BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanker
1. Pengertian
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel–sel jaringan tubuh yang tidak normal (Tim Cancer Help, 2010). Sel–sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri. Selanjutnya, sel kanker akan menyusup ke jaringan sekitarnya (invasif) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, serta menyerang organ–organ penting dan saraf tulang belakang (Desen, 2011).
Menurut National Cancer Institute (2009), kanker adalah suatu istilah untuk penyakit di mana sel–sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker (WHO, 2009).
2. Penyebab Kanker
Karsinogen merupakan faktor–faktor tertentu sebagai penyebab yang dapat menimbulkan pembentukan kanker. Faktor tersebut termasuk senyawa kimia (zat karsinogen), faktor fisika, virus, hormon, faktor genetik atau keturunan (Sjamsuhidayat, 2005).
a. Senyawa kimia (zat karsinogen)
Zat pengawet, zat pewarna, bahan tambahan pada makanan dan minuman dapat menyebabkan kanker jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Bahan sintetis misalnya bahan dalam industri plastik, bahan industri, bahan celup dan juga obat–obatan kemoterapi di dunia kedokteran.
b. Faktor fisika
Faktor fisika dalam hal ini adalah bom atom dan radioteapi agresif (radiasi sinar pengion).
c. Virus
Virus yang menjadi penyebab kanker sulit dipastikan karena virus sulit untuk diisolasi. Virus dianggap bisa menyatukan diri dalam struktur genetik sel, sehingga mengganggu generasi selanjutnya dari populasi tersebut (Smeltzer & Bare, 2002). Salah satu virus yang dapat menyebabkan kanker adalah virus Human Immunodefiency Virus (HIV) akan rentan terhadap infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Jenis virus tersebut disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik (Lubis & Hasilda, 2009).
d. Hormon
Hormon yang menimbulkan kanker hanya pada beberapa organ saja, yaitu organ yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon seperti payudara, uterus dan prostat.
e. Kelainan kongenital
Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga, semisal dengan kanker payudara hal ini akan mempunyai resiko yang besar terkena kanker payudara dibanding dengan orang yang tidak mempunyai faktor resiko tersebut.
3. Stadium Kanker
Sistem TNM adalah suatu cara untuk melukiskan stadium kanker. Pentahapan menentukan ukuran tumor dan keberadaan metastasis. Dalam sistem Tumor Nodus Metastase (TNM), sistem yang sering digunakan untuk menggambarkan keganasan. Sistem TNM ini, T mengacu pada keluasan tumor primer, N mengacu pada keterlibatan nodus/ metastase kelenjar limfe regional, M mengacu pada keluasan metastasis. Penderajatan mengacu pada klasifikasi sel–sel tumor. Sistem penderajatan digunakan untuk menentukan jenis jaringan yang menjadi asal dari tumor
dan tingkat sel–sel mempertahankan fungsi dan karakteristik histologis dari jaringan asal. Penderajatan ini dituliskan dengan nilai numerik, dengan rentang I sampai IV.
a. Tumor derajat I dikenal sebagai tumor yang berdiferensia baik, struktur dan fungsinya hampir menyerupai jaringan asal.
b. Tumor derajat II dikenal sebagai tumor berdiferensia secara moderat, struktur sel dengan beberapa imaturitas.
c. Tumor derajat III dikenal sebagai tumor berdiferensiasi buruk, dengan struktur sel imatur dengan sedikit kemiripan dengan jaringan normal. d. Tumor derajat IV yaitu tumor yang tidak menyerupai jaringan asal
dalam struktur atau fungsinya disebut tumor berdiferensiasi buruk atau tidak bisa berdiferensiasi. Sel tumor tersebut cenderung agresif dan kurang responsif terhadap dengan baik (Smeltzer & Bare, 2002).
4. Terapi Kanker
Menurut Sjamsuhidayat (2005) pengobatan kanker dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Pengobatan kanker didasarkan atas tahapan penyakit dan beberapa faktor lain.
a. Pembedahan
Pembedahan masih sering dilakukan karena merupakan modalitas pengobatan yang terbaik. Pembedahan mungkin dipilih sebagai metode pengobatan primer, atau mungkin sebagai metode diagnostik, profilaktik, paliatif atau rekonstruktif (Smeltzer & Bare, 2002).
b. Radioterapi
Terapi radiasi merupakan terapi yang menggunakan radiasi ionisasi tinggi yang digunakan untuk mengganggu pertumbuhan selular. Terapi ini merupakan terapi lokal yang digunakan sendiri atau kombinasi dengan terapi lain (Otto, 2005).
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi anti kanker untuk membunuh sel–sel tumor dengan mengganggu fungsi dan reproduksi seluler. Obat yang digunakan untuk mengobati kanker menghambat mekanisme proliferasi sel. Obat–obat anti kanker disebut sitostatika. Efek samping yang mungkin timbul dari kemoterapi ini adalah rambut rontok, mual, diare, berat badan menurun, mulut kering (Otto, 2005).
B. Kemoterapi
1. Pengertian
Kemoterapi adalah cara pengobatan yang menggunakan obat kimia untuk membunuh sel kanker dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Kemoterapi adalah penggunaan obat–obatan sitotoksik dalam terapi kanker (Otto, 2005). Kemoterapi merupakan salah satu modalitas pengobatan pada kanker secara sistemik yang sering dipilih terutama untuk mengatasi kanker stadium lanjut, local maupun metastasis (Desen, 2011).
Kemoterapi adalah terapi dengan obat anti kanker. Obat ini selain bersifat toksik terhadap sel tubuh normal, terutama sel yang mempunyai kemampuan membelah dengan cepat, seperti sel darah, folikel rambut, mukosa gastrointestinal dan sistem reproduksi. Pada umumnya obat anti kanker ini mempunyai efektifitas terapi yang sangat dekat dengan efek toksik (Sukardja, 2003).
2. Tujuan Terapi Kemoterapi
Menurut Sukardja (2003) kemoterapi memiliki beberapa tujuan berbeda, yaitu :
a. Kemoterapi kuratif
Kemoterapi kuratif harus memakai formula keoterapi kombinasi yang terdiri atas obat dengan mekanisme kerja berbeda, efek toksik berbeda
dan masing–masing efektif bila digunakan tersendiri, diberikan dengan banyak siklus, untuk setiap obat dalam formula tersebut diupayakan memakai dosis maksimum yang dapat ditoleransi tubuh, masa interval sedapat mungkin diperpendek agar tercapai pembasmian total sel kanker dalam tubuh.
b. Kemoterapi adjuvant
Kemoterapi adjuvant adalah kemoterapi yang dikerjakan setelah operasi radikal. Pada dasarnya ini adalah bagian dari terapi kuratif. Karena banyak tumor pada waktu pra–operasi sudah memiliki mikro– metastasis di luar lingkup operasi, maka setelah lesi primer dieksisi, tumor tersisa akan tumbuh semakin pesat, kepekaan terhadap obat bertambah.
c. Kemoterapi neoadjuvan
Kemoterapi yang dilakukan sebelum operasi atau radioterapi. Kanker terlikalisir tertentu hanya dengan operasi atau radioterapi sulit mencapai ketuntasan, jika terlebih dahulu kemoterapi 2–3 siklus dapat mengecilkan tumor, memperbaiki pasokan darah, berguna bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi selanjutnya.
d. Kemoterapi paliatif
Kebanyakan kanker bukan sel kecil paru, kanker hati, lambung, pankreas, kolon dan lain–lain hasil kemoterapi masih kurang memuaskan. Untuk kanker seperti itu dalam stadium lanjut kemoterapi bersifat paliatif, hanya berperan mengurangi gejala, memperpanjang waktu survival. Dalam hal ini dokter mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya, menghindari kemoterapi yang terlalu kuat hungga kualitas hidup pasien menurun atau memperparah perkembangan penyakitnya.
e. Kemoterapi investigatif
Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan regimen kemoterapi baru atau obat baru yang sedang diteliti.
3. Bentuk Kemoterapi
Menurut Ganiswarna (2005) pemberian kemoterapi dapat diberikan dengan satu macam atau dengan kombinasi, sehingga dikenal dengan tiga macam bentuk kemoterapi kanker, yaitu :
a. Monoterapi (Kemoterapi Tunggal)
Kemoterapi tunggal yaitu kemoterapi yang dilakukan dengan satu macam sitostatika. Sekarang sudah banyak ditinggalkan, karena pemberian pemberian polikemoterapi memberi hasil yang lebih memuaskan.
b. Poli Kemoterapi (Kemoterapi Kombinasi)
Prinsip pemberian kemoterapi kombinasi adalah obat–obat yang diberikan sudah diketahui memberikan hasil yang baik bila diberikan secara tunggal tetapi masing–masing obat bekerja pada fase siklus sel yang berbeda, sehingga akan lebih banyak sel kanker yang terbunuh. c. Kemoterapi Lokal
1) Pengobatan terhadap efusi akibat kanker. 2) Pengobatan langsung intra dan peri tumor. 3) Pengobatan intratekal.
4. Efek Kemoterapi
Efek kemoterapi sangat bervariasi, yang ditandai dengan mengecilnya tumor. Keadaan ini disebut dengan remisi, yang dibagi menurut besar kecilnya remisi, yaitu :
a. Remisi komplit (sempurna) yang ditandai dangan pengurangan volume tumor menjadi jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan sebelum pengobatan.
b. Remisi sebagian yang ditandai dengan pengurangan volume tumor lebih dari 50% dari besar semula tanpa tanda–tanda manifestasi tumor baru.
c. Perbaikan yang ditandai dengan pengecilan volume kurang dari 50%, lamanya remisi juga berbeda–beda. Remisi yang lamanya 1–3 bulan
disebut remisi pendek, 6–12 bulan remisi sedang dan 1–3 tahun disebut remisi panjang.
5. Cara Pemberian Kemoterapi
Menurut Miller (2008) obat kemoterapi dapat diberikan dengan cara : a. Oral
Oral kemoterapi diberikan secara oral, yaitu dengan bentuk tablet atau kapsul, yang harus diminum beberapa kali sehari. Keuntungan kemoterapi oral adalah bisa dilakukan di rumah. Menekankan pentingnya kepatuhan pasien dengan jadwal yang telah ditentukan, karena interval telah ditentukan akan membuat interaksi obat lebih efektif.
b. Subkutan dan Intramuskular
Pastikan untuk merotasi tempat penyuntikan untuk setiap dosis, karena tempat yang sudah pernah mengalami penusukan membutuhkan waktu tertentu dalam penyembuhannya.
c. Topikal
Hati–hati agar pasien tidak menyentuh area pemberian salep topikal dan anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar dari katun. Pakai sarung tangan dan pastikan untuk mencuci tangan dengan baik setelah melakukan pengobatan.
d. Intraarteri
Memerlukan pemasangan kateter pada arteri yang dekat dengan tumor, karena adanya tekanan arteri, obat diberikan dalam larutan yang mengandung heparin dengan menggunakan infus pump.
e. Intrakavitas
Memasukkan obat kedalam kandung kemih melalui kateter dan/ atau melalui selang dada ke dalam rongga pleura.
f. Intraperitoneal
Hangatkan cairan infus (dengan pemanasan kering) sampai mencapai suhu 38ºC sebelum diberikan. Obat diberikan ke dalam rongga
abdomen melalui alat yang dipasang dan/ atau dengan kateter suprapubis eksternal.
g. Intratekal
Sediaan semua jenis obat intratekal dengan tanpa bahan pengawet, dalam salin normal atau air steril. Infus obat dapat diberikan melalui penampung dan/ atau melalui prosedur pungsi lumbal. Obat harus diberikan secara perlahan–lahan. Hanya dokter yang boleh memberikan obat intratekal.
h. Intravena
Cara ini paling banyak digunakan, yaitu dengan melalui kateter vena sentral atau vena perifer. Ada 4 metode pemberian meliputi bolus yaitu pemberian obat secara langsung ke dalam vena melalui jarum. Piggyback yaitu obat diberikan menggunakan botol sekunder dan selang. Infus primer diberikan bersama dengan obat. Sisi lengan yaitu dengan diberikan melalui spuit dan jarum pada sisi alat infus yang sedang terpasang. Infus yaitu dengan obat ditambahkan ke botol intravena yang akan diberikan (Otto, 2005).
6. Efek Samping Kemoterapi
Menurut Samadi (2011) secara umum efek kemoterapi dibagi menjadi : a. Efek samping yang sering terjadi (immediate side effects)
Efek samping yang terjadi dalam 24 jam pemberian sitostatika, misalnya mual dan muntah.
b. Efek samping yang awal terjadi (early side effects)
Efek samping yang timbul dalam beberapa hari sampai minggu, misalnya leukopenia dan stomatitis.
c. Efek samping yang terjadi belakangan (delayed side effects)
Efek samping yang timbul dalam hitungan minggu sampai bulan, misalnya neuropati perifer dan nefropati.
d. Efek samping yang terjadi kemudian (late side effects)
Efek samping yang terjadi dalam hitungan bulan sampai tahun, misalnya keganasan sel sekunder.
Efek samping kemoterapi dapat menimbulkan gangguan saluran cerna, lambung, usus. Kerusakan pada membran mukosa menyebabkan nyeri pada mulut, diare dan stimulasi zona pemicu kemotaksis yang menimbulkan mual dan muntah.
Menurut Smeltzer & Bare (2002) toksisitas kemoterapi yaitu : a. Sistem gastrointestinal
Mual dan muntah yang terjadi menetap hingga 24 jam setelah pemberian obat.
b. Sistem hematopoietik
Agen kemoteraupetik mendepresi fungsi sumsum tulang, yang mengakibatkan menurunnya produksi sel–sel darah baik sel darah merah (anemia), lekosit (leukopenia), trombosit (trombositopenia) dan mengakibatkan resiko infeksi dan perdarahan (Susanti & Tarigan, 2012).
c. Sistem ginjal
Agen kemoterapeutik dapat merusak ginjal karena efek langsungnya selama ekskresi dan akumulasi produk akhir setelah lisis sel. Lisis sel tumor dengan cepat setelah kemoterapi mengakibatkan meningkatnya ekskresi asam urat, yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.
d. Sistem kardiopulmonal
Antibiotik anti tumor menyebabkan toksisitas jantung kumulatif yang irreversibel dan efek toksik pada fungsi paru (Rasjidi, 2013).
e. Sistem reproduksi
Fungsi testis dan ovarium dapat dipengaruhi oleh preparat kemoteraupetik, yang mengakibatkan kemungkinan sterilitas. Pada perempuan dapat terjadi menoupause dini, atau sterilitas permanen. Jika dilihat dari gejala klinik kanker serviks pada stadium lanjut seperti
keputihan yang gatal dan berbau busuk, pendarahan kontak, pendarahan spontan dan nyeri yang hebat, maka penyakit ini mengganggu fungsi seksual. Hal ini sangat ditakuti oleh kaum perempuan karena perubahan fungsi seksual merupakan perubahan yang sangat berarti bagi seorang perempuan dikaitkan dengan fungsi dan perannya dalam keluarga yaitu sebagai seorang istri dan ibu. f. Sistem neurologis
Dapat menyebabkan kerusakan neurologis seperti neuropati perifer, kehilangan refleks tendon profunda. Efek samping ini bersifat irreversibel, menghilang setelah selesainya kemoterapi. Akibat dari dampak yang tidak diinginkan dari pemberian kemoterapi, maka pasien akan mengalami gangguan fisik atau kelelahan fisik sehingga akan lebih mudah mengalami kecemasan atau stress (Gale & Charette, 2000).
Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap pemberian maupun dosis komulatif, selain itu setiap pasien dapat menimbulkan gejala efek samping yang berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama.
7. Siklus Kemoterapi
Siklus kemoterapi adalah waktu yang diperlukan untuk pemberian satu kemoterapi. Untuk satu siklus biasanya 3–4 minggu sekali, namun ada juga setiap 1 minggu sekali. Sudah ditentukan untuk masing–masing jenis kanker berapa siklus harus diberikan dan berapa interval waktu antar siklusnya (Rasjidi, 2013).
C. Kepatuhan
1. Pengertian
Menurut Niven (2012) kepatuhan adalah tingkat seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan atau
dibebankan kepadanya. Dalam hal ini kepatuhan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi. Kepatuhan pasien merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor, antara lain komunikasi antara dokter dengan pasien, tahap penyakit, terapi/ perawatan yang dianjurkan, serta beberapa kondisi yang berhubungan dengan terapi/ perawatan yang dianjurkan (Basuki, 2009). Kepatuhan dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan penuh (total compliance) dimana pada kondisi ini pasien kanker patuh secara sungguh– sungguh menjalani kemoterapi dan tidak patuh (non compliance) dimana pasien kanker tidak patuh menjalani kemoterapi.
2. Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Niven (2012) berpendapat bahwa faktor yang dapat meningkatkan kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat berpengaruh positif sehingga perawat mau mempertahankan kepatuhannya. Faktor–faktor yang mempengaruhi kepatuhan antara lain sebagai berikut :
a. Pemahaman tentang instruksi
Kesalahpahaman dalam pemberian instruksi menyebabkan tidak seorangpun mematuhi instruksi tersebut. Kadang–kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan professional yaitu kesalahan dalam memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah–istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus di ingat oleh penderita. b. Kualitas interaksi
Kualitas interaksi anatara perawat dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa komunikasi antara dokter dengan pasien merupakan faktor utama dalam mencapai kepatuhan pasien (Basuki, 2009).
c. Pendidikan
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting karena pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan kualitas,
dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat merubah pola berpikir seseorang.
d. Kesakitan dan pengobatan
Penderita kanker memiliki perilaku kepatuhan lebih rendah karena mereka menganggap diobati atau tidak mereka akan meninggal.
e. Keyakinan, sikap dan kepribadian
Kepribadian antara orang yang patuh dengan tidak patuh tentu berbeda. Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas, memiliki sosial yang lebih, memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri sehingga ditandai dengan penguasaan terhadap lingkungannya kurang.
f. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta menentukan program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga juga member dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan anggota keluarga yang sakit.
g. Tingkat ekonomi
Merupakan kemampuan financial untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, tetapi ada kalanya seseorang yang sudah pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan lain yang bisa digunakan untuk membiayai semua program perawatan dan pengobatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah kebawah akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat ekonomi baik terjadi kepatuhan.
h. Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga, teman sejawat, waktu dan uang merupakan faktor penting dalam kepatuhan. Teman dapat membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dalam pelaksanaan kemoterapi karena bisa saling membantu disaat yang kita butuhkan, merasa
senasib sepenanggungan karena mengidap penyakit yang sama, sebagai teman diskusi untuk menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan mereka dapat menjadi kelompok untuk mendukung satu sama lain untuk mencapai kepatuhan.
Ada empat dimensi dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi.
D. Dukungan Sosial
1. Pengertian
Dukungan sosial sebagai satu diantara fungsi pertalian/ ikatan sosial, segi fungsional mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, memberi informasi atau nasihat, adanya bantuan dan tindakan yang diberikan dimana kehadiran mereka mempunyai manfaat emosional atau perilaku bagi pihak penerimanya (Nursalam dan Kurniawati, 2007).
Dukungan sosial yaitu mengacu pada kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu (Sarafino, 2010). Neergaard, Shaw, dan Carter dalam Suhita (2005) mengartikan dukungan sosial sebagai sumber yang tersedia terdiri dari jaringan teman dan kenalan (jaringan sosial) yang membantu seseorang untuk mengatasi masalah sehari–hari atau krisis yang serius.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial adalah adanya dukungan yang diterima individu dari orang lain dalam kehidupannya sehingga individu tersebut merasa bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya (Fajriati, 2013). Pada penderita kanker adanya dukungan dari orang disekeliling akan memperkuat kemauan untuk selalu patuh dalam menjalani kemoterapi sampai tuntas.
2. Bentuk Dukungan Sosial
Sarafino (2010) membedakan empat jenis dukungan sosial yaitu : a. Dukungan emosional
Dukungan emosional dapat berupa ungkapan empati, perhatian, maupun kepedulian terhadap penderita kanker yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi. Dukungan emosi memberikan rasa nyaman, jaminan, kepemilikan dan dicintai ketika seseorang dalam situasi stress saat menjalani pengobatannya. Keberadaan dukungan emosional dari partisipasi keluarga maka pasien tidak akan merasa sendiri dan akan merasa berkurang bebannya karena dapat mencurahkan segala yang dirasakannya (Saragih, 2010).
b. Dukungan penghargaan
Dukungan berupa ungkapan hormat (penghargaan) untuk orang lain atau individu yang bersangkutan, dorongan atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif individu tersebut dengan orang lain. Memberikan support kepada penderita kanker yang sedang menjalani pengobatan kemoterapi agar dapat menuntaskan pengobatannya. Adanya motivasi kesembuhan pada pasien akan meningkatkan harapan dan keinginan pasien untuk sembuh (Alle, Hardjanta, & Suharsono, 2006).
c. Dukungan instrumental
Pada dasarnya biaya untuk pengobatan kemoterapi tidak murah, kadang penderita dengan financial yang terbatas dan sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah pun sering tidak menuntaskan pengobatannya karena jarak dari rumah sampai rumah sakit jauh atau biaya selama berada di rumah sakit yang tidak sedikit. Dukungan ini mencakup bantuan langsung misal berupa bantuan uang bisa juga berupa bantuan dalam pekerjaan sehari – hari untuk bisa meringankan. Biaya pengobatan yang sangat tinggi juga mempengaruhi kepatuhan pasien untuk dapat terus menjalani kemoterapi (Alle, Hardjanta & Suharsono, 2006).
d. Dukungan informasi
Dukungan berupa nasihat, saran, pengetahuan, informasi serta petunjuk mengenai penyakit dan pengobatan. Menjelaskan kepada penderita tentang kankernya, kemungkinan kedepannya dan memberikan kesempatan penderita dan keluarga bertanya tentang kanker dan pengobatan kemoterapinya. Dukungan informasi untuk mencegah terjadinya kecemasan pasien yang ditimbulakan akibat tindakan kemoterapi (Fajriati, 2013).
3. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial
Menurut Reis dalam Suhita (2005) ada tiga faktor yang mempengaruhi penerimaan dukungan sosial pada individu yaitu :
a. Keintiman
Dukungan sosial lebih banyak diperoleh dari keintiman dari pada aspek–aspek lain dalam interaksi sosial, semakin intim seseorang maka dukungan yang diperoleh seseorang semakin besar.
b. Harga diri
Individu dengan harga diri memandang bantuan dari orang lain merupakan suatu bentuk dalam penurunan harga diri karena dengan menerima bantuan orang lain diartikan bahwa individu yang bersangkutan tidak mampu dalam berusaha mencapai sesuatu.
c. Keterampilan sosial
Individu dengan pergaulan yang luas akan memiliki keterampilan sosial yang tinggi, sehingga akan memiliki jaringan sosial yang luas pula, sedangkan individu yang memiliki jaringan individu yang kurang luas memiliki keterampilan sosial rendah.
4. Dimensi Dukungan Sosial
Jacobson (1986) dalam Nursalam dan Kurniawati (2007) dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal :
a. Emotional support, meliputi: perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan diperhatikan.
b. Cognitive support, meliputi: informasi, pengetahuan, dan nasihat. c. Materials support, meliputi: bantuan/ pelayanan berupa sesuatu barang
dalam mengatasi suatu masalah.
5. Mekanisme Dukungan Sosial
Menurut Pearlin dan Anelshensel (1986: 418) dalam Nursalam dan Kurniawati (2007) ada tiga mekanisme social support yang secara langsung atau tidak berpengaruh terhadap kesehatan seseorang, yaitu : a. Mediator perilaku
Mengajak individu untuk mengubah perilaku yang jelek dan meniru perilaku yang baik.
b. Psikologis
Meningkatkan harga diri dan menjembatani suatu interaksi yang bermakna.
c. Fisiologis
Membantu relaksasi terhadap sesuatu yang mengancam dalam upaya meningkatkan sistem imun seseorang.
E. Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka Teori
(Otto, 2005; Sarafino, 2006; Nursalam dan Kurniawati, 2007; Niven, 2012)
F. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 2.2 Kerangka Konsep Pasien Kanker
Kemoterapi Kepatuhan menjalani Kemoterapi
Faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan : 1. Pemahaman tentang instruksi. 2. Tingkat pendidikan.
3. Kesakitan dan pengobatan. 4. Keyakinan, sikap dan
kepribadian 5. Dukungan keluarga. 6. Dukungan ekonomi 7. Dukungan sosial. a. Dukungan emosional b. Dukungan penghargaan c. Dukungan instrumental d. Dukungan informasi Dukungan Sosial : a. Dukungan emosional b. Dukungan penghargaan c. Dukungan instrumental d. Dukungan informasi
Kepatuhan pasien menjalani kemoterapi
G. Variabel Penelitian
Variabel–variabel yang diteliti meliputi : 1. Variabel Independen (bebas)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan sosial yang meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan, dan dukungan instrumental, dan dukungan informasi.
2. Variabel Dependen (terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan penderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RS Ken Saras Semarang.
H. Hipotesis
Hipotesis awal (Ha) dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan dukungan sosial terhadap kepatuhan pasien kanker dalam menjalani kemoterapi di RS Ken Saras Semarang.
2. Ada hubungan antara dukungan emosional terhadap kepatuhan penderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RS Ken Saras Semarang.
3. Ada hubungan antara dukungan penghargaan terhadap kepatuhan penderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RS Ken Saras Semarang. 4. Ada hubungan antara dukungan instrumental terhadap kepatuhan penderita
kanker dalam menjalani kemoterapi di RS Ken Saras Semarang.
5. Ada hubungan antara dukungan informasi terhadap kepatuhan penderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RS Ken Saras Semarang.