• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM MANAJEMEN KINERJAGUNA MENINGKATKAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI WANITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM MANAJEMEN KINERJAGUNA MENINGKATKAN PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI WANITA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM MANAJEMEN KINERJAGUNA MENINGKATKAN

PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI WANITA

Endang Sungkawati1), Ratnawati2)

1)Manajemen, 2)Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Wisnuwardhana Malang

Email: endang_sung@yahoo.co.id ABSTRAK

Koperasi Wanita di pedesaan di seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur bergerak di bidang simpan pinjam. Terbentuknya koperasi wanita di Jawa Timur diharapkan dapat meningkatkan partisipasi kaum wanita di pedesaan dan meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa kinerja koperasi wanita secara kuantitas maupun kualitas belum mencapai tujuan. Tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk menghasilkan suatu model pemberdayaan koperasi wanita untuk meningkatkan kinerja koperasi wanita, yaitu yang dinamakan Sistem Manajemen Kinerja. Model ini dibangun dengan menggunakan desain penelitian pengembangan dan diuji keefektifannya melalui eksperimen. Penelitian ini adalah penelitian tahap pertama, di mana arah penelitiannya adalah mengidentivikasi permasalahan dan kebutuhan kopwan akan rancangan model Sistem Manajemen Kinerja Koperasi Wanita.Untuk menuju arah tersebut, kegiatan penelitian difokuskan pada kegiatan mengidentifikasi kebutuhan sistem manajemen kinerja koperasi wanita atas dasar keinginan dan kebutuhan pengurus maupun anggota Kopwan. Pembagian Sistem Manajemen Kinerja menjadi 3 yaitu: (1) keluaran organisasi (aspek finansial dan non finansial), (2) Proses internal (aspek inovasi, proses operasi, pemasaran, pelayanan purna jual), (3) kemampuan sumber daya (aspek sumber daya manusia, sumber daya teknologi dan sumber daya organisasi). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa sistem manajemen kinerja pada koperasi wanita masih belum dilaksanakan secara optimal. Dilihat dari keluaran organisasi yang meliputi aspek finansial dan non finansial belum dapat memberikan dampak yang maksimal terhadap kesejahteraan anggota, dan dalam proses internal masih belum dapat memberikan pelayanan yang baik. Hal ini karena adanya kendala dari kemampuan sumber daya yang terbatas. Oleh sebab itu untuk selanjutnya perlu dikembangkan model sistem manajemen kinerja bagi koperasi wanita.

Kata Kunci :Sistem Manajemen Kinerja, Koperasi Wanita ABSTRACT

Women in rural cooperatives in all regions of East Java Province is engaged in the savings and loan. The establishment of women's cooperatives in East Java is expected to increase the participation of women in the countryside and improve the welfare of his family. This study builds on previous research showing that women's cooperative performance in quantity and quality has not reached the goal. The purpose of this study in particular is to produce a model of cooperative empowerment of women to improve the performance of women's cooperatives, which is called the Performance Management System. The model was constructed using the design of research and development to test for effectiveness through experimentation. This study is the first phase, in which the direction of research is identification problems and needs will women's cooperatives model design Women's Cooperative Performance Management System. For directions to the research activities focused on activities to identify the needs of women's cooperative performance management

(2)

system based on the wishes and needs as well as members of the board women's cooperatives. Distribution of Performance Management System into three : (1) the output of the organization ( the financial aspect and non financial ), (2) internal processes (aspects of innovation , process operations, marketing , after-sales service), (3) the ability of resources (resource aspects human , technological resources and organizational resources). Based on the results of the study concluded that the performance management system on women's cooperatives is still not implemented optimally. Judging from the output of organizations including financial and nonfinancial aspects have not been able to provide the maximum impact on the welfare of members, and the internal processes are still not able to provide good service. This is cause of constraints on the ability of limited resources. Therefore, to further necessary to develop a model of performance management systems for women's cooperatives.

Keywords: Performance Management System, Women's Cooperative PENDAHULUAN

Sampai saat ini, sebagai tolok ukur keberhasilan suatu koperasi dapat dilihat dari kinerja koperasi. Koperasi sebagai organisasi yang memiliki karakter dan ciri tersendiri dibandingkan dengan badan usaha lainnya memiliki suatu metode evaluasi kinerja tersendiri antara lain melalui penilaian kesehatan, sebagaimana diatur dalam Keputusan Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor : 194/Kep/M/IX/1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam. Penilaian kinerja koperasi melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dengan berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan usaha KSP/USP-Kop dimaksud.Penilaian kuantitatif melalui pendekatan dilakukan dengan menilai aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, likuiditas, sedangkan kualitatif dilakukan dengan melakukan analisa dan pengujian atas komponen yang tidak dapat dikuantifikasikan tetapi mempunyai pengaruh yang material terhadap tingkat kesehatan KSP/USP.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan kinerja koperasi seyogyanya berimbang antara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas di Jawa Timur jumlah koperasi wanita cukup menggembirakan, tetapi secara kualitas masih belum dapat dikatakan berhasil. Hal ini ditunjukkan oleh masih kurangnya tingkat kesadaran dan pemahaman anggota terhadap jati diri anggota koperasi wanita (Sungkawati, 2014). Jika dilihat dari keberhasilan kinerja koperasi wanita di Jawa Timur secara kualitas masih 40%, dan ini artinya masih banyak koperasi wanita yang belum mampu memberdayakan anggotanya untuk aktif berpartisipasi sebagai anggota koperasi

Dengan adanya dukungan dari pemerintah, seharusnya koperasi wanita yang ada di pedesaan telah mampu memberdayakan anggotanya untuk meningkatkan kinerjanya. Mengingat untuk mendirikan koperasi wanita tersebut pemerintah daerah Jawa Timur telah memberikan modal awal sebasar 25 Juta per koperasi wanita, dan juga telah memberikan bkal pelatihan-pelatihan tentang perkoperasian. Sehingga anggota maupun pengurus tinggal meneruskan pengelolaannya baik secara kualitas maupun kuantitas.

Setiap tahun, dinas Koperasi dan UMKM propinsi Jawa Timur maupun Kota/Kabupaten telah melakukan bimtek bagi pengurus dan anggota koperasi untuk

(3)

memberikan tambahan wawasan bagi pengurus kopwan. Akan tetapi tujuan pelaksanaan bimtek untuk memberikan tambahan wawasan bagi pengurus kopwan belum tercapai secara maksimal. Saat ini masih banyak masyarakat yang beranggapan koperasi hanyalah sebagai tempat simpan pinjam uang. Sehingga sampai saat ini masih banyak anggota Kopwan yang pasif dalam kegiatan koperasinya. Padahal diketahui semakin aktif anggota koperasi maka akan semakin baik kinerja koperasi. Keaktifan anggota koperasi tidak hanya terbatas pada pembayaran simpanan setiap bulan, tetapi juga kegiatan lain yang bersifat non financial (misal rapat tahunan).

Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang muncul dalam pemberdayaan Koperasi Wanita adalah: (1) Belum tercapainya tujuan koperasi wanita yaitu mensejahterakan anggota dan meningkatkan ekonomi keluarga. (2) Belum tercapainya tujuan koperasi wanita karena kurangnya partisipasi anggota, (3) Kinerja Kopwan tidak akan berhasil bila tidak ada partisipasi anggota.Berdasarkan permasalah yang muncul tersebut maka dapat dirumuskan masalahnya, yaitu: “ Bagaimanakah sistem manajemen kinerja yang tepat untuk meningkatkan partisipasi anggota koperasi wanita di Jawa Timur?Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi sistem manajemen kerja yang dapat meningkatkan partisipasi anggota koperasi wanita dalam rangka pemberdayaan wanita.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan wanita melalui Koperasi Wanita. Secara khusus penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan model sistem manajemen kinerja Kopwan yang dapat meningkatkan kinerja koperasi dan partisipasi anggota Kopwan sesuai dengan kondisi Kopwan yang baru berdiri (5 tahun). Program itu dibangun menggunakan desain penelitian pengembangan, implementatif (unsur-unsur utama model terindentifikasi dengan jelas dan terukur), dan diuji keefektifannya melelui eksperimen.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Semua yang dikumpulkan bisa menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menggambarkan dengan jelas, terarah, dan terintegrasi dari masalah yang menjadi fokus penelitian. Lokasi penelitian ditetapkan di dua wilayah yaitu Kota Blitar dan di Kabupaten Malang. Masing-masing wilayah diwakili oleh tiga koperasi wanita.

Penggunaan pendekatan kualitatif untuk memperoleh data secara jelas, detail, terpercaya, dan akurat hanya bisa diperoleh melalui informan. Teknik Pengumpulan data dalam penelitian yaitu observasi partisipatif dengan mengikuti pertemuan koperasi wanita, wawancara mendalam dengan informan, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu reduksi data, kategorisasi, sintesisasi, dan diakhiri dengan membuat kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada umumnya, koperasi yang kegiatan utamanya bergerak dalam simpan pinjam selalu menghadapi kendala yang sama yaitu sering tidak tertagihnya piutang pada anggota. Dengan tidak tertagihnya piutang tersebut maka secara langsung akan mengganggu kondisi

(4)

keuangan koperasi. Jikapermasalahan tersebut berlangsung terus menerus, maka akan berdampak buruk pada daya tahan koperasi, terutama dalam menghadapi kondisi kompetitif saat ini.

Untuk mengurangi resiko tersebut, maka koperasi harus mampu menggerakkan anggotanya untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan koperasi baik dalam bentuk finansial maupun non fianansial. Partisipasi aktif tersebut antara lain: 1) sebagai anggota koperasi maka keberadaannya dapat dibuktikan dengan kehadirannya dan aktifitasnya dalam setiap pertemuan yang dilakukan secara rutin oleh koperasi. 2) adanya kewajiban seorang anggota koperasi adalah berpartisipasi aktif dalam koperasi baik berupa partisipasi permodalan, partisipasi organisasi, maupun partisipasi dalam memanfaatkan jasa usaha yang ada di koperasi. 3) menjaga hubungan antar anggota dalam koperasi.

Pembagian Sistem Manajemen Kinerja menjadi tiga (3) yaitu: (1) keluaran organisasi (aspek finansial dan non finansial), (2) Proses internal (aspek inovasi, proses operasi, pemasaran, pelayanan purna jual), (3) kemampuan sumber daya (aspek sumber daya manusia, sumber daya teknologi dan sumber daya organisasi).Berdasarkan hasil penelitian, sistem manajemen kinerja di Jawa Timur sebagai berikut.

Keluaran Organisasi

Partisipasi aktif anggota koperasi wanita dalam permodalan (finansial) dapat dilihat dari keaktifan anggota dalam membayar simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela maupun simpanan lainnya yang dapat menambah modal yang dimiliki oleh koperasi. Permodalan yang dimiliki oleh koperasi wanita menunjukkan adanya kenaikan modal yang dimuliki. Berdasarkan data diketahui bahwa dari tahun 2010 sampai tahun 2015 jumlah seluruh simpanan anggota mengalami kenaikan setiap tahunnya. Simpanan tersebut berupa simpanan wajib, simpanan pokok dan simpanan sukarela. Dari ketiga jumlah simpanan anggota tersebut dapat digunakan oleh koperasi untuk membantu anggota koperasi wanita, yaitu dalam bentuk piutang.

Partisipasi dalam bidang pemanfaatan jasa usaha Partisipasi anggota dalam pemanfaatan jasa usaha dapat dilihat dari keaktifan anggota dalam memanfaatkan jasa usaha yang ada di koperasi yaitu menyimpan dan meminjam. Partisipasi anggota dalam menggunakan jasa pada unit simpan pinjam sangat besar sekali dan hampir 100% dari seluruh jumlah anggota sudah memanfaatkan jasa simpan pinjam yang ada di Kopwan. Supaya mendapatkan pinjaman maka anggota harus mempunyai simpanan di koperasi, karena penentuan besarnya pinjaman adalah berdasarkan sistem plafon yang didasarkan pada besarnya simpanan wajib yang sudah dibayarkan anggota ke koperasi. Piutang yang diberikan oleh koperasi untuk masing-masing anggota berkisar antara Rp. 2 juta sampai dengan Rp 5 juta untuk masing-masing anggota yang mengajukan pinjaman. Jumlah tersebut disesuaikan dengan kondisi koperasi wanita yang masih relatif baru berdiri (5 tahun), jumlah modal yang belum banyak, pemerataan simpanan kepada anggota, dan keaktifan anggota. Sedangkan dari sisi pengembalian pinjaman, koperasi wanita tidak kesulitan untuk menagihnya. Hal ini karena jumlah pinjaman yang tidak terlalu besar dan angsurannya juga relatif panjang (5 – 10 kali) tergantung dari banyaknya pinjaman. Sedangkan partisipasi anggota dalam organisasi dalam bentuk non finansial dapat dilihat dari keaktifan anggota dalam mengikuti RAT, mengikuti pertemuan yang diadakan oleh

(5)

koperasi, mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh koperasi, serta keaktifan anggota dalam memberikan saran, ide dan masukan kepada koperasi. Peserta yang mengikuti RAT rata-rata hampir 95% dari jumlah jumlahn anggota koperasi wanita Selain itu, setiap ada kegiatan yang diadakan oleh koperasi wanita, anggota mempunyai tanggung jawab tersendiri untuk hadir dalam setiap pertemuan. Oleh karena itu partisipasi aktif anggota dalam mengikuti semua pertemuan yang diadakan koperasi dapat terwujud. Anggota cukup antusias dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh koperasi karena anggota merasakan bahwa semua informasi tentang pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh koperasi sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan. Selain itu pendidikan dan pelatihan yang diadakan merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh anggota. Oleh karena itu partisipasi aktif anggota dalam mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh koperasi dapat terwujud.

Proses Internal

Prose internal yang terdiri dari aspek inovasi, proses operasi, pemasaran, dan pelayanan purna jual belumlah dapat berjalan sebagaimana mestinya. Sperti diketahui bahwa inovasi merupakan setiap ide atau pun gagasan baru yang belum pernah. Sebuah inovasi biasanya berisi terobosan-terobosan baru mengenai sebuah hal dan biasanya sengaja dibuat oleh sang inovator melalui berbagai macam aksi. Seperti halnya di koperasi wanita masih belum ada inovasi yang menunjukkan gagasan baru untuk pengembangan koperasi. Koperasi wanita masih berusaha untuk mensejahterakan anggotanya dengan membantu dalam usaha simpan pinjam. Belum ada koperasi yang berinovasi untuk mengembangkan usahanya ke bidang lainnya. Demikian juga dengan aspek proses operasi masih standar, yaitu hanya melayani anggota dalam hal simpan pinjam, mengadakan RAT, mengadakan pendidikan dan latihan bila ada bemtek dari dinas koperasi dan UMKM atau dari dinas lainnya. Sedangkan untuk pemasaran dan pelayanan purna jual masih terbatas pada anggota koperasi wanita.

Kemampuan Sumber Daya

Kemampuan sumber daya di koperasi terdiri dari aspek sumber daya manusia, sumber

daya teknologi dan sumber daya organisasi.

Koperasi adalah perkumpulan orang dan modal yang memiliki tujuan bisnis dan

sosial, berbeda dengan badan usaha lainnya oleh karena itu sumber daya manusia memegang peranan yang penting dalam koperasi. Sumber Daya Manusia membantu untuk mewujudkan tujuan koperasi yang optimal dengan meningkatkan efektifitas dan

efisiensi kegiatan koperasi.

Pengelolaan dan pembinaaan SDM yang tepat diperlukan jika koperasi ingin bertahan dalam bisnis dan menambah daya kompetitifnya. Demikian pula halnya dengan koperasi wanita yang ada di Jawa Timur, sumber daya manusia belum mampu untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan koperasi. Sebagai anggota koperasi, mereka masih hanya sebatas menjadi anggota yang memiliki kewajiban menyimpan uang di koperasi, datang pada waktu ada kegiatan di koperasi atau RAT, memanfaaatkan kesempatan pinjam uang. Mereka belum dapat memberikan masukan atau mengadakan kegiatan yang dapat meningkatkan produktifitas koperasi wanita.

(6)

Dilihat dari sumber daya teknologi, koperasi wanita masih belum memanfaatkan teknologi secara optimal. Kegiatan koperasi masih banyak yang menggunakan tenaga manual. Hal ini juga tidak lepas dari sumber daya manusia yang terbatas pengetahuan dan kemampuannya dalam menggunakan teknologi maju.

Organisasi koperasi sangat dipercayakan kepada pengurus, sementara upaya bersama dari anggota sepertinya belum menunjukkan kontribusi yang signifikan kepada koperasi. Budaya koperasi yang seharusnya dibangun atas asas kebersamaan dan kekeluargaan menjadi asas pemanfaatan. Hal ini terlihat dari jawawaban anggota koperasi wanita yang menilai bahwa kepentingan utama mereka menjadi anggota koperasi adalah agar supaya mereka mendapatkan pinjaman yang mudah dengan bunga serendah-rendahnya dan tanpa memmberikan agunan/jaminan. Anggota koperasi wanita beranggapan bahwa kepentingan koperasi bukanlah tujuan utama dan tujuan bersama.

Jika hal ini berlanjut, maka keberlanjutan koperasi wanita menjadi tidak mencapai tujuan yaitu mensejahterakan anggota melalui pemberdayaan wanita. Dan menjadikan alasan

yang rasional jika para pengurus koperasi wanita

tidak memperjuangkan kepentingan anggota sehingga bagi anggota koperasi ini lebih ke arah koperasi pengurus. Alangkah baiknya bila terjadi integrasi yang baik antara tujuan koperasi, kepentingan anggota dan kepentingan pengurus. Sehinggga akan terwujud sumber daya organisasi koperasi wanita yang sehat dan memiliki kinerja yang sehat pula. SIMPULAN

Berdasarkan dari rumusan masalah dan pembahasan tentang sistem manajemen kinerja guna meningkatkan partisipasi anggota koperasi wanita di Jawa Timur dapat disimpulkan bahwa(1) keluaran organisasi baik yang ditinjau dari aspek finansial dan non finansial menunjukkan partisipasi aktif dari anggota koperasi wanita, (2) proses internal yang ditinjau dari aspek inovasi, proses operasi, pemasaran, pelayanan purna jual belum menunjukkan adanya belum adanya peningkatan dari keterlibatan dan partisipasi aktif dari anggota koperasi wanita, (3) kemampuan sumber daya ditinjau dari aspek sumber daya manusia, sumber daya teknologi dan sumber daya organisasi belum dapat menunggung partisipasi aktif anggota koperasi wanita. Untuk lebih lanjut perlu diupayakan model sistem manajemen kinerja yang dapat mendukung dan meningkatkan partisipasi anggota koperasi wanita.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Koperasi Propinsi dan UMKM Jawa Timur, 2009, Standar Pelayanan Publik Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur Tahun 2009

Hakim, AD dan Panggabean, R. EKSISTENSI KOPERASI WANITA DI INDONESIA http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/VOL15_01/

Kataren, N. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Koperasi Credit Union dalam Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Harmoni Sosial, Mei 2007 Vol 1 no 3 Kementerian Negara Koperasi dan UKM RI, 2010. Rencana Strategi Pembangunan

(7)

Nirbito. JG, a, 2001. Pembinaan Anggota Untuk Memberdayakan Koperasi di Koppas dan Kopwan Jawa Timur. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang, Malang

Sinaga. P. 2005. Relationship Between Group Cohesiveness, Achievement Motivation, Entrepreneurship Attitude, Member’s Participation Attitude and Cooperative

Performance in Bandung Regency Indonesia. Koperasi Dalam Sorotan Peneliti. Jakarta: PT Persada

Sungkawati. E. 2012. Analisis faktor-faktor yang dapat Meningkatkan Kepercayaan Anggota Koperasi. Laporan Akhir Hasil Penelitian LPPM Universitas Wisnuwardhana

Sungkawati. E. 2013. Pendidikan perkoperasian dapat meningkatkan partisipasi anggota Kopwan di Kab Blitar.Laporan Akhir Hasil Penelitian LPPM Universitas Wisnuwardhana

Sungkawati. E. 2014. Program Pendidikan Koperasi Berwawasan Gender pada Kopwan Kab Blitar. Laporan Akhir Hasil Penelitian Hibah Bersaing.

Wibisono. D. 2006. Manajemen Kinerja, Konsep, Desain, dan Teknik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta: Erlangga

Referensi

Dokumen terkait

itu sebelum mendirikan bangunan harus ada kejelasan status tanah yang bersangkutan. Artinya, pemilik bangunan tersebut harus memiliki surat-surat yang bersangkutan dengan

Novel-novel komponen sastera dalarn bahasa Melayu ialah novel yang digunakan untuk dijadikan bacaan wajib untuk pelajar-pelajar tingkatan 1 hingga tingkatan 5 dilaksanakan

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu adanya fasilitas atau

Peran BAPAS yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan juga dapat ditemukan pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 65

Bagi wanita yang termasuk ke dalam golongan menengah ke bawah, memiliki peran ganda seperti sudah menjadi kodrat dan takdir mereka karena mereka tidak dapat

Sedangkan andil inflasi terendah terjadi pada bulan Januari, Agustus, September, Oktober, dan Desember 2014 yang sebesar 0,00 persen atau dengan kata lain

Pada sistem ini, user memberikan input kepada sistem berupa data user serta kegemaran-kegemaran yang dimiliki oleh user berdasarkan pertanyaan yang harus dijawab

Jika di tinjau dari dimensi pembentukan variabel perubahan organisasi, diketahui bahwa faktor Sistem informasi di bidang tata ruang yang paling dominan 4.0, selanjutnya di