• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. sendiri tercantum pada aturan pemerintah yaitu berupa undang-undang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. sendiri tercantum pada aturan pemerintah yaitu berupa undang-undang."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

14 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Bea Cukai 1. Pengertian Bea Cukai

Bea Cukai sendiri sesungguhnya terdiri dari dua kata yaitu bea dan cukai. Tentu saja kedua hal ini memliki arti yang berbeda. Pengertian bea dan cukai sendiri tercantum pada aturan pemerintah yaitu berupa undang-undang. Dicantumkan pada undang-undang No. 17 Tahun 2006 atas perubahan Undang-undang No. 10 Tahun 1995.

Bea adalah Pungutan Negara yang dikenakan terhadap barang-barang yang di eksport maupun import. Sedangkan cukai adalah pungutan Negara yang dikenakan terhadap barang-barang yang mempunyai sifat tertentu maupun yang mempunyai karakterisitik yang sudah ditetapkan oleh undang-undang. Jadi bea cukai adalah suatu pungutan Negara yang dikenakan terhadap barang-barang yang diekspor maupun impor dan barang-barang-barang-barang yang mempunyai sifat maupun karakteristik yang sudah ditetapkan oleh undang-undang. Yang memberi pengawasan dan juga yang mengurus yaitu kepabeanan.

Tentang kepabeanan pengertiannya sudah di atur dalam Undang-undang-undang No. 17 Tahun 2006 yang mana kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar7.

7

(2)

15 2. Tugas Bea Cukai

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi negara di bidang kepabeanan dan cukai dengan ketentuan perundang – undangan.

3. Wewenang Bea Cukai

Menurut Undang – Undang Kepabeanan, secara umum wewenang kepabeanan Pejabat Bea dan Cukai terbagi atas kewenangan dalam hal:

1. Pencegahan dan saraa pengangkut 2. Pengawasan dan penyegelan 3. Pemeriksaan atas barang 4. Pemeriksaan pembukuan

5. Pemeriksaan Bangunan dan tempat lain 6. Pemeriksaan sarana pengangkut

7. Pemeriksaan Badan 4. Fungsi Bea Cukai

a. Perumusan kebijakan dibidang penegakan hukum, pelayanan dan pengawasan,optimalisasi Negara dibidang kepabeanan dan cukai. Pelaksaanaan kebijakan dibidang penegakan hukum,pelayanan dan pengawasan,optimalisasi Negara dibidang kepabeanan dan cukai.

b. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria dibidang pengawasan penegakan hukum,pelayanan dan optimalisasi Negara dibidang kepabeanan dan cukai.

(3)

16 c. Pemberian bimbingan teknis dan supervise dibidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi Negara dibidang kepabeanan dan cukai.

d. Pelaksaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang pengawasan, penegakan hukum, pelayanan dan optimalisasi Negara dibidang kepabeanan dan cukai..

e. Pelaksaan fungsi lain yang diberikan oleh menteri keuangan8. 5. Fungsi Utama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai:

a. Meningkatkan pertumbuhan industri dalam negeri melalui pemberian fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai yang tepat.

b. Mewujudkan iklim usaha dan investasi yang kondusif dengan memeperlancar logistik impor dan ekspor melalui penyederhanaan proswdur kepabeanan dan cukai serta penerapan sistem manajemen risiko yang handal.

c. Melindungi masyarakat, industri dalam negeri, dan kepentingan nasional melalui pengawasan dan/atau pencegahan masuknya impor dan keluarnya barang ekspor yang berdampak negatif dan berbahaya yang dilarang dan/atau dibatasi oleh regulasi.

d. Melakukan pengawasan kegiatan impor, ekspor dan kegiatan dibidang kepabeanan dan cukai lainnyasecara efektif dan efesien melalui penerapan sistem manajemen risiko yang handal, intelijen, dan penyidikan yang kuat, serta penindakan yang tegas dan audit kepabeanan dan cukai yang tepat.

8Logcit. Admin, tugas pokok dan fungsi bea cukai, http://beacukai.go.id/, diakses pada tanggal 17

(4)

17 e. Membatasi, mengawasi dan/atau mengedalikan produksi, peredaran dan konsumsi barang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik dapat membahayakan kesehatan, lingkungan, ketertiban, dan keamanan masyarakat melalui instrumen cukai yang memperhatikan aspek keadilan dan keseimbangan. f. Mengoptimalkan penerimaan negara dalam bentuk nea masuk, bea

keluar, dan cukai guna menunjang pembangunan nasional9.

B. Tinjauan Umum tentang Pengawasan Bea Cukai 1. Pengertian Pengawasan

Dalam kamus bahasa Indonesia istilah “Pengawasan berasal dari kata awas yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang di awasi”10

.

Menurut Saiful Anwar, pengawasan atau kontrol terhadap tindakan aparatur pemerintah diperlukan agar pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan dapat mencapai tujuan dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan11.

Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Controlling is the process of measuring performance and taking action to ensure desired results. Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan .The process of ensuring that actual activities conform the planned activities12.

9 Admin, visi, misi dan fungsi utama, http://beacukai.go.id/, diakses pada tanggal 18 Mei 2017,

jam 14.30

10

Sujanto, Beberapa Pengertian Di Bidang Pengawasan, (Ghalia Indonesia, jakarta 1986), Hlm 2

11 Saiful Anwar., Sendi-Sendi Hukum Administrasi Negara, (Glora Madani Press, Jakarta

2004), hlm 127

12

(5)

18 Menurut Winardi “Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan”. Sedangkan menurut Basu Swasta “Pengawasan merupakan fungsi yang menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan”.

Sedangkan menurut Komaruddin “Pengawasan adalah berhubungan dengan perbandingan antara pelaksana aktual rencana, dan awal Untuk langkah perbaikan terhadap penyimpangan dan rencana yang berarti”13.

Menurut Prayudi: “Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang di jalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan atau diperhatikan”.

Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka perencanaan yang diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi dan berjalan dengan baik14.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta

13 Prayudi, Hukum Administrasi Negara,( Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981), hlm. 80 14

(6)

19 suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai. Sejauh mana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya.” Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai:

“pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan.” Atau “suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya15.”

Sementara itu, dari segi hukumtata negara, pengawasan dimaknai sebagai proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, ataudiselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan. Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan public yang bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya.

15

(7)

20 Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri. Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control).

2. Tujuan Pengawasan

Tujuan utama dari pengawasan yaitu mengusahakan supaya apa yang direncanakan menjadi kenyataan. Mencari dan memberitahu kelemahan-kelemahanyang dihadapi. Adapun tujuan pengawasan yaitu :

1. Untuk mengetahui jalannya pekerjaan lancar atau tidak

2. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengusahakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahanyang serupa atau timbulnya kesalahan baru.

3. Untuk mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkandalam planning terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah ditentukan.

4. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan biaya telah sesuai dengan program seperti yang telah ditetapkan dalam planning atau tidak.

5. Untuk mengetahui hasil pekerjaan dengan membandingkan dengan apayang telah ditetapkan dalam rencana (standar) dan sebagai tambahan. 6. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja sesuai dengan prosedur

Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana atau target.

Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah: 1. Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan 2. Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan16.

16

(8)

21 3. Teknik Pengawasan

Teknik pengawasan adalah cara melaksanakan pengawasan. Dengan terlebih dahulu menentukan titik-titik pengawasan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai keadaan keseluruhan kegiatan organisasi.Teknik pengawasan menurut Manullang sebagai berikut:

1. Peninjauan pribadi

Peninjauan pribadi adalah mengawasi dengan jalan meninjau secara pribadi, sehingga dapat dilihat sendiri pelaksanaan pekerjaan. 2. Pengawasan melalui laporan lisan

Pengawasan ini dilakukan dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui laporan lisan yang diberikan bawahan, dilakukan dengan carawawancara kepada orang-orang tertentu yang dapat memberi gambarandari hal-hal yang ingin diketahui terutama tentang hasil yangsesungguhnya yang ingin dicapai bawahan.

3. Pengawasan melalui laporan tertulis

Merupakan suatu pertanggung jawaban bawahan kepada atasannya mengenai pekerjaan yang dilaksanakan, sesuai dengan intruksi dan tugas-tugas yang diberikan.

4. Pengawasan melalui hal-hal yang bersifat khusus, Didasarkan kekecualian atau control by exeption. Merupakan sistem atau teknik pengawasan dimana ini ditujukan kepadasoal-soal kekecualian. Jadi pengawasan hanya dilakukan bila diterimalaporan yang menunjukkan adanya peristiwa-peristiwa istimewa.

Selain itu Pengawasan adalah suatu penilaian yang merupakan suatu proses pengukuran dan pembandingan dari hasil-hasil pekerjaan yang nyata telah di capai dengan hasil-hasil yang seharusnya di capai. Dengan kata lain, hasil pengawasan harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan atau ketidakcocokan serta mengevaluasi sebab-sebabnya.

Akan tetapi kalau di terjemahkan begitu saja istilah controlling dari bahasa Inggris, maka pengertiannya lebih luas dari pengawasan yaitu dapat diartikan sebagai pengendalian, padahal kedua istilah ini berbeda karena dalam pengendalian terdapat unsur korektif. Istilah pengendalian berasal dari kata

(9)

22 kendali yang berarti mengekang atau ada yang mengendalikan. Jadi berbeda dengan istilah pengawasan, produk langsung kegiatan pengawasan adalah untuk mengetahui sedangkan kegiatan pengendalian adalah langsung memberikan arah kepada objek yang di kendalikan. Dalam pengendalian kewenangan untuk mengadakan tindakan korektif itu sudah terkandung di dalamnya, sedangkan dalam pengertian pengawasan tindakan korektif itu merupakan proses lanjutan. Pengendalian adalah pengawasan ditambah tindakan korektif. Sedangkan pengawasan adalah pengendalian tanpa tindakan korektif. Namun sekarang ini pengawasan telah mencakup kegiatan pengendalian, pemeriksaan, dan penilaian terhadap kegiatan.

Menurut Prayudi, dalam mencapai pelaksanaan pengawasan terhadap beberapa asas antara lain :

1. Asas tercapainya tujuan, ditujukan ke arah tercapainya tujuan yaitu dengan mengadakan perbaikan untuk menghindari penyimpanganpenyimpangan atau deviasi perencanaan.

2. Asas efisiensi, yaitu sedapat mungkin menghindari deviasi dari perencanaan sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain diluar dugaan.

3. Asas tanggung jawab, dapat dilaksanakan apabila pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap pelaksana perencanaan.

4. Asas pengawasan terhadap masa depan, maksud dari asas ini adalah pencegahan penyimpangan perencanaan yang akan terjadi baik di waktu sekarang maupun di masa yang akan datang.

5. Asas langsung, adalah asas ini mengusahakan agar pelaksana juga melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan.

6. Asas refleksi perencanaan, bahwa harus mencerminkan karakter dan susunan perencanaan.

7. Asas penyesuaian dengan organisasi, bahwa pengawasan dilakukan sesuai dengan struktur organisasi dan kewenangan masing-masing.

8. Asas individual, bahwa pengawasan harus sesuai kebutuhan dan ditujukan sesuai dengan tingkat dan tugas pelaksana.

9. Asas standar, bahwa pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan standar yang tepat, yang akan digunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan.

(10)

23 10. Asas pengawasan terhadap strategis, bahwa pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-faktor yang strategis.

11. Asas kekecualiaan, bahwa efisiensi pengawasan membutuhkan perhatian yang di tujukan terhadap faktor kekecualian yang dapat terjadi dalam keadaan tertentu, ketika situasi berubah atau tidak sama.

12. Asas pengendalian fleksibel bahwa pengawasan harus untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan perencanaan.

13. Asas peninjauan kembali, bahwa pengawasan harus selalu ditinjau, agar sistim yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.

14. Asas tindakan, bahwa pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi dan pelaksanaan17.

Oleh karena pengawasan tersebut mempunyai sifat menyeluruh dan luas, maka dalam pelaksanaanya diperlukan prinsip-prinsip pengawasan yang dapat dipatuhi dan dijalankan. Dengan demikian pada prinsipnya pengawasan itu sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pengawasan itu diadakan dengan maksud:

1. Mengetahui lancar atau tidaknya pekerjaan tersebut sesuai dengan yang telah direncanakan.

2. Memperbaiki kesalahan yang dibuat dengan melihat kelemahan-kelemahan, dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahankesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan baru.

3. Mengetahui fasilitas pendukung kegiatan sesuai dengan rencana atau terarah pada pasaran.

4. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula.

5. Mengetahui segala sesuatu berjalan efisien dan dapatkah diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut sehingga mendapatkan efisiensi yang besar18.

Sedangkan tujuan pengawasan akan tercapai apabila hasil-hasil pengawasan maupun memperluas dasar untuk pengambilan keputusan setiap pimpinan. Hasil pengawasan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk penyempurnaan rencana kegiatan rutin dan rencana berikutnya.

Dari uraian di atas dapatlah kita ambil kesimpulam bahwa pada dasarnya pengawasan bertujuan untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang terjadi

17Sukarno .Dasar-Dasar Managemen¸, (Jakarta, 1992), hlm 105. 18

(11)

24 nantinya dapat digunakan sebai pedoman untuk mengambil kebijakan guna mencapai sasaran yang optimal. Selanjutnya pengawasan itu secara langsung juga bertujuan untuk:

1. Menjamin pelaksanaan sesuai dengan rencana, kebijakan dan peringkat. 2. Menertibkan koordinasi kegiatan-kegiatan.

3. Mencegah pemborosan dan penyelewengan.

4. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas jasa yang dihasilkan. 5. Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi.

Dari keseluruhan pendapat di atas dapat dilihat adanya persamaan pandangan yakni dalam hal tujuan dilakukannya kegiatan pengawasan, yaitu agar semua pekerjaa/kegiatan yang diawasi dilaksanakan sesuai dengan rencana. Rencana dalam hal ini adalah suatu tolok ukur apakah suatu pekerjaan/kegiatan sesuai atau tidak. Dan yang menjadi alat ukurnya bukan hanya rencana tetapi juga kebijaksanaan, strategi, keputusan dan program kerja. Pengawasan juga berarti suatu usaha atau kegiatan penilaian terhadap suatu kenyataan yang sebenarnya,mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan apakah sesuai dengan rencana atau tidak.

Controlling atau pengawasan dan pengendalian (wasdal) adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi. Controlling atau pengawasan adalah fungsi manajemen dimana peran dari personal yang sudah memiliki tugas, wewenang dan menjalankan pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan agar supaya berjalan sesuai

(12)

25 dengan tujuan, visi dan misi perusahaan. Di dalam manajemen perusahaan yang modern fungsi control ini biasanya dilakukan oleh divisi audit internal.

Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi manajemen yang lain, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai: “the process by which manager determine wether actual operation are consistent with plans”. Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan, bahwa: “pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan19”.

Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.

Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu:

a. Penetapan standar pelaksanaan

b. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan c. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata

d. Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan

e. Pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.

19

(13)

26 4. Manfaat Pengawasan

Bila fungsi pengawasan dilaksanakan dengan tepat, organisasi akan memperoleh manfaat berupa:

1. Dapat mengetahui sejauh mana program sudah dilakukan oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumberdaya telah digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Fungsi pengawasan akan meningkatkan efisiensi kegiatan program.

2. Dapat mengetahui penyimpangan pada pemahaman staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

3. Dapat mengetahui waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien.

4. Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.

5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan.

5. Pengawasan Kepabeanan

Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk menjamin atau menjaga agar semua peraturan dipenuhi atau dijalankan dan suatu kegiatan untuk menjamin atau menjaga agar rencana dapat diwujudkan dengan efektif. Masing-masing organisasi mempunyai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk menjaga agar semua organisasi itu dapat mencapai tujuannya20.

Menurut Colin Vassarotti, tujuan pengawasan pabean adalah memastikan semua pergerakan barang, kapal, pesawat terbang, dan orang-orang yang melintas perbatasan negara berjalan dengan kerangka hukum, peraturan, dan prosedur pabean yang telah ditetapkan21.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 32/KMK.01/1998 tanggal 04 Februari 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal bea dan Cukai, titik berat fungsi pengawasan berada pada kantor pelayanan namun apabila dilihat dari ketersediaanya informasi dan akses

20Adrian Sutedi, Aspek Hukum Kepabeanan,(Sinar Grafika, Jakarta, 2012) , hlm. 58. 21

(14)

27 kearah informasi, kantor pelayanan lebih potensial untuk melakukan pengawasan dalam pengertian day-to-day-operation. Untuk menjaga dan memastikan agar semua barang, kapal dan orang yang keluar/masuk dari dan kesuatu Negara mematuhi ketentuan pabean. Setiap administrasi pabean harus melakukan kegiatan pengawasan. Kegiatan pengawasan pabean meliputi seluruh pelaksanaan wewenang yang dimiliki oleh petugas pabean dalam perundang-undangannya yaitu memeriksa kapal, barang, penumpang, dokumen, pembukuan, melakukan penyitaan, penangkapan, penyegelan dan lain-lain.

Dalam modul pencegahan pelanggaran kepabeanan disebutkan bahwa pengawasan pabean adalah salah satu metode untuk mencegah dan mendeteksi pelanggaran pabean. pengawasan bea cukai yang mampu mendukung pendeteksian dan pencegahan penyeludupan paling tidak harus mencakup kegiatan: penelitian dokumen, pemeriksaan fisik dan audit pasca impor. Disamping tiga kegiatan itu, menurut hemat penulis patroli juga merupakan pengawasan bea cukai untuk mencegah penyeludupan. Petunjuk pengawasan pelaksanaan penyeludupan dibidang pabean terdapat dalam pasal 1 huruf d dalam peraturan direktur jenderal bea dan cukai nomor p-53/bc/2010.

C. Tinjauan Umum tentang rokok 1. Pengertian Rokok

Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang dibungkus oelh kertas, daun atapun kulit jagung sebesar kelingking dengan panjang 8-10cm yang biasanya dihisap seseorang dengan cara dibakar ujungnya, menurut

(15)

28 kamus besar bahasa Indonesia, gulungan tembakau kira kira (sepanjang daun kelingking) yang dibungkus (daun,nipah ataupun kertas)22.

Sedangkan menurut pasal (1) angka (3) PP. No. 109 Tahun 2012 pengertian rokok adalah “rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan”23

. 2. Jenis- Jenis Rokok

Di Indonesia pada umumnya, rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Perbedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, bahan baku atau isi rook, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter rokok24.

a. Rokok Berdasarkan Bahan Pembungkus.

1. Klobot : Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung

2. Kawung : Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.

3. Sigaret : Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun kertas.

4. Cerutu : Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.

b. Rokok berdasarkan bahan Baku.

1. Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya tembakau diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

2. Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

3. Rokok klembek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

22

Departemen Pendidikan Nasional, “Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Ketiga”, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.Hal. 960.

23 Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2013, Pasal (1) angka (3)

24 Muhammad Jaya, “Pembunuhan Berbahaya Itu Bernama Rokok”, Yogyakarta: Riz’ma,

(16)

29 c. Rokok berdasarkan proses pembuatannya, dibedakan menjadi :

1. Kretek Tangan (SKT): rokok yang diproses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.

2. Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat rokok biasanya, dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT. Pada SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama besar.

d. Rokok berdasarkan penggunaan filter :

1. Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.

2. Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

D. Tinjauan Umum Tentang Cukai 1. Pengertian Cukai

Cukai merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara, selain dari sector laba BUMN dan pajak. Jumlah penerimaan dari hasil cukai setiap tahun selalu mengalami kenaikan. Sebagaimana dimaksud dalam pasal (1) angka (1) Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 Tentang Cukai yang berbunyi : “Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undang-undang ini“25.

25

(17)

30 Menurut Burhanuddin Cukai adalah pungutan dikenakan oleh Negara terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai karakteristik atau sifat yang sudah ditetapkan undang-undang26.

2. Sifat dan karakteristik Cukai

Bahwa barang tertentu mempuyai sifat dan karakteristik yang mana dimaksudkan dalam pasal (2) angka (1) Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 Tentang Cukai, adalah barang yang :

1. Konsumsinya perlu dikendalikan. 2. Peredarannya perlu diawasi.

3. Pemakainnya dapat menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan hidup.

4. Pemakaiannya perlu pembebanan pungutan Negara demi keadilan dan keseimbangan, dikenai cukai berdasarkan undang-undang.

3. Objek Cukai

Sedangkan objek atau barang yang dipungut cukainya terdiri atas pasal (4) ayat (1) Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 Tentang Cukai. Yang berbunyi : . 1. Etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang

digunakan dan proses pembuatannya.

2. Minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapa pun, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya, termasuk konsentrat yang mengandung etil alkohol. Minuman yang mengandung etil alkohol.

26

(18)

31 3. Hasil tembakau, yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya.

Hasil tembakau itu sendiri dapat diuraikan sebagai berikut :27 Sigaret adalah hasil tembakau yang dibuat dari tembakau rajangan yang dibalut dengan kertas dengan cara dilinting, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya. Sigaret terdiri dari sigaret kretek, sigaret putih dan sigaret kelembak menyan.

1. Sigaret kretek adalah sigaret yang dalam pembuatannya dicampur dengan cengkeh atau bagiannya, baik asli maupun tiruan tanpa memperhatikan jumlahnya.

2. Sigaret putih adalah sigaret yang dalam pembuatannya tanpa dicampuri dengan cengkeh, kelembak atau kemenyan. Sigaret putih dan sigaret kretek terdiri dari sigaret yang dibuat dengan mesin dan yang dibuat dengan cara lain daripada mesin,

3. Sigaret putih dan sigaret kretek yang dibuat dengan mesin adalah yang dalam pembuatannya, mulai dari pelintingan, pemasangan filter, pengemasan untuk penjualan eceran, sampai dengan pelekatan pita cukai, seluruhnya atau sebagian, menggunakan mesin sedangkan sigaret putih dan sigaret kretek yang dibuat dengan cara lain daripada mesin adalah yang dalam pembuatannya, mulai dari pelintingan, pemasangan filter, pengemasan untuk penjualan eceran, sampai dengan pelekatan pita cukai, tanpa menggunakan mesin.

4. Sigaret putih dan sigaret kretek yang dibuat dengan cara lain dari pada mesin adalah yang dalam pembuatannya, mulai dari pelintingan, pemasangan filter, pengemasan untuk penjualan eceran, sampai dengan pelekatan pita cukai, tanpa menggunakan mesin.

5. Sigaret kelembak kemenyan adalah sigaret yang dalam pembuatannya dicampur dengan kelembak dan/atau kemenyan asli maupun tiruan tanpa memperhatikan jumlahnya.

6. Cerutu adalah hasil tembakau yang dibuat dari lembaran-lembaran daun tembakau, diiris atau tidak, dengan cara digulung sedemikian rupa dengan tembakau, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.

27 Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan

(19)

32 7. Tembakau iris adalah hasil tembakau yang dibuat dengan daun tembakau yang dirajang, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya,

8. Hasil tembakau lainnya adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun tembakau selain yang disebut dalam huruf ini, yang dibuat dengan cara lain sesuai dengan perkembangan teknologi dan selera konsumen, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.

4. Tujuan dan Fungsi Pengenaan Cukai

Tujuan pengenaan cukai (Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 Tentang Cukai) sebagai berikut :

1. Mengurangi konsumsi barang-barang yang kena cukai seperti rokok dan minuman beralkohol.

2. Mengurangi terjadinya tindak kejahatan terhadap barang-barang kena cukai seperti pemalsuan dan penyelundupan.

3. Mengurangi barang kena cukai karena dianggap membahayakan kesehatan dan lingkungan.

4. Sebagai penerimaan Negara28.

E. Tinjauan Umum Tentang Upaya Penegakan Hukum 1. Langkah Preventif

Pengertian Preventif adalah suatu tindakan atau langkah yang dilakukan oleh pihak yang berwajib sebelum penyimpangan sosial terjadi agar suatu tindak pelanggaran dapat diredam atau diatasi. Pengendalian dengan langkah yang bersifat preventif biasanya umunya dilakukan dengan cara melalui bimbingan, pengarahan maupun ajakan.

2. Langkah Represif

Pengertian Represif adalah suatu tindakan atau langkah yang dilakukan oleh pihak yang berwajib pada saat penyimpangan sosial terjadi agar penyimpangan yang terjadi dapat dihentikan atau dengan kata lain pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya suatu peristiwa ataupun pelanggaran.

28

(20)

33 F. Teori Efektivitas Hukum

1. Pengertian efektivitas hukum

Efektivitas mengandung arti keefektifan pengaruh efek keberhasilan atau kemanjuran/kemujaraban, membicarakan keefektifan hukum tentu tidak terlepas dari penganalisisan terhadap karakteristik dua variable terkait yaitu: karakteristik/dimensi dari obyek sasaran yang dipergunakan29. Ketika berbicara sejauh mana efektivitas hukum maka kita pertama-tama haru dapat mengukur sejauh mana aturan hukum itu ditaati atau tidak ditaati.jika suatu aturan hukum ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi sasaran ketaatannya maka akan dikatakan aturan hukum yang bersangkutan adalah efektif30.

Derajat dari efektivitas hukum menurut Soerjono Soekanto, ditentukan oleh taraf kepatuhan masyarakat terhadap hukum,termasuk para penegak hukumnya, sehingga dikenal asumsi bahwa, ”taraf kepatuhan yang tinggi adalah indikator suatu berfungsinya suatu sistem hukum. Dan berfungsinya hukum merupakan pertanda hukum tersebut mencapai tujuan hukum yaitu berusaha untuk mempertahankan dan melindungimasyrakat dalam pergaulan hidup”31

.

Beberapa pendapat mengemukakan tentang teori efektivitas seperti Bronislav Molinoswki, Clerence J Dias, Allot dan Murmer.Bronislav Malinoswki mengemukakan bahwa teori efektivitas pengendalian sosial atau hukum, hukum dalam masyarakat dianalisa dan dibedakan menjadi dua yaitu: (1) masyarakat modern,(2) masyarakat primitif, masyarakat modern merupakan masyarakat yang perekonomiannya berdasarkan pasar yang sangat luas, spesialisasi di bidang industri dan pemakaian teknologi canggih,didalam

29

Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, ctk Ketiga, Citra Aditya Bandung, 2013 Hal 67

30 Salim,H.S dan Erlis Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Tesis dan Disertasi, Edsis

Pertama, ctk Kesatu, Rajawali Press, Jakarta, 2013, Hal.375

31

(21)

34 masyarakat modern hukum yang di buat dan ditegakan oleh pejabat yang berwenang.

Dalam bukunya achmad ali yang dikutip oleh Marcus Priyo Guntarto yang mengemukakan tentang keberlakuan hukum dapat efektif apabila :

1. Relevansi aturan hukum dengan kebutuhan orang yang menjadi target 2. Kejelasan dari rumusan subtansi aturan hukum, sehingga mudah

dipahami oleh orang yang menjadi target hukum

3. Sosialisasi yang optimal kepada semua orang yang menjadi target hukum.

4. Undang-undang sebaiknya bersifat melarang, bukan bersifat mengharuskan. Pada umumnya hukum prohibitur lebih mudah dilaksanakan daripada hukum mandatur.

5. Sanksi yang akan diancam dalam undang-undang harus dipadankan dengan sifat undang-undang yang dilanggar, suatu sanksi yang tepat untuk tujuan tertentu, mungkin saja tidak tepat untuk tujuan lain. Berat sanksi yang diancam harus proporsional dan memungkinkan untuk dilaksanakan32.

Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa dalam sosiologi hukum masalah kepatuhan atau ketaatan hukum terhadap kaidah-kaidah hukum pada umumnya telah menjadi faktor yang pokok dalam mengukur efektif tidaknya sesuatu yang ditetapkan dalam hukum ini33.

Efektivitas Hukum yang dikemukakan oleh Anthoni Allot sebagaimana dikutip Felik adalah sebagai berikut: Hukum akan mejadi efektif jika tujuan keberadaan dan penerapannya dapat mencegah perbuatan-perbuatan yang tidak diinginkan dapat menghilangkan kekacauan. Hukum yang efektif secara umum dapat membuat apa yang dirancang dapat diwujudkan. Jika suatu kegelapan maka kemungkinan terjadi pembetulan secara gampang jika terjadi keharusan untuk melaksanakan atau menerapkan hukum dalam suasana baru yang berbeda, hukum akan sanggup menyelsaikan34.

Keberlakuan hukum berarti bahwa orang bertindak sebagaimana seharusnya sebagai bentuk kepatuhan dan pelaksana norma jika validitas

32

Marcus Priyo Gunarto, Kriminalisasi dan Penalisasi Dalam Rangka Fungsionalisasi Perda dan

Retribusi, Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang, 2011,Hlm 71- 71,

dikutip Salim H.S dan Erlies Septiana Nurbaini, Op.Cit., Hal 308

33 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatau pengantar, Rajawali Pers, Bandung, 1996, Hal. 20 34

(22)

35 adalah kualitas hukum, maka keberlakuan adalah kualitas perbuatan manusia sebenaranya bukan tentang hukum itu sendiri35. Selain itu wiiliam Chamblish dan Robert B seidman mengungkapkan bahwa bekerjanya hukum dimasyarakat dipengaruhi oleh all other societal personal force (semua ketakutan dari individu masyarakat) yang melingkupi seluruh proses36. Studi efektivitas hukum merupakan suatu kegiatan yang memperlihatkan suatu strategi perumusan masalah yang bersifat umum, yaitu suatu perbandingan antara realitas hukum dan ideal hukum, secara khusus terlihat jenjang antara hukum dalam tindakan (law in action ) dengan hukum dalam teori (law in theory) atau dengan kata lain kegiatan ini akan memperlihatkan kaitannya antara law in the book dan law in action37.

Bustanul Arifin yang dikutip oleh Raida L Tobing dan kawan-kawan, mengatakan bahwa dalam negara yang berdasarkan hukum, berlaku efektifnya sebuah hukum apabila didukung oleh tiga pilar, yaitu:

a. Lembaga atau penegak hukum yang berwibawa dapat diandalkan b. Peraturan hukum yang jelas sistematis.

c. Kesadaran hukum masyarakat tinggi38.

35

Hans Kelsen, General Teory of Law and State, Translete by Anders Wedberg , New York: Russel

and Russel , 1991, dikuitip dari Jimly Ashidiqqie dan M ali Safa’at, Teori Hans KelsenTentang

Hukum,ctk. Kedua , Konstitusi Press, Jakarta, 2012, Hal 39-40

36 Robert B seidman, Law order and Power, Adition Publishing Company Wesley Reading

massachusett, 1972, Hlm 9-13.

37 Soleman B Taneko, Pokok-Pokok Studi Hukum dalam Masyarakat, Rajawali Press , Jakarta,

1993, Hal 47-48.

38 Raida L Tobing, dkk, (Hasil Penelitian), Efektivitas Undang-Undang Monrey Loundering,

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada masalah penelitian dalam latar belakang masalah yaitu bagaimana efektivitas Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Kurikulum Al-Islam dan Kemuhammadiyahan serta Seperti Apa Bentuk-Bentuk Peningkatan Kadar Religiusitas Siswa di

Penetapan Waduk Sermo sebagai salah satu objek wisata di kabupaten Kulonprogo dan adanya pengembangan wisata akan menarik banyak wisatawan yang berkunjung ke

– Mampu merinci tentang gerak Temporo Mandibular Joint – Mampu menghubungkan struktur jaringan spesifik

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan gambaran bagi para konselor ataupun keluarga dari mantan pecandu narkoba mengenai optimisme mantan pecandu narkoba

Pengujian secara individu dilakukan untuk mengetahui variabel yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kasus tuberkulosis di Jawa Timur. Berikut ini adalah hasil

Pelabelan pada graf G adalah pemberian nilai pada setiap titik atau sisi atau titik dan sisi pada suatu graf G. Dalam skripsi ini penulis menjelaskan pelabelan graceful dan

· Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya