• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stomatitis Uremia Ulseratif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Stomatitis Uremia Ulseratif"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Stomatitis Uremia Ulseratif – Tinjauan Literatur dan Laporan Kasus yang Jarang Stomatitis Uremia Ulseratif – Tinjauan Literatur dan Laporan Kasus yang Jarang

Abstrak: Abstrak:

Stomatitis Uremia (SU) menunjukkan komplikasi intraoral yang termasuk tidak umum yang Stomatitis Uremia (SU) menunjukkan komplikasi intraoral yang termasuk tidak umum yang sebagi

sebagian an besar terlihat pada kasus-kasubesar terlihat pada kasus-kasus s penypenyakit ginjal akit ginjal tahap akhir atau tahap akhir atau gagal ginjal kronisgagal ginjal kronis yang tidak

yang tidak terdiaterdiagnosignosis s atau atau tidak tertanganitidak tertangani. . FrekuFrekuensinyensinya a berkuberkurang rang karena munculnykarena munculnyaa dialisis ginjal. Secara klinis, SU ditandai oleh plak yang terasa sakit dan krusta yang biasanya dialisis ginjal. Secara klinis, SU ditandai oleh plak yang terasa sakit dan krusta yang biasanya tersebar pada mukosa bukal dan labial, permukaan dorsal atau ventral lidah, gingiva, dan tersebar pada mukosa bukal dan labial, permukaan dorsal atau ventral lidah, gingiva, dan dasar mulut. Peraatan utama terdiri dari

dasar mulut. Peraatan utama terdiri dari perbaiperbaikan konsentrkan konsentrasi asi urea darah dan urea darah dan gagal ginjalgagal ginjal ya

yang ng menmendasdasari ari SU SU diddidukuukung ng oleoleh h penpeningingkatkatan an kebkebersiersihan han mulmulut ut dendengan gan obaobat t kumkumur ur  antise

antiseptik ptik dan dan agen-agagen-agen en antimantimikrobikroba!antija!antijamur amur jika jika diperdiperlukanlukan. . "isini kami "isini kami melapmelaporkanorkan sebuah kasus SU tipe ulserati# yang jarang yang terjadi pada seorang pasien gagal ginjal sebuah kasus SU tipe ulserati# yang jarang yang terjadi pada seorang pasien gagal ginjal kronis karena kekambuhan mendadak uremia dan meninjau pato#isiologi yang mungkin dari kronis karena kekambuhan mendadak uremia dan meninjau pato#isiologi yang mungkin dari simtom-simtom oral gagal ginjal kronis.

simtom-simtom oral gagal ginjal kronis. Kata kunci:

Kata kunci: SU ulserati#, gagal ginjal kronis SU ulserati#, gagal ginjal kronis Pendauluan:

Pendauluan: $al

$al umumum um yanyang g teltelah ah banbanyayak k dikdiketahetahui ui bahbaha a banbanyayak k penpenyayakit kit sistsistemiemik k tamtampak pak jeljelasas didal

didalam am ronggrongga a mulutmulut. . %%anpanpa a mempemempertimbartimbangkan sistem ngkan sistem orgaorgan n yanyang g terlibterlibat, at, perubperubahanahan sering terjadi didalam rongga mulut yang menggambarkan penyakit yang terjadi di tempat sering terjadi didalam rongga mulut yang menggambarkan penyakit yang terjadi di tempat lain didalam tubuh. Sehingga dapat dikatakan secara tepat baha rongga mulut adalah cermin lain didalam tubuh. Sehingga dapat dikatakan secara tepat baha rongga mulut adalah cermin dari kondisi kesehatan secara umum dan penatalaksanaan yang ideal terhadap dari kondisi kesehatan secara umum dan penatalaksanaan yang ideal terhadap perujudan- perujudan

 perujudan seperti seperti itu itu adalah adalah dengan dengan lebih lebih dulu dulu meraat meraat penyakit penyakit yang yang mendasari mendasari dandan diikuti dengan memberikan terapi lokal, jika hal ini diperlukan.

diikuti dengan memberikan terapi lokal, jika hal ini diperlukan. &&Salah satu penyakit sistemik Salah satu penyakit sistemik 

itu yang mungkin dihadapi oleh dokter gigi pada praktiknya adalah 'agal 'injal ronis itu yang mungkin dihadapi oleh dokter gigi pada praktiknya adalah 'agal 'injal ronis ('') atau

('') atau ChronChronic ic Renal FailureRenal Failure (*F) dan  (*F) dan Penyakit 'injal %ahap +Penyakit 'injal %ahap +khir (P'%+khir (P'%+) atau) atau  End  End  St

Stagage e ReRenanal l DiDiseseasasee ((S*S*")"). . SU SU teterjarjadi di dididadalalam m rorongngga ga mumululut t sesebabagagai i satsatu u bebentntuk uk  komplikasi dari uremia pada para pasien dengan S*" yang tidak terdiagnosis atau tidak  komplikasi dari uremia pada para pasien dengan S*" yang tidak terdiagnosis atau tidak  tertangani.

tertangani. 'i

'injnjal al bebertrtananggggunung g jajaaab b atatas as sesejujumlmlah ah bebesasar r #u#ungngsi si pepentntining. g. 'i'injnjal al memembmbanantutu mempertahankan komposisi yang stabil dari cairan yang merendam sel-sel melalui retensi mempertahankan komposisi yang stabil dari cairan yang merendam sel-sel melalui retensi selekti# air, elektrolit, dan cairan lainnya dan ginjal memainkan peranan dalam sistem selekti# air, elektrolit, dan cairan lainnya dan ginjal memainkan peranan dalam sistem renin-angiotensin, stimulasi produksi dan metabolisme sel darah merah, pembersihan baik obat dan angiotensin, stimulasi produksi dan metabolisme sel darah merah, pembersihan baik obat dan

& &

ach

acha, "urgara, "urgarajuaju et al et al ., /&0.., /&0. Guidlines for the Management of Cronic Kidney Disease Patient in Dental Guidlines for the Management of Cronic Kidney Disease Patient in Dental  Setup

(2)

hormon. $ilangnya #ungsi ginjal diperjelas oleh berbagai hasil kelainan patologis yang dikenal dengan uremik. Uremia bertanggung jaab atas penambahan racun yang tertahan dan  perkembangan banyak masalah yang mengganggu hampir setiap sistem organ, dimana kegagalan untuk melaksanakan secara mencukupi #ungsi-#ungsi yang diperlukan menyebabkan penahanan substansi-substansi nitrogen, yang disertai dengan kenaikan urea, nitrogen, dan nitrogen non-protein darah. Sehingga, perlu digunakan teknis penyaringan darah diluar ginjal, terutama hemodialisis.

*F mempengaruhi serangkaian jaringan dan sistem, yang menyebabkan komplikasi sara#, kardiovaskuler, perna#asan, endokrin, hematopoietik, gastrointestin, urologis, kulit, mukosa dan kompleks kranio#asial.

Setelah munculnya dialisis ginjal, kejadian uremia parah pada *F telah berkurang, sehingga  jumlah kasus yang telah dilaporkan dalam literatur relati# sedikit. Sejumlah simtom oral

dilaporkan pada para pasien S*", termasuk gingivitis, mulut kering, bau yang menyerupai amonia yang diakibatkan oleh kandungan urea yang tinggi, lesi mukosa, mobilitas gigi, maloklusi, dan peningkatan risiko erosi gigi karena regurgitasi yang berkali-kali. Pada kondisi yang parah, SU bisa menjadi lesi oral yang mencolok, yang terjadi karena uremia, akumulasi produk sisa nitrogen didalam darah yang kemungkinan disebabkan oleh baik gagal ginjal akut maupun kronis. +S pertama kali disebutkan oleh 4ancereau5 pada tahun &667 dan diuraikan oleh 8arie pada tahun &69 sebagai satu bentuk komplikasi uremia. "isini kami melaporkan kasus SU ulserati# langka yang terdiagnosis secara klinis pada seorang pasien *F, yang secara bersamaan juga mengalami diabetes melitus.

Laporan Kasus:

Seorang pasien pria berusia 0: tahun melapor ke "epartemen *adiologi dan edokteran ulut, dengan keluhan berupa ketidakmampuan untuk makan, kesulitan dalam berbicara karena pengelupasan mukosa didalam mulut dengan sensasi rasa terbakar yang berkaitan (7/; pada Visual Analogue Scale!<+S) saat makan makanan panas dan pedas sejak satu  bulan sebelumnya. %erdapat simtom-simtom lain, seperti 5erostomia, nausea, muntah, lidah

yang melebar, perubahan rasa, dan bau busuk dari dalam mulut sejak / hari yang lalu.

Pada aalnya, pasien mendapati lesi berarna putih yang menyertai pada mukosa mulut satu  bulan sebelumnya di mukosa pipi sebelah kanan dan kiri, yang kemudian secara perlahan-lahan menyebar ke bagian mulut dan bibir yang lain, dan setelah beberapa hari lesi ini mulai

acha, "urgaraju et al ., /&0. Guidlines for the Management of Cronic Kidney Disease Patient in Dental  Setup. 1urnal o# *esearc and +dvancement in "entistry2 3ndia

(3)

mengelupas dari jaringan yang mengikat tanpa pemecahan apapun yang dapat dikenali. +da rasa terbakar yang berlanjut dan terdapat diseluruh bagian mulut. $al ini diaali dan dipercepat oleh konsumsi makanan panas dan pedas dan diatasi dengan meminum air dingin. Selain itu, pasien tidak dapat menjaga kebersihan mulutnya karena rasa sakit dan pendarahan dari gusi dan jaringan mulut yang lain selama pembersihan mulut. "ia mengalami kesulitan dalam berbicara, menelan karena rasa sakit, mulut dan peningkatan ukuran lidah.

Pasien adalah seorang pebisnis, menikah dengan tiga orang anak yang sehat. Pada  pemeriksaan #isik secara umum, pasien cukup gemuk dan teraat, mengalami dehidrasi, kering, katatonik dan agak mengalami disorientasi dengan pengucapan yang kurang jelas. Pemeriksaan ekstra-oral menunjukkan tanda-tanda penyakit ginjal yang nyata, seperti pucat, ajah yang tampak bengkak dan kusam, bau mulut uremia dan bibir pecah-pecah dengan  pendarahan. Submandibula bilateral, nodus lim#a submental melebar dan lunak saat dipalpasi

('ambar & dan ).Pemeriksaan intra-oral menunjukkan pseudo membran berarna putih kental yang meluas dan terikat secara longgar yang terpisah dari mukosa yang mendasari, meninggalkan dasar erithema pada mukosa bukal dan labial, palatal, lidah, gingiva dan lantai mulut, pendarahan diperoleh dari pecahan pada saat peregangan bibir. Pada saat dipalpasi,  plaknya dapat digosok dengan mudah yang meninggalkan dasar erithema dan mukosanya

lunak ('ambar & dan ).

Pemeriksaan intra-oral menunjukkan plak berarna putih yang dapat dikerok dan meluas dengan dasar erithema pada mukosa bukal dan labial, palatal, lidah, gingiva dan dasar mulut,  bibir mengalami pecah-pecah dan berdarah ('ambar = dan 0).

Pro#il hematologis dan biokimia menunjukkan peningkatan level urea darah sebesar 9> mg!dl, kreatinin serum >,6 mgs!dl dan #os#atase +lkalin &7/ Ul!l, level glukosa darah F8S &>/ mgs; dan PP8S =/0 mgs; serta hemoglobin &/ gms;.

8erdasarkan riayat, si#at lesi oral yang meluas, ciri-ciri klinis yang lain dan pro#il hematologis dan biokimia pasien, SU ulserati# terbentuk. ?amun demikian, candidiasis  pseudo membran yang kronis dipertimbangkan pada diagnosis di#erensial, dengan melihat

#akta baha pasien juga sedang menderita diabetes melitus.

SU seringkali merupakan temuan klinis pada kasus-kasus gagal ginjal tahap akhir. =ami

tidak mengarahkan pasien ke penyelidikan histopatologis untuk lesi oralnya, karena tanda-tanda histopatologis SU tidak spesi#ik dan patognomonic dan peranan histopatologi hanyalah

=0

4eao, 1air,  et al!  //>. "remic Stomatitis in Cronic Renal Failure. "ept o# clinic and preventi# dentistry Federal University o# Pernambuco 2 8ra@il

(4)

untuk mengeluarkan kondisi-kondisi patologis yang lain. "iagnosis yang pasti dibuat dengan menggabungkan temuan-temuan riayat, klinis dan hematologis.

4esi oral sekunder akibat uremia tidak membutuhkan peraatan yang spesi#ik dan tidak ada kebutuhan untuk mengubah peraatan sistemik yang relevan dan lagi pula lesi intraoral resisten terhadap peraatan lokal selama konsentrasi urea darah tetap tinggi. Sehingga, untuk  membantu penyembuhan lesi, obat kumur hidrogen peroksida &/; (&2& dalam air), empat kali sehari, direkomendasikan dan pasien dirujuk kembali ke unit ne#rologi untuk kontrol urea darah, kreatinin dan level glukosa serta untuk peninjauan penyakit ginjalnya secara terus-menerus.

Pembaasan:

*F merupakan masalah peraatan kesehatan utama di seluruh dunia. ejadiannya meningkat seiring dengan usiaA pria lebih sering terkena daripada anita. 0Penyebab paling

 banyak *F adalah diabetes melitus ("), hipertensi ($%?), glomerulone#ritis dan  polisistosis ginjal. ?e#ropati diabetes merupakan penyebab paling banyak, yang berjumlah sekitar 0/-:/; dari semua pasien *F yang berkembang menjadi S*", sebagaimana yang kami lihat pada kasus kami. $ipertensi arteri, yang mengenai &>-=/;A dan glomerulone#ritis,  pada kurang dari &/; kasus, hanya -=; dari keseluruhan pasien *F yang menunjukkan  polisistosis ginjal.

%anda-tanda dan simtom-simtom klinis berkaitan dengan jenis masalah ginjal atau sistemik  yang mendasari, dan dengan tingkat kerusakan #ungsi ginjal. Bbservasi yang berulang kali  pada *F adalah anemia akibat erithropoiesis yang kurang. $emostasis berubah sebagai

akibat dari adhesi platelet yang berkurang, bersama-sama dengan peningkatan aktivitas  prostasiklin, ketersediaan #aktor = platelet yang lebih sedikit, peningkatan kerapuhan kapiler 

dan karena e#ek antikoagulan yang digunakan pada hemodialisis, yang menyebabkan  pendarahan gingiva,  petechiae dan ecchymosis. Para pasien tersebut juga menderita dyspnea dan perubahan-perubahan gastrointestinal, seperti anoreksia, nausea dan muntah yang  berhubungan dengan uremia, seperti dilaporkan oleh pasien kami.

(5)

>:Sekitar 9/; pasien dengan *F menderita tanda-tanda dan simtom-simtom oral yang

mempengaruhi baik struktur tulang maupun jaringan lunak dan rasa logam yang diakibatkan oleh peningkatan konsentrasi urea didalam saliva dan trans#ormasi posteriornya menjadi amonia dan penguraian lebih lanjut menjadi amonia dan karbondioksida oleh urease bakteri dan akibat 5erostomia dan pemeliharaan kebersihan mulut yang buruk. Penggunaan  pengobatan, pengurangan jumlah kuncup rasa dan perubahan komposisi dan aliran saliva juga

merupakan penyebab yang mungkin.

"iantara lesi mukosa mulut, gingivitis dan periodontitis adalah penyakit umum karena kronisitas penyakit, pemeliharaan kebersihan mulut yang buruk. %api, SU merupakan observasi klinis yang tidak umum, yang berhubungan dengan kasus-kasus parah akibat uremia. Studi-studi sebelumnya telah melaporkan kejadian SU yang lebih tinggi pada para  pasien *F dengan diabetes, dibandingkan dengan pasien *F non-diabetes, serupa dengan

yang kami lihat dalam kasus kami.

Sebanyak empat tipe SU telah dideskripsikan2 erythema-pultaseus, ulserati#, hemorrhagik dan hiperkeratotik. 4esinya terasa menyakitkan dan paling sering terlihat pada permukaan ventral lidah dan pada permukaan mukosa anterior. 4esi-lesi tersebut resisten terhadap peraatan selama level urea darah tetap tinggi dan sembuh dengan sendirinya dalam aktu -= minggu setelah kelainan ginjal yang mendasari diatasi.

ejadian SU sangat rendah, khususnya jika proses penyakit berkembang setahap demi setahap selama periode beberapa tahun dan terjadi biasanya pada gagal ginjal lanjut. ?amun demikian, gingivostomatitis pseudomembran nekrotik akut kadangkala ditemukan pada para  pasien yang secara cepat mengalami level nitrogen urea darah yang tinggi.

Pato#isiologi SU yang tepat masih belum teridenti#ikasi. ebanyakan penulis percaya baha lesi oral berkembang karena iritasi dan luka kimiai pada mukosa oleh amonia atau senyaa amonia yang terbentuk melalui hidrolisis urea didalam saliva oleh urease. enurut teori ini, disaat konsentrasi urea intraoral melebihi =/ mmol!4 (saliva campuran yang distimulasi pada orang sehat mengandung -: mmol!4 urea), en@im urease yang ditemukan dalam kalkulus gigi dan bakteri mulut menyebabkan hidrolisis urea saliva menjadi amonia bebas. ebersihan

>

acha, "urgaraju et al ., /&0. Guidlines for the Management of Cronic Kidney Disease Patient in Dental  Setup. 1urnal o# *esearc and +dvancement in "entistry2 3ndia

:

 o@a##ari, P, osannen et al ., //9. #ral Manifestation of Renal Patient $efore and After %ransplantation& A  Re'ie( of )iterature. "ept Bral edicine ember o# *esearch enter Faculty o# "entistry ashad University

(6)

mulut yang buruk, gingivitis kronis dan penyakit periodontis, gigi yang rusak, 5erostomia, dan merokok dipercaya semakin memperburuk keadaan rongga mulut.

Fakta baha lesi utama berkembang pada titik-titik dimana mukosa bersinggungan dengan gigi dan tidak dibaah geligi buatan mendukung teori ini. 8liss pada tahun &9=7 secara eksperimen membuktikan baha lesi uremia dapat berkembang pada titik-titik mukosa melalui e#ek langsung amonium hidroksida yang berkaitan dengan kalkulus. Selain itu,  beberapa racun uremia bisa bertindak secara langsung pada sel-sel epitel dengan mengubah transpor membran sel untuk sodium, potasium, atau elektrolit yang lain. ?amun demikian, deskripsi mengenai bentuk stomatitis yang serupa pada para pasien ne#ritis tanpa uremia dan rendahnya tingkat kejadian SU pada para pasien uremia memunculkan kebutuhan akan  penyelidikan lebih lanjut. %ingkat kejadian SU yang rendah pada para pasien *F dapat dihubungkan dengan munculnya dialisis ginjal. "imungkinkan juga karena substrat genetik, karena 0/; populasi C menurut artikel-artikel tinjauan C menunjukkan kecenderungan genetik untuk penyakit ulserati# mulut.

Studi-studi terkini untuk *F dan e#ek beracun dari larutan retensi uremia mendukung mekanisme yang lebih rumit tentang perkembangan SU. +bnormalitas-abnormalitas dalam sistem imun yang melibatkan baik imunitas seluler maupun humoral tampaknya memainkan  peranan penting. 8ukti yang ada menyatakan baha racun uremia seperti beta-mikroglobulin, hormon paratiroid ( parathyroid hormone!P%$), produk-produk glikosilasi lanjutan, dan "3P 3 mempercepat apoptosis lim#osit, monosit, dan leukosit polimor#onuklear  ( polymorphonuclear leukocyte!P?) atau menghambat #ungsi-#ungsi dan metabolisme P?, seperti #agositosis dan kemotaksis. Selain itu, produk akhir glikosilasi lanjutan bisa menyebabkan reaksi in#lamasi yang terdiri dari monosit melalui induksi interleukin : (34-:), tumor necrosis factor alpha (%?F-D), dan inter#eron gamma (3F?-E).

erostomia (mulut kering) juga merupakan simtom yang umum sebagai akibat dari  pembatasan konsumsi cairan, e#ek samping obat (biasanya agen-agen antihipertensi), kemungkinan perubahan kelenjar saliva, dan berna#as dengan mulut akibat masalah per#usi  paru-paru dan hal ini merupakan keluhan paling banyak pada pasien yang mengalami baik 

diabetes melitus dan *F karena peningkatan rasa haus dan buang air kecil sebagai konsekuensi dari diuresis osmotik yang disebabkan oleh hiperglikemia yang berkepanjangan. "iuresis mengakibatkan hilangnya glukosa, air bebas, dan elektrolit didalam urin.

Pada kasus kami, kami mencatat baha pasien mengalami pengucapan yang kurang jelas dan disorientasi. Pengucapan yang berubah bisa disebabkan oleh dua alasan, yaitu karena uremia dapat mempengaruhi sistem sara# pusat (central ner'ous system!?S) yang menyebabkan

(7)

 pengucapan yang kurang jelas dan karena lapisan lidah yang tebal dan disorientasi juga merupakan akibat dari keterlibatan ?S yang berhubungan dengan perkembangan asidosis metabolik dan hiperkalemia.

ani#estasi oral biasanya bertahan selama  sampai = minggu dan bisa sembuh dengan sendirinya dengan penyembuhan uremia yang mendasari dan penurunan level nitrogen urea darah (*lood urea nitrogen!8U?). Peningkatan konsumsi cairan mendorong salivasi. Scaling  gigi bisa dilakukan untuk menghilangkan endapan kalkulus, yang mungkin mengandung urease. Bbat kumur hidrogen peroksida dapat meningkatkan pembersihan bakteri anaerobik  yang menghasilkan amonia, untuk menetralkan amonia dan kondisi asidosis. Peraatan tambahan bisa memasukkan suplemen vitamin, obat kumur antiseptik dan agen-agen antimikroba!antijamur terhadap in#eksi-in#eksi mikroba atau jamur.

Kesimpulan:

onsekuensi-konsekuensi uremia dan komplikasinya didalam rongga mulut lebih tinggi pada  para pasien *F yang tidak terkontrol, khususnya pada para pasien usia lanjut, dis#ungsi imun dan komorbiditas lainnya, seperti ", $%?, dll. 4esi-lesi tersebut mengganggu #ungsi mulut sehari-hari dan membahayakan konsumsi makanan, dan hal ini selanjutnya kemungkinan membuat pasien lebih sakit. 4esi mulut akibat uremia dapat ditangani secara dengan memperbaiki level urea darah. Peraatan gigi periodik lebih lanjut, peraatan  penyakit mulut, menjaga kebersihan mulut dan jaga pola makan serta menjaga kesehatan tubuh. Untuk ini, pendekatan multidisiplin oleh pro#esional bidang kedokteran dan kedokteran gigi sangat di perlukan guna memberikan peraatan terbaik yang mungkin.i

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Kenyataan diatas membuat Pemerintah Kabupa- ten Lamongan memandang perlu mengambil prakarsa untuk melakukan penyeder- hanaan proses layanan masyarakat dengan pelayanan satu atap

Berdasarkan perhitungan nilai tambah yang didapati pada Tabel 6 bahwa nilai output lebih tinggi dibandingkan input, data tersebut dapat menunjukkan bahwa ada

Menurut Tentua (2009), metode statistik nonparametrik digunakan untuk situasi seperti: (1) apabila ukuran sampel demikian kecil sehingga distribusi statistik pengambilan sampel tidak

sebagian besar usaha yang ditekuni warga tidak dapat bersaing dan tidak berlanjut. Hal ini disebabkan karena produk yang dihasilkan sebagian besar warga merupakan

Dalam hal ini, Indonesia menjadi ketua ASEAN pada saat konflik Thailand dan Kamboja ini berlangsung, maka ASEAN belajar dari masalah yang sebelumnya, mereka

Presiden tidak lagi dengan seenaknya mengajukan rancangan undang-undang untuk dimintakan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat seperti pada masa-masa Orde Baru dimana

Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2016 mencakup pelaksanaan program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat, dengan kegiatan berupa Pengendalian

Valbury Asia Securities or their respective employees and agents makes any representation or warranty or accepts any responsibility or liability as to, or in relation to, the