• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bina Manfaat Ilmu; Jurnal Pendidikan Vol. 03, No. 04, Desember 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bina Manfaat Ilmu; Jurnal Pendidikan Vol. 03, No. 04, Desember 2020"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMAHAMI WACANA MELALUI STUDI SQ3R PADA SISWA KELAS TINGGI SDN JOHAR BARU 17 PAGI SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2018/2019 JAKARTA PUSAT

Rusin

rusin70@yahoo.com

ABSTRAK

Kemampuan guru dalam memahami wacana melalui studi SQ3R pada siswa kelas tinggi kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia harus ditingkatkan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2019 dengan subyek penelitian berjumlah 60 siswa sebagai sample yang duduk dikelas tinggi.

Penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis menggunakan siklus, setiap siklus melalui lima tahapan kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, Tindakan, Pengamatan, refleksi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan memahami wacana melalui studi SQ3R, siklus I studi SQ3R siswa mencapai 66,67 %, perolehan pos tes adalah 55,17%. Siklus II studi SQ3R siswa mencapai 76,19 % sedangkan pos tesnya 62,07%. Siklua III studi SQ3R mencapai 85,71% sedangkan post tes adalah 79,31%. Secara statistik terjadi peningkatan yang signifikan pada kemampuan Kemampuan Memahami Wacana Melalui Studi SQ3R siswa sebelum dilakukan tindakan dengan sesudah dilakukan tindakan baik pada siklus kesatu dan kedua. Penggunaan kemampuan memahami wacana melalui studi SQ3R meningkatkan kemampuan memahami wacana pada pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 19,04 % di Sekolah Dasar Negeri Johar Baru 17 Pagi.

Kata kunci : kemampuan memahami wacana, studi SQ3R

PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia merupakan media berinteraksi antara peserta didik dengan materi didik. Bahasa Indonesia digunakan untuk menyampaikan konsep keilmuan dan seperangkat kompetensi yang seharusnya dimiliki dan dikembangkan dalam pembelajaran. Bahasa Indonesia digunakan untuk memahami tahapan yang harus dilakukan peserta didik dalam mengembangkan kompetensinya. Bahasa Indonesia digunakan sebagai wahana berpikir peserta didik dalam memahami konsep dan aplikasinya.

Bahasa Indonesia dalam bahan ajar dituntut dapat menjelaskan konsep sesuai dengan perkembangan intelektual peserta didik. Bahasa Indonesia yang digunakan harus sesuai dengan kematangan sosial emosional peserta didik dalam mengusung konsep lokal sampai dengan global. Bahasa Indonesia yang digunakan harus menarik dan jelas agar mendorong peserta didik untuk mempelajari bahan ajar sampai dengan tuntas. Bahasa

(2)

Indonesia yang digunakan dalam bahan ajar seharusnya menggunakan bentuk kata, istilah, kalimat, dan paragraph yang sesuai dengan kaidah bahasa untuk berkomunikasi tertulis.

Buku teks pelajaran hendaknya mampu menyajikan bahan ajar dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Aspek isi wacana berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosa kata, kalimat, paragraph dan wacana) bagi siswa sesuai dengan jenjang pendidikannya, yakni hal-hal yang berhubungan dengan kemudahan membaca bentuk tulisan atau topografi, lebar spasi dan aspek-aspek grafika lainnya, kemenarikan bahan ajar sesuai dengan minat pembaca, kepadatan gagasan dan informasi yang ada dalam bacaan, dan keindahan gaya tulis, serta kesesuaian dengan tatabahasa baku.

Pada siswa SDN Johar Baru 17 Pagi kelas IV dalam membaca teks wacana anak hanya sekedar membaca lancar tanpa memahami isi wacana yang dibaca. Maka dari itu setiap guru memberikan pertanyaan tentang isi wacana secara tertulis siswa tidak dapat menjawab. Tetapi apabila guru yang membacakan teks wacana tersebut siswa dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Apabila tanya jawab dilakukan secara lisan siswa sebagian besar bisa menjawab dengan baik, tetapi apabila diberikan soal secara tertulis rata-rata siswa tidak dapat menjawab dengan benar. Hanya beberapa siswa saja yang bisa. Dari 29 siswa hanya sekitar 5-8 siswa saja yang dapat memahami wacana dengan baik. Sedangkan selebihnya hanya sekedar membaca saja tanpa memahami apa yang dibacanya. Hal ini dapat diketahui dari hasil belajarnya khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang memahami teks wacana yang mendapat nilai 60 ketas hanya sekitar 5-8 siswa saja. Selebihnya mendapat nilai dibawah 60. apabila hal ini dibiarkan berlarut-larut maka akan berdampak tidak baik bagi siswa karena akan berpengaruh juga pada mata pelajaran yang lain.

Persoalan lain adalah guru di sekolah masih belum maksimal dalam mengunakann metode atau media pembeljaran sehingga anak merasa bosan dan tidak semangat dalam mengikuti pelajaran, akibatnya prestasi yang diperoleh siswa juga kurang memuaskan. Karenanya perlu penelitian mengenai pembelajaran dengan menggunakan SQ3R pada mata pelajaran Bahasa Indonesia agar hasilnya lebih maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

TINJAUAN PUSTAKA Kemampuan

Menurut Munandar (1992: 17), kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaann dan latihan.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, menyatakan kemampuan mempunyai arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan dan kita berusaha dengan diri sendiri. Dari uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa kemampuan adalah suatu daya, kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan seseorang dalam melakukan suatu tindakan yang sangat berarti sebagai hasil dari latihann-latihan yang telah dilakukan.

Pengajaran membaca pemahaman lebih ditekankan pada memahami wacana. Siswa dituntut untuk dapat memahami kalimat-kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan,

(3)

tercakup pula aspek kelancaran membaca. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun secara tertulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Dalam hal ini guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar.

Salah satu pembelajaran di sekolah dasar adalah memahami wacana yang bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan dasar yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menalaah isi wacana sesuai dengan Standar Kompetensi yang hendak di capai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (aspek membaca) pada silabus KTSP yang bertujuan agar siswa dapat “Memahami teks melalui membaca intensif”. Untuk mencapai tujuan tersebut, diajarkan pola tata bahasa sederhana, kosa kata, makna kata yang berhubungan dengan kalimat maupun wacana. Bahan bacaan diusahakan adalah bahan bacaan yang akrab dengan lingkungan siswa.

Memahami Wacana

Kata “Wacana” berpadanan dengan kata discourse dalam bahasa Inggris. Pada masa kini, wacana sering digunakan selain dalam bidang bahasa dan sastra, juga dalam bidang sosiologi, antropologi, politik dan filsafat. Wacana adalah seperangkat rancangan yang saling berhubungan untuk menghasilkan suatu rasa kepaduan atau rasa kohesi bagi penyimak atau pembaca. Kohesi atau keterpaduan itu sendiri harus muncul dari isi wacana.

Makna wacana sudah melebihi makna kalimat, sehingga beberapa ahli linguistik memberikan pengertian tentang wacana dengan makna melebihi kalimat. Mereka mengatakan bahwa wacana adalah suatu unit bahasa yang lebih besar dari pada kalimat atau suatu rangkaian, yang bersinambung dari bahasa, yang lebih besar darpada kalimat. (Yosep, 2003)

HG Tarigan mengemukkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi. Menurut Anton M Moeliono (2005: 5); mengatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan lainya dalam kesatuan makna.

Dari beberapa uraian tentang wacana di atas maka dapat disimpulkan bahwa wacana merupakan satu kesatuan bahasa yang terlengkap yang memiliki kohesi dan koherensi yang baik.

Wacana Lisan

Sebelum manusia mengenal huruf, bahasa telah digunakan oleh manusia. Manusia memakai bahasa lisan dalam berkomunikasi. Bahasa lisan menjadi bahasa yang utama dalam hidup manusia karena lebih dahulu dikenal dan digunakan oleh manusia dari pada

(4)

bahas tulis. Karena itu, tidaklah mengherankan bahwa sebagian besar manusia masih berada dalam budaya lisan

Dalam mengutarakan maksud dengan wacana lisan tidak hanya unsur bahasa tetapi juga digunakan gerakan anggota tubuh, pandangan mata, dan lain-lain, yang turut memberi makna wacana tersebut. Salah satu kelemahan wacana lisan adalah kesulitan dalam mengulang kembali wacana dengan sama tepat seperti yang pertama. Kelemahan ini juga menyebabkan wacana lisan, sebagai bahan bukti, dalam bidang hukum memiliki kedudukan yang paling lemah dibanding wacana tulis.

Dengan uraian diatas dapat dibuat ciri-ciri wacana lisan sebagai berikut : (1) wacana lisan memerlukan daya simak yang tinggi agar interaksi tidak terputus; (2) wacana lisan sulit diulang, dalam arti mengulang hal yang tepat sama dengan ujaran pertama; (3) wacana lisan dapat dilengkapi dengan gerakan anggota tubuh untuk memeperjelas makna yang dimaksud; (4) wacana lisan menyatukan partisipannya dalam satu situasi dan konteks yang sama; (5) wacana lisan biasanya lebih pendek; (6) wacana lisan juga melibatkan unsur kebiasaan atau pengetahuan yang telah diketahui bersama; (7) wacana lisan sering melibatkan partisipasinya secara langsung.

Wacana Tulis

Wacana tulis mulai dikenal setelah ditemukan huruf. Huruf dibuat untuk mengganti peran bunyi bahasa sehingga biasanya orang mengatakan bahwa huruf adalah lambang bunyi. Wacana tulis tidak menghadirkan penulis dan pembaca pada satu saat dan tempat yang sama, seperti halnya pada wacana lisan. Penulis dan pembaca pada wacana tulis tidak dapat berkomunikasi secara langsung sehingga pesan yang ingin disampaikan oleh penulis harus dibahasakan dengan baik dan benar. Oleh karena itu, sebuah tulisan selalu dibaca kembali oleh penulisnya sebelum disebarkan kepada orang lain. Bila dibandingkan dengan wacana lisan, wacana tulis biasanya lebih panjang, unit-unit kebahasanya lengkap, dan mengikuti aturan bahasa. Kadang-kadang berisi keterangan-keterangan untuk memperjelas pesan dan menghindari kesalahtafsiran makna oleh pembaca. Bentuk-bentuk bahasa biasanya buku, kecuali disengaja oleh penulisnya untuk mendapat efek-efek tertentu, seperti dalam drama,novel ,dan lain-lain.

Ciri-ciri wacana lisan adalah; (1) wacana tulis biasanya panjang dan menggunakan bentuk-bentuk bahasa baku; (2) wacana tulis dapat dilihat kembali tanpa ada perbedaan unit-unit kebahasaannya, (3) wacana tulis biasanya mempunyai unsur kebahasan yang lengkap (tidak ada penghilangan bagian-bagiannya).

Studi SQ3R

Metode SQ3R memberikan strategi yang diawali dengan membangun gambaran umum tentang bahan yang dipelajari, menumbuhkan pertanyaan dari judul/subjudul suatu bab dan dilanjutkan dengan membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaan. Membaca

(5)

dengan metode SQ3R terdiri atas lima tahapan proses yaitu; (1) Survey atau meninjau, (2)

Question atau bertanya, (3) Read atau membaca, (4) Recite atau menuturkan, (5) Review

atau mengulang. (http;//www.geocities.com)

SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan dari langkah-langkah mempelajari tek atau buku. Menurut Muhibbin Syah (2003), menjelaskan langkah-langkah teknik mebaca sebagai berikut:

1. Survey

Pada langkah yang pertama ini dilakukan penelaahan sepintas kilas terhadap seluruh struktur teks. Tujuannya adalah untuk mengeetahui panjangnya teks, judul bagian, judul subbagian, istilah kata kunci, kalimat kunci, dan hal-hal lainya yang dianggap penting dalam tulisan itu, sehingga diperoleh gambaran yang bersifat umum dari isi yang terkandung dalam buku atau teks. Dalam melakukan survey, dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri seperti stabilo untuk menandai bagian-bagiantertetu. Bagian-bagian penting akan dijadikan sebagai bahan pertanyaan yang perlu ditandai untuk meudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan yang akan dilakukan pada langkah kedua.

2. Question

langkah kedua adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan bergantung pada panjang pendeknya teks, dan kemampuan dalam memahami teks yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari berisi hal-hal yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin hanya perlu membuat beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan tidak berhubungan dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya.

3. Read

langkah ketiga adalah membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yangtelah tersusun. Dalam hal ini, membaca secara aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban-jawaban yang dperkirakan relevan dengan pertanyaan yang telah disusun pada langkah kedua.

4. Recite

langkah keempat adalah menyebutkan atau menceriterakan kembali jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Sedapat mungkin dupayakan tanpa membuka catratan jawaban sebagaimana telah dituliskan dalam langkah ketiga.

(6)

5. Review

langkah terakhir dilakukan peninjauan ulang ata sseluruh pertanyaan dan jawaban sehingga diperoleh sebuah kesimpulan yang singkat, tetapi dapat menggambarkan seluruh jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan.

Menurut Francis P Robonson tahun 1941 merupakan sitem membaca yang semakin populer digunakan orang. Dalam sitem SQ3R ini, sebelum membaca terlebih dahulu kita survey bacaan untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan kita baca. Lalu dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada diri endiri yang jawabannya kita harapkan terdapat dalam bacaan tersebut kita akan lebih mudah memahami bacaan. Dan selanjutnya dengan mencoba mengutarakan dengan kata-kata sendiri pokok-pokok pentingnya, kita akan menguasai dan mengingat lebih lama. (Soedarso, 2006: 59) Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

Langkah 1 : S-Survei

Survei atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk : (1) mempercepat menangkap arti, (2) mendapatkan abstarak, (3) mengetahui ide-ide yang penting, (4) melihat susunan ( organisasi) bahan bacaan tersebut, (5) mendapatkan minat perhatian yang saksama terhadap bacaan, (6) memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah. Prabaca dilakukan hanya beberapa menit, tetapi dengan cara yang sistematus kita cepat menemukan ide-ide penting dan oorganisasi bahan. Hal ini akan sangat membantu mencapai tujuan kita membaca.

Langkah 2 : Q-Question

Bersamaan pada saat survei, ajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan itu, dengan mengubah judul dan subjudul serta sub dari subjudul menjadi suatu pertanyaan. Gunakan kata-kata siapa, apa, kapan, dimana, atau mengapa. Dengan adanya berbagai pertanyaan itu cara membaca kita menjadi lebih aktif dan mudah menagkap gagasan yang ada dari pada kalau hanya membaca asal membaca.

Langkah 3 : R-Read

Jadi, membaca itu baru langkah ketiga, bukan langkah pertama atau satu-satunya langkah untuk menguasai bacaan. Cara membaca pun bukan seperti membaca novel, hanya mengikuti apa yang sedang berlangsung, melainkan secara kritis. Pada tahap membaca ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokoknya serta mengetahui detail yang penting.

Langkah 4: R-Recite atau Recall

Setelah selesai membaca suatu bagian, berhentilah sejenak. Dan cobalah menjawab pertanyaan-pertanyaan bagian itu atau mnyebutkan hal-hal penting dari bab itu. Pada

(7)

kesempatan itu dapat juga membuat catatan seperlunya. Jika masih mengalami kesulitan, ulangi membaca bab itu sekali lagi sebelum menginjak langkah selanjutnya.

Langkag 5 : R-Review

Setelah selesai keseluruhan dari apa yang harus dibaca, ulangi untuk menelusuri kembali judul-judul dan subjudul dan bagian-bagian pentig lainya dengan menemukan pokok-pokok penting yang perlu untuk diingat kemabli. Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang barangkali kita lewati sebelum ini.

Dari pendapat para ahli diatas meski terkesan sangat mekanistik, tetapi membaca dengan menggunakan SQ3R ini dianggap lebih memuaskan, karena dengan teknik ini dapat mendrong seseorang untuk lebih memahami apa yang dibacanya, terarah pada intisari atau kandungan-kandungan pokok yang tersirat dan tersurat dalam suatu buku atau teks selain itu, langkah-langkah yang ditempuh dalam teknik ini tampaknya sudah menggambarkan prosedur ilmiah, sehingga diharapkan setiap informasi yang dipelajari dapat tersimpan dengan baik dalam sistem memori jangka panjang seseorang. Untuk menempuh kelima prosedur di atas awalnya mmungkin akan dirasakan terasa berbelit-belit, tetapi dengan membiasakan secara terus menerus lama kelamaan akan menjadi hal yang biasa.

PEMBAHASAN Siklus I

1. Perencanaan (Planning)

Sebelum penelitian melaksanakan tindakan siklus I, peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang didalamnya mencakup rangkaian kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada studi SQ3R dengan memperhatikan kemampuan memahami wacana, lembar pemantauan tindakan, lembar kerja siswa, dan soal-soal post tes

2. Pelaksanaan Tindakan (acting)

Kegiatan pada siklus I, dilaksanakan pada hari rabu tanggal 14 Januari 2019, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah dibuat dengan studi SQ3R. Kegiatan yang pertama adalah mengkondisikan kelas, agar situasi kondusif mengikuti proses pembelajaran. Setelah selesai bernyanyi, guru mengajukan pertanyaan tentang pengalaman siswa yang ada kaitanya dengan pembelajaran memahami wacana, serta menyuruh satu orang siswa untuk menceriterakan pengalaman, langkah ini dilakukan untuk mengingat kembali dengan kaitanya pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan berikutnya adalah membagi kelompok siswa menjadi 6 kelompok, beranggotakan 5 orang siswa. Pembagian kelompok siswa berdasarkan kemampuan akademik siswa. Yaitu tiap kelompok terdapat siswa yang kemampuan akademiknya tinggi, sedang dan rendah.

(8)

Kemudian LKS dibagikan kepada tiap kelompok dan melakukan pemahaman wacana, sesuai dengan pengalaman yang ada pada LKS. Kegiatan berikutnya adalah masing-masing individu merefleksi/diskusi hasil pekerjaannya kemudian mempresentasikan atau melaporkan hasil pekerjaannya. Selanjutnya membuat perbaikan atau pembahasan bersama bagi kelompok siswa yang pekerjaanya tidak benar. Pada kegiatan ini terjadi interaksi dan komunikasi sesama siswa maupun dengan guru. Kegiatan berikutnya menyuruh siswa untuk mengerjakan post tes secara individu.

3. Pengamatan Tindakan ( observing )

Peneliti melakukan monitoring ketika proses pelaksanaan tindakan berlangsung, dengan menggunakan lembar pengamatan yang berisi butir-butir pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan studi SQ3R yang telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Butir-butir pengamatan yang terdapat dalam lembar pengamatan merupakan alat pengukuran operasional kualitas pembelajaran studi SQ3R, yaitu kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa, dengan fokus yang diamati adalah pencapaian langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan studi SQ3R. Untuk merekam seluruh kegiatan proses pembelajaran peneliti menggunakan kamera digital. Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dicatat dalam lembar pengataman, yaitu poin-poin pembelajaran studi SQ3R .

Dalam hal ini yang sudah dicapai dalam pembelajaran ini adalah mulai muncul anak mulai berpikir nalar dalam pembelajaran memahami wacana, yag dibuktikan dengan hasil belajar yang mulai terlihat peningkatannya. Selain hal tersebut diatas dirasakan oleh siswa juga menyenangkan karena siswa diajak aktif untuk mengeksplorasi langsung materi yang telah didapat dengan teori pembelajaran yang telah didapat. Namun ada beberapa siswa yang masih belum tahu benar, namun peneliti terus berusaha dalam pendekatan kepada siswa tersebut untuk diberikan lebih jelas dalam pembelajaran ini.

Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan tindakan serta kekurangan-kekurangan yang ditemukan siklus I usaha untuk siklus II peneliti akan melakukan perbaikan pada beberapa hal yaitu: 1) Guru mengkondisikan pembelajaran dengan mempersiapkan tempat peragaan 2) guru juga harus membimbing siswa yang terlihat kurang aktif, dan mengarahkan agar siswa aktif bekerjasama dan saling membantu. 3) Guru merangsang siswa untuk mengkonstruksikan konsep memahami wacana dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang isi wacana, dan menyajikan soal-soal yang berkaitan dalam LKS. 4) membimbing siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuanya sendiri dan mengaitkan pengalaman individu dengan topik lain. 5) Guru harus memberikan pujian kepada siswa yang pekerjaanya benar, agar siswa lebih semangat belajar dan menghargai guru, sehingga siswa tidak mengabaikan teguran guru.

4. Refleksi ( Reflecting )

Refleksi dilakukan untuk membahas temuan yang diperoleh pengamat pada saat proses pembelajaran berlangsung. Refleksi yang dilakukan peneliti berupa diskusi/tanya

(9)

jawab sebagai peencocokan data yang diperoleh masing-masing. Tujuan pencocokan data ini adalah untuk memperoleh kesamaan persepsi tentang hal-hal yang harus diperbaiki.

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil refleksi terhadap proses pembelajaran pada siklus I, ditemui kekurangan-kekurangan antara lain: 1) Guru kurang menyiapkan sarana obyek yang cukup, sehingga ketika siswa melakukan peragaan,hanya terfokus satu tempat, akibatnya suasana menjadi gaduh, akhirnya penggunaan waktu menjadi tidak efektif. Siswa tidak semua aktif, pada umumnya didominasi siswa yang akademisnya tinggi, sehingga siswa yang akademiknya rendah tidak aktif. Hal ini diakibatkan guru kurang mengarahkan siswa untuk saling menghargai, dan memberi kesempatan kepada semua anggota kelompok melakukan pengajuan pendapatnya. Guru belum optimal mengarahkan/membimbing siswa untuk mengkonstruksi pengetahunya sendiri sehingga siswa belum mampu menemukan konsep memahami wacana, hal ini terlihat ketika guru mengajukan pertanyaan tentang pehaman wacana, hanya beberapa siswa saja yang dapat menjawab. Guru kurang memimbing siswa mengaitkan pembelajaran dengan bahasan lain, akibatnya siswa tidak mampu mengaitkan pembelajaran dengan pengalamannya dalam sehari-hari. Guru kurang memberi reward kepada kelompok siswa yang pekerjaannya benar, sehingga siswa merasa kurang dihargai akibatnya siswa kurang mempedulikan teguran guru.

Hasil Tindakan Siklus I

Setelah proses pembelajaran dilakukan tes keberhasilan pembelajaran pada siklus I adalah 55,17 % dapat dilihat pada tabel berikut dapat dilihat pada lampiran 2 hal 62 sedangkan pemantau tindakan guru dalam pelaksanaan pendekatan studi SQ3R sebesar 66,67%.

Gambar 1. diagram hasil tindakan siklus I

55,17% 66,67% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00%

(10)

Siklus II

1. Perencanaan

Seperti perencanaan pada siklus I, dan guru mengkondisikan kelas. Setelah selesa, guru mengajukan pertanyaan tentang pengalaman siswa yang ada kaitanya dengan memahami wacana, langkah ini dilakukan untuk mengingat kembali cara memahami wacana. Kegiatan berikutnya adalah membagi kelompok siswa menjadi 6 kelompok, dengan perincian setiap kelompok beranggotakan 5 orang siswa. Pembagian kelompok siswa berdasarkan kemampuan akademik siswa. Yaitu tiap kelompok terdapat siswa yang kemampuan akademiknya tinggi, sedang dan rendah.

2. Pelaksanaan

Kegiatan pada siklus II, dilaksanakan pada hari Selasa 29 Januari 2019. Pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, kegiatan awal peneliti mengkondisikan kelas, dilanjutkan dengan penyampaian informasi tujuan pembelajaran, kemudian melakukan apersepsi. Apersepsi yang dilakukan pada siklus II adalah dengan tanya jawab pengalaman siswa pada pembelajaran siklus I, dilanjutkan dengan informasi tujuan pembelajaran kegiatan berikutnya, guru membagikan LKS pada tiap siswa untuk dikerjakan secara individu. Pada kegatan ini guru menegur siswa yang kurang aktif. Pada kegiatan ini guru memberikan pujian terhadap kelompok siswa yang hasil kerjanya betul dan membahas bersama hasil kerjaan kelompok siswa untuk memikirkan kembali hasil kerjanya, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan teknik menulis. Hal ini dilakukan guru untuk merangsang siswa mengkonstruksikan konsep pengalaman, dan diakhiri dengan kegiatan siswa mengerjakan post tes.

3. Pengamatan

Dalam hal ini yang sudah dicapai dalam pembelajaran ini adalah mulai muncul anak mulai berpikir nalar dalam pembelajaran memahami wacana, yang dibuktikan dengan hasil proses belajar yang mulai terlihat peningkatannya. Selain hal tersebut diatas dirasakan oleh siswa juga menyenangkan karena siswa diajak aktif untuk mengeksplorasi langsung materi yang telah didapat dengan teori pembelajaran yang teklah didapat.

Namun ada beberapa siswa yang masih belum tahu benar, namun peneliti terus berusaha dalam pendekatan kepada siswa tersebut untuk diberikan lebih jelas dalam pembelajaran ini.

Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan tindakan serta kekurangan-kekurangan yang ditemukan siklus II usaha peneliti akan melakukan perbaikan pada beberapa hal yaitu: 1) Guru mengkondisikan pembelajaran dengan mempersiapkan tempat pengamatan atau obyek yang lebih jelas 2) guru juga harus membimbing siswa yang terlihat kurang aktif, dan mengarahkan agar siswa aktif bekerjasama dan saling membantu. 3) Guru merangsang siswa untuk mengkonstruksikan konsep memahami wacana dengan mengarahkan pengalaman individu. 4) mebimbing/mengarahkan siswa untuk mengkonstruksikan

(11)

pengetahuanya sendiri dan menuangkan dalam bentuk tulisan. 5) Guru harus memberikan pujian kepada kelompok siswa yang pekerjaanya benar, agar siswa lebih semangat belajar dan menghargai guru, sehingga siswa tidak mengabaikan teguran guru.

4. Refleksi

Pada kegiatan refleksi tim kolaborator mengevaluasi hasil pengamatan pada siklus II dan pada pelaksanaan proses pembelajaran lebih baik dari siklus I. Kegitan demonstrasi memahami wacana siswa terlihat tertib melakukan, tampak siswa saling menghargai, dan kerjasama yang baik. Namun masih didapati kekurangan, yaitu: 1) Siswa masih belum paham untuk mengkonstruksikan konsep memahami wacana, hal ini terlihat ketika guru menyuruh siswa merefleksikan hasil pekerjaannya dan guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman sendiri, siswa masih tampak bingung. 2) Siswa belum semua dapat mengaitkan pembelajaran memahami wacana dengan topik yang akan disajikan dalam bentuk tulisan.

Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada proses pembelajaran pada siklus II, maka peneliti menyimpulkan melaksanakan tindakan berikutnya dan memikirkan upaya mengatasi dan membuat perbaikan yang antara lain adalah:

Pada proses pembelajaran guru mengadakan tanya jawab tentang pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan memahami wacana.

Membimbing siswa yang kesulitan untuk meengkonstruksikan pengetahuanya sendiri tentang pengalaman

Membimbing siswa yang kesulitan untuk memahami wacana engguakan studi SQ3R

Hasil Tindakan Siklus II

Data yang diperoleh pada hasil pelaksanaan siklus II, berdasarkan saran dan masukan dari pengamat. Rencana perbaikan difokuskan pada hal-hal yang masih dianggap kurang. Pada siklus II, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai rancangan. Hasil pelaksanaan tindakan siklus II, terlihat siswa sudah lebih antausias dalam pembelajaran. Dari hasil pengamatan pada siklus II, telah ada peningkatan hasil belajar dibandingkan dengan siklus sebelumnya ( siklus pertama yaitu 62,07 %), dan perolehan nilai pada post tes pada siklus ke II naik menjadi 6,9% dapat dilihat pada tabel berikut dapat dilihat pada lampiran 7 hal 73, sedangkan pemantau guru dalam pelaksanaan pendekatan studi SQ3R sebesar 76,19%.

(12)

Gambar 2. Grafik hasil tindakan siklus II

Siklus III

1. Perencanaan

Pada perencanaan tindakan perbaikan siklus III, seperti pada siklus sebelumnya, yaitu peneliti membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran yang langkah kegiatan mengacu pada hasil refleksi pada siklus II, menyiapkan alat bantu pembelajaran, menyediakan lembar pengamatan pemantau tindakan, menyiapkan LKS.

2. Pelaksanaan

Kegiatan pada siklus III, dilaksanakan pada hari Rabu 13 Februari 2019. pada pelaksanaan proses pembelajaran di awali dengan mengkondisikan kelas, dengan pengelompokan siswa sama dengan kelompok pada siklus sebelumnya, dilanjutkan dengan apersepsi.

Pada kegaiatan inti dilakukan dengan memberikan beberapa peraga yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan peneliti bersama siswa membuat penyelesaiannya kedalam bentuk wacana dan meminta siswa untuk memahaminya. Dalam kegiatan ini peneliti mengarahkan siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya. Selain itu dibagikan LKS, dan menyuruh siswa memahami wacana hasil pengalaman sendiri, agar siswa dapat mengkaitkan. Selanjutnya siswa melaporkan hasil kerjanya secara individu. Pada keegiatan ini guru mmemberikan reaward kepada tiap individu dan mengumpulkan LKS siswa. Kegiatan berikutnya membagikan lembar post tes untuk dikerjakan siswa secara individu.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh observer selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Observer mengamati dan mencatat hasilnya dalam lembar pengamatan yang telah disediakan oleh peneliti.

62,07% 76,19% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00%

(13)

4. Refleksi

Seperti pada tindakan perbaikan pada siklus I dan II, pada siklus III, juga peneliti bersama tim kolaborator melakukan refleksi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan observer, guru telah optimal melaksanakan pembelajaran dengan studi SQ3R dan siswapun hampir semuanya aktif dalam pembelajaran, baik dalam kegiatan kelompok maupun individu. Hasil pengamatan observer menunjukkan hasil pembelajaran studi SQ3R terjadi peningkatan dibanding pembelajaran pada siklus sebelumnya, yaitu 24,14%.

Hasil Tindakan Siklus III

Data hasil penelitian diperoleh dari hasil pelaksanaan tindakan siklus III. Pelaksanaan tindakan berdasarkan masukan-masukan dari observer. Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan memfokuskan perbaikan terhadap kekurangan pada siklus sebelumnya. Tim pengamat mengamati pelaksanaan pembelajaran dan diperoleh hasil pembelajaran mencapai 79,31 %, dan perolehean nilai post tes pada siklus III dapat dilihat pada tabel berikut dilihat pada lampiran 12 hal 84 sedangkan pemantau tindakan penggunaan pendekatan studi SQ3R sebesar 85,71 %.

Gambar 3. Grafik hasil tindakan siklus III

Gambar 4. Grafik hasil tindakan Siklus I – III

79,31% 85,71% 76,00% 78,00% 80,00% 82,00% 84,00% 86,00% 88,00%

HASIL BELAJAR STUDI SQ3R

55,17% 66,67% 62,07% 76,19% 79,31% 85,71% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% Hasil Belajar Studi SQ3R

(14)

Analisis Data

Analisis data siklus I

Analisis data yang didapat disajikan berdasarkan fakta yang telah diperoleh adalah sebagai berikut :

Data yang diperoleh dari hasil proses pelaksanaan pembelajaran studi SQ3R menunjukkan tingkat hasil belajar yang belum memadai. Tingkat hasil pembelajaran studi SQ3R mencapai 66,67%. Hasil tes pada akhir siklus I belum mencapai skor maksimal baru mencapai 55,17%

Analisis data siklus II

Analisis data yang didapat disajikan berasarkan fakta yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

Data hasil pengamatan proses pembelajaran studi SQ3R. Dari hasil pengamatan langkah-langkah operasional proses pembelajaran studi SQ3R menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar ini berdasarkan hasil pengamatan tindakan pelaksanaan yaitu 76,19 %. Hasil post tes pada akhir siklus menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar yaitu 62,07% jadi naik sebesar 6,9%

Analisis data siklus III

Analisis data yang didapat disajikan berdasarkan fakta yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:

Data hasil pengamatan proses pembelajaran studi SQ3R. Dari hasil pengamatan langkah-langkah operasional proses pembelajaran studi SQ3R menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar ini berdasarkan hasil pengamatann tindakan pelaksanaan yaitu 85,71 %. Hasil post tes pada akhir siklus menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar yaitu 79,31%. pada akhir pembelajaran ini ada kenaikan 24,14 %.

Interprestasi Hasil Analisis

Berdasarkan hasil analisis data siklus I, II, III maka ditemukan kesimpulan bahwa hasil belajar Bahasa Indonesia tentang memahami wacana dapat meningkat dengan pendekatan studi SQ3R.

Pembelajaran dengan pendekatan studi SQ3R dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar Bahasa Indonesia, dan pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Hal ini berdampak terlihat adanya peningkatan hasil belajar dan hasil tes setiap siklusnya seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut:

(15)

Tabel 7.

Data hasil pembelajaran studi SQ3R dan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siklus I, II, III Aspek yang dinilai Siklus I Siklus II Siklus III

Studi SQ3R pembelajaran

66,67 % 76,19% 85,71%

Tes hasil belajar 55,17% 62,07 % 79.31

KESIMPULAN

Penggunakan studi SQ3R dalam memahami wacana, siswa dapat berkesempatan luas untuk bernalar, berpikir sistematis dan logis, mendorong siswa untuk tampil berani berbicara, mempunyai sifat demokratis, memiliki sikap percaya diri. Dengan kemampuan yang dimilki tersebut siswa dapat menulis. Penggunaan studi SQ3R membawa dampak positif terhadap sikap, tingkah laku siswa terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia. Sikap dan tingkah laku tersebut tercermin dari minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran Bahasa Indonesia, rasa senang, dan rasa keingintahuan siswa terhadap hal-hal yang baru.

Studi SQ3R terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis kreatif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu: siklus I studi SQ3R siswa mencapai 66,67 %, perolehan pos tes adalah 55,17%. Siklus II studi SQ3R siswa mencapai 76,19 % sedangkan pos tesnya 62,07%. Siklua III studi SQ3R mencapai 85,71% sedangkan post tes adalah 79,31%. Hasil yang diperoleh teleh memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan pada awal penelitian. Studi SQ3R dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran Bahasa Indonesia ditunjukkan dengan meningkatnya tes hasil belajar Bahasa Indonesia tentang memahami wacana. Terdapat hubungan antara keberhasilan pembelajaran dengan pencapaian langkah-langkah operasional pembelajaran yang dirancang dalam penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti.

Implikasi studi SQ3R dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Studi SQ3R dalam pembelajaran Bahasa Indonesia memberikan pengalaman siswa melalui interaksi belajar aktif yang melibatkan kemampuan intelektual, emosional dan social dalam merumuskan suatu konsep melalui eksplorasi sehingga pemahaman siswa meningkat. Terciptanya interaksi proses belajar multi arah yaitu antar siswa dengan guru, antar siswa dengan siswa dan antar siswa dengan sumber belajar.

Pembelajaran lebih bermakna karena pengenalan konsep serta penerapan konsep kepada siswa mengamati langsung proses pembuktian. Pemahaman siswa tidak lagi verbalisme

Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui studi SQ3R mendorong siswa untuk aktif, berlatih bekerja sama dan kreatif sehingga penerapan model pembelajaran ini perlu terus dilaksanakan oleh guru dan sosialisasikan kepada guru lain.

(16)

Studi SQ3R menunjukkan keefektifitan bagi peningkatan motivasi belajar siswa baik dilihat dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi pelajaran memahami wacana.

DAFTAR PUSTAKA

Dimiyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Depdiknas, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Bandung:Citra Umbara, 2003.

Depdiknas, Kamus Besar bahasa Indonesia,Jakarta; Balai Pustaka, 2007. Henry Guntur Tarigan, Membaca, Bandung : Angksa, 2008.

Mulyana, Kajian Wacana, Yogyakarta, Tiara Wacana, 2005.

Oemar hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, 2003. Suharsimi Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara,2006.

Soedarso, Speed reading Sistem Membaca Cepat dan Efektif, Jakarta; Gramedia, 2008. Yosep Hayon.M, Membaca dan Menulis Wacana,Jakarta: Storia Grafika, 2003.

http:/one.indoskripsi.com http:/www.geociites.com

Gambar

Gambar  1.  diagram hasil tindakan siklus I
Gambar 2.  Grafik  hasil tindakan siklus II
Gambar 3.  Grafik hasil tindakan siklus III

Referensi

Dokumen terkait

Prin Prinsip sip yan yang g ada ada dal dalam am konsep etnisiti ini dimajukan atau digunakan dalam membentuk perpaduan konsep etnisiti ini dimajukan atau digunakan

dan strategi umum (grand strategy) yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki. { Mengembangkan sasaran tahunan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi kandungan unsur-unsur kopi dan memberikan hasil analisa yang cepat dan real

Timbal balik yang dilakukan guru terhadap pertanyaan dan pendapat siswa baik berupa ucapan atau ungkapan yang berkenaan dengan kesantunan berbahasa siswa ketika

(2) Unit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang diangkat oleh Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peningkatan kemampuan komunikasi matematika pada siswa SMP Negeri 22 Surakarta kelas VII C semester genap tahun ajaran

Persepsi Kualitas, Persepsi Nilai dan Niat Pembelian secara bersama tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan atau penurunan Harga telepon

merupakan suatu proses yang mencakup Kegiatan Belajar Mengajar dalam arti luas dan menyeluruh, yang tidak harus – dihadiri – guru secara fisik, yang dilakukan