• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK Salah satu ordo amfibi tanpa ekor, yaitu Ordo Anura (katak dan kodok). Separuh masa hidup Anura dihabiskan dalam air sebagai berudu dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK Salah satu ordo amfibi tanpa ekor, yaitu Ordo Anura (katak dan kodok). Separuh masa hidup Anura dihabiskan dalam air sebagai berudu dan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1 ABSTRAK

Salah satu ordo amfibi tanpa ekor, yaitu Ordo Anura (katak dan kodok). Separuh masa hidup Anura dihabiskan dalam air sebagai berudu dan separuhnya lagi di daratan sebagai katak juvenil hingga dewasa. Dari sini dapat diketahui bahwa Anura sangat tergantung pada keberadaan air. Anura merupakan salah satu satwa yang digunakan sebagai komponen penyusun ekosistem yang memiliki peranan penting, selain itu kehadirannya dapat digunakan sebagai bioindikator kondisi lingkungan karena herpetofauna merupakan hewan yang peka terhadap perubahan lingkungan (Stebbins and Cohen, 1997).Oleh karena itu perlu diketahui bagaimana pengaruh kelembaban, suhu, tutupan tajuk, tutupan tumbuhan bawah, dan jarak dari sumber air terhadap kehadiran Ordo Anura di Hutan Pendidikan Wanagama I.

Pengambilan data pengaruh faktor-faktor abiotik dan biotik serta kehadiran Ordo Anura menggunakan metode VES Line transek di Hutan Pendidikan Wanagama I. Pengambilan data kelembaban menggunakan Thermohigrometer, sedangkan suhu menggunakan Thermometer.Metode protocol sampling digunakan untuk mengambil data tutupan tajuk dan tutupan tumbuhan bawah. Pengaruh faktor-faktor abiotik dan biotik kemudian di analisis dengan R statistic General Role Model. Hasilnya,kelembaban, suhu, tutupan tajuk, tutupan tumbuhan bawah, dan jarak dari sumber air tidak berpengaruh signifikan terhadap kehadiran Ordo Anura. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai jumlah jenis dan jumlah individu Ordo Anura di Hutan Wanagama I pada berbagai interval waktu sehingga dapat diperoleh data yang representatif dan berkelanjutan sangat diharapkan.

(2)

2 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Amfibi berasal dari kata amphi yang berarti ganda dan bio yang berarti hidup. Secara harfiah amfibi diartikan sebagai hewan yang hidup di dua alam, yakni dunia darat dan air. Amfibi dikenal sebagai hewan bertulang belakang yang suhu tubuhnya tergantung pada lingkungan, mempunyai kulit licin dan berkelenjar serta tidak bersisik. Sebagian besar mempunyai anggota gerak dengan jari (Liswanto, 1998).

Salah satu ordo amfibi tanpa ekor, yaitu Ordo Anura (katak dan kodok). Pada masa reproduksi ordo ini akan meletakkan telurnya di tepi air, di dalam air, dan di dalam tanah yang lembab. Separuh masa hidup Anura dihabiskan dalam air sebagai berudu dan separuhnya lagi di daratan sebagai katak juvenil hingga dewasa. Dari sini dapat diketahui bahwa Anura sangat tergantung pada keberadaan air (Goin et al, 1978).

Anura merupakan salah satu satwa yang digunakan sebagai komponen penyusun ekosistem yang memiliki peranan penting, baik secara ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis, herpetofauna berperan sebagai pemangsa pertama (konsumen primer) seperti serangga atau hewan invertebrata lainnya (Iskandar, 1998). Selain itu, kehadirannya dapat digunakan sebagai bioindikator kondisi lingkungan karena herpetofauna merupakan hewan yang peka terhadap perubahan lingkungan (Stebbins and Cohen, 1997).

Hutan Pendidikan Wanagama I adalah hutan yang dahulunya berupa daerah kering dengan tipe kawasan karst, hal ini membuat Wanagama I yang sekarang menjadi hutan yang memiliki kondisi lingkungan yang khas dengan beragam jenis vegetasi. Di Hutan Pendidikan Wanagama I ini dilalui oleh aliran sungai Oya, yang mana berfungsi sebagai sumber air bagi kehidupan di sekitarnya, terutama untuk Anura. Suhu dan kelembaban juga mempengaruhi kehidupan Anura karena Anura harus menjaga suhu tubuhnya agar sesuai dengan suhu lingkungan sehingga keberlangsungan hidupnya tetap terjaga (Kusrini, dkk. 2008). Berdasarkan keadaan Hutan Pendidikan Wanagama I dengan faktor abiotik dan biotik yang dibutuhkan oleh Anura untuk kelangsungan hidup maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh faktor abiotik dan biotikterhadap kehadiran Ordo Anura di Hutan Pendidikan Wanagama I.

(3)

3 1.2. Rumusan Masalah

Hutan Pendidikan Wanagama I sebagai hutan pendidikan dan penelitian memiliki kondisi lingkunganabiotik dan biotik yang khas mampu menarik satwa liar, salah satunya yaitu Ordo Anura. Kondisi lingkungan tersebut dapat menimbulkan pengaruh terhadap kehadiran Ordo Anura. Berdasarkan penjelasan tersebut rumusan masalah yang digunakan yaitu :

1. Bagaimana kehadiran Ordo Anura di hutan Pendidikan Wanagama I?

2. Bagaimana pengaruh faktor abiotik dan biotik terhadap kehadiran Ordo Anura di hutan Pendidikan Wanagama I?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui kehadiran Ordo Anura di hutan Pendidikan Wanagama I

2. Mengetahui pengaruh faktor abiotik dan biotik terhadap kehadiran Ordo Anura di di hutan Pendidikan Wanagama I

1.4. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor abiotik serta biotik dan pengaruhnya terhadap kehadiran Anura di Hutan Pendidikan Wanagama I sehingga dapat dijadikan acuan untuk pengelolaan agar keberadaan Anura tetap terjaga. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan data pendukung untuk penelitian selanjutnya.

(4)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ordo Anura

Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo, salah satunya yaitu Ordo Anura (Zug, 1993). Taksonomi Anura adalah sebagai berikut: Kingdom :Animalia

Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata SuperClass : Tetrapoda Class : Amphibia Ordo : Anura

Sebagian besar Anura memiliki tubuh pendek, kepala besar dan empat tungkai yang berkembang dengan baik. Panjang relatif dari tungkai depan dan tungkai belakang Anura membuatnya dikelompokkan dalam kategori lokomotor. Spesies dengan tungkai belakang yang pendek umumnya termasuk dalam golongan pelari (runner), pejalan (walker) atau pelompat (hopper) sedangkan mereka yang memiliki tungkai belakang panjang termasuk dalam golongan perenang (swimmer) atau pelompat (jumper) dalam sekali lompatan jarak yang ditempuh 10 kali panjang tubuh atau lebih. Anura dengan tungkai belakang yang besar dapat digolongkan sebagai pelompat yang baik. Tungkai belakang yang panjang juga dihubungkan dengan katak pemanjat (Pough et al., 1998).

(5)

5 Anura memiliki ciri umum morfologi yang mudah dikenali. Katak (Ranidae) dan kodok (Bufonidae) mudah dikenali dari bentuk tubuhnya yang tampak seperti berjongkok dengan memiliki empat anggota gerak (tetrapoda) untuk melompat (saltation). Struktur tulang Anura juga telah termodifikasi dengan tidak sempurna menjadikannya ringan memudahkan untuk melompat. Lehernya tidak jelas dan tidak memiliki ekor. Mata umumnya bulat dengan pupil horizontal atau vertikal, dan memiliki kelopak mata yang dapat ditutup. Mata Anura mampu membedakan warna namun tidak mampu membedakan bentuk. Alat gerak depan (extremitas anterior) memiliki empat jari sedangkan alat gerak belakang memiliki lima jari (pentadactylus), dengan selaput renang (webb) yang terdapat antara jari-jari serta bervariasi pada tiap jenisnya. Alat gerak belakang berkembang lebih baik, umumnya lebih panjang dan kuat daripada yang depan. Tekstur kulit bervariasi dari halus pada beberapa katak dan kasar berupa tonjolan-tonjolan kasar pada kodok. Kulit tidak memiliki sisik, kulit selalu lembab dan basah serta bersifat permeabel (Iskandar, 2002).

Berikut beberapa ciri-ciri umum lainnya dari anggota ordoAnura adalah:

1. Memilliki anggota gerak yang secara anamotis pentadactylus, kecuali pada apoda yang anggota geraknya terduksi.

2. Tidak memiliki kuku dan cakar, tetapi ada beberapa anggota amphibia yang pada ujung jarinya mengalami penandukan membentuk kuku dan cakar, contoh Xenopus sp.

3. Kulit memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan atau kelenjar berbintil (biasanya beracun).

4. Pernafasan dengan insang, kulit, paru-paru.

5. Mempunyai sistem pendengaran, yaitu berupa saluran auditory dan dikenal dengan tympanum.

6. Jantung terdiri dari tiga lobi ( 1 ventrikel dan 2 atrium)

7. Mempunyai struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palatum. 8. Merupakan hewan poikiloterm.

(6)

6 (Duellman and Trueb, 1986)

Pertahanan diri pada Anura antara lain escape (melarikan diri) dengan cara melompat atau berenang, yang kedua adalah melakukan kamuflase sesuai dengan habitatnya (contoh seperti jenis megophryidae yang memiliki warna seperti daun kering atau pada jenis rhacophoridae yang hidupnya dipohon-pohon tinggi dan memiliki warna yang sama dengan daun), yang ketiga adalah chemical defense yaitu dengan adanya kelenjar granuler (mukosa dan racun) pada kulit, yang keempat adalah aposematisme (misal pada jenis dendrobatidae yang biasanya berwarna mencolok (aposematik), menggembungkan badan dan mengangkat kaki belakang supaya kelihatan lebih besar dan menyulitkan ketika akan dimakan serta yang terakhir adalah dengan menggigit (misalnya Asterophrys turpicola dari Papua) (Zug, 1993).

Morfologi katak berbeda tergantung pada habitatnya. Katak pohon seperti famili Rhacophoridae memiliki piringan (discs) pada ujung jarinya untuk membantu dalam memanjat. Katak akuatik atau semi-akuatik seperti famili Ranidae memiliki selaput diantara jari-jarinya untuk membantu dalam berenang. Katak terestrial tidak memiliki selaput ataupun piringan, tetapi cenderung memiliiki warna yang menyerupai serasah atau lingkungan sekelilingnya, seperti pada genus Megophrys. Ukuran SVL (snout vent length) Anura berkisar dari 1-35 cm, tetapi kebanyakan berkisar antara 2-12 cm. Katak dan kodok tersebar pada seluruh benua kecuali pada kedua kutub dan daerah gurun yang sangat kering, dengan lebih dari 80% dari seluruh jenis terdapat di daerah tropik dan sub-tropik.

Berikut beberapa perbedaan antara katak dan kodok, yaitu:  Ciri-ciri katak (frog)

1. Kulit relatif halus dan basah

2. Extremitas posterior relatif panjang (sebagai lokomosi) 3. Postur tubuh ramping

4. Persatuan gelang panggul dan columna vertebralis menonjol 5. Ujung jari terdapat piringan

6. Bagian kepala tanpa pematang dan parotoid 7. Gelang bahu tipe firmisternal

 Ciri-ciri kodok (toad)

1. Kulit relative kasar dan kering 2. Tungkai belakang relatif pendek 3. Postur tubuh tegap /kekar

(7)

7 4. Persatuan gelang panggul dan columna vertebralis tak menonjol

5. Ujung jari tidak ada piringan

6. Bagian kepala ada pematang dan parotoid 7. Gelang bahu tipe arciferal

Menurut Iskandar (2002), Anura yang terdapat di Jawa terdiri dari 5 famili, yaitu Bufonidae, Microhylidae, Megophryidae, Ranidae, dan Rhacophoridae. Meskipun pada akhirnya ada 2 famili lain yang juga ditemukan di Indonesia yaitu Bombinatoridae dan Hylidae.

2.2. Faktor Abiotik 2.2.1. Suhu

Temperatur merupakan faktor yang penting di wilayah biosfer, karena pengaruhnya sangat besar pada segala bentuk kehidupan. Beberapa kegiatan organisme seperti reproduksi, pertumbuhan dan kematian dipengaruhi oleh suhu lingkungannya (Alikodra, 2002). Di samping itu, temperatur pada umumnya mempengaruhi perilaku satwaliar serta berpengaruh terhadap ukuran tubuh serta bagian-bagiannya (Alikodra, 2002). Kebanyakan amfibi dapat beraktivitas pada kondisi suhu yang beragam.Goin et. al, (1978) menyebutkan bahwa amfibi secara umum memiliki batas toleransi suhu antara 3◦c hingga 27◦c. Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan suhu pada amfibi, tergantung pada jenis, umur dan fase kehidupan, serta pengalaman suhu harian pada masing-masing individu yang berbeda (Stebbins and Cohen, 1995).

2.2.2. Kelembaban

Kelembaban merupakan salah satu komponen abiotik di udara dan tanah. Kelembaban di udara berarti kandungan uap air di udara, sedangkan kelembaban di tanah berarti kandungan air dalam tanah. Kelembaban diperlukan oleh makhluk hidup agar tubuhnya tidak cepat kering karena penguapan. Kelembaban yang di perlukan setiap makhluk hidup berbeda- beda (Anonim, 2014). Menurut Duellman dan Trueb (1994), Ordo Anura hidup di kawasan hutan yang memiliki kelembaban tinggi (75-85%) untuk melindungi mereka dari kekeringan. Menurut Wells (2007) mengungkapkan bahwa cara Anura menghindari pengeringan adalah melalui perubahan perilaku diantaranya meliputi: Pemilihan habitat mikro lembab yang memungkinkan hewan untuk menyeimbangkan kehilangan air dengan serapan air, berlindung di tempat yang lebih lembab di seperti di bawah

(8)

8 daun-daun (serasah), tumpukan puing-puing, atau dalam lubang, menggali ke dalam tanah selama periode kering, memanfaatkan bekas lubang yang dibuat oleh hewan lain, merubah postur tubuh, dan merapat/berkumpul dengan individu lainnya. 2.2.3. Air

Sebagian besar Anura merupakan satwa yang sangat bergantung kepada wilayah perairan dalam siklus hidupnya (Duellman & Trueb, 1994). Ketergantungan akan wilayah perairan sebagian besar terjadi terutama pada saat fase berudu dimana fase tersebut merupakan fase akuatik. Akan tetapi, ketergantungan tersebut juga terjadi pada beberapa jenis Anura dewasa yang dikenal sebagai satwa akuatik dan semi-akuatik.Untuk mempertahankan suhu tubuh, biasanya amfibi hidup tidak jauh dari sumber air (Mistar, 2008).Anura ini diketahui menghabiskan seluruh hidupnya di dalam atau sekitar wilayah perairan. Oleh karena kebutuhan yang sangat tinggi terhadap sumber air, keberlangsungan hidup jenis Anura tersebut sangat bergantung terhadap kondisi fisik perairan. Hal tersebut dikarenakan Anura lebih sensitif terhadap perubahan kondisi fisik perairan dibanding jenis lain (Eskew, Price, & Dorcas, 2012), karena beberapa karakter anatomi yang dimilikinya. Amfibi menempati habitat yang bervariasi, mulai dari air tergenang sampai di puncak pohon yang tinggi (Iskandar, 1998).

2.2.4 Penutupan Tajuk dan Tumbuhan Bawah

Pembukaan penutupan tajuk mempengaruhi tingkat kelembaban yang penting dalam kehidupan Anura. Sebagian besar Anura akan menjauhi daerah yang kering jika memungkinkan (Inger R.F & R.B Stuebing, 2005). Penutupan tajuk juga akan mempengaruhi intensitas cahaya yang akan mempengaruhi suhu dan kelembaban (Liswanto, 1998). Pembukaan tajuk secara drastis lingkungan lantai dasar hutan. Hilangnya atau perubahan kualitas seresah daun berrpengauh terhadap Anura baik secara langsung maupun tidak langsung (Zug et al, 1993).

Tumbuhan bawah terdiri dari selain pemudaan pohon, misal rumput, herba dan semak belukar serta paku-pakuan (Ewusic, 1990). Selanjutnya Philips (1982), menyatakan bahwa tumbuhan yang termasuk tumbuhan penutup tanah adalah kelompok herba yang tingginya 0,5 sampai 1 meter. Kondisi tanaman bawah dan vegetasi lainnya juga harus dijaga karena merupakan habitat dari jenis serangga yang

(9)

9 menjadi makanan katak. Menurut Darmawan (2008), Anura akan berdiam diri dan menunggu serangga datang kemudian menelannya.

2.3. Hutan Pendidikan Wanagama I

Hutan Pendidikan Wanagama I merupakan hutan sekunder yang dulunya merupakan kawasan karst dengan tanah batuan berkapur. Berawal dari suksesi awal berupa pembelukaran kawasan yang kemudian menjadi hutan klimaks, tahun 1964 kawasan yang tandus ini berhasil dihutankan menjadi batu bertanah sehingga beberapa jenis tanaman bisa hidup di kawasan tersebut.Hutan Pendidikan Wanagama I terletak antara 100ᵒ30’22’’ dan 100ᵒ33’3’’ Bujur Timur (BT) dan antara 7ᵒ53’25’’ dan 7ᵒ54’52’’ Lintang selatan (LS). Batas-batas kawasan antara lain, sebelah timur berupa jalan raya Yogya-Wonosari sepanjang 3,1 km, sebelah selatan berupa peukiman Desa Gading, Banaran, dan Ngeleri, dengan panjang jalan batas hutan sepanjang 6,3 km, sebelah barat berupa areal pertanian yang masuk dalam petak 3, petak 4, dan petak 8. Sedangkan di sebelah utara berupa pemukiman Dusun Kemuning, Desa Bunder (Anonim, 1988).

Hutan pendidikan Wanagama I merupakan daerah rehabilitasi pada pegunungan karst yang memiliki kondisi lingkungan fisik yang khas dan merupakan salah satu habitat bagi herpetofauna termasuk Ordo Anura (Duellman and Trueb, 1986). Seperti yang sudah diketahui bahwa Anura sangat menyukai daerah yang berair dan kolam-kolam kecil ataupun genangan-genangan air menyerupai kolam sangat ideal sebagai lokasi pengamatan terutama pada musim berbiak (Mistar, 2008). Hutan Pendidikan Wanagama I memiliki lebih dari 5 mata air yang tidak kering sepanjang tahun (Gusti, 2012).

(10)

10 BAB III

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

3.1. Landasan Teori

Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat salah satunya adalah Ordo Anura. Anura dapat berfungsi sebagai bio-indikator bagi kondisi lingkungan karena Anura memiliki respon terhadap perubahan lingkungan. Ordo Anura hidup di kawasan hutan yang memiliki kelembaban tinggi (75-85%) untuk melindungi mereka dari kekeringan. Pada umumnya Anura memilih habitat mikro lembab yang memungkinkan Anura untuk menyeimbangkan kehilangan air dengan serapan air dan berlindung di tempat yang lebih lembab seperti di bawah daun-daun (serasah), tumpukan puing-puing, atau dalam lubang, menggali ke dalam tanah selama periode kering, memanfaatkan bekas lubang yang dibuat oleh hewan lain, merubah postur tubuh, dan merapat/berkumpul dengan individu lainnya.Sebagian besar Anura merupakan satwa yang sangat bergantung pada wilayah perairan dalam siklus hidupnya dan untuk mempertahankan suhu tubuh, biasanya Anura hidup tidak jauh dari sumber air.

Hutan Pendidikan Wanagama I merupakan salah satu habitat bagi herpetofauna termasuk Ordo Anura, karena memiliki kondisi abiotik yang cukup baik untuk habitat Anura. Hutan Pendidikan Wanagama I merupakan daerah rehabilitasi pada pegunungan karst yang memiliki kondisi lingkungan fisik yang khas dengan pH tanah berkisar antara 6,5 – 7,5 dan suhu udara berkisar antara 25 - 29ºC. Hutan Pendidikan Wanagama I memiliki kelembaban relatif bulanan rata-rata selama musim hujan berkisar antara 83 – 88% dan selama musim kering berkisar antara 78 – 81%, sedangkan variasi harian dalam musim hujan antara 73 – 96%, pada musim kering kelembaban relatif pada saat paling panas turun sampai 68%. Seperti yang sudah diketahui bahwa Anura sangat menyukai daerah yang berair dan kolam-kolam kecil ataupun genangan-genangan air menyerupai kolam sangat ideal sebagai lokasi pengamatan terutama pada musim berbiak. Hutan Pendidikan Wanagama I memiliki lebih dari 5 mata air yang tidak kering sepanjang tahun salah satunya di Hutan Pendidikan Wanagama I dilalui Sungai Oyo sebagai sumber air bagi satwa di

(11)

11 dalamnya, namun belum tentu kualitas air dan kealamian Hutan Wanagama memiliki lingkungan yang baik.

3.2. Hipotesis

1. Ada kehadiran Ordo Anura di Hutan Pendidikan Wanagama I

2. Terdapat faktor-faktor abiotic dan biotik yang berpengaruh terhadap kehadiran Ordo Anura di Hutan Pendidikan Wanagama I

(12)

12 BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Waktu dan Lokasi Pengambilan Data

Pengambilan data dilaksanakan pada hari Sabtu 19 November 2016, pukul 06.00 WIB -17.00 WIB. Lokasi yang digunakan yaitu Hutan Pendidikan Wanagama I, Gunung Kidul, Yogyakarta.

4.2. Alat dan Bahan  Alat : 1. GPS 2. Peta Wanagama 3. Thermohigrometer 4. Klinometer 5. Kompas 6. Parang 7. Tallysheet 8. Alat tulis 9. Plastik  Bahan :

1. Populasi Anura di Hutan Pendidikan Wanagama I

4.3. Metode Pengambilan Data

4.3.1. Pengambilan Data Kehadiran Anura

Kehadiran Anura di Hutan Pendidikan Wanagama I dilakukan dengan menggunakan metode VES (Visual Encountered Survey) yaitu pencarian langsung yang dapat dilakukan dengan hanya menyusuri habitat dugaan untuk menemukan spesies yang dikehendaki dan mencatat serta menghitung populasinya. Metode VES dikombinasikan dengan line transect. Dibuat tiga buah line transect dengan lebar 20 m dan panjang 250 m, yang kemudian dibagi menjadi 5 segmen dengan panjang 50 m. Data yang diambil yaitu kehadiran Anura.

(13)

13 Ilustrasi Metode Pengambilan Data

10 m 20 m 250 m 50 m 20 m 250 m 20 m

4.3.2. Pengambilan Data Faktor Abiotik 4.3.2.1. Suhu

Data suhu diambil dengan menggunakan bantuan thermometer 4.3.2.2. Kelembaban

Data kelembaban diambil dengan menggunakan alat higrometer 4.3.2.3. Air

(14)

14 4.3.3. Pengambilan Data Faktor Biotik

4.3.3.1. Tutupan Tajuk

Metode pengambilan data persen tutupan tajuk dilakukan dengan metode protocol sampling, yang dilakukan dengan membuat petak ukur lingkaran berdiameter 22,6 m. Kemudian dilakukan pengamatan di 10 titik pada arah timur-barat dan di 10 titik pada arah utara-selatan. Pengamatan penutupan tajuk dilakukan menggunakan tabung okuler. Teknis pengambilan data yaitu dengan cara pengamat berjalan di sepanjang jalur Utara-Selatan dan Timur-Barat. Pengamat berhenti di setiap titik sambil melihat ke atas secara tegak lurus dengan tabung okuler. Dalam protokol sampling terdapat 20 titik di sepanjang kedua garis Utara – Selatan dan Timur – Barat. Simbol plus dan minus menunjukkan ada atau tidaknya vegetasi hijau yang berinteraksi dengan titik silang tabung okuler.

4.3.3.2. Tumbuhan Bawah

Metode pengambilan data tutupan tumbuhan bawah tidak jauh berbeda dengan metode pengambilan data tutupan tajuk. Keduanya masih menggunakan protocol sampling dan tabung okuler. Perbedaanya yaitu pada pengambilan data tutupan tumbuhan bawah, pengamat melihat tegak lurus ke bawah dengan menggunakan tabung okuler.

4.4. Metode Analisis Data

Analisis kehadiran Anura dengan analisis deskriptif. Kemudian, Analisis yang digunakan adalah analisis statistik dengan menggunakan bantuan perangkat lunak statistik R versi 3.0.2. Untuk mengetahui pengaruh faktor abiotik dan biotik terhadap kehadiran individu Anura digunakan analisis statistik regresi binomial.

(15)

15 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperoleh informasi bahwa Ordo Anura tidak selalu hadir di setiap petak di Hutan Pendidikan Wanagama I. Kehadiran Ordo Anura hanya dapat dilihat di beberapa petak saja yaitu petak 5, petak 13, petak 14 dan petak 16. Jenis-jenis Ordo Anura yang hadir di Hutan Pendidikan Wanagama I, diantaranya Bufo melanostictus dan Polypedathes sp.

Tabel 1. Kehadiran Anura di Tiap Petak Petak Kehadiran Anura

5 1 6 0 7 0 13 1 14 1 16 1 18 0 Keterangan : 1 = hadir 0 = tidak hadir

(16)

16 Gambar 4. Boxplot kelembaban terhadap kehadiran Ordo Anura

Gambar 5. Boxplot suhu terhadap kehadiran Ordo Anura

(17)

17 Gambar 7. Boxplot tutupan tumbuhan bawah terhadap kehadiran Ordo Anura

5.2. Pembahasan

Penelitian mengenai pengaruh faktor abiotik dan biotik terhadap kehadiran Anura dilakukan di 7 petak di Hutan Pendidikan Wanagama I. Ketujuh petak tersebut yaitu petak 5, petak 6, petak 7, petak 13, petak 14, petak 16, dan petak 18. Faktor abiotik yang diukur dalam penelitian ini ialah suhu, kelembaban, dan jarak dari sumber air. Faktor biotik yang diukur dalam penelitian ini ialah tutupan tajuk, dan tutupan tumbuhan bawah. Obyek yang menjadi fokus penelitian ini adalah Anura, yang merupakan salah satu ordo dari amfibi. Pengambilan data dilakukan dengan membuat line transect dengan jarak 10 meter dari sumber air. Sumber air yang ditunjuk sebagai patokan adalan Sungai Oyo. Line transect dibuat sebanyak tiga line pada setiap line dibuat segmen sebanyak 5 segmen dengan ukuran 50 m x 20 m pada setiap segmennya. Kemudian berjalan mengikuti line dengan batasan waktu setiap segmennya 30 menit untuk mencari dan mencatat Anura yang di dapat serta mencatat pengukuran suhu, kelembaban, jarak dari sumber air, tutupan tajuk dan tutupan tumbuhan bawah. Dalam pengambilan data Ordo Anura yang ditemukan hanya sedikit dan hanya ditemukan dibeberapa petak saja yaitu petak 5, petak 13, petak 14, dan petak 16. Jumlah Ordo Anura yang ditemukan sebanyak 7 ekor yaitu 4 spesies Bufo melanostictus, 1 spesies Polypedathes sp, dan 2 spesies Fejervaria limnocharis.

Setelah Pengambilan data di Hutan Wanagama I, dilakukan analisis data menggunakan analisis regresi binomial dengan menggunakan software R-Studio. Pada analisis diperoleh nilai bahwa suhu, kelembaban, jarak dari sumber air (JDSA), tutupan tumbuhan bawah, dan tutupan tajuk tidak berpengaruh terhadap kehadiran Ordo Anura di Hutan Pendidikan Wanagama I. Tidak adanya pengaruh faktor-faktor

(18)

18 tersebut terhadap kehadiran Ordo Anura bisa jadi dikarenakan adanya faktor lain seperti waktu saat pengambilan data, suhu dan kelembaban saat pengambilan data yang tidak sesuai dengan suhu toleran dari Ordo Anura dan kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan karakteristik Anura. Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan suhu pada Anura, tergantung pada jenis, umur dan fase kehidupan, serta pengalaman suhu harian pada masing-masing individu yang berbeda (Stebbins and Cohen, 1995). Hutan Pendidikan Wanagama I memiliki suhu udara berkisar antara 25 - 29ºC. Hutan Pendidikan Wanagama I memiliki kelembaban relatif bulanan rata-rata selama musim hujan berkisar antara 83 – 88% dan selama musim kering berkisar antara 78 – 81% (Yuda, 1988). Kisaran suhu dan kelembaban yang dimiliki Hutan Pendidikan Wanagama I belum tentu cocok bagi Anura, sehingga kehadiran Anura di Hutan Pendidikan Wanagama I hanya sedikit.

Pada umumnya Anura merupakan hewan nokturnal yang berarti hewan yang suka beraktivitas di malam hari. Namun waktu pelaksanaan dalam pengambilan data dilaksanakan pada pukul 07.00 – 14.00 WIB, sehingga jumlah Ordo Anura yang hadir juga hanya sedikit. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode VES dimodifikasi dengan Line Transect, dalam pembuatan line transect hanya mengacu pada satu sumber air saja yaitu Sungai Oyo yang ada di Hutan Pendidikan Wanagama I. Sedangkan untuk sumber-sumber air yang lain seperti kubangan air dan parit atau selokan yang ada di dekat line tidak terlalu diperhatikan padahal bisa jadi Ordo Anura hadir di sumber air tersebut. Sebagian besar Ordo Anura merupakan satwa yang sangat bergantung pada wilayah perairan karena untuk mempertahankan suhu tubuhnya (Mistar, 2008). Anura hidup tidak jauh dari sumber air, sedangkan jarak line ke dua dan tiga dengan sumber air yaitu Sungai Oyo yang cukup jauh, sehingga menyebabkan Anura tidak banyak ditemukan. Kondisi lingkungan pada saat pengambilan data sangat cerah dan suhu pada saat pengambilan data tergolong agak panas berkisar 29 ºC. Goin et. al, (1978) menyebutkan bahwa Anura dapat hidup pada batas toleransi suhu antara 3ºC hingga 27ºC. Kelembaban pada lokasi pelaksanaan tergolong sedang dan kerapatan tajuknya juga rendah, sedangkan Anura dapat hidup di kawasan hutan yang memiliki kelembaban tinggi berkisar 75-85% untuk melindungi diri dari kekeringan. Sehingga menyebabkan Anura yang hadir pada lokasi pengambilan data hanya sedikit. Jumlah Anura yang ditemukan pada saat pengambilan data secara kesuluruhan hanya 7 sehingga tidak dapat merepresentasikan kehadiran di Hutan Wanagama.

(19)

19 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kehadiran Anura hanya ditemukan di beberapa petak saja diantaranya petak 5, petak 13, petak 14, dan petak 16 di Hutan Pendidikan Wanagama I.

2. Faktor tutupan tumbuhan bawah, tutupan tajuk, suhu, kelembaban, dan jarak dari sumber air tidak berpengaruh terhadap kehadiran Ordo Anura di Hutan Pendidikan Wanagama I.

6.2. Saran

1. Pengelola diharapkan mampu menjaga tutupan vegetasi sehingga suhu, kelembaban dan kondisi lingkungan lainnya mendukung untuk hadirnya anura, mengingat anura merupakan komponen penting dalam rantai makanan yaitu sebagai pemakan serangga yang dapat menjadi hama.

2. Perlu adanya monitoring terhadap populasi anura karena dapat digunakan sebagai indikator terjadinya perubahan kondisi lingkungan setempat, mengingat karakteristik amphibi yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan.

(20)

20 DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1988. Master Plan Wanagama I Sebagai Sarana Penunjang Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI). Buku I. Departemen Kehutanan dan Wanagama I Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Anonim. 2014. Makalah Ekosistem Hutan Dataran Rendah Tahura. Universitas Sultan Syarif Hasyim. Riau.

Aqsar, Z. 2009. Hubungan Ketinggian dan Kelerengan Dengan Tingkat Kerapatan Vegetasi Menggunakan SIG di Taman Nasional Gunung Leuser. USU. Medan.

Budiyanto. 2004. Sistem Informai Geografis Menggunakan Map. Penerbit Andi. Yogyakarta. Duellman, W. E. and L. Trueb. 1986. Biology of Amphibians. McGraw – Hill Book Company.

New York

Duellman, W. E., & Trueb, L. 1994. Biology of amphibians. Johns Hopkins University Press. Eskew, E. A., Price, S. J., & Dorcas, M. E. 2012. Effects of River-Flow Regulation on Anuran

Occupancy and Abundance in Riparian Zones. Conservation Biology, 26(3), 504–512. Ewusie, J.Y. 1990. Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB

Goin, J.C., O.B. Goin dan G.R. Zug. 1978. Introduction of Herpetology. W.H. Freeman and Company. San Fransisco.

Inger, R.F & Iskandar, D.T. 2005. A Collection of Amphibian from West Sumatera, with Descriptions of A New Species of Megophrys (Amphibia: Anura). The Raffless Bulletin of Zoology, National University of Singapore. Singapore.

Iskandar, D. T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali, Seri Panduan Lapangan. Puslitbang LIPI. Bogor.

Iskandar, D. T. and E. Colijn. 2002. Preliminary Checklist of Southeast Asian and New Guinean Herpetofauna: Amphibians. Treubia 31 (3): 1-133.

Kusrini dkk. 2008. Pengenalan Herpetofauna. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Latifiana, K., 2011. Keanekaragaman Jenis Amfibidi Hutan Rawa Primerdan Sekunder Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan Tengah. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan

(21)

21 Mistar. 2008. Panduan Lapangan Amfibi & Reptil di Areal Mawa Propinsi Kalimantan Tengan (Catatan di Hutan Lindung Beratus). Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo The Borneo Orangutan Survival Foundation.

Pough, F. H, et. al. 1998. Herpetology. Prentice-Hall,Inc. New Jersey.

Verma, P.S. 2002. A Manual Of Practical Zoology Invertebrates.Chand Dan Company LTD. New Delhi.

Wells, K.D. 2007. The Ecology and Behaviour of Amphibian. The University of Chicago Press. Chicago.

Zug, George R. 1993. Herpetology : an Introductory Biology of Ampibians and Reptiles. Academic Press. London.

(22)

22 LAMPIRAN

Tabel Hasil Pengamatan Di Hutan Pendidikan Wanagama I Petak Titik Suhu Kelembaban JDSA

Tutup Tajuk Tutup Bawah 5 1 25 92 20 100 35 5 2 25 92 20 85 65 5 3 26 92 20 75 85 5 4 26 92 20 95 40 5 5 27 92.5 20 100 85 5 6 26 92.5 70 85 100 5 7 25 76.5 70 95 80 5 8 26 85 70 75 70 5 9 26 85 70 85 85 5 10 26 85 70 95 70 5 11 27 85.5 120 95 100 5 12 26 77 120 95 85 5 13 27 92.5 120 95 65 5 14 27 92.5 120 90 50 5 15 27 92.5 120 95 65 7 1 28 86 20 45 100 7 2 29 79 20 20 90 7 3 31 80 20 15 100 7 4 31.5 73 20 40 100 7 5 29 79 20 85 95 7 6 29 86 70 100 100 7 7 28.5 86 70 100 85 7 8 29 86 70 100 100 7 9 34 63 70 0 100 7 10 32 68 70 60 100 7 11 34 63 120 5 100 7 12 30.5 72 120 85 85 7 13 29.5 79 120 100 100 7 14 29.5 79 120 100 65 7 15 31 80 120 95 85 18 1 26 85 20 95 55 18 2 27 86 20 95 50 18 3 27 86 20 70 70 18 4 26 92 20 85 65 18 5 29 86 20 90 55 18 6 27 78 70 60 70 18 7 27 86 70 85 55 18 8 27.5 78 70 60 75 18 9 25 92 70 80 60 18 10 30 93 70 55 65

(23)

23 18 11 29.5 79 120 55 95 18 12 29 86 120 40 55 18 13 29 86 120 95 65 18 14 30 86 120 60 75 18 15 28.5 86 120 95 20 14 1 28 93 18 55 90 14 2 30 93 20 45 40 14 3 31 86 16 85 95 14 4 29 93 22 90 100 14 5 28 93 27 85 100 14 6 29 86 99 85 50 14 7 31 86 93 90 50 14 8 30 93 89 95 75 14 9 33 93 92 70 90 14 10 34 93 98 30 85 14 11 33 93 167 45 90 14 12 35 93.5 162 15 65 14 13 34 81 159 75 100 14 14 32 93 163 65 75 14 15 33 93 168 85 65 6 1 26 69 20 85 60 6 2 28 78 20 95 85 6 3 28 85 20 70 80 6 4 28 85 20 85 65 6 5 26 100 20 90 65 6 6 27 92 70 100 100 6 7 27 92 70 80 75 6 8 28 92 70 75 90 6 9 28 85 70 85 90 6 10 29 85 70 90 85 6 11 28 92 120 90 100 6 12 27 100 120 90 45 6 13 27 92 120 65 70 6 14 28 92 120 60 55 6 15 29 92 120 55 25 16 1 26 92 23 60 80 16 2 27 92.5 42 70 100 16 3 26 92 93 60 75 16 4 27.8 93 156 55 95 16 5 28.3 86 265 85 90 16 6 27.8 93 315 75 90 16 7 28 93 365 70 100 16 8 30.3 93 415 80 100 16 9 28 93 465 75 90 16 10 27.4 92.5 515 65 90

(24)

24 16 11 27.9 93 565 75 75 16 12 26.7 92 615 75 50 16 13 28.1 93 665 80 80 16 14 29.8 93 715 80 75 16 15 28.7 93 765 40 60 13 1 21 70 21 60 85 13 2 22 68 23 85 90 13 3 22 68 27 70 85 13 4 23.5 68 23 40 65 13 5 22.5 60 28 70 75 13 6 23 75 73 85 70 13 7 23.5 76 65 50 80 13 8 25.5 77 62 85 100 13 9 28 45 88 70 100 13 10 23.5 76 88 100 100 13 11 25 77 100 60 90 13 12 24.5 64 124 45 70 13 13 27 42 140 10 35 13 14 24.5 55 130 50 75 13 15 27 45 85 15 75

(25)

25 Gambar anura di petak 14 Wanagama I

Gambar

Tabel 1. Kehadiran Anura di Tiap Petak  Petak  Kehadiran Anura
Gambar 5. Boxplot suhu terhadap kehadiran Ordo Anura
Tabel Hasil Pengamatan Di Hutan Pendidikan Wanagama I  Petak  Titik  Suhu  Kelembaban  JDSA

Referensi

Dokumen terkait

[r]

serapan hidroklortiazida pada penentuan waktu kelarutan jenuh hidroklortiazida dalam berbagai konsentrasi tween 80 .... Contoh perhitungan konsentrasi

Dari analisis ini dapat mengetahui dan mengoptimalkan persediaan barang pada warung affan dengan metode Mamdani pada bulan januari 2020 mendapatkan keakuratan data

0DWULNV GULYHU SRZHUGHSHQGHQFH *DPEDU E PHQHPSDWNDQ IDNWRU EHOXP DGDQ\D GXNXQJDQ NHELMDNDQ. GDQ EHOXP WHUVHGLDQ\D WHNQRORJL DJURIRUHVWU\. SDGD VHNWRU NHHPSDW DWDX GLNDWHJRULNDQ

Bogor telah mengoleksi dan melestankan mikroba sejak zaman Belanda dulu, ka¬ rena mikroba sangat diperlukan tidak saja sebagai bahan referensi, tetapi juga untuk penyediaan bibit

Cash Ratio sebesar 3.127,72% dan Current Ratio sebesar 7.473,66% sebagai penilaian rasio likuiditas, Equity to Total Assets Ratio sebagai penilaian rasio solvabilitas

Database atau basis data adalah kumpulan data yang disimpan secara sistematis di dalam komputer dan dapat diolah atau dimanipulasi menggunakan perangkat lunak

[r]