• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bersama. Misal di dalam suatu keluarga sering terjadi percekcokan atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bersama. Misal di dalam suatu keluarga sering terjadi percekcokan atau"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam melaksanakan kehidupan bersama. Misal di dalam suatu keluarga sering terjadi percekcokan atau perselisihan karena kurangnya komunikasi yang baik antar anggota keluarga. Konflik bisa saja terjadi saat diantara mereka kurang bisa mengungkapkan perasaan dengan baik, atau dalam menyampaikan kebutuhannya dengan cara yang kurang baik. Jadi kesalah fahaman bisa terjadi karena komunikasi yang kurang antar anggota keluarga, oleh sebab itu sangat dibutuhkan adanya komunikasi yang baik. Komunikasi merupakan sarana yang sangat bernilai bagi setiap anggota keluarga maupun ruang lingkup masyarakat yang lebih luas.

Komunikasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses memberi dan menerima informasi. Berinteraksi dengan orang lain, perilaku sopan santun dapat mendorong terjadinya saling menghormati dan menghargai. Perilaku manusia yang sesuai dengan sopan santun, mendapat kesan sebagai pengungkapan diri seseorang sebagai manusia yang baik dalam upaya menghargai orang lain. Perilaku sopan santun memang harus disikapi secara kritis, dan dapat dipakai sebagai perwujudan diri dalam menghormati orang lain secara tulus.

Komunikasi masyarakat sangat penting dalam melaksanakan kehidupan bersama, karena dengan komunikasi, manusia melakukan berbagai penyesuaian diri yang diperlukan, memenuhi berbagai kebutuhan dan tuntutan yang ada sehingga

(2)

masyarakat manusia tidak tercerai-berai. Melalui komunikasi pula manusia mempertahankan institusi-institusi sosial berikut segenap nilai dan perilaku, tidak hanya dari hari ke hari, tetapi juga dari generasi ke generasi.

Jika di dalam masyarakat tidak ada komunikasi yang baik maka akan kerap terjadi salah paham dalam berkomunikasi, contohnya perdebatan yang dikarenakan perbedaan pendapat atau tujuan yang berbeda, pertengkaran yang akan terjadi. Masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan komunikasi, tanpa komunikasi di dalam bermasyarakat akan terasa hambar, tidak bermakna dan tidak adanya interaksi sosial. Adanya kehidupan bersama disebabkan oleh adanya interaksi sosial.

Kehidupan manusia tidak akan terlepas dari ruang lingkup komunikasi. Manusia sebagai makhluk sosial, maka komunikasi tidak saja sebagai alat untuk melakukan kontak hubungan dengan antar individu, namun komunikasi juga merupakan alat yang digunakan manusia untuk bertahan hidup.

Komunikasi ternyata ada banyak bentuknya yang terdapat dalam masyarakat. Bentuk-bentuk komunikasi antara lain : Komunikasi intrapersonal, Komunikasi Antarpersonal, Komunikasi intersubjektif, Komunikasi kelompok, Komunikasi massa

Habermas berpendapat bahwa sebuah pernyataan atau tindakan seseorang bersifat rasional sejauh alasannya dapat dijelaskan atau diakui secara intersubjektif. Penjelasan dan pemberian alasan dengan demikian merupakan ciri dasar dari klaim-klaim kesahihan yang bersifat rasional. Secara umum kenyataan ini membedakan dua bentuk komunikasi yakni, ‘komunikasi naif’ dan ‘komunikasi reflektif’. Komunikasi sehari-hari individu menggunakan komunikasi naif, bentuk komunikasi ini tidak mempersoalkan secara khusus alasan-alasan maupun kejelasan-kejelasan dari

(3)

pernyataan-pernyataan – kebenaran dari klaim-klaim kesahihan itu diandaikan begitu saja. Bentuk komunikasi ini sebenarnya menarik, jika konsensus awal antara ren-ren (kakak) dan mel-mel (adik) pada masyarakat Kei masih tetap dipertahankan, namun permasalahannya konsensus awal yang berdasar pada solidaritas itu telah berubah maknanya sehingga bentuk ‘komunikasi reflektif’ perlu digunakan (Hardiman, 2009,hal:43).

Konsekuensi logis dari penggunaan komunikasi reflektif dalam arti tertentu akan memutuskan pemahaman rutin tentang lebenswelt. Dalam hal ini, aktor kemudian harus menafsirkan, menegaskan atau membenarkan sesuatu. Karena itu, komunikasi sehari-hari yang begitu saja saling menukar informasi menjadi kehilangan sifat naifnya, karena pertukaran informasi pada tahap ini harus diikuti oleh pemberian alasan dan penjelasan ( Hardiman, 2009,hal: 44).

Kehidupan manusia akan sangat efektif dan bermanfaat positif untuk membangun kehidupan ini dengan dilandasi komunikasi yang berlandaskan pada teori komunikasi Jürgen Habermas, supaya komunikasi mampu membentuk sebuah komunikasi yang ideal dalam bermasyarakat.

1. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka permasalahan yang akan dikaji dirumuskan, sebagi berikut :

a. Bagaimanakah konsep komunikasi Jürgen Habermas ?

b. Bagaimanakah bentuk/wujud hubungan manusia dalam masyarakat untuk menjalin keadilan sosial?

c. bagaimanakah konsep keadilan sosial hubungan manusia dalam masyarakat dengan menerapkan komunikasi Jürgen Habermas?

(4)

2. Keaslian penelitian

Sejauh penelusuran peneliti yang lakukan terkait dengan judul penelitian ini, tedapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan Habermas, komunikasi dan tentang kehidupan masyarakat. Namun peneliti tidak menemukan adanya tulisan yang menggunakan objek material Teori Komunikatif Habermas dalam menganalisis Hubungan antara komunikasi dengan kehidupan sosialitas masyarakat dalam berinteraksi dan saling membangun hubungan sosial yang ideal. Tulisan yang pernah membahas tentang Jurgen Habermas, diantaranya adalah :

a) Sutanto, 2005, Teori Komunikasi Sosial Jurgen Habermas Dan Sumbangannya Bagi Pemberdayaan Civil Society Di Indonesia (Skripsi) Fakultas Filsafat UGM. Penelitian ini membahas tentang CIVIL SOCIETY di Indonesia dan komunikasi sosialnya, tidak membahas pada sosialitas manusia secara khusus.

b) Supartiningsih, 1995, Konsep Jurgen Habermas Tentang Evolusi Sosial Dan Kecenderungan Krisis (Skripsi) Fakultas Filsafat UGM, penelitian ini membahas konsep pembagian kerja masyarakat beserta sejarah spesies manusia serta tentang evolusi sosial dan formasi masyarakat, skripsi ini tidak menjelaskan komunikasi sangat berpengaruh bagi hubungan interpersonal dalam sosialitas masyarakat. c) Ibrahim, 1994, Paradigma Tindakan Komunikatif Jurgen Habermas Dalam

Rangka Mengatasi Kontradiksi-Kontradiksi Modernitas (Skripsi) Fakultas Filsafat UGM, penelitian ini membahas tentang rasionalisasi dari teori Jurgen Habermas dan postmodernisme, skripsi ini belum merinci bagaimana peran komunikasi dalam sosialitas masyarakat .

d) Yulianto, Sigit, 2004, Memahami Konsep Civil Society Dengan Theory Of Communicative Action (Theory Tindakan Komunikatif) Jurgen Habermas

(5)

(Skripsi) Fakultas Filsafat UGM, penelitian ini membahas tentang rasionalitas dan kompetensi komunikatif yang memandang sebagai kehidupan dunia, skripsi ini kurang mendalam untuk membahas kehidupan manusia dan bagaimana penggunaan komunikasi Habermas dalam sosialitas masyarakat.

3. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : a) Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan cara berpikir kefilsafatan serta mengembangkan daya komunikasi dalam sosialitas dengan masyarakat. Selain itu dapat mengolah kemampuan peneliti dalam menganalisis permasalahan dengan pendekatan objek formal dari pemikiran Filsafat sosial yang akan diaplikasikan di kehidupan masyarakat.

b) Bagi Perkembangan Filsafat

Menambah dimensi pemikiran kajian filsafat sosial tentang manusia yang bermasyarakat sebagai individu dan berinteraksi dengan individu yang lain atau dengan individu yang lainnya yang mampu menjaga dan menerapkan nilai-nilai yang diaplikasikan dalam komunikasi untuk bersosialitas dengan masyarakat, serta mampu meningkatkan daya komunikiasi dalam bersosialisasi dengan landasan norma-norma dan moral yang bernuansa etis supaya dapat diaplikasikan untuk menciptakan perkembangan filsafat yang membangun persatuan dan kesatuan melalui tindakan-tindakan melalui komunikasi verbal dan non verbal.

c) Bagi Perkembangan Ilmu

Menjadi pengetahuan baru dalam sudut pandang kefilsafatan perkembangan filsafat sosial yang berkaitan dengan komunikasi dalam kehidupan sosialitas

(6)

masyarakat yang lebih mendalam dengan menggunakan komunikasi yang tepat dan benar. Khususnya pada Dimensi Sosilalitas Dan Keunikan Manusia yang selama ini hanya dikenal mengenai hal teknisnya saja tetapi belum menyentuh tentang bagaimana komunikasi yang mendalam sehingga mampu membangun diri sendiri dan individu lain dalam berinteraksi dan sosialitas yang selama ini hanya dijelaskan tentang bagaimana dan apakah yang baik dan apakah yang salah, akan tetapi dengan komunikasi yang diaplikasikan dalam sosialitas manusia yang disertai dengan norma-norma moral yang etis maka ada perkembangan yang makin khusus bahwa pengajaran filsafat sosial akan semakin mendalam.

d) Bagi Masyarakat Umum

Memperkenalkan sisi lain pemikiran kefilsafatan yaitu persoalan filsafat sosial yang menjadi landasan dari hubungan sosialitas. Persoalan ini filsafat sosial yang terkandung dalam komunikasi yang digunakan dalam sosialitas ini yang berlandaskan norma-norma etis dan moral etis ini masih belum diketahui oleh masyarakat awam, maka daripada itu masyarakat awam akan mengetahuai bagaimanakah pengaplikasian cara komunikasi yang baik dengan menggunakan dasar norma-norma moral etis demi menciptakan persatuan dan kesatuan yang universal dan saling mengerti serta saling berkesepahaman.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, yaitu :

1. Untuk menjelaskan makna hakikat komunikasi Habermas yang memegang norma-norma etis.

(7)

2. Untuk mejelaskan bentuk/wujud hubungan manusia dalam masyarakat dalam menjalin keadilan sosial.

3. Untuk mejelaskan konsep keadilan sosial hubungan manusia dalam masyarakat dengan menerapkan komunikasi Jürgen Habermas.

4. Menganalisis komunikasi sebagai perwujudan norma-norma moral etis dalam sosialitas manusia.

C. Tinjauan Pustaka

Hubungan dalam kepentingan teknis atau kognitif yang berkaitan dengan penguasaan atas alam dengan kepentingan praktis yang berhubungan dengan komunikasi atau interaksi. Hubungan dalam kepentingan teknis atau paradigma kerja lebih bersifat monologal. Manusia sebagai subjek mempunyai otoritas penuh untuk menguasai alam (objek), sedangkan sumbangan dalam kepentingan praktis atau paradigma komunikasi lebih bersifat dialogal yaitu hubungan antar manusia yang mempunyai yang mempunyai kedudukan yang sama yaitu timbal balik ( Sutanto,2005:46)

Habermas juga menawarkan sebuah alternatif metodologi bagi ilmu-ilmu sosial. Metodologi yang bukan hanya melukiskan realitas sosial secara behavioral melainkan menangkap distorsi ideologis di balik itu dan mengatasinya. Berbekal khazanah sosiologi, filsafat analitik dan hermeneutik yang cukup kaya, Habermas pun merumuskan sebuah hermeneutika kritis (Adian. 2003). Metodologi yang sangat kritis baik terhadap pendekatan positivis maupun pendekatan hermeneutis itu sendiri. Dengan paradigma komunikasi, Habermas menempuh jalan konsensus dengan sasaran terciptanya ’demokrasi radikal’ yaitu hubungan-hubungan sosial yang terjadi dalam lingkup komunikasi bebas penguasa.

(8)

Menurut Habermas masyarakat ideal bukanlah seperti yang dicita-citakan Karl Marx sebagai masyarakat sosialis, Habermas memberikan ciri normatif masyarakat ideal adalah bentuk masyarakat komunikatif yang bebas dari dominasi. Masyarakat yang demikian selalu mengedepankan perbincangan rasional. Karena itulah dalam masyarakat komunikatif perjuangan kelas dalam pandangan klasik, oleh Habermas diganti dengan perbincangan rasional. Logika ini berkaitan dengan konsep tentang rasio, tindakan dan masyarakat, dan bagian-bagian yang penting dari konsep tersebut adalah lebenswelt, sistem dan diskursus. Rasionalitas kekuasaan komunikatif menjalankan hal yang bagus, penting dan medasar untuk sebuah kehidupan politikyang sehat dan demokratis dimana kekuasaan dibangun melalui proses interaksi atau komunikasi dari elemen-elemen didalamnya akan menciptakan aspirasi masyarakat yang baik dan benar (Hardiman, 2009 : 25-30)

D. Landasan Teori

Filsafat sosial adalah salah satu cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat kehidupan manusia bersama dengan manusia yang lain.

Menurut van Paasen, filsafat sosial itu satu bagian utuh dari antropologi metafisik, karna dimensi sosial manusia adalah dimensi wajar intensionalitet jadi perbedaan filsafat sosial dengan antropologi metodis bukannya metodis , melainkan praktis dan pedagogis.selanjutnya Van Paasen mengemukakan bahwa etik umum itu dimensi kedua dari filsafat sosial, sebab etik umum juga berakar pada antropologi metafisik, sejauh itu penting untuk menentukan norma-norma umum, yang perlu diperhatikan untuk mencapai kehidupan sosial yang ideal. Dengan demikian filsafat sosial adalah sangat berkaitan erat dengan filsafat manusia serta etik umum sebagai

(9)

norma-norma kesusilaan dalam kehidupan individu bersama masyarakat (Mulyono, 1982/1983, hal 10).

Filsafat sosial dewasa ini mempunyai peran yang sangat penting. Hal ini didasarkan –ada persoalan yang bersama-sama dialami oleh umat manusia sebagai efek samping dari perubahan kemajuan, khususnya yang menyangkut kehidupan sosial manusia kita saat ini mengalami kesadaran ideologis yang kuat. Dalam suasana umum itu terdapat suatu hal yang urgen, yaitu mengemukanya suatu Grunform dari kehidupan manusia , yang disebut sosialitas. (Siswanto, 2008:1)

Robert N. Beck dalam Perspektives in Social Phylosophy (1967), mengatakan Filsafat Sosial adalah usaha filosof untuk memberi bimbingan dan jawaban agar dapat mengatasi problema-problema sosial. Bentuknya adalah kritik terhadap proses sosial dengan menunjuk prinsip-prinsip yang mendasari struktur dan fungsi sosial. (Siswanto, 2008:9)

Ada banyak pemikiran yang membahas tentang masalah hubungan sosial kemasyarakatan yang berkaitan dengan hubungan sosial masyarakat dalam membentuk solidaritas dalam masyarakat yaitu : Emile Durkheim

Tesis Durkheim dalam The Division of Labor in Society sebenarnya merupakan pembelaan atas modernitas. Sembari menyanggah pandangan bahwa industrialisasi niscaya mwngakibatkan ambruknya tatanan sosial, ia berpendapat bahwa surutnya otoritas keyakinan-keyakinan moral tradisional bukanlah indikasiadanya integrasi sosial melainkan perubahan sosial, pergeseran historis dari suatu bentuk tatanan sosial yang didasarkan pada keyakinan bersama dan kontrol komunal yang ketat (solidaritas mekanis) menuju tatanan yang berdasarkan ketergantungan mutual antar individu yang relatif otonom (solidaritas organis). Durkheim mencirikan ”solidaritas mekanis” masyarakat tradisional sebagai solidaritas

(10)

yang tergantung pada ”keseragaman” anggota-anggotanya, yang keadaan kehidupan bersamanya diciptakan bagi keyakinan dan nilai-nilai bersama. Dalam kondisi solidaritas mekanis, menurutnya, individualitas tak berarti ”sebab” kesadaran individual tergantug pada tipe kolektif dan mengikiuti segala geraknya”. Sedangkan ”solidaritas organis” diciptakan oleh pembagian kerja, justru tergantung pada perbedaan individual yang berkembang seiring spesialisasi bidang kerja. Spesialisasi menurut Durkheim, merupakan syarat-syarat bagi berkembangnya perbedaan personal, dan menciptakan wilayah aksi yang tidak tunduk pada kolektif. Akan tetapi, pada saat yang sama, meningkat pula ketergantungan pada masyarakat, karena dengan adanya spesialisasi bidang kerja maka pertukaran pelayanan menjadi syarat bagi kelangsungan hidup (Beilharz, 2002: 107).

”Namun persoalannya, tesis Durkheim yang menyebutkan bahwa meningkatnya solidaritas berkaitan dengan pembagian kerja, tak dapat ditemukan kenyataannya dalam masyarakat industrial manapun yang ada. Dealam hal ini, yang bisa dianggap sebagai kegagalannya yang mencolok untuk tetap konsisten dengan peskrisi metodologisnya sendiri, ia menyatakan bahwa prakonsepsinya mengenai solidaritas adalah hal yang ”seharusnya” terwujud oleh adanya pembagian kerja, dan ia mengklasifikasikan konsekuensi-konsekuensi aktualnya di sini sebagai suatu yang ”abnormal”. Ia mengidentifikasikan dua penyebab utama ”abnormalitas” ini. Yang pertama adalah ”anomi” (anomie), tiadanya suatu ”bangunan eraturan” yang sesuai dengan situasi-situasi kehidupan ekonomi yang terus berubah,sehingga menelantarkan pasar dalam keadaan tanpa aturan dan membiarkan para pekerja tidak memiliki tujua sosial apapun. Yang kedua adalah ketimpangan terstruktur :adanya kelas-kelas sosial yang memproduksi hak-hak istimewa turun-menurun. Cita-cita sosial Durkheim berciri meritokratis dan ia menyatakan bahwa pembagian kerja yang spontan,yang kepadanya solidaritas organis didasarkan, hanya dapat terjadi jika masyarakat ”dijalankan dengan suatu cara tertentu sehingga ketimpangan sosial sungguh-sungguh mencerminkan ketimpangan sumber daya alamiah. Dengan demikian ia menjadikan keadilan sosial yang didefinisikan berdasarkan ganjaran bagi yang berhak sebagai prasyarat solidaritas organis, dan ia berpendapat bahwa pembagian kerja itu tidak dapat terwujud secara spontan ”jika suatu kelas sosial, untuk bisa melangsungkan hidup, dipaksa untuk mau menerima imbalan sekadarnya saja bagi pelayanan yang telah ia berikan, sementara kelas lainnya terhindar dari tindakanh-tindakan seperti itu berkat sumber daya yang dimilikinya, yang sebenarnya tak diperoleh lewat keunggulan sosial apapun” (Beilharz, 2002: -108).

(11)

Spesialisasi kerja ternyata tidak cukup menjawab hubungan manusia melalui melalui interaksi, hubungan manusia dipengaruhi oleh interaksinya. Sosialitas merupakan salah Satu unsur yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Dimensi sosialitas menggambarkan suatu kondisi atau manusia secara hakiki sosial, makhluk yang bermasyarakat, adanya hubungan antar manusia dalam keunikan hidupnya (Bakker, 2000:35). Manusia adalah makhluk yang bisa bersosialisasi, dalam ranah komunikasi masyarakat, disinilah akan tercipta hubungan-hubungan sosial yang terjalin sehingga membentuk sebuah interaksi dengan saling bertemu dan bersatu, saling setuju dan saling sepakat untuk hidup dalam ikatan sosial, berkat kebersamaan tersebut manusia hidup untuk saling mengisi, menyempurnakan dan saling membahagiakan melalui saling menghormati, saling menghargai dan saling tenggang rasa (Siswanto, 2005: 67). Untuk mewujudkan hubungan manusia yang adil dan beradab maka dibutuhkan sebuah aturan yang mufakat yaitu norma hidup masyarakat, adalah segala tata nilai, ukuran baik-buruk yang dipakai dan diterapkan sebagai pengarah, pedoman, pendorong perbuatan manusia di dalam pengaplikasiannya dalam kehidupan bersama (Siswanto, 2008, 71-83).

E. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian filsafat yang lebih menekankan pada aspek Filsafat sosial dari objek yang ditelaah. Sebagai sebuah penelitian yang bersifat kualitatif dengan pengambilan data yang dilakukan melalui studi pustaka. Studi pustaka yang digunakan untuk memperoleh data mengenai Komunikasi yang komunikatif dalam komunikasi sosial sebagai sumber komunikasi yang komunikatif yang ditelaah dalam teori komunikatif Habermas.

1. Bahan Penelitian

(12)

a) Pustaka Primer meliputi :

1. Buku Teori Tindakan Komunikatif Rasio dan Rasionalisasi Masyarakat karya Jurgen Habermas tahun 1981, penerbit Kreasi Wacana Yogyakarta. 2. Buku Teori Tindakan Komunikatif II Kritik Rasio dan Rasionalisasi Masyarakat karya Jurgen Habermas tahun 1981, penerbit Kreasi Wacana Yogyakarta.

3. Siswanto, Orientasi Pemikiran Filsafat Sosial, Penerbit Lima, Yogyakarta, 2008.

4. Siswanto, Alam Pemikiran Filsafat Manusia, Penerbit Lima, Yogyakarta, 2005.

b) Pustaka Sekunder

Sumber data sekunder adalah ulasan, komentar, dan telaah yang telah dilakukan oleh para penulis lainnya. Pustaka sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari studi-studi intelektual yang pernah dibuat dan berkaitan dengan pemikiran Karl Jurgen Habermas tantang Teori Tindakan Komunikatif yang diterbitkan melalui buku-buku, media massa, informasi melalui internet, jurnal, makalah, skripsi yang berkaitan dengan objek studi penelitian. Selain itu juga data-data mengenai fotografi dan film sebagai sember realitas objektif diperoleh melalui majalah-majalah dan situs internet, antara lain :

1. Artikel Teori Kritis dengan Pareadigma Komunikasi oleh: Ajat Sudrajat, prodi ilmu sejarah FISE UNY.

2. Artikel pedagogi kritis, Pedagogi Universitas untuk Emansipasi dan Transformasi, Posted on April 9, 2012 by edi subkhan

(13)

3. Artikel Habermas on Civil Society, Lifeworld and System: Unearthing the Social in Transformation Theory

Ted Fleming, National University of Ireland Maynooth 2013

4. Artikel Critical Theory, Democratic Justice and Globalization,karya Shane O’Neill,

5. Artikel Konstruksi Moralityas Dalam Hukum melalui Diskursus, oleh: Victor Imanuel W.Nalle, editor: Esmi Warassih et al, Yogyakarta: Thafa media tahun 2012.

6. Mulyono Suryadi, Filsafat Sosial Seri : 1 (pertama), Fakultas Filsafat, Proyek PPPT Universiotas Gadjah Mada (1982/1983.

7. Buku Emansipasi Intelektual Menurut Jürgen Habermas karya Elan Priatna Tahun 2003,Penerbit Katarsis.

8. Buku Teori-Teori Sosial karya Beilharz tahun 2002, penerbit Pustaka Belajar.

9. Buku Pengantar Pengembangan Teori Sosial karya DR.Zamroni Tahun1992, penertbit PT Tiara Wacana.

10. Buku Menuju Masyarakat Komunikatif karya F.Budi Hardiman tahun 1993, penerbit Kanisius.

2. Jalan Penelitian

Jalannya penelitian ini akan mencakup beberapa tahapan sebagai berikut : a. Pengumpulan data yaitu mengumpulkan sumber pustaka yang berkaitan

(14)

b. Klasifikasi data yang telah diperoleh dikelompokkan sebagai data primer dan data sekunder.

c. Melakukan analisis data primer dan data sekunder serta beberapa data penunjang lainnya.

d. Mengungkapkan hasil analisis ke dalam bentuk evaluasi kritis dalam penelitian skripsi.

3. Analisis Hasil

Penelitian ini menggunakan sistematika penelitian filsafat, yaitu :

a. Deskripsi : mendeskripsikan Membangun komunikasi yang ideal Demi Mewujudkan Sosialitas Masyarakat tinjauan Teori Tindakan Komunikatif Habermas untuk menemukan landasan filsafat sosial yang dianalisis dengan aspek komunikasi Habermas.

b. Koherensi intern : konsep Filsafat sosial dalam komunikasi yang ideal sebagai perwujudan komunikasi dalam sosialitas manusia yang memegang norma-norma moral etis dalam struktur yang logis dan sistematis.

c. Interpretasi : berusaha mengungkapkan konsep filosofis dari komunikasi Habermas dalam pengaplikasiannya untuk sosialitas yang merupakan bahasan filsafat sosial secara sistematis dan komprehensif.

d. Heuristika : penelitian ini menjadikan komunikasi Habermas sebagai sebuah pemahaman baru secara menyeluruh dari pencarian hubungan komunikasi dalam sosialitas manusia dengan dasar norma-norma moral etis untuk kemudian dapat mudah dipahami oleh pembaca.

(15)

e. Refleksi kritis : merenungkan kembali dasar konsep komunikasi Habermas dalam membangun komunikasi masyarakat melalui norma-norma moral etis untuk mendapatkan solusi atau alternatif gagasan baru.

F. Hasil Yang Sudah Dicapai

Hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Memahami makna hakikat komunikasi Habermas yang memegang norma-norma etis

2. Memahami bentuk/wujud hubungan manusia dalam masyarakat dalam menjalin keadilan sosial.

3. Memahami konsep keadilan sosial hubungan manusia dalam masyarakat dengan menerapkan komunikasi Jürgen Habermas.

4. Memperoleh pemahaman komunikasi sebagai perwujudan norma-norma moral etis dalam sosialitas manusia.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini ditulis dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I : Berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, keaslian penelitian, manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, hasil yang ingin dicapai, dan sistematika penulisan.

Bab II : Berupa pemaparan mengenai komunikasi yang dijelaskan dengan teori-teori komunikasi Habermas dalam kehidupan sosial, berisi sub bab, produk komunikasi Habermas.

Bab III : berupa penjelasan tentang Filsafat Sosial, berisi penjelasan dan pemaparan hubungan-hubungan sosialitas manusia dalam bermasyarakat.

(16)

Bab IV : berupa analisis sosialitas yang disikapi dengan Habermas sebagai bentuk komunikasi yang ideal yang diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat melalui sosialitas manusia.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS regresi linear sederhana menunjukkan.. Nilai konstanta sebesar -0,622 pada persamaan regresi menunjukkan bahwa jika nilai variabel

Rasio lancar ( Current Ratio ) merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva

Widhari (2012) Analisis Faktor- Faktor yang Memotivasi Mahasiswa Berkeinginan Menjadi Wirausaha Dependen : Berkeinginan Menjadi Wirausaha Independen : Faktor-Faktor

positif dalam memberikan makanan kepada batita maka ibu akan berperilaku benar dalam memberikan makanan pada batita, misalnya memberikan makanan dengan gizi seimbang

Tujuan dari analisis data dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar relevansi atau kecocokan materi ekstrakurikuler Aeromodeling terhadap standar

Untuk mendukung pencapaian prioritas yang telah ditetapkan yaitu penuntasan pemberantasan tindak pidana korupsi dan penegakan hukum, pada tahun 2004 kegiatan pokok yang akan

Dalam bab ini penulis menguraikan tinjauan umum tentang perjanjian kerja antara pengusaha dan tenaga kerja terdiri dari pengertian pengusaha dan tenaga kerja,