type 24 = 30% = 12000 x 30% = 3600 m² Type 36 = 70% = 12000 x 70% = 8400 m²
Jumlah unit per tipe
• Type 24 = 3600 : 24 = 150 unit • Type 36 = 8400 : 36 = 234 unit Jumlah penghuni • Type 24 = 150 x 2 orang/unit = 300 orang • Type 36 = 234 x 4 orang/unit = 936 orang
Daya tampung pada rumah susun sebanyak 384 unit rumah dimana tiap unit rumah dihuni 1 – 4 orang penghuni. Sehingga jumlah maksimal sebanyak 1236 penghuni.
4.2.2 Kebutuhan parkir 1. Penghuni
5 unit = 1 mobil, 5 motor Jumlah unit = 384 unit
384 unit = 77 mobil, 384 motor 2. Tamu
10 unit = 1 mobil 384 unit = 39 mobil
4.2.3 Analisis Kebutuhan air penghuni
Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengetahui jumlah kebutuhan air penghuni pada bangunan dan menentukan apa saja kebutuhan air yang dapat digantikan dengan menggunakan air hujan. Ditinjau dari jumlah atau kuantitas air yang dibutuhkan manusia, kebutuhan dasar air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari (Sunjaya Kardisi, 1999 : 18), kebutuhan air rumah tangga per harinya menurut Sunjaya:
a) Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan = 5 liter/org
b) Kebutuhan air untuk mandi = 25-30 liter/org c) Kebutuhan air untuk flushing toilet = 4-6 liter/org
d) Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan = 25-30 liter/org
Tabel 4.8 : Penggunaan Air
Tabel 4.9 : Kebutuhan air pada hunian Rusun
Sumber : http://www.rewatec.co.uk/rainwater-harvesting-benefits-and-uses.php, diakses 14 April 2014
Dari data tersebut, terlihat bahwa persentase terbesar kebutuhan air harian per orang pada hunian rata-rata adalah air untuk flush toilet. Oleh karena itu, kebutuhan air yang akan digantikan oleh air hujan yaitu pemakaian air untuk flush toilet. Untuk kebutuhan air minum akan menggunakan sumber lain karena air minum harus memenuhi syarat kesehatan dan air hujan di Jakarta tergolong asam. Dari kebutuhan tersebut kemudian ditotal untuk mendapatkan kebutuhan air hujan yang harus ditangkap per bulan.
Gambar 4.4 : Model toilet flush
Sumber : http://informasibangunan.blogspot.com, diakses 14 April 2014
Menurut Badan Kesehatan Umum, rata-rata manusia buang air (BAB + BAK) sebanyak 6 – 7 kali dalam sehari
Tabel 4.10 : Kebutuhan air yang akan digantikan air hujan dalam satu massa bangunan.
Kebutuhan Liter /hari Galon Jumlah orang Total
Toilet flush 6 liter x 7 kali/hari = 42 liter
11,1 1236 13719,6
total per hari 13719,6
Tabel 4.11 :Total kebutuhan air yang akan diganti air hujan per bulan dalam 1 tahun.
Bulan Jumlah Hari Gallons Jumlah dalam Galon Januari 31 13719,6 425307,6 Februari 28 13719,6 384148,8 Maret 31 13719,6 425307,6 April 30 13719,6 411588 Mei 31 13719,6 425307,6 Juni 30 13719,6 411588 Juli 31 13719,6 425307,6 Agustus 31 13719,6 425307,6 September 30 13719,6 411588 Oktober 31 13719,6 425307,6 November 30 13719,6 411588 Desember 31 13719,6 425307,6 Rata2 417304,50
Setelah total kebutuhan air dalam satu bulan yang akan digantikan oleh air hujan didapatkan, selanjutnya dimasukkan kedalam rumus penghitungan penangkap air hujan untuk mendapatkan hasil luas area tangkapan air hujan
Supply (in Gallons ) = Rainfall (inches) x 0,623 x Catchment Area ( FT2 ) x Runoff Coefficient
(Harvesting Rainwater for Landscape Use, Patricia H., October 2004) Tabel 4.12 : Runoff Coefficients
Sumber : Harvesting Rainwater for Landscape Use, Patricia H, October 2004
Material untuk penangkap air hujan menggunakan material beton dengan koefisiensi runoff 0,9 (banyak air yang tertahan) sampai 1 (sedikit yang tertahan, lancar) dan jika menggunakan permukaan vegetasi koefisiensi runoff 0.6 (banyak air yang tertahan) dan 0.1 (sedikit yang tertahan, lancar). Koefisiensi runoff yang digunakan adalah sebesar 0,9 untuk mengantisipasi air mengalir tidak terlalu lancar sehingga menggunakan nilai koefisiensi terendah berdasarkan tabel 4.16 runoff coefficients.
Tabel 4.13 : Data Curah Hujan Stasiun BMKG Kemayoran
Sumber: BMKG
Dengan menggunakan rata-rata dari intensitas curah hujan dalam 1 tahun dengan rata-rata kebutuhan air dalam 1 tahun
• Data curah hujan yang digunakan merupakan rata-rata curah hujan tahunan yakni dari tahun 2009 sampai 2013 sebesar 6,26 inches. Jadi luas permukaan total yang dibutuhkan yaitu :
Supply (in Gallons ) = Rainfall (inches) x 0,623 x Catchment Area ( FT2 ) x Runoff Coefficient
(Harvesting Rainwater for Landscape Use, Patricia H., October 2004) 417304,50 (gallons) = 6,26 (inches) x luas permukaan penangkap (ft²) x
0,623 x 0,9
417304,50 = 3,50 x luas permukaan penangkap Luas = 119230 ft2 atau 11076,8 m2 (* 1 square feet / ft2 / kaki = 0.09290304 m2)
Setelah mendapatkan luas permukaan penangkap bangunan berdasarkan perhitungan diatas mendapat hasil seluas 119230 ft2 atau 11076,8 m2. Data ini digunakan untuk mencari total kebutuhan air yang dapat ditampung oleh sistem penangkap air hujan.
Tabel 4.14: Air Hujan Yang Dapat Ditangkap Perbulan Dengan Luas Penangkap 119230 ft2 atau 11076,8 m2
Bulan Rainfall Rainfall x 0,623 Luas Penangkap Hujan (ft2) Gross Supply Runoff Coefisient Total Supply (Gallons) Januari 15,33 9,55 119230 1138646,50 0,9 1024781,85 Februari 7,39 4,6 119230 548458,00 0,9 493612,20 Maret 7,06 4,4 119230 524612,00 0,9 472150,80 April 4,7 2,93 119230 349343,90 0,9 314409,51 6,26
Setelah hasil dari total air yang dapat ditampung tiap bulan didapatkan, selanjutnya data tersebut akan di uji kembali (feedback) untuk mendapatkan hasil apakah dengan luasan area penangkap hujan seluas 119230 ft2 atau 11076,8 m2 mampu mencukupi kebutuhan air untuk toilet flush sehari-hari yang dapat digantikan oleh air hujan tiap bulan dengan melihat sisa air yang dapat ditampung dan selanjutnya melakukan simulasi proyeksi terhadap kebutuhan air 1 tahun pertama
Tabel 4.15 : Proyeksi per tahun daya penyimpanan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air penghuni rumah susun dengan luas penangkap 119230 ft2 atau 11076,8
m2
Tabel diatas merupakan simulasi dari hasil data perhitungan untuk area penangkap air hujan yang berdasarkan kebutuhan air dari penghuni
Mei 5,89 3,67 119230 437574,10 0,9 393816,69 Juni 3,51 2,18 119230 259921,40 0,9 233929,26 Juli 4,37 2,72 119230 324305,60 0,9 291875,04 Agustus 1,73 1,07 119230 127576,10 0,9 114818,49 September 3,66 2,28 119230 271844,40 0,9 244659,96 Oktober 5,14 3,2 119230 381536,00 0,9 343382,40 November 7,89 4,91 119230 585419,30 0,9 526877,37 Desember 8,37 5,21 119230 621188,30 0,9 559069,47
Bulan Supply Kebutuhan Sisa Air Penyimpanan dalam tangki Januari 1024781,85 425307,60 599474,25 599474,25 Februari 493612,20 384148,80 109463,40 708937,65 Maret 472150,80 425307,60 46843,20 755780,85 April 314409,51 411588,00 -97178,49 658602,36 Mei 393816,69 425307,60 -31490,91 627111,45 Juni 233929,26 411588,00 -177658,74 449452,71 Juli 291875,04 425307,60 -133432,56 316020,15 Agustus 114818,49 425307,60 -310489,11 5531,04 September 244659,96 411588,00 -166928,04 -161397,00 Oktober 343382,40 425307,60 -81925,20 -243322,20 November 526877,37 411588,00 115289,37 -128032,83 Desember 559069,47 425307,60 133761,87 5729,04
rusun jika digunakan setiap hari dalam pertahunnya. Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan luasan penangkap hujan sebesar 119230 ft2 atau 11076,8 m2 masih belum bisa dikatakan sustainable karena masih belum mampu menunjang kebutuhan air secara berkelanjutan pada bulan September hingga November. Sehingga solusi dari penyelesaian kekurangan air tersebut adalah dengan menambahkan volume luasan berdasarkan total kekurangan air dari bulan September hingga bulan November untuk ditambahkan dengan kebutuhan air terbesar dalam 1 (satu) tahun tersebut. Untuk volume tangki penampungan supply air hasil tangkapan akan disesuaikan dengan kebutuhan penyimpanan terbesar pada tahun pertama yaitu pada bulan Maret sekitar 755780,85 galon atau 2860630,5 liter ditambah dengan total kekurangan air sekitar 532752,03 galon atau 2016466,4. Sehingga total daya tampung tangki penyimpanan sebesar 1288532,88 galon atau 4877096,95 liter dandiharapkan mempunyai volume 4877,1 m3 sebagai syarat untuk memenuhi kebutuhan air yang akan digantikan air hujan sebagai pengganti air pada toilet flush.
Keterangan :
1 galon = 3,7854118 liter
4.2.4 Perhitungan Kebutuhan pipa Luas atap = p x l : cos α
= 72 m x 20 m : cos 30 = 1440 : 0,866
= 1662,8 m2
Tabel 4.16 : Dimensi Pipa Air Hujan
Diameter (inci) Luasan Atap (m2) Volume (liter/menit) 3 (7,62 cm) 4 (10,16 cm) 5 (12,70 cm) 6 (15,24 cm) 8 0 – 180 181 – 385 386 – 698 699 – 1135 1136 - 2445 255 547 990 1610 3470 Luas atap = 1662,8 m2
= 5 liter/menit
Curah Hujan = luas atap x hujan rata-rata
= 1662,8 m2 x 5 liter/menit
= 8314 liter/menit
Dengan luas atap yang sudah didapatkan sehingga ukuran pipa yang dapat digunakan adalah dengan diameter pipa 6’’ dengan kapasitas 1610 liter/menit
- Air hujan akan mengalir ke bawah dalam waktu 1 menit 8314 : 1610 = 5,2 5 pipa
- Air hujan akan mengalir ke bawah pada waktu ½ menit 5,2 x 2 = 10,4 10 pipa
Jadi, pipa 6 inci yang dibutuhkan untuk mempercepat pembuangan air hujan diatas atap dalam waktu ½ menit adalah 10 pipa yang tersebar letaknya
4.2.5 Analisa Pengendalian Air
Terdapat 2 sistem dalam pendistribusian air ke dalam bangunan yaitu up feed dan down feed
Tabel 4.17 : Sistematika distribusi air dalam bangunan.
Up Feed Down Feed
Sistem Up feed :tidak ada tangki air diatas, air distribusikan langsung dari sumber air lalu dipompa ke outlet.
Kelebihan :
Sistem Down feed : Tangki penyimpanan Air berada dibawah dan atas, air didistribusikan melalui pompa dari bawah menuju ke atas.
- Pembuatan relatif murah Kerugian :
- Pompa bekerja terus menerus Ketinggian terbatas
Kelebihan :
- Pompa tidak bekerja secra terus- menerus
- Tidak memerlukan pompa otomatis
- Air selalu tersdia setiap saat Kekurangan :
- Membutuhkan biaya tambahan untuk pengadaan tangki tambahan
- Menambah beban struktur
- Menambah biaya pemeliharaan
Dapat disimpulkan bahwa pada bangunan ini menggunakan penerapan downfeed, karena selain lebih efektif juga harus dipertimbangkan dengan luas penampungan air itu sendiri
4.2.6 Sistem Distribusi Air Hujan.
Gambar 4.5: Ilustrasi sistem distribusi pemanfaatan air hujan ke bangunan
4.3 Tinjauan Tapak 4.3.1 Lokasi Tapak
J
Jeenniiss pprrooyyeekk Rumah Susun yang berlokasi di kawasan Cengkareng-Jakarta Barat. Luas bangunan proyek yang harus direncanakan sesuai dengan ketentuan peraturan adalah maksimal 15.000 m2.
a
a)) LLookkaassiiPPrrooyyeekk
Lokasi proyek berada di Cengkareng timur, Jakarta Barat
Peta 4.1 : Peta kawasan Cengkareng Timur. Fasade
Atap
Rainwater
Cacthment Ground tank
Roof tank
Toilet flushing
Sumber : Google earth, diakses 10 April 2014 b
b)) LLaahhaannTTaappaakk
Peta 4.2 :Lahan kosong tapak.
Sumber :www.tatakota-jakartaku.net, diakses 10 April 2014 U
Gambar 4.6 : LRK Tapak
Sumber : www.tatakota-jakartaku.net, diakses 10 April 2014
Luas Efektif Lahan = 15.000 m2
GSB = 10 m
Jumlah Lantai yang boleh dibangun = 4 Lantai
Luas Lantai Dasar yang boleh dibangun
KDB x Luas Efektif Lahan = 50% x 15.000 m2
= 7.500 m2
Luas TotalLantai yang boleh dibangun
KLB x Luas Efektif Lahan = 2 x 15.000 m2
= 30.000 m2
• Batas Area Lahan
- Utara : Rusun Tsu Zhi
- Selatan : Ruko
- Timur : Masjid dan Sekolah
- Barat : Ruko
Utara Selatan Timur Barat
Gambar 4.7 : Batasan wilayah tapak Sumber : dokumentasi pribadi (survey lapangan)
• Peruntukan Lahan : Wsn (Wisma Susun)
• Kontur Lahan : Topografi lahan secara garis besar relatif datar
• Kondisi Eksisting Lahan : Lahan kosong
4. 4 Aspek Fisik
4.4.1 Analisa Matahari
Pergerakan matahari dari arah timur ke arah barat membuat daerah pada bagian tersebut akan mendapatkan cahaya matahari yang lebih besar dibandingkan arah utara dan selatan.
Tabel 4.18 : Cara mengatasi arah matahari terhadap bangunan
Orientasi bangunan menghadap Timur dan Barat (sumbu panjang bangunan sejajar dengan arah matahari)
Orientasi bangunan menghadap Selatan dan Utara
Keuntungan :
1. View yang didapat cukup baik 2. Dapat membentuk bayangan
pada bangunan
Keuntungan :
1. Tidak perlu lagi menambahkan shading yang membutuhkan biaya yang besar
2. Dapat membuat bukaan yang lebih besar pada sisi memanjang
Kerugian :
Pada sisi timur dan barat akan sangat panas sehingga butuh penanganan khusus untuk mengatasi panas matahari seperti perlunya Sunscreen/shading
Kerugian :
Tampakk depan bangunan hanya akan memperlihatkan sisi lebar bangunan
4.4.2 Analisa jenis massa bangunan
Tabel 4.19 : Analisa bentuk massa
Bentuk Kelebihan Kekurangan
Segitiga a. Bentuk stabil dan berkarakter kuat
b. Mudah digabungkan menjadi bentuk geometris lainnya
c. Orientasi ruang pada setiap sudut
d. Pengembangan ruang pada ketiga sisinya
a. Kurang efisien
b. Fleksibilitas ruang kurang
c. Layout ruang sulit
Segiempat a. Bentuk statis
b. Mudah dikembangkan dalam segala arah
c. Layout ruang mudah d. Setiap ruang memiliki efisiensi yang tinggi
Orientasi ruang cenderung statis
Lingkaran a. Bentuk halus
b. Orientasi ruang memusat dan statis
c. Relatif indah dilihat dari luar
a.Sulit dikembangkan b.Fleksibilitas ruang rendah
c.Sulit digabung dengan bentuk lain
d.Layout ruang sulit
Bentuk massa bangunan menggunakan bentuk segiempat karena lebih fleksibel dalam menggunakan setiap ruangan didalamnya, dan lebih memudahkan dalam mengambil bentuk yng lebih dinamis selama proses perancangan
4.4.3 Analisa Kebisingan
Gambar 4.8 : Analisa Kebisingan
Area terbising berada pada arah Selatan dimana merupakan akses utama menuju kearah tapak dan akses menuju ruko dan rumah susun Cengkareng Indah.
4.4.4 Analisa zoning a) Zoning Horizontal
G
Gaammbbaarr44..99::AAnnaalliissaazzoonniinngg
Pembagian zoning tapak didasarkan pada kajian data yang diperoleh dari hasil analisa sebelumnya. Pembagian zona peruntukan berdasarkan analisis keterkaitan program ruang dan potensi tapak
Publik Semi Publik Service Private Tinggi Rendah Sedang
dimana pintu masuk berada pada bagian selatan tapak yang berhadapan langsung dengan jalur kendaraan 2 arah.
b) Zoning Vertikal
Area Penangkap Air Hujan Unit Hunian
Bak Penampungan Air Hujan Area Publik / kios
Parkir motor
Gambar 4.10 : Fungsi Bangunan
4.4.5 Analisa Sirkulasi
Sistem sirkulasi yang digunakan adalah pola linear menerus dimana pola linear ini lebih terlihat efisiensi dalam hal sirkulasi ruang dan pada koridor menggunakan double loaded
Tabel 4.20 : Sirkulasi koridor
SINGLE LOADED Koridor satu sisi di tepi bangunan pada sistem slab blok
Kelebihan :
Pencahayaan alami dapat saling masuk keluar dari dua sisi bangunan
Kekurangan :
Efisiensi bangunan dan lahan kurang mendukung karena memerlukan luasan yang lebih banyak
DOUBLE LOADED Koridor di tengah bangunan pada sistem slab blok
Kelebihan :
Efisiensi bangunan dan lahan cukup baik karena tidak memerlukan lahan yang cukup besar tetapi dapat menampung ruang yang banyak
Kekurangan :
Cahaya alami hanya satu sisi saja
4.4.6 Analisa Struktur
Sistem struktur dapat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan masa bangunan terhadap elemen-elemen perusak bangunan seperti gempa bumi, bencana angin, dan sebagainya. Oleh karena itu struktur akan dianalisis menurut ketahanan dan kekuatan. Sistem struktur bangunan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
1. Sub Structure (Struktur bawah)
Merupakan bagian struktur bawah pada bangunan yang berfungsi untuk menahan beban dari atas kebawah. Berikut tabel perbandingan beberapa jenis pondasi :
Tabel 4.21 : Alternatif Pondasi Jenis Pondasi Kelebihan Kekurangan Tiang Pancang - Waktu
pelaksanaan lebih cepat - Dapat menahan gaya vertikal - Kedalaman mencapai 15 – 30 cm - Relatif murah - Memerlukan banyak sambungan - Perlu ketelitian - Memerlukan lahan yang cukup luas
- Menimbulkan kebisingan Bored Pile - Pemasangan tidak
berdampak pada lingkungan
- Cocok untuk segala jenis tanah
- Kedalaman
- Pelaksanaan lebih lama
- Biaya lebih mahal
- Jika kadar air tinggi,
mencapai 30 – 40 cm
pengecoran akan beresiko
Pondasi Rakit - Tahan terhadap gempa - Kedalaman sebesar volume yang dipindahkan - Ruang pada pondasi dapat dijadikan sebagai basement - Boros dalam pemakaian bahan sehingga menjadi mahal - Pelaksanaan sulit
Berdasarkan analisa tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa pada rumah susun ini menggunakan pondasi tiang pancang, karena selain pekerjaannya lebih cepat, lebih murah, juga kemampuan untuk menahan bebannya lebih besar .
2. Upper Structure (Struktur atas)
merupakan struktur utama yang berfungsi untuk menerima seluruh beban hidup atau beban lateral untuk diterukan pada pondasi. Berikut tabel perbandingan beberapa jenis sistem upper structure
Tabel 4.22 : Alternatif struktur atas
Jenis Struktur Kelebihan Kekurangan
Portal - Kekakuan cukup
- Fleksibel dalam penataan ruang dalam
- Struktur ringan dan sederhana
- Dimensi relatif besar
- Trafe ke kolom relatif kecil
Dinding pemikul - Kekakuan tinggi
- Penampilan pasif
- Waktu pelaksanaan lebih lama Struktur gemuk
(balok, rangka, grid dan slab, pendukung V)
- Kaku
- Pemakaian bahan semikin hanya berupa prefab
- Waktu pengerjaan lebih cepat
- Dapat pada bentang lebar
- Pembuatan bahan menggunakan banyak energi
- Kurang ekonomis
Pracetak - Elemen dibuat dipabrik sehingga mutu terjamin
- Pemasangan lebih cepat
- Material lebih efisien
- Sambungan antar komponen harus diuji kembali
- Kurang fleksibel
- Memerlukan ketelitian
- Terdapat masalah dalam pengadaan
- Model perencanaan berbeda dengan model konvensional karena perlu memperoleh verifikasi pada uji laboratorium
Berdasarkan analisa diatas, dapat disimpulkan bahwa pada struktur atas bangunan menggunakan struktur portal. Struktur ini dipilih karena lebih kuat dan lebih mudah dalam pengerjaannya.
4.4.7 Material Atap Bangunan
Tabel 4.23 : Jenis-jenis material penutup atap
No Nama Kelebihan Kekurangan
1 Eter atap
1. 100% bebas asbes
2. Tidak berkarat
3. Tidak dimakan rayap
4. Tidak mudah terbakar
5. Lebih tidak berisik
dibandingkan produk metal
6. Mudah dikerjakan
7. Lebih tahan benturan
dibanding produk asbes
8. Tidak terlalu getas dibanding produk asbes
9. Mudah di cat
(spesifikasi dan pemakaian menurut produsen cat terkait) 10. Dimensi stabil berdasarkan standar internasional (ISO 9933) - 2 Atap Sirap
Kayu 1. Bentuknya unik
2. Mudah didapatkan di
pasaran
1. Jika tidak di
proteksi maka air
akan cepat
3. Harganya relatif murah 4. Kekuatannya 20-50 tahun 2. Rentan terhadap rayap 3. Kurang kuat terhadap terpaan angin 4. Terkadang berlumut 3 Atap
Polycarbonate 1. Dapat meredam radiasi
matahari 2. Mudah didapatkan 3. Kedap air 4. Bebas rayap 1. Harganya mahal 2. Hanya bisa digunakan pada bangunan tambahan seperti plafon
3. Sulit didaur ulang
4 Asbes
1. Tahan panas
2. Mampu meredam suara
3. Kedap air
4. Mudah didapatkan
5. Harganya murah
1. Kurang baik untuk
kesehatan karena mengandung mineral amosite dan crocidolite yang dapat menyebabkan penyait paru-paru dan kulit
5 Atap Dak Beton
1. Pengolahan ruang lebih
mudah
2. Bisa dijadikan sebagai
tempat jemuran, roof
garden, dll
1. Suhu ruangan akan
panas 2. Kebocoran cukup sering terjadi 6 Atap Onduline 1. Fleksibel 2. Kuat 3. Meredam suara 4. Tahan bocor 5. Ringan 6. Tahan angin
1. Harga relatif mahal
2. Tidak dapat tahan
lama yaitu sekitar 10-15 tahun
7 Atap
Onduvilla 1. Fleksibel dan kedap air
2. Berventilsi
3. Berbobot ringan
4. Instalasi mudah
8 Atap Lovero
gerakan 90 derajat
2. Praktis, dekoratif dan
fungsional
3. Memberi perlindungan
terhadap matahari dan hujan
4. Bebas perawatan dan mudah
dibersihkan
5. Dapat dioperasikan secara
otomatis dan manual
6. Anti karat
Material untuk penutup atap itu sendiri menggunakan material yang low maintenance tetapi juga efektif dalam pemasangannya dan perawatannya serta mudah untuk didapatkan.
4.5 Catchment area pada atap bangunan
Sistem yang diterapkan pada area penangkap hujan merupakan cara dimana air hujan tersebut ditangkap lalu ditampung kedalam bak penampungan dan selanjutnya dialirkan kembali kesetiap unit hunian yang akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Untuk catchment area pada atap menggunakan alternatif desain, yaitu :
1. Atap Pelana
Gambar 4.12 : Potongan bangunan atap pelana
Sumber : http://dc308.4shared.com/doc/L1zj-6hO/preview.html
Bentuk atap menggunakan jenis atap pelana dimana disesuaikan dengan iklim di indonesia dan hampir digunakan pada setiap rumah susun. Air hujan yang jatuh pada atap bangunan akan dialirkan ke talang air yang berada pada sisi pinggir dari atap, selanjutnya dialirkan ke dalam bak penyimpanan melalui sebuah pipa yang terhubung langsung dari talangan menuju ke bak penampungan
4.6Pengendalian Air Hujan Pada Lingkungan
4.6.1 Peresapan Buatan
Dalam upaya untuk menjaga kelestarian air perlu diperhatikan fungsi drainase itu sendiri yang dimana sebagai prasarana kawasan pemukiman yang dilandaskan pada konsep drainase perkotaan yang berwawasan lingkungan. Konsep ini berkaitan dengan upaya konservasi sumber daya air yang berprinsip pada pengendalian kelebihan limpasan air pada permukaan yang kemudian akan di tampung maupun di resapkan ke dalam tanah. Salah satu upaya konservasi sumber daya air adalah dengan pengendalian air limpasan permukaan. Pengendalian air limpasan permukaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara retensi dan cara infiltrasi.
Cara retensi dapat dibagi dua, yaitu off - site retention dan on
1. Off - site retention misalnya dapat dilakukan dengan pembuatan
dan atau pemeliharaan situ, kolam atau waduk, yang sekaligus dapat dialihfungsikan sebagai budidaya ikan maupun sebagai tempat wisata atau rekreasi air.
2. Sedangkan On - site retention itu sendiri misalnya dengan retensi pada atap bangunan, taman tempat parkir, lapangan terbuka dan pada halaman rumah atau bangunan lainnya.
Gambar 4.13 : Penerapan Penanpungan Pada Lapangan
Sumber : http://inhabitat.com/watersquare-benthemplein-is-the-worlds-first-public-water-park-fed-by-collected-rainwater/de-urbanisten2/?extend=1
4.6.2 Sumur Resapan
Pada dasarnya sumur resapan air hujan merupakan sumur yang berfungsi untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah. Oleh karena itu, ada beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi antara lain. Sumur resapan air hujan dibuat pada lahan yang lulus air dan tahan longsor. Sumur resapan air hujan harus bebas dari kontaminasi/pencemaran limbah. Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan. Untuk daerah dengan sanitasi lingkungan yang buruk, sumur resapan air hujan hanya menampung air limpasan dari atap dan disalurkan melalui talang. Mempertimbangkan aspek hidrologi, geologi dan hidrogeologi.