• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS PERPAJAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS PERPAJAKAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS TUGAS PERPAJAKAN PERPAJAKAN

ANALISIS KASUS PERPAJAKAN PT WILMAR ANALISIS KASUS PERPAJAKAN PT WILMAR

Disusun oleh : Disusun oleh : 1.

1. Nur Nur Aini Aini Kusumaningrum Kusumaningrum F0311087F0311087 2.

2. Nur Nur Chayati Chayati F0311088F0311088 3.

3. Oktiandri Oktiandri C.K. C.K. F0311092F0311092 4.

4. Susani Susani Astari Astari A. A. F0311106F0311106

FAKULTAS EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA SURAKARTA

2012 2012

(2)

Rabu, 09 Juni 2010 | 16:35

Pemeriksaan Pajak Wilmar Dianggap Janggal

Panita Kerja Perpajakan DPR menemukan keanehan prosedural yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Medan dalam pemeriksaan PT Wilmar Nabati  Indonesia. Perusahaan itu diperiksa setelah menyampaikan surat pemberitahuan (SPT)

penghitungan pajak.

“Ini aneh, seharusnya kalau sudah SPT apalagi restitusi sudah dibayarkan berarti sudah selesai, tapi (ini) malah diperiksa,” kata Nusron Wahid, anggota Panitia Kerja Perpajakan Komisi XI dalam rapat dengar pendapat dengan PT Wilmar di gedung DPR, Senayan, hari ini.

Wilmar Abadi Indonesia adalah anak perusahaan di bawah bendera Grup Wilmar International. Panitia Perpajakan sebelumnya mencurigai ada restitusi pajak pertambahan nilai (PPN) fiktif yang dilakukan Wilmar Internasional Group.

Namun dalam rapat hari ini terungkap, perusahaan itu diperiksa Ditjen Pajak justru setelah Ditjen membayar restitusi sebesar Rp 2,6 triliun untuk tahun pembayaran 2007 dan 2008. Masing-masing sebesar Rp 800 miliar (2007) dan Rp 1,8 triliun (2008).

Selain diperiksa, Wilmar Nabati ternyata juga sedang menunggu pencairan restitusi pajak  untuk tahun pembayaran 2009 yang sudah berjalan sejak September tahun lalu. Namun hingga saat ini, perusahaan yang bergerak di produksi minyak sawit dan goreng itu belum menerima pemberitahuan soal besarnya restitusi tersebut dan kapan akan dicairkan.

Malah sejak tiga minggu lalu, Ditjen Pajak menetapkan bukti permulaan penyelidikan, setelah mendatangi kantor Wilmar di Medan, Sumatera Utara. Ditjen Pajak menganggap Wilmar Nabati tidak memenuhi benchmark (batas perbandingan) pajak.

(3)

Namun Ditjen Pajak, Mohammad Tjiptarjo mengaku belum mengetahui besaran nilai kerugian pajak yang ditimbulkan dalam kasus tersebut. Dia juga enggan menyebutkan modus pidana pajak yang dilakukan oleh PT Wilmar.

“Hingga saat ini, kami juga tidak tahu apa alasan kami diperiksa. Setahu kami, kami selalu melakukan kewajiban pajak,” kata Henri Saksti, Presiden Direktur Wilmar Nabati.

Menurut Henri, sejak 2002 perusahaannya selalu masuk dalam kategori Wajib Pajak Patuh dan status itu belum dicabut oleh instansi pajak hingga saat ini.

Penulis: Ezra Sihite

http://www.beritasatu.com/mobile/hukum/6118-pemeriksaan-pajak-wilmar-dianggap- janggal.html

Kamis, 10 Juni 2010 | 08:00

Babak Baru Kasus Pajak Wilmar

Kasus pembayaran pajak  PT Wilmar Nabati Indonesia memasuki babak baru. Setelah diperiksa oleh Ditjen Pajak selama setahun, restitusi pajak  perusahaan itu sebesar Rp 1,8 triliun belum juga dicairkan.

Berbicara di depan Panitia Perpajakan DPR, kemarin, Presiden Direktur Wilmar Nabati, Henri Saksti menjelaskan, restitusi pajak itu adalah untuk tahun pembayaran tahun 2009. Manajemen Wilmar sudah 10 kali mereka mengirimkan surat permohonan pencairan kepada Ditjen Pajak dan Kementerian Keuangan, namun hingga sekarang belun ada tanggapan.

Henri mengaku, sejak dana restitusi tersebut tidak turun perusahaannya mengalami penurunan produksi sebesar 40 persen. Namun penurunan produksi yang disebabkan tertahannya dan restitusi itu tak membuat perusahaan ini menindaklanjuti kasus yang sedang melilit mereka.

(4)

Henri hanya heran, mengapa perusahaannya diperiksa, meski pun selalu melakukan pembayaran pajak dan setelah mendapat pembayaran restitusi pajak untuk tahun 2007 dan 2009. Bahkan perusahaan itu juga selalu dicatat oleh Ditjen Pajak sebagai Wajib Pajak Patuh sejak 2002.

Wilmar dijerat kasus tidak memenuhi benchmark  (standar penetapan pajak berdasarkan operasional) untuk kategori perusahaan sejenisnya, yaitu sawit. Ditjen Pajak menetapkan bukti permulaan penyelidikan, setelah mendatangi kantor Wilmar di Medan, Sumatera Utara, tiga pekan lalu.

Namun Ditjen Pajak, Mohammad Tjiptarjo mengaku belum mengetahui besaran nilai kerugian pajak yang ditimbulkan dalam kasus tersebut. Dia juga enggan menyebutkan modus pidana pajak yang dilakukan oleh PT Wilmar.

Menurut Muchtar Ammas, anggota Panitia, seandainya Ditjen Pajak menemukan bukti pelanggaran dari bukti permulaan, maka Wilmar akan dikenai denda 200 persen dari jumlah restitusi. Jika meningkat ke penyidikan dan kemudian terbukti melakukan pelanggaran, Wilmar harus membayar empat kali lipat dari jumlah restitusi yang dimohonkan.

Tapi jika ternyata Ditjen Pajak tidak menemukan pelanggaran dalam bukti permulaan selama setahun, instansi pajak tersebut seharusnya membayarkan restitusi beserta dua persen bunganya per bulan selama setahun.

“Saya heran Anda (Henri) tenang-tenang saja padahal berpotensi kehilangan uang Rp 1,8 triliun,” kata Muchtar Ammas, anggota Panitia.

Henri menjelaskan, pihaknya sama sekali tidak tahu kalau memiliki hak klaim atas penahanan restitusi yang jumlahnya Rp 1,8 triliun. “Menurut Ditjen Pajak akan diselesaikan selama empat bulan dan kami pikir kami tidak punya hak klaim atas penahanan restitusi,” katanya.

(5)

Menanggapi penjelasan Henri itu, Panitia kemudian meminta salinan surat-surat yang telah dikirimkan Wilmar kepada Kementerian Keuangan dan Ditjen Pajak  yang menyangkut penahanan restitusi tersebut.

Komisi XI meminta salinan surat bisa dikirimkan, paling Kamis (10/6) sehingga bisa dikonfirmasikan kepada Menteri Keuangan pada Senin (14/6).

“Kami juga minta Wilmar diperiksa oleh BPK,” kata Melchias Mekeng, Ketua Panitia.

Menurut Mekeng, Panitia mengundang Wilmar dalam rangka pengawasan terhadap Ditjen Pajak yang saat ini sedang melakukan reformasi birokrasi. Selama ini, kata dia, pihak Ditjen Pajak sering tidak bisa memberikan alasan yang jelas tentang kasus pajak yang dijadikan bukti permulaan atau dari bukti permulaan naik ke penyidikan.

Penulis: Ezra Sihite

http://www.beritasatu.com/mobile/hukum/6119-babak-baru-kasus-pajak-wilmar.html

Jumat, 11 Juni 2010 | 09:20

Ditjen Pajak "Mengancam" Wilmar

PT Wilmar Nabati Indonesia terancam mengembalikan restitusi pajak Rp 2,6 triliun yang diterima untuk tahun pajak 2007 dan 2008. Ditjen pajak saat ini sedang melakukan pemeriksaan bukti permulaan terkait kasus tersebut.

Selain itu Wilmar akan terkena denda hingga 100% jika perseroan terbukti bersalah dalam kasus kasus restitusi tersebut.

(6)

"Kalau sudah ada surat pemeriksaan bukti permulaan, maka gugurlah sebagai wajib pajak  yang berisiko rendah. Harus dikenakan sanksi, dikenakan 100%, sesuai pasal 13 KUP," kata Kasubdit Bidang Pelayanan Direktorat P2 Humas Ditjen Pajak Temi Utami, di Jakarta.

Ditjen Pajak saat ini melakukan pemeriksaan bukti permulaan terhadap restitusi Wilmar untuk  tahun pajak 2007 dan 2008. Pemeriksaan dilakukan karena rasio penghasilan kena pajak  Wilmar dianggap jauh di bawah benchmark (standar penetapan pajak) Ditjen Pajak.

Kemarin Panitia Perpajakan DPR menganggap ada keanehan dalam prosedural yang dilakukan Dirtjen Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Medan dalam pemeriksaan Wilmar. Perusahaan itu diperiksa setelah menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) penghitungan pajak.

“Ini aneh, seharusnya kalau sudah SPT apalagi restitusi sudah dibayarkan berarti sudah selesai, tapi (ini) malah diperiksa,” kata Nusron Wahid, anggota Panitia Kerja Perpajakan Komisi XI dalam rapat dengar pendapat dengan PT Wilmar di gedung DPR, Senayan (lihat: Pemeriksaan Pajak Wilmar Dianggap Janggal, beritasatu.com 9 Juni 2010).

Utami menjelaskan sesuai dengan UU Perpajakan yang baru, sudah diberlakukan adanya kriteria bagi wajib pajak yang berisiko rendah. Kriteria itu bisa didapat antara lain bagi perusahaan-perusahaan yang sudah go public yang berstatus produsen bukan pedagang atau memiliki hasil audit yang wajar dan lain-lain.

"Saat ini, data wajib pajak berisiko rendah, berapa yang mengajukan belum ketahuan karena masih baru penerapannya," katanya.

Ditjen membayar restitusi sebesar Rp 2,6 triliun kepada Wilmar untuk tahun pembayaran 2007 dan 2008. Masing-masing sebesar Rp 800 miliar (2007) dan Rp 1,8 triliun (2008).

(7)

ANALISIS KASUS

1. Versi Ditjen Pajak 

Ditjen Pajak melakukan pemeriksaan pada PT Wilmar Abadi Indonesia dengan alasan PT Wilmar tidak memenuhi benchmark  (standar penetapan pajak berdasarkan operasional). Akibatnya, PT Wilmar terancam mengembalikan restitusi pajak Rp 2,6 triliun yang diterima untuk tahun pajak 2007 dan 2008. Selain itu, PT Wilmar akan terkena denda hingga 100%.

Ditjen Pajak saat ini melakukan pemeriksaan bukti permulaan terhadap restitusi Wilmar untuk tahun pajak 2007 dan 2008. Pemeriksaan dilakukan karena rasio penghasilan kena pajak Wilmar dianggap jauh di bawah benchmark (standar penetapan pajak) Ditjen Pajak.

2. Versi PT Wilmar

PT Wilmar menganggap bahwa seharusnya tidak ada pemeriksaan, karena tidak ada alasan yang menguatkan dan sejak tahun 2002 PT Wilmar selalu masuk dalam kategori Wajib Pajak Patuh, serta status tersebut belum dicabut oleh instansi pajak hingga saat ini.

3. Versi Panitia Kerja Perpajakan DPR

Panita Kerja Perpajakan DPR menemukan keanehan prosedural yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Medan dalam pemeriksaan PT Wilmar Nabati  Indonesia. Perusahaan itu diperiksa setelah menyampaikan surat pemberitahuan (SPT)

penghitungan pajak.

Wilmar Abadi Indonesia adalah anak perusahaan di bawah bendera Grup Wilmar International. Panitia Perpajakan sebelumnya mencurigai ada restitusi pajak pertambahan nilai (PPN) fiktif yang dilakukan Wilmar Internasional Group.

Akan tetapi, dalam rapat kerja panitia perpajakan DPR, terungkap bahwa Ditjen Pajak  memeriksa PT Wilmar setelah Ditjen membayar restitusi sebesar Rp 2,6 triliun.

Menurut Muchtar Ammas, anggota Panitia, seandainya Ditjen Pajak menemukan bukti pelanggaran dari bukti permulaan, maka Wilmar akan dikenai denda 200 persen dari  jumlah restitusi. Jika meningkat ke penyidikan dan kemudian terbukti melakukan

(8)

pelanggaran, Wilmar harus membayar empat kali lipat dari jumlah restitusi yang dimohonkan.

Tapi jika ternyata Ditjen Pajak tidak menemukan pelanggaran dalam bukti permulaan selama setahun, instansi pajak tersebut seharusnya membayarkan restitusi beserta dua persen bunganya per bulan selama setahun.

Henri menjelaskan, pihaknya sama sekali tidak tahu kalau memiliki hak klaim atas penahanan restitusi yang jumlahnya Rp 1,8 triliun dan menurut Ditjen Pajak akan diselesaikan selama empat bulan. Seharusnya, PT Wilmar mendapatkan pencairan restitusi dari Ditjen Pajak sebesar Rp 1,8 triliun.

Mencuatnya skandal restitusi pajak PT Wilma Group, dipicu oleh laporan pegawai Ditjen Pajak 8 bulan yang lalu. Sampai saat ini, kasus PT Wilmar belum terselesaikan. Dalam sengketa wajib pajak, idealnya kasus-kasus perpajakan harus diselesaikan tanpa melihat nilai sengketa pajaknya. Penuntasan sengketa wajib pajak perusahaan tidaklah mudah, karena menyangkut pada pembuktian yang harus kuat, baik aspek pidana maupun perdatanya.

Sesuai dengan UU, bahwa jika kesalahan penghitungan pajak dilakukan oleh petugas penarik pajak, maka wajib pajak diberiakan imbalan bunga sebesar 2% per bulan, untuk  paling lama 24 bulan, sehingga PT Wilmar nantinya jika terbukti tidak bersalah, ia akan mendapatkan restitusi ditambah imbalan bunga menurut UU yang berlaku tersebut.

Akan tetapi, jika terbukti bersalah, maka sesuai UU yang berlaku, PT Wilmar dikenai denda 200% dari jumlah restitusi. Jika meningkat ke penyidikan dan kemudian terbukti melakukan pelanggaran, Wilmar harus membayar empat kali lipat dari jumlah restitusi yang dimohonkan.

Referensi

Dokumen terkait

35 Tahap Seleksi Halaman yang digunakan untuk mengelola divisi, jabatan dan bagian yang dapat diusulkan rekomendasi calon pegawai baru dengan status masa uji

c. Memenuhi persyaratan teknis minimal dan berlabel. Lahan bera atau tidak ditanami dengan tanaman yang satu familli minimal satu musim tanam. Untuk tanaman rimpang lahan yang

Food bar adalah campuran bahan pangan (blended food) yang diperkaya dengan nutrisi, kemudian dibentuk menjadi bentuk padat dan kompak (a food bar form). Tujuan

Penulisan rujukan artikel jurnal dan terbitan karya ilmiah yang sejenis mengikuti urutan: nama belakang pengarang, koma, nama atau nama-nama depan (apabila ada), titik,

Setelah kami periksa dan diadakan perbaikan-perbaikan seperlunya, maka skripsi yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E Pada Mata

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk dan rahmat serta Rosulullah Muhammad SAW yang senantiasa memberikan syafaat kepada umatnya

Menurut Hohenwarter (2008), GeoGebra adalah program komputer untuk membelajarkan matematika khususnya geometri dan aljabar. Program ini dapat dimanfaatkan secara bebas yang dapat

“Analisis Pngaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar, Inflasi, Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK), Serta implikasinya Pada Pembiayaan Mudharabah