BAB BAB BAB BAB IVIVIVIV HASIL HASIL HASIL
HASIL DANDANDANDAN PEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASAN
4.1.Gambaran
4.1.Gambaran4.1.Gambaran4.1.Gambaran UmumUmumUmumUmum GugusGugusGugusGugus DwijawiyataDwijawiyataDwijawiyataDwijawiyata KotaKotaKotaKota Magelang
MagelangMagelangMagelang
Di kota Magelang terdapat 69 sekolah yang tersebar di 3(tiga) kecamatan yaitu Kecaamatan Magelang Utara, Magelang Tengah dan Magelang Selatan. Sekolah-sekolah tersebut dikelompokkan menjadi 12(duabelas) Gugus atau satuan beberapa Sekolah Salah satu dari 12 gugus adalah Gugus Dwijawiyata dengan beranggotakan 5(lima) sekolah negeri dan 1 sekolah swasta sebagai berikut:
Tabel 1.1. Kepala Sekolah Gugus Dwijawiyata Tahun 2014
No Sekolah Nama Kepala Sekolah KS DI SD
Pend idika
n 1 SDN Magelang 3 Hari Puryani,M.Pd 2012 S-2 2 SDN Magelang 4 Endang Ag.,S.Pd 2009 S-1 3 SDN Magelang 5 Ngadiran,M.Ag 2011 S-2 4 SDN Magelang 6 Sariyem,S.Pd 2012 S-1 5 SDN Magelang 7 Sunardiyana,M.Pd 2013 S-2 6 SDK Pendowo P.A.Pramana,S.Pd 2012 S-1
Sedangkan kondisi sekolah dilihat dari jumlah rombongan belajar, jumlah guru (pendidik) dan tenaga kependidikan Nampak dalam tabel 1.2.
Tabel 1.2. Data Rombongan Belajar dan Tenaga Guru dan Tenaga Kependidikan
No Sekolah
JUMLAH Rom
bel Siswa Guru Tendik PTK
1 SDN Magelang 3 6 191 9 3 12 2 SDN Magelang 4 6 175 9 2 11 3 SDN Magelang 5 6 189 10 3 13 4 SDN Magelang 6 12 425 14 7 21 5 SDN Magelang 7 12 376 17 11 28 6 SDK Pendowo 6 88 8 3 11 4.2.
4.2.4.2.4.2. HasilHasilHasilHasil PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitan yang dilakukan di Gugus Dwijawiyata mengenai Perencanaan Supervisi Akademik, Pelaksanaan Supervisi Akademik dan Analisa Tindak lajut Hasil Supervisi Akademik.
4.2.1
4.2.14.2.14.2.1 PerencanaanPerencanaanPerencanaanPerencanaan SupervisiSupervisiSupervisiSupervisi AkademikAkademikAkademikAkademik
4.2.1.1 Pemahaman Konsep Supervisi Akademik
Berdasarkan data yang diperoleh lewat wawancara secara mendalam didapatkan data tentang seberapa besar pemahaman konsep supervisi akademik Kepala Sekolah, dan di bawah ini jawaban salah satu Kepala Sekolah:
Ya, sedikit faham, supervisi menurut saya adalah proses penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru di dalam kelas(KS-A)
Sementara Kepala Sekolah yang lain menjawab tidak faham. Melihat hasil FGD Kepala sekolah dan Pencermatan Dokumen Perencanaan Supervisi Akademik yang memuat Standar Perencanaan Supervisi Akademik, jawaban tersebut tidak benar seluruhnya. Jadi dari jawaban tersebut nampak bahwa Kepala Sekolah tidak faham konsep Supervisi Akademik yang benar karena mengacu pada teori atau konsep Supervisi akademik dinyatakan bahwa Supervisi Akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang harus di design dengan baik yang diwujudkan dalam program supervisi akademik.
4.2.1.2 Pemahaman Prinsip-Prinsip Supervisi Akade mik
Berdasarkan data yang diperoleh lewat wawan cara secara mendalam didapatkan data tentang seberapa besar pemahaman Kepala Sekolah terhadap prinsip-prinsip Supervisi akademik Kepala Sekolah, dan di bawah ini jawaban salah satu Kepala Sekolah:
Ya faham, prinsip-prinsip Supervisi antara lain obyektif, menyeluruh, jujur, konsiten dengan prosedur, dan terbuka (KS-A).
Faham, prinsip Supervisi Akademik yaitu harmonis, kontinyu, demokratis, integral, kompre hensif, konstruktif (KS –D)
Sebagian besar jawaban yang lain menyatakan bahwa mereka tidak faham seluruhnya tentang prinsip-prinsip Supervisi Akademik. Mencermati jawaban di atas dibandingkan dengan hasil FGD Kepala sekolah dan Pencermatan Dokumen Perencanaan Supervisi Akademik yang memuat Standar Perencanaan Supervisi Akademik, jawaban tersebut tidak benar seluruhnya. Pada dokumen Perencanaan Supervisi Akademik sudah semestinya tercantum prinsip-prinsip dalam naskah/ dokumen perencanaan. Jadi dari jawaban tersebut nampak bahwa Kepala Sekolah tidak faham prinsip-prinsip Supervisi Akademik yang benar karena mengacu pada teori atau konsep Supervisi akademik dinyatakan bahwa prinsip-prinsip Supervisi Akademik secara garis besar ada 7 prinsip yaitu prinsip harmonis, berkesinambungan, demokratis, integral, komprehensif, konstruktif , dan obyektif.
4.2.1.3 Pemahaman Tujuan, sasaran dan target Supervisi Akademik.
Berdasarkan data yang diperoleh lewat wawancara secara mendalam didapatkan data tentang seberapa besar pemahaman Kepala Sekolah terhadap tujuan, sasaran dan target Supervisi Akademik, dan di bawah ini jawaban salah satu Kepala Sekolah:
Ya faham, tujuan supervisi adalah untuk memonitor kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke
kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian peserta didik-peserta didiknya(KS-D)
Sebagian besar jawaban yang lain menyatakan bahwa mereka tidak faham seluruhnya tentang tujuan, sasaran dan target Supervisi Akademik. Mencermati jawaban di atas dibandingkan dengan hasil FGD Kepala sekolah dan Pencermatan Dokumen Perencanaan Supervisi Akademik yang memuat Standar Perencanaan Supervisi Akademik, jawaban tersebut tidak benar seluruhnya. Pada dokumen Perencanaan Supervisi Akademik sudah semestinya tercantum tujuan, sasaran dan target Supervisi Akademik dalam naskah/ dokumen perencanaan. Realitas di sekolah-sekolah pada dokumen sudah tercantum tujuan, sasaran dan target pencapaian supervisi, seperti pada hanya sepintas nampak pada jadwal supervisi, tidak ada narasi tentang tujuan sasaran dan target pencapaian supervisi. Dari dari jawaban tersebut nampak bahwa Kepala Sekolah sebagian nampak sudah faham tujuan, sasaran dan target Supervisi Akademik yang benar. Mengacu pada teori tentang tujuan, sasaran dan target pencapaian Supervisi akademik dinyatakan bahwa Supervisi merupakan kegiatan pembinaan yang direncanakan dengan memberi bantuan teknis kepada guru dan pegawai
lainnya dalam melaksanakan proses pembelajaran, atau mendukung proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara efektif.
4.2.1.5 Pemahaman Metode dan Teknik Supervisi Akademik.
Berdasarkan data yang diperoleh lewat wawancara secara mendalam didapatkan data tentang seberapa besar pemahaman Kepala Sekolah terhadap Model dan Teknik Supervisi Akademik, dan di bawah ini jawaban salah satu Kepala Sekolah:
Ya faham, Model supervise akademik terdiri dari Model directive, nondirective dan kolaboratif, sedangkan teknik supervise terdiri dari teknik individual dan kelompok(KS-G)
Ya faham , teknik supervise antara lain teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu. teknik supervisi individual, danteknik supervisi kelompok.
Sebagian besar jawaban yang lain menyatakan bahwa mereka tidak faham seluruhnya tentang Model dan Teknik Supervisi. Mencermati jawaban di atas dibandingkan dengan hasil FGD Kepala sekolah dan Pencermatan Dokumen Perencanaan Supervisi Akademik yang memuat Standar Perencanaan Supervisi Akademik, jawaban tersebut tidak benar seluruhnya. Pada dokumen Perencanaan Supervisi Akademik sudah semestinya
tercantum Model dan Teknik Supervisi dalam naskah/ dokumen perencanaan. Realitas di sekolah-sekolah pada dokumen belum tercantum dan tidak ada narasi tentang Model dan Teknik Supervisi. Dari dari jawaban tersebut nampak bahwa Kepala Sekolah sebagian besar belum faham Model dan Teknik Supervisi. Mengacu pada teori tentang Model dan Teknik Supervisi dinyatakan bahwa terdapat metode yang bersifat individual dan kelompok. Sedangkan teknik supervisi akademik dalam upaya pembi- naan kemampuan guru meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin profesional, perpustakaan profesional, laboratorium kurikulum, penilaian guru, demonstrasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengembangan petunjuk pembelajaran, darmawisata, lokakarya, kunjungan antarkelas, bacaan profesional, dan survei masyarakat sekolah.
Menurut Gwynn, ada tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai berikut: (a) Kepanitiaan-kepanitiaan, (b) Kerja kelompok, (c)Laboratorium kurikulum, (d)Baca terpimpin, (e)Demonstrasi pembelajaran, (f)Darmawisata, (g)Kuliah/studi, (h)Diskusi panel, (i)Perpustakaan jabatan, (j)Organisasi professional, (k)Buletin supervisi, (l)Pertemuan guru, (n)Lokakarya atau konferensi kelompok.
4.2.1.6 Pemahaman cara memilih Insrumen dan Pengembangannya
Berdasarkan data yang diperoleh lewat wawancara secara mendalam didapatkan data tentang seberapa besar pemahaman Kepala Sekolah terhadap cara memilih Instrumen, dan di bawah ini jawaban salah satu Kepala Sekolah:
Ya faham, intrumen yang digunakan adalah isntrumen penilaian guru menggunakan format dari instrument penilaain pembelajaran dari 8 standar. Dan untuk kesempatan lain menggunakan format penilain Guru atau Penilaian Kinerja Guru (KS-D)
Sebagian besar jawaban yang lain menyatakan bahwa mereka tidak faham seluruhnya tentang Model dan Teknik Supervisi. Mencermati jawaban di atas dibandingkan dengan hasil FGD Kepala sekolah dan Pencermatan Dokumen Perencanaan Supervisi Akademik yang memuat Standar Perencanaan Supervisi Akademik, jawaban tersebut tidak benar seluruhnya. Pada dokumen Perencanaan Supervisi Akademik sudah semestinya tercantum pemilihan isntrumen naskah/ dokumen perencanaan. Realitas di sekolah-sekolah pada dokumen belum tercantum pemilihan instrumen, tidak ada narasi tentang pemilihan instrument. Dari dari jawaban tersebut nampak bahwa Kepala Sekolah sebagian besar belum faham pemilihan instrumen. Mengacu pada teori tentang Pememilihan instrumen dinyatakan
bahwa Model Supervisi akademik terdiri dari Model direktif, nondirektif kolaboratif. Sedang teknikya dibedakan dengan teknik individual dan kelompok
4.2.2
4.2.24.2.24.2.2 PelaksanaanPelaksanaanPelaksanaanPelaksanaan SupervisiSupervisiSupervisiSupervisi AkdemikAkdemikAkdemikAkdemik
4.2.2.1 Pemahaman Pelaksanaan Supervisi Akademik Berdasarkan data yang diperoleh lewat wawancara secara mendalam didapatkan data tentang seberapa besar pemahaman Kepala Sekolah terhadap Pelaksanaan Supervisi, dan di bawah ini jawaban salah satu Kepala Sekolah:
Ya faham, supervisi akademik sudah saya laksanakan dengan melakukan penilaian pada proses pembelajaran guru dengan melakukan penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas (KS-E)
Ya faham, dan terkendala jadwal yang tersusun kadang tidak dapat ditepati karenaadanya acara dinas untuk rapat atau sebaliknya (KS-D)
Sebagian besar jawaban yang lain menyatakan bahwa mereka faham seluruhnya tentang pelaksanaan Supervisi Akademik. Mencermati jawaban di atas dibandingkan dengan hasil FGD Kepala sekolah dan Pencermatan Dokumen Pelaksanaan Supervisi Akademik yang memuat Standar Pelaksanaan Supervisi Akademik, jawaban Kepala Sekolah hampir merata
menyatakan faham. Ketika ditanya tentang prosedur 2 (dua) Kepala Sekolah menggunaan Prosedur yang disusun Asosiasi Pengawas Seluruh Indonesia dan lainnya tidak menjelaskan prosedur yang digunanakan. Pada dokumen Perencanaan Supervisi Akademik sudah semestinya tercantum prosedur pelaksanaan dalam dokumen perenca naan. Realitas di sekolah-sekolah pada dokumen belum tercantum penggunaan prosedur, tidak ada narasi tentang penggunaan prosedur. Dari jawaban tersebut walau tidak sempurna benar nampak bahwa Kepala Sekolah sebagian besar sudah faham penggunaan prosedur. Mengacu pada teori tentang Pememilihan instrumen dinyatakan bahwa Pada pelaksanaan program harus disiapkan instrumen dan pedoman penilaian , menggunakan langkah-langkah atau prosedur supervisi yang benar, Eviden/bukti pemeriksaan penilaian, bukti feedback, umpan balik, bukti diskusi, bukti format rekomendasi, dan pencapaian target pelaksanaan supervisi akademik.
4.2.3
4.2.34.2.34.2.3 MenganalisaMenganalisaMenganalisaMenganalisa dandandandan TindakTindakTindakTindak lanjutlanjutlanjutlanjut HasilHasilHasilHasil Supervisi
SupervisiSupervisiSupervisi AkdemikAkdemikAkdemikAkdemik
Berdasarkan data yang diperoleh lewat wawancara secara mendalam didapatkan data tentang
seberapa besar kendala yang dihadapi pada kegiatan Analisa dan Tindak lanjut Hasil Supervisi Akademik, dan di bawah ini jawaban salah satu Kepala Sekolah:
Ya faham, hasil supervisi akademik sudah saya analisa dengan menggunakan format penilaian kinerja guru dan hasilnya sudah saya sampaikan kepada para guru yang sudah saya nilai (KS-B)
Ya faham, hasil supervisi akademik sudah saya analisa, saya diskuiskan dengan guru dan saya sampaikan kekurangan dan kelebihan dalam pelaksanaan pengamatan pro ses pelaksanaan rencana pembelajaran (KS-C)
Ya faham, hasil supervisi akademik sudah saya analisa dan sudah saya tindak lanjuti dengan menyampaikan hasil penilaian serta bukti-bukti penilaian pembelajaran (KS-D)
Ketiga jawaban Kepala Sekolah lainnya hampir menyatakan serupa, pemahaman mereka sebatas dinilai dan nilainya disampaikan kepada guru, dan proses itu menurut mereka sudah benar. Mencermati jawaban di atas dibandingkan dengan hasil FGD Kepala sekolah dan Pencermatan Dokumen Perencanaan Supervisi Akademik yang memuat Standar Analisa dan Tindak Lanjut Supervisi Akademik, jawaban Kepala Sekolah hampir merata menyatakan faham. Ketika ditanya lebih lanjut tentang feedback dan tindak lanjut Hasil Supervisi Akademik yang dilakukan, maka sebagian besar Kepala Sekolah beranggapan bahwa penyampaian nilai sudah menrupakan kegiatan analisa
hasil supervisi tanpa melakukan pertemuan balikan. Pada dokumen Analisa Supervisi Akademik sudah semestinya tercantum kegiatan-kegiatan analisa dan tindak lanjut hasil Supervisi akademik dan realitas di sekolah-sekolah pada dokumen belum tercantum analisa hasil supervisi akademik secara rinci dan tidak ada narasi tentang analisa dan tindak lanjut hasil Supervisi Akademik. Dari jawaban tersebut walau tidak sempurna benar nampak bahwa Kepala Sekolah sebagian besar sudah mengakui sudah faham namum berdasarkan ketentuan sebenarnya belum faham tentang analisa dan tindak lanjut hasil evaluasi. Mengacu pada teori tentang analisa dan tindak lanjut hasil evaluasi dinyatakan bahwa Pada analisa dan tindak lanjut hasil Supervisi Akademik harus tercantum: (a)Hasil pemeriksaan perencanaan pembelajaran, (b) Hasil pemeriksaan pelaksanaan pembelajaran, (c) Hasil pemeriksaan penilaian pembelajaran, dan (d) Kajian rangkuman hasil penilaian/ pemeriksaan. Berdasarkan hal tersebut diatas nampak bahwa apa yang dilakukan oleh Kepala Sekolah pada kegiatan Analisa dan Tindak Lanjut Hasil Supervisi Akademik belum sesuai standar.
4.2.4
4.2.44.2.44.2.4 HasilHasilHasilHasil WawancaraWawancaraWawancaraWawancara mendalammendalammendalammendalam terkaitterkaitterkaitterkait ProgramProgramProgramProgram Supervisi
SupervisiSupervisiSupervisi AkademikAkademikAkademikAkademik.
1. Kendala dalam menyusun perencanaan supervisi akademik terutama karena kekurangfahaman Kepala Sekolah terhadap konsep dan unsur perencanaan supervisi akademik sangat kurang yang dilakukan sebatas pembuatan jadwal supervisi. 2. Upaya untuk mengatasi Kendala pada umumnya
mencari informasi ke sesama kepala sekolah, tetapi hasilnya tidak banyak karena pembekalan saat diklat calon kepala sekolah sangat minim Ada peningkatan pemahaman namun tetap belum cukup untuk melakukan penyusunan perencanaan program yang benar.
3. Para kepala sekolah mencoba menutup kekurangan tentang pengetahuan supervisi akademik, Pada umumnya tidak mendapatkan gambaran yang komplit. Mencari contoh program supervisi yang baik juga mengalami kesulitan, dan materi Supervisi Akademik secara tertbimbing dan jelas dengan contoh-contoh format yang lengkap baru didapat saat ada materi supervisi berupa modul materi Supervisi Akademik untuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dari Kementrian Pendidikan Nasional bekerjasama dengan AUSAID. 4. Kendala dalam melaksanakan supervisi akademik
terhadap prosedur pelaksanaan yang tidak menggunakan proses pra pengamatan langsung kunjungan kelas, hal ini berdampak kurang fokus dan persiapan guru yang akan dinilai. Instrumen yang digunakan konsep untuk menilai pembelajaran menggunakan format instrument Penilaian kinerja guru dan instrument berdasarkan standar proses. Penggunaan pada umumnya adalah menggunakan format penilaian kinerja guru karena sudah tersedia format lengkap dengan panduan penilaian dan analisisnya jelas. Semua kepala sekolah sudah menggunakan format PKG karena sudah mengikuti sosialisasi PKG. Pengadministrasian supervisi akademik sepanjang dengan konsep lama (berdasarkan dokumen Kepala Sekolah lama) tidak memberatkan, tetapi administrasi pelaksanaan supervisi akademik dengan ketentuan baru sangat memberatkan karena banyak format yang harus diisi, hasilnya diolah dengan rumus tertentu dan dilaporkan sebagai bagian dari penilaian kinerja guru. Ada 3(tiga) jenis instrumen yang masing-masing harus dikerjakan untuk memenuhi ketentuan dari institusi atau lembaga tertentu, misalnya pemetaan keterlaksanaan KTSP dari LPMP menggunakan format dari LPMP, untuk kepentngan Penilaian Kinerja Guru menggunakan format PKG, untuk
kepentingan pemenuhan 8(delapan standar) menggunakan instrumen dari pengawas. Ketiga-tiganya harus dikerjakan sesuai format masing-masing.
5. Kendala pada analisa dan tindak lanjut hampir sebagian besar kepala sekolah merasakan. Pemahaman analisa dan tindak lanjut dipahami sebatas penyampaian hasil penilaian dan perbaikan atau melengkapi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sehingga hampir sebagian besar kepala sekolah tidak melakukan analisa dan tindak lanjut sesuai ketentuan yang ada.
6. Manfaat pelaksanaan supervisi akademik dinyatakan sebagai berikut :
a. guru lebih siap dalam melaksanakan pembe-lajaran.
b. guru Lebih kreatif.
c. anak lebih memperhatikan dan konsentrasi karena diawasi bukan saja oleh guru tetapi juga oleh Kepala Sekolah.
d. administrasi guru-guru lebih baik dibanding pada waktu sebelum supervisi akademik.
e. guru-guru lebih mempersiapkan diri dalam proses pembelajaran dengan berbagai alat peraga untuk mengajar
f. adanya tutor sebaya dalam pelaksanan pembe-lajaran. Sehingga semangat untuk memperbaiki diri dlam pembelajaran
g. Kepala Sekolah mengetahui kualitas antar guru, selanjutnya bisa dikumpulkan guru-guru untuk merefleksi diri untuk tindak lanjut.
h. Kepala Sekolah banyak mendapatkan masukan dari guru untuk membuat penelitian tindakan kelas sebagai tindak lanjut perlunya perbaikan pembelajaran.
i. guru berusaha melengkapi administrasi pembe-lajaran maupun administrasi kelas.
j. guru semakin terbuka pemahaman akan kekurangannya dalam melaksanakan proses pembelajaran.
k. guru merasakan perlunya membaca kembali penguasaan teori dan praktek pembelajaran.
l. guru kelas awal (kelas 1 sampai kelas 3) banyak mengalami kesulitan dengan pembelajaran tematik.
4.2.5
4.2.54.2.54.2.5 HasilHasilHasilHasil AngketAngketAngketAngket SemiSemiSemiSemi TerbukaTerbukaTerbukaTerbuka
1. Dari 6 (enam) Kepala Sekolah , 1 (satu) orang belum pernah membuat Program Supervisi. Masa Kerja yang bersangkutan sebagai Kepala Sekolah baru 1 (satu) semester. 3(tiga) ainnya sudah membuat tetapi dokumen lengkap, hanya sebatas jadwal dan
instrumen supervisi, dan 2 (dua) orang sudah mendekati lengkap.
2. Dari 6 (enam) orang Kepala Sekolah, baru 1 (satu) orang mendapatkan materi Supervisi Akademik dari Program Uji Coba Modul Supervisi Akademik melalui program In-on-in oleh LPPKS Surakarta selama 3 bulan, 2(dua) orang lainnya melalui pelatihan penguatan kompetensi Kepala Sekolah, 2(dua) orang melalui LPPKS saat pembekalan calon kepala sekolah dan seorang sama sekali belum pernah menerima pelatihan supervisi akademik,
3. Kendala sebagian besar dikarenakan pengetahuan tentang konsep dan implementasi supervisi akademik, kurangnya koordinasi antar Kepala Sekolah dalam berbagi kompetensi lewat KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) dan kurangnya dukungan atau bimbingan dari Dinas Pendidikan dan UPT. Pembekalan yang didapat baik saat pelatihan calon Kepala Sekolah atau penguatan Kepala Sekolah hanya dalam durasi 4 (jam) pelajaran jadi hanya secara garis besar saja.
4. Koordinasi dengan guru, komunikasi dengan guru sudah berjalan dengan baik.
4.2.6
4.2.64.2.64.2.6 HasilHasilHasilHasil FoccusFoccusFoccus GroupFoccus GroupGroupGroup DiscussionDiscussionDiscussionDiscussion(FGD)(FGD)(FGD)(FGD)
FGD dapat dilaksanakan 2 kali yaitu FGD Kepala Sekolah dengan Pengawas dan FGD Guru Kelas Awal
(perwakilan kelas 1-3) dan kelas tinggi (perwakilan Kelas 4-6).
4.2.6.1 Hasil FGD Kepala Sekolah dan Pengawas
FGD Kepala Sekolah dan Pengawas dilaksana kan hari Kamis, 23 Januari 2013 bertempat di SDN Magelang 6. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: a. Supervisi Akademik adalah bagian Penjaminan Mutu
Pendidikan.
b. Acuan pelaksanaan Supervisi Akademik di Sekolah Dasar adalah :
1) Permendiknas nomor 12 Tahun 2007, Tentang Kompetensi Kepala Sekolah
2) Supervisi Akademik, Materi pelatihan Penguatan kemampuan Kepala Sekolah, Direktorat Tenaga Pendidikan, Dirjen PMPTK, Kementrian Pendidikan Nasional, 2010
3) Dimensi Kompetensi Supervisi, BBM MKKS, Direktorat Tenaga Pendidikan, Dirjen PMPTK, Kementrian Pendidikan Nasional, 2009
c. Menurut Permendiknas dan buku-buku referensi dalam pelaksanaan supervisi dan supervisi akademik, Kepala Sekolah diwajibkan menyusun Program Supervisi Akademik pada awal tahun ajaran dengan menggunakan ketentuan: (1) Program disusun oleh Kepala Sekolah dengan legalilitas Pengawas Sekolah, dan (2) Kegiatan Kepengawasan dilaksanakan dan dilaporkan kepada Pengawas
setiap semester, paling lambat 1 bulan setelah semester berakhir.
d. Pembuatan dokumen supervisi terkendala waktu dan tugas Kepala Sekolah yang bersamaan antara penyusunan Dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP), Dokumen Rencana Aanggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah(RAPBS), Dokumen Rencana Pengembangan Sekolah(RPS), Penyusunan Dokumen Evaluasi Diri Sekolah, Dokumen Peraturan Akademik, Administrasi BOS, Pengisian DAPODIK, Monitoring evaluasi dan Akreditasi sekolah serta Administrasi Aset Sekolah yang bersamaan.
e. Pemenuhan Permintaan laporan-laporan disamping sangat menganggu pelaksanaan proses belajar mengajar termasuk proses penilaian.
f. Beberapa Sekolah (SDN Magelang 6 dan SDN Magelang 7) ditunjuk sebagai sekolah pelaksanan Uji Coba Kurikulum 2013.
g. Pembekalan dan Pembinaan dari Dinas maupun UPT mengenai Supervisi Akademik dinilai belum memadai.
h. Instrumen yang digunakan untuk menilai perangat pembelajaran dan menilai pelaksanaan pembelajar-an bermacam-macam memnuhi format masing-masing institusi yang membutuhkan, untuk Penilaian Kinerja Guru(PKG), Dari LPMP, dari
Pengawas Sekolah, dari Buku Penguatan Kepala Sekolah dan dari Modul Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan dengan format mengacu
Permendiknas 41/2007 tentang Standar Proses. i. Kepala Sekolah selama 6(enam) bulan terakhir secara
terus menerus mengikuti diklat, penataran, workshop, sosialisasi, desk anggaran, dan seremonial oleh Dinas maupun Pemda yang banyak menyita waktu.
j. Mutasi dan promosi guru dan kepala sekolah mengganggu kelancaran proses pembelajaran dn pembagian tugas guru.
k. Supervisi akademik sebagian sudah dilaksanakan walaupun belum semua memenuhi ketentuan yang berlaku baik mengenai prosedur maupun pedoman supervisi yang dibakukan terutama kewajiban minimal 1 semester guru sekali di supervisi .
l. Pelaksanaan supervisi akademik sebagian masih mengacu pada dokumen yang ada di masa atau tahun sebelumnya dan ternyata belum memenuhi standar pelaksanaan supervisi.
m. KKKS dan KKG serta MGMP perlu diberdayakan untuk memaksimalkan supervisi akademik.
n. Keterbatasan bekal pengetahuan tentang Supervisi Akademik yang ideal, keterbatasan referensi Supervisi Akademik, keterbatasan tenaga kependidikan yang membantu kesibukan
pemenuhan tugas Kepala Sekolah kadang dihadapi dengan skala prioritas permintaan pemenuhan oleh instansi vertikal yang meminta laporan atau dokumen.
4.2.6.2 FGD Guru Kelas
FGD Guru kelas dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Januari 2014 di SDN Magelang 6, adapun hasil diskusi sebagai berikut :
a. sebagian besar guru belum memahami konsep-konsep Supervisi Akademik serta rangkaian pelaksanaannya, hanya beberapa guru yang diminta membuat administrasi Supervisi Akademik
b. di mata para guru Supervisi Akademik sebatas penilaian RPP dan penilaian pembelajaran
c. ada beberapa instrumen penilaian yang membi-ngungkan para Guru
d. guru sebagian besar tidak dilibatkan dalam penyusunan program Supervisi Akademik
e. pemenuhan administrasi kelas dan administrasi pembelajaran sangat memberatkan guru
f. tidak semua guru mendapatkan sosialisasi Super-visi Akademik
g. persepsi guru mengenai pelaksanaan supervisi akademik sebagian cemas jika dilakukan pemeriksaan namun sebagian besar senang karena
kunjungan ke kelas akan membantu peningkatan kinerja guru
h. melalui Supervisi Akademik berupa kunjungan kelas memotivasi para guru untuk meningkatkan kompetensi penyusunan perangkat pembelajaran sesuai standar proses (Permendiknas 41/2007)
i. Melalui Supervisi Akademik berupa kunjungan kelas mendorong kebersamaan guru, tanggung jawab dan mandiri dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran di kelas
j. Melalui Supervisi akademik mendorong guru untuk mempelajari kembali teori dan inovasi pembelajaran k. Berbagai sosialisasi, penataran, pelatihan dan
inovasi pembelajaran tidak merata kepada semua guru.
l. Penugasan guru dalam membantu menyelesaikan administrasi sekolah antara lain penyusunan Dokumen KTSP, Dokumen RAPBS, Dokumen Rencana Pengembangan Sekolah, Penyusunan Dokumen Evaluasi Diri Sekolah, Dokumen Peraturan Akademik, Administrasi BOS dan Data DAPODIK, Monitoring evaluasi dan Akreditasi sekolah serta Administrasi Aset Sekolah sangat menganggu partisipasi guru dalam persiapan dan pelaksanaan supervisi akademik.
4.2.7
4.2.74.2.74.2.7 PencermatanPencermatanPencermatanPencermatan DokumenDokumenDokumenDokumen SupervisiSupervisiSupervisiSupervisi AkademikAkademikAkademikAkademik Pencermatan dokumen dilaksanakan dengan menggunakan kerangka acuan standar supervisi akademik yang disusun berdasarkan ketentuan yang berlaku. Selanjutnya akan dipaparkan hasil pencermatan dokumen yang ada.
4.2.7.1 Hasil Pencermatan Dokumen Perencanaan Supervisi Akademik
Tabel 1.3. Rekap Hasil Pencermatan Dokumen Perenca-naan Supervisi Akademik(SPSA)
No Stan dar SD A SD B SD C SD D SD E SD F Rata-rata 1 1.1.1. 4 1 1 4 1 1 2.00 2 1.1.2. 4 2 2 4 2 2 2.67 3 1.1.3. 4 2 2 4 2 2 2.67 4 1.1.4. 4 2 2 4 2 2 2.67 5 1.1.5. 4 2 2 4 2 2 2.67 6 1.1.6. 4 2 2 4 2 2 2.67 7 1.1.7. 1 1 1 1 1 1 1.00 8 1.1.8. 1 1 1 1 1 1 1.00 Jumlah 26 13 13 26 13 13 17.33 Rata-rata 3.25 1.63 1.63 3.25 1.63 1.63 2.17 Kriteria B C C B C C C
Dari tabel diatas 2 sekolah mendapatkan kriteria B (baik) dan 4 sekolah mendapatkan kriteria C (cukup) dan rata-rata kriteria perencanaan supervisi akademik Gugus Dwijawiyata adalah C (cukup). Berdasarkan kriteria atau standar yang digunakan untuk menilai kesesuaian perencanaan supervisi akademik kategori C diartikan belum sesuai dengan ketentuan standar
4.2.7.2 Pencermatan Dokumen Pelaksanaan Supervisi Akademik
Tabel 1.4. Rekap Hasil Pencermatan Dokumen Pelaksa-naan Supervisi I Akademik(SLSA)
No Stan dar SD A SD B SD C SD D SD E SD F Rata-rata 1 2.1.1. 4 3 3 4 3 3 3.33 2 2.1.2. 4 4 4 4 4 4 4.00 3 2.1.3. 4 4 4 4 4 4 4.00 4 2.1.4. 4 4 4 4 4 4 4.00 5 2.1.5. 4 4 4 4 4 4 4.00 6 2.1.6. 4 1 1 4 1 1 2.00 7 2.1.7. 4 1 1 4 1 1 2.00 8 2.1.8. 4 3 3 4 3 3 3.33 9 2.1.9. 3 2 4 4 4 4 3.50 Jumlah 35 26.00 28.00 36.00 28.00 28.00 30.17 Rata-rata 3.25 3.89 2.89 3.11 4.00 3.11 3.11 Kriteria B B C B A B B
Dari tabel 1.4. diatas 2 sekolah mendapatkan kriteria A (amat baik) dan 4 sekolah mendapatkan kriteria B (baik) dan 1 sekolah C (cukup) rata-rata kriteria pelaksanaan supervisi akademik Gugus Dwijawiyata adalah B (baik). Berdasarkan kriteria atau standar yang digunakan untuk menilai kesesuaian perencanaan supervisi akademik kategori B diartikan sesuai dengan ketentuan standar.
4.2.7.3. Pencermatan Dokumen Analisa dan Tindak Lan jut Supervisi Akademik
Tabel 1.5. :Rekap Hasil Pencermatan Dokumen Analisa Dan Tindak Lanjut Supervisi Akademik (SATL)
No Stan dar SD A SD B SD C SD D SD E SD F Rata-rata 1 3.1.1. 3 3 3 4 3 3 3.17 2 3.1.2. 3 3 3 3 3 3 3.00 3 3.1.3. 3 3 3 3 3 3 3.00
4 3.1.4. 1 1 1 1 1 1 1.00 5 3.1.5. 2 2 2 2 2 2 2.00 6 3.1.6 2 2 2 2 2 2 2.00 7 3.1.7 1 1 1 1 1 1 1.00 8 3.1.8 1 1 1 1 1 1 1.00 Jumlah 16 16 16 17 16 16 16.17 Rata-rata 2 2 2 2.125 2 2 2.02 Kriteria C C C C C C C
Dari tabel diatas 6 sekolah semua mendapatkan C sehingga rata-rata kriteria analisa dan tindak lanjut supervisi akademik Gugus Dwijawiyata adalah C (cukup). Berdasarkan kriteria atau standar yang digunakan untuk menilai kesesuaian perencanaan supervisi akademik kategori C diartikan belum sesuai dengan ketentuan standar.
4.3.
4.3.4.3.4.3. PembahasanPembahasanPembahasanPembahasan HasilHasilHasilHasil PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Berdasarkan data penelitian dan standar yang ditetapkan nampak bahwa pada perencanaan program dan analisa tindak lanjut supervisi akademik di Gugus Dwijawiyata belum sesuai dengan ketentuan yang ada dan menunjukkan kesenjangan antara standar dengan kenyataan di sekolah, sedangkan untuk pelaksanaan supervisi akademik sudah sesuai dengan kriteria atau standar yang ditetapkan. Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut pembahasan program supervisi akademik di gugus Dwijawiyata.
4.3.1.
4.3.1.4.3.1.4.3.1. PerencanaanPerencanaanPerencanaanPerencanaan SupervisiSupervisiSupervisiSupervisi AkademikAkademikAkademikAkademik
Hasil analisis perencanaan program supervisi akademik belum atau tidak sesuai dengan ketentuan
yang ada. Banyak hal yang belum dilakukan oleh Kepala Sekolah dalam rangka penyusunan perencanaan program. Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut pembahasan mengenai analisis kesenjangan dalam perencanaan supervisi akademik.
Pertama,
Pertama,Pertama,Pertama, pemahaman konsep supervisi akademik dan unsur-unsur perencanaan belum dipahami oleh Kepala Sekolah. Berdasarkan angket dan wawancara menunjukkan bahwa pembekalan pengetahuan tentang Supervisi Akademik bagi para Kepala Sekolah praseleksi atau pascaseleksi sangat tidak memadai. Sebagian unsur perencanaan sudah disusun namun apa yang dilakukan Kepala sekolah tidak lebih dari sekedar melanjutkan “tradisi” Kepala Sekolah sebelumnya yang melaksanakan supervisi tanpa perencanaan yang matang. Jikapun mereka tahu maka prinsip, tujuan, tehnik hanya cukup di mengerti oleh Kepala Sekolah tanpa perlu dinarasikan. Hasil FGD para Kepala Sekolah dan Pengawas didapat fakta bahwa mereka terkendala dengan keterbatasan pengetahuan, keterbatasan referensi dan keterbatan waktu dalam menyusun perencanaan secara lengkap. Ada beberapa kepala sekolah yang berusaha menggali lewat bacaan dan contoh dokumen yang ada hampir tidak didapat. Sehingga sampai pada saat penelitian ini berlangsung ada yang belum pernah menyusun peencanaan supervisi akademik
Kedua,
Kedua,Kedua,Kedua, hasil Foccus Group Discussion (FGD) para guru didapat fakta bahwa hampir sebagian besar guru juga belum faham secara mendalam tentang konsep, prinsip, tujuan dan tehnik supervisi akademik. Pemahaman guru supervisi adalah sebatas pemeriksaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah mengenai pemenuhan administrasi pembelajaran yang meliputi silabus, progam tahunan, program semester, RPP, administrasi penilaian dan administrasi program perbaikan dan pengayaan dan pemeriksaan saat guru mengajar.
Ketiga,
Ketiga,Ketiga,Ketiga, Berdasarkan pencermatan dokumen supervisi hanya ada 1(satu) Kepala Sekolah yang melaksanakan supervisi akademik dengan lengkap dan mendekati sempurna karena yang bersangkutan pernah mengikuti Program penguatan Kepala Sekolah tentang Supervisi Akademik dan ikut serta sebagai peserta Uji Coba Modul Supervisi Akademik Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi Kepala Sekolah sebagai tindak lanjut Penilaian Kinerja Kepala Sekolah yang dilaksanakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional bekerjasama dengan AUSAID tahun 2012 yang lalu. Modul ini yang saat ini digunakan oleh Kementrian sebagai buku baku pelaksanaan Supervisi Akademik.
4.3.2.
Hasil analisis pelaksanaan program supervisi akademik menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi dalam kategori baik atau sesuai tetapi belum mendekati semua ketentuan yang ada masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki . Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut pembahasan mengenai analisis kesenjangan dalam pelaksanaan supervisi akademik. Pertama,
Pertama,Pertama,Pertama, pencermatan dokumen pelaksanaan supervisi menunjukkan bahwa sebagian besar sudah terpenuhi dengan catatan bahwa proses penilaian masih terjadi di beberapa sekolah yang tidak menggunakan prosedur baku. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesiapan dan partisipasi guru dan juga hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah. Karena pelaksanaan supervisi akademik masih difokuskan pada pemeriksa an administrasi pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang meliputi silabus, program tahunan program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran, administrasi penilaian dan program perbikan dan pengayaan maka perlu pemberian waktu atau jadwal yang memeprhatikan beban kerja guru.
Kedua,
Kedua,Kedua,Kedua, dengan menggunakan format PKG (Penilaian Kinerja Guru ) maka hanya akan diperiksa14 (empat belas) aspek yang terkait dengan penyusunan RPP, pelaksanaan pembelajaran dengan menilai aspek kemampuan guru dalam membuka pelajaran,
melaksanakan kegiatan inti yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup serta penilaian. Pada kegiatan inti dinilai bagaimana guru melakukan siklus eksplorasi, Elaborasi dan konfirmasi yang merupakan bagian dari prosedur standar proses yaitu bagaimana guru memfasilitasi pembelajaran kooperatif kolaboratif. Kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif dan kolaboratif umumnya belum optimal. Perlu bagi Kepala Sekolah untuk memfokuskan pada kompetensi tersebut agar prinsip pembelajaran yang merangsang, menantang dan menyenangkan benar-benar terlaksana dalam pembelajaran.
Ketiga,
Ketiga,Ketiga,Ketiga, berdasarkan hasil FGD didapatkan informasi bahwa setelah pemeriksaan berlangsung sebagian besar Kepala Sekolah tidak melakukan diskusi antara Kepala Sekolah dengan guru yang diperiksa. Catatan hasil penilaian disampaikan pada kesempatan lain, baik secara perorangan artinya kepada guru yang diperiksa atau lewat rapat sekolah. Hal ini sangat berpengaruh positif apabila feedback diberikan langsung pascapembelajaran sehingga masih segar ingatan guru untuk perbaikan pembelajaran.
4.3.3.
4.3.3.4.3.3.4.3.3. AnalisaAnalisaAnalisaAnalisa dandandandan TindakTindak LanjutTindakTindak LanjutLanjutLanjut HasilHasilHasilHasil SupervisiSupervisiSupervisiSupervisi Akademik
Akademik AkademikAkademik
Hasil analisis pelaksanaan program supervisi akademik menunjukkan bahwa analisa dan tindak lanjut hasil supervisi akademik kategori belum sesuai dengan ketentuan yang ada . Banyak hal yang harus dilakukan Kepala Sekolah untuk memperbaiki program pada langkah ini. Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut pembahasan mengenai analisis kesenjangan dalam analisa dan tindak lanjut hasil supervisi akademik
Pertama
PertamaPertamaPertama, Instrumen yang digunakan hampir sebagian besar menggunakan format Penilaian Kinerja Guru yang memang di dalamnya mengharuskan Kepala Sekolah mencatat eviden-eviden(bukti) yang muncul saat menilai guru mengajar untuk rajin dan cermat menginventarisir apa yang dilihat dan didengar dalam catatan Kepala Sekolah untuk disesuaikan dengan ketentuan pengisian instrumen penilaian yang rumit dengan rumus-rumus atau ketentuan penilaian yang rumit pula. Pada tahap ini sangat dibutuhkan kecermatan, kejujuran, pemahaman yang dalam tentang substansi kompetensi, jika ketiga hal tersebut tidak dilaksanakan dengan konsisten maka analisa dan tindak lanjut hasil supervisi akademik menjadi tidak berarti.
Kedua,
Kedua,Kedua,Kedua, kondisi ideal dari supervisi akademik sudah dinyatakan di depan bahwa supervisi akademik bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan, pengembangan, interaksi, penyelesaian masalah yang bebas kesalahan, dan sebuah komitmen untuk membangun kapasitas dan kompetensi guru. Maka harus menjadi komitmen seluruh insan yang terkait dengan pelaksanaan supervisi akademik untuk bukan sekedar memahami tetapi melaksanakan dengan konsisten semua ketentuan yang ada. Bahwa di lapangan yang terjadi tidak seperti yang diharapkan itulah tantangan yang harus diatasi bersama. JIka kata kuncinya adalah pembelajaran yang berkualitas maka konsep itu hanya akan berlangsung bila dipenuhi kondisi institusi yang berkualitas, pengelola yang berkualitas, Kepala Sekolah dan Guru yang berkualitas, lngkungan yang berkualitas yang akan bermuara pada luaran siswa yang berkualitas. Kualitas Kepala Sekolah dan guru sangat dipengaruhi dengan pola rekruitmen dan pola diklat atau pembekalan bagai calon guru dan kepala sekolah.
Ketiga,
Ketiga,Ketiga,Ketiga, Bahwa tindak lanjut supervisi akademik adalah upaya nyata dalam peningkatan kompetensi guru dan juga kepala sekolah makaupaya peningkatan mutu pendidikan khususnya di sekolah dasar sudah semestinya diarahkan pada komponen penentu mutu proses belajar mengajar dan komponen utama adalah
Guru yang professional dengan mengedepankan pada kemampuan guru untuk menjabarkan kurikulum sehingga guru mampu menganalisis kurikulum dan menyusun rancangan pengajaran yang siap digunakan di kelas, penggunaan metodologi pembelajaran serta teknik evaluasi yang tepat serta pemanfaatan media pembelajaran yang ada. Guru harus mampu melakukan manajemen kelas yang baik, seorang guru perlu memahami dengan baik berbagai hal, seperti aspek-aspek manajemen kelas, tahap-tahap manajemen kelas, penataan dan pengorganisasian kelas. Untuk mewujudkan disiplin di kelas diperlukan adanya Model dan teknik yang tepat sesuai situasi yang ada.Kedua hal diatas adalah inti atau roh supervisi akademik. Jika supervisi akademik dikelola sesuai dengan ketentuan bukan tidak mungkin dapat menjadi kunci keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan.
4.3.4.
4.3.4.4.3.4.4.3.4. EvaluasiEvaluasiEvaluasiEvaluasi KeberlanjutanKeberlanjutanKeberlanjutanKeberlanjutan programprogramprogramprogram SupervisiSupervisiSupervisiSupervisi Akademik.
Akademik.Akademik.Akademik.
Pada setiap kegiatan evaluasi program sering dikaitkan dengan keberlanjutan Program. Menjawab pertanyaan tersebut dengan memperhatikan realitas di lapangan maka pertanyaan utamanya bukan dilanjutkan atau tidak tetapi justru beralih pada fokus kebutuhan bagaimana Supervisi Akademik harus
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku . Dengan mengingat antara lain :
1. Program Supervisi Akademik harus tetap dijalankan sesuai ketentuan yang berlaku karena adanya tuntutan kompetensi Kepala Sekolah. Dan berdasarkan Permendiknas nomer 13 tahun 2007 sudah ditetapkan bahwa salah satu kompetensi kepala Sekolah adalah melaksanakan supervisi Akademik.
2. Program supervisi Akademik harus tetap dijalankan sesuai petunjuk pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru, karena proses dan hasil Penilaian Kinerja amat berpengaruh terhadap keberhasilan program-program sekolah secara keseluruhan dan hasil penilaian kinerja digunakan untuk pembinaan karier pegawai(kenaikan pangkat) yang kedepan diberlakukan bukan hanya untuk pegawai negeri sipil tetapi juga pegawai swasta.
3. Semua bentuk upaya untuk melakukan pengendalian, perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan atau mutu sekolah selalu menjadikan Supervisi akademik sebagai salah satu indikator keberhasilan seperti Monitoring dan Evaluasi Kepala Sekolah, Akreditasi sekolah, Penilaian Kinerja Sekolah, Evaluasi diri sekolah.