ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PT.
DUNIA KIMIA JAYA
Akhmad Alwani Darojat 1, Hamdan Amaruddin, S.E., M.E..2 Prodi Manajemen, Universitas Pelita Bangsa
E-mail :[email protected] 1; [email protected]
ABSTRAK
Perkembangan dunia industri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laju ekonomi di Indonesia. Persaingan bisnis semakin gencar dilakukan dengan memaksimalkan semua proses.Semua bagian dalam perusahaan memiliki peran penting dalam keseluruhan proses tersebut. Perusahaan sendiri secara umum merupakan sebuah organisasi yang menyediakan berbagai jenis barang maupun jasa dengan tujuan untuk mendapatkan laba dari kegiatan bisnisnya, sehingga kelangsungan hidup perusahaan bisa terus berlanjut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuantitas pembelian yang paling optimal, untuk mengetahui total biaya persediaan yang paling ekonomis dan untuk mengetahui perbandingan dan selisih persentase total biaya persediaan. Persediaan adalah serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan, jumlah atau tingkat persediaan yang dibutuhkan berbeda-beda untuk setiap perusahaan pabrik tergantung dari volume. Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menentukan kuantitas pemesanan optimal. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Untuk pengumpulan data meliputi observasi, studi kepustakaan, studi dokumentasi serta metode wawancara (interview). Penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif dan metode analisis yang digunakan adalah metode Economic Order Quantity (EOQ).
Hasil penelitian menunjukan bahwa kuantitas pembelian bahan baku yang ekonomis berdasarkan kebijakan perusahaan pada tahun 2018 adalah sebesar 35.430,92 Kg sedangkan pada tahun 2019 adalah sebesar 35.770,58 Kg, dengan frekuensi pembelian pada tahun 2018 dan 2019 yaitu sebanyak 30 kali. Dalam setahun. Sedangkan kuantitas pembelian yang ekonomis menurut metode EOQ pada tahun 2018 adalah sebesar 47.908,15 kg sedangkan pada tahun 2019 sebesar 48.035,53 kg dengan frekuensi pembelian sebanyak 9 kali dalam setahun. perhitungan metode EOQ besarnya persediaan pengaman pada tahun 2018 adalah sebanyak 7.011 kg dan tahun 2019 sebanyak 7.050 kg dan titik pemesanan ulang pada tahun 2018 sebanyak 11.286 kg dan tahun 2019 sebanyak 11.349 kg.
Kata Kunci : Pengendalian Persediaan, Bahan Baku, Economic Order Quantity (EOQ) 1. PENDAHULUAN
Perkembangan dunia industri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laju ekonomi di Indonesia. Persaingan bisnis semakin gencar dilakukan dengan memaksimalkan semua proses.Semua bagian dalam perusahaan memiliki peran penting dalam keseluruhan proses tersebut. Perusahaan sendiri secara umum merupakan
sebuah organisasi yang menyediakan berbagai jenis barang maupun jasa dengan tujuan untuk mendapatkan laba dari kegiatan bisnisnya, sehingga kelangsungan hidup perusahaan bisa terus berlanjut.
Dalam menjalankan suatu kegiatan produksi, salah satu faktor penunjang yang memilki peran penting adalah bahan baku, karena secara langsung akan menentukan kelancaran dalam proses produksi. Persediaan
adalah salah satu point penting dalam komponen suatu usaha.Hal ini dikarenakan Persediaan adalah bahan atau sesuatu yang akan digunakan untuk diolah atau langsung dijual untuk menghasilkan suatu keuntungan bagi suatu usaha. Namun mungkin masih banyak yang masih belum mengetahui bahwa persediaan selain bisa membawa keuntungan akan tetapi juga bisa berbalik membawa kerugian bagi suatu usaha jika tata kelola dan sistem pemesananya tidak dikelola dan diperhitungkan dengan baik.
Perusahaan dalam hal ini mungkin salah kaprah dan salah persepsi jika ingin keuntungan yang besar maka harus memiliki persediaan yang besar, karena jika terjadi salah pengelolaan atas persediaan yang besar maka akan membuat suatu perusahaan bukan menjadi untung malah menjadi buntung, hanya karena kesalahan pengelolaan terhadap suatu persediaan. Walaupun secara keseluruhan masih banyak aspek yang mempengaruhi tingkat pendapatan suatu perusahaan. Dalam hal ini perencanaan dan pengelolaan persediaan bahan baku menjadi sangat berpengaruh terhadap kestabilan proses produksi. Dalam perusahaan manufaktur, persediaan dapat meningkatkan biaya. Permasalahan yang seringkali dihadapi oleh perusahaan adalah manajemen persediaan bahan baku yang kurang baik, sehingga seringkali menghambat dalam proses produksi. Cara yang dapat dilakukan dalam efektivitas biaya persediaan yaitu dengan menerapkan manajemen persediaan, karena tanpa adanya manajemen persediaan perusahaan nantinya akan dihadapkan pada berbagai risiko yang dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran operasional dalam perusahaan
Terdapat beberapa alasan yang dirasa penting terkait dengan efektivitas perusahaan diantaranya dari segi penyimpanan bahan baku yang diperlukan perusahaan ditujukan agar perusahaan dapat mencapai target produksi sehingga output yang dihasilkan menjadi banyak dan memenuhi pesanan pelanggan serta memastikan barang yang
dipesan adalah barang yang sama ketika datang. Apabila perusahaan tidak memilki persediaan yang cukup dan tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan dengan tepat waktu, hal yang ditakutkan pelanggan akan berpindah mencari perusahaan lain yang bisa menyediakan barang sesuai tepat waktu. Hal lain yang dirasa penting dalam efektivitas perusahaan yaitu sebagai antisipasi perusahaan disaat bahan baku dipasar sulit untuk diperoleh, sehingga perusahaan dirasa perlu untuk melakukan penyimpanan bahan baku. Pada saat perusahaan akan melakukan proses produksi, namun pada saat itu perusahaan tidak mempunyai persediaan bahan mentah yang ada dan tidak mampu mencukupinya maka efektifitas produksi menjadi terganggu dan perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan pelanggan yang berakibat pada hilangnya kepercayaan pelanggan serta hilangnya laba yang seharusnya diperoleh perusahaan.
Persediaan yang terlalu banyak sama dengan modal yang mengendap, hal ini mengakibatkan kerugian perusahaan karena seharusnya biaya tersebut bisa dialokasikan untuk kebutuhan lain atau investasi. Stock persediaan harus seimbang sehingga laba yang diperoleh perusahaan bisa lebih maksimal. Secara aktual sering kali berbeda dengan perhitungan persediaan yang sudah ditetapkan, sehingga mengakibatkan kelebihan atau kekurangan bahan baku. Hal tersebut sangat dihindari perusahaan agar modal persediaan tidak terlalu besar. Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengendalian persediaan. Untuk produk yang permintaannya bersifat independen, menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ).
Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu teknik kontrol pengendalian persediaan bahan baku yang meminimalkan biaya total dari pemesan dan penyimpan, yang mana tujuan dari penerapan metode ini adalah untuk mengetahui jumlah pesanan bahan baku yang tepat dan sekaligus dapat meminimalkan total biaya persediaan
yang mencakup biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
PT. Dunia Kimia Jaya yang merupakan bagian dari PT Lautan Luas Tbk yang bergerak pada bidang manufacturing bahan kimia khususnya menghasilkan produk berupa Tin Stabilizer,Mix Metal,Pvc dan Plastik. PT. Dunia Kimia Jaya terletak di Cibitung Bekasi 17520. Perlu bekerjasama dengan distributor bahan baku dari berbagai tempat yang berbeda baik itu domestik maupun mancanegara. Adapun masalah yang dihadapi oleh PT. Dunia Kimia Jaya adalah mempunyai 2 gudang dalam penyimpanan bahan baku dan barang jadi yang ada,sedangkan pengolahan data pada persediaan gudang masih dilakukan secara manual, artinya dari segi pencatatan dan pengolahannya masih dilakukan secara manual yang kemudian disalin kedalam micrososft excel. Hal ini mengakibatkan kesulitan dalam pengawasan terhadap persediaan bahan baku yang ada di kedua gudang tersebut berkaitan dengan bahan baku yang diterima danbahan baku yang keluar.
Untuk mengatasi masalah tersebut,maka PT. Dunia Kimia Jaya beralamat di MM 2100 Industrial town, Jl. Sulawesi Blok M-29 diperlukan membuat sistem basis data dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk mempermudah pengelolaan berikut sistem aplikasi untuk mengelola persediaan bahan baku bagi PT.Dunia Kimia Jaya kemudian akan digunakan oleh perusahaan tersebut sebagai sarana untuk mengelola kegiatan pengawasan stok bahan baku,hingga barang hasil produksi yang sudah siap dipasarkan yang akan mempermudah barang tersebut dalam memperoleh informasi mengenai persediaan barang dengan lebih mudah. Oleh karena itu, penulis memilih bidang penyediaan bahan bakau sebagai obyek pembahasan dengan judul “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produksi Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada PT. Dunia Kimia Jaya”.
2. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan adalah serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan, jumlah atau tingkat persediaan yang dibutuhkan berbeda-beda untuk setiap perusahaan pabrik tergantung dari volume (Herjanto, 2013:238 dalam jurnal Gerald Marvin, 2019:4768).
Pengendalian dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan part, bahan baku dan barang hasil produksi, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-
kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan lebih efektif dan efisien (Assauri, 2016: 247 dalam jurnal Reni Agustin, 2020:179).
Menurut Handoko (1994) dalam jurnal Fahmi Sulaiman, (2015: 2) persediaan (inventory) adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumber daya. Sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Berbeda dengan pendapat dari Assauri (2005: 50) dalam jurnal Gerald Marvin (2019:4768) mendefiniskan persediaan barang adalah sebagai suatu aktiva lancar yang meliputi barang-barang yang merupakan milik perusahaan dengan sebuah maksud supaya dijual dalam suatu periode usaha normal ataupun persediaan barang-barang yang masih dalam pekerjaan sebuah proses produksi maupun persediaan bahan baku yang juga menunggu pengggunaanya di dalam suatu proses produksi.
Menurut Eddy Herjanto (2008: 237) mengemukakan bahwa terdapat empat indikator yang yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Tujuan dalam membeli produk
Jumlah kebutuhan barang dalam satu periode untuk digunakan dalam proses produksi.
2. Biaya Pemesanan
Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan/barang , sejak dari penempatan, pemesanan sampai tersedianya barang digudang.
3. Biaya Penyimpanan
Biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya persediaan barang. 4. Harga Barang
Harga barang per kilogram. Bahan Baku
Bahan Baku adalah sesuatu yang digunakan untuk membuat barang jadi, bahan pasti menempel menjadi satu dengan barang jadi, Dalam sebuah perusahaan bahan baku dan bahan penolong memiliki arti yang sangat penting, karena modal terjadinya proses produksi sampai hasil produksi (Hanggana, 2006 dalam jurnal Fahmi Sulaiman, 2015:2).
Menurut Mulyadi (2012) dalam jurnal Dewi Rosa (2018: 161) bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor atau dari pengolahan sendiri. Persediaan bahan baku menurut Soffyan Assauri (2008: 248), suatu kegiatan yang menemukan tingkat komposisi dari pada persediaan parts, bahan baku, dan barang hasil produksi, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien. Ada empat indikator persediaan bahan baku:
1. Kuantitas pemesanan ekonomis
Jumlah persediaan yang harus dipesan pada suatu saat dengan tujuan untuk mengurangi biaya persediaan tahunan 2. Biaya pembelian
Biaya pada saat proses pemesanan inventory, biaya penerimaan dan biaya pembayaran.
3. Biaya pemesanan
Dana yang digunakan untuk memesan sejumlah barang yang dibutuhkan.
4. Biaya Penyimpanan
Biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan diadakannya persediaan barang.
3. Metode Penelitian Jenis Penelitian
Metode penelitian kuantitatif adalah bentuk metode penelitian yang digunakan untuk meneliti suatu populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dan analisis data bersifat kuantitatif atau statistik. Hal tersebut berdasarkan pada judul yang diteliti yaitu “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produksi Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada PT. Dunia Kimia Jaya”.
Penulis ingin mengetahui berapa kuantitas pembelian bahan baku yang optimal dan total biaya persediaan yang paling minimal serta persentase selisih total biaya persediaan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) pada perusahaan.
Berdasarkan tujuan dari penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Regresi Linear Berganda, maka beberapa metode uji analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Economic Order Quality (EOQ) Metode EOQ merupakan metode pemesanan yang ekonomis dan optimal. Hal ini disebabkan dengan biaya yang paling rendah, jumlah yang dipesan dapat memenuhi kebutuhan perusahaan (Heizer & Render, 2010).
Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menentukan kuantitas pemesanan
optimal (Syamsudin, 2011:294) dalam jurnal Agung Wahyu (2016:120). Menurut Sutrisno (2001) mengatakan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah bahan baku yang dibeli pada setiap kali pembelian dengan biaya yang paling minimal.
Dengan menggunakan rumus sesuai sebagai berikut:
EOQ =
Keterangan :
D = Jumlah kebutuhan dalam unit (Kg) S = Biaya pemesanan tiapkali pesan (Rp) Q = Jumlah pembelian optimal (Kg)
H = Biaya penyimpanan per unit pertahun (Rp)
Selain rumus diatas terdapat pula beberapa rumus lain untuk mendukung perhitungan dalam persediaan, antara lain :
1. Frekuensi Pemesanan = D
Q
2. Biaya Penyimpanan per tahun = Q
2 H
3. Biaya Pemesanan per tahun = D
Q S
4. Total Biaya Persediaan
= H Q
2 + S D Q
2. Persediaan Pengaman (Safety Stock) Persediaan pengaman sering disebut juga safety stock yaitu persediaan yang di cadangkan sebagai pengaman dari kelangsungan proses produksi suatu perusahaan untuk menghindari terjadinya kekurangan bahan baku. Menurut Assauri dalam Dewi Rosa Indah (2018: 165) Perhitungan safety stock dapat dicari dengan formula sebagai berikut:
SS = Z.d.L Keterangan: SS = Safety Stock Z = Service Level d = Rata-Rata Pemakaian L = Lead Time
3. Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) Reorder Point adalah suatu tingkat pemesanan kembali agar barang yang dipesankan datang sesuai dengan yang diharapkan sehubungan dengan adanya lead time dan safety stock. Untuk menghitung besarnya reorder point dapat dicari dengan formula sebagai berikut:
ROP = Safety Stock + (Lead Time x Q) Dimana:
ROP = Reorder Point Lead Time = Waktu Tunggu
Q = Penggunaan bahan baku rata-rata per hari
4. Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)
Total Inventory Cost (TIC) adalah total biaya persediaan yang dikeluarkan untuk pemesanan ekonomis/ Economic Order Quantity. Menurut Heizer dan Render (2015) dalam jurnal Gerald Marvin (2019: 4770) menyatakan bahwa perhitungan untuk menentukan total biaya persediaan digunakan rumus sebagai berikut:
TIC =
D
Q
S
+ Q 2H
Keterangan:TIC= Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)
Q = Jumlah barang setiap pemesanan D = Permintaan tahunan barang persediaan (dalam unit)
S = Biaya pemesanan untuk setiap pemesanan
H = Biaya penyimpanan per unit 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada PT. Dunia Kimia Jaya diketahui bahwa dalam pengelolaan persediaan perusahaan masih belum dapat melakukan perhitungan kuantitas dengan tepat dan juga biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan belum efisien. Dalam hal pembelian bahan baku, perusahaan berasumsi bahwa dengan 2 x D x S
H
melakukan pembelian dalam jumlah yang besar, kegiatan produksi akan dapat berjalan terus dengan lancar, namun perusahaan tidak memperhatikan resiko yang akan terjadi bila persediaan yang ada jumlahnya selalu berlebih.
1. Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Tabel 1. Pembelian Bahan Baku Tin Stabilizer Pada PT. Dunia Kimia Jaya
(Kg)
Bulan Tahun 2018 Tahun 2019
Januari 21.561 34.543 Februari 34.219 45.321 Maret 32.546 34.546 April 61.321 54.321 Mei 54.389 23.600 Juni 23.198 23.652 Juli 19.871 23.412 Agustus 34.351 25.641 September 19.786 34.234 Oktober 17.881 43.215 November 44.761 32.111 Desember 61.287 54.651 Total 425.171 429.247 Rata-rata 35.430,92 35.770,58 Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah pembelian bahan baku Tin Stabilizer pada tahun 2018 sebesar 425.171 kg dan pada tahun 2019 mengalami peningkatan sebanyak 4.076 kg sehingga total pembelian menjadi sebesar 429.247 kg. Sedangkan rata-rata pembelian bahan baku Tin Stabilizer pada tahun 2018 sebesar 35.430,92 kg dan pada tahun 2019 mengalami peningkatan sebanyak 339,66 kg sehingga rata-rata pembelian bahan baku Tin Stabilizer sebesar 35.770,58 kg.
Tabel 2. Pemakaian Bahan Baku Tin Stabilizer Pada PT. Dunia Kimia Jaya
(Kg)
Bulan Tahun 2018 Tahun 2019
Januari 21.432 33.551 Februari 34.200 44.110 Maret 32.541 34.100 April 61.120 54.200 Mei 54.376 23.221 Juni 23.110 23.254 Juli 19.812 23.123 Agustus 34.210 24.561 September 18.476 34.120 Oktober 16.987 43.125 November 44.566 32.100 Desember 60.989 54.600 Total 421.819 424.065 Rata-Rata 35.151,58 35.338,75 Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa jumlah pemakaian bahan baku Tin Stabilizer pada tahun 2018 sebesar 421.819 kg dan pada tahun 2019 mengalami peningkatan sebanyak 2.246 kg sehingga jumlah pemakaian menjadi sebesar 424.065. Sedangkan untuk rata-rata pemakaian bahan baku Tin Stabilizer pada tahun 2018 sebesar 35.151,58 kg dan pada tahun 2019 mengalami peningkatan sebanyak 187,17 kg sehingga rata-rata pemakaian bahan baku Tin Stabilizer menjadi sebesar 35.338,75 kg.
Tabel 3. Biaya Pemesanan Tin Stabilizer untuk sekali pesan pada PT. Dunia Kimia
Jaya
Tahun Biaya Telepon
Biaya Pengiriman Total
2018 Rp. 5.000 Rp. 6.100.000 Rp. 6.105.000 2019 Rp. 5.000 Rp. 6.100.000 Rp. 6.105.000 Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa biaya pesan untuk setiap kali melakukan pemesanan bahan baku Tin Stabilizer pada tahun 2018 adalah sebesar Rp. 6.105.000 dan pada tahun 2019 adalah sama, yaitu sebesar Rp. 6.105.000.
Biaya pemakaian listrik setiap bulannya mengeluarkan biaya sebesar Rp. 6.657.000 per bulan untuk penerangan di tempat penyimpanan dan exhaust machine. Menggunakan penerangan berupa lampu berukuran 120 watt dengan total pemakaian
keseluruhan yaitu 600 watt, kemudian penggunaan exhaust machine dengan penggunaan listrik sebesar 70 watt dengan total pemakaian keseluruhan yaitu 350 watt. Rata-rata jumlah pembelian bahan baku Tin Stabilizer setiap bulannya yaitu sebesar 35.600 kg dan diperoleh hasil untuk biaya simpan yaitu Rp. 187 untuk biaya penyimpanan per kg. Jika dalam satu tahun, maka biaya penyimpanan per kg dikalikan dengan 12 bulan maka diperoleh hasilnya adalah Rp. 187 dikali 12 = Rp. 2.244 per kg pertahun.
Tabel 4. Biaya Penyimpanan Tin Stabilizer PT. Dunia Kimia Jaya
Tahun Jumlah Persediaan (kg) Biaya Simpan/Kg/ Tahun Total Biaya Penyimpanan (Rp) 2018 3.352 Rp. 2.244 Rp. 7.521.888 2019 5.182 Rp. 2.244 Rp. 11.628.408 Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2020
Berdasarkan konteks diatas, jumlah pembelian bahan baku Tin Stabilizer yang paling optimal yang dihitung dengan menggunakan metode EOQ pada PT. Dunia Kimia Jaya adalah sebagai berikut :
1. Tahun 2018 EOQ = EOQ = = 47.908,15 Kg (Dibulatkan menjadi 47.908) Frekuensi pembelian = 421.819 47.908 = 8,80
(Dibulatkan menjadi 9 kali) 2. Tahun 2019 EOQ = EOQ = = 48.035,53 Kg (Dibulatkan menjadi 48.036) Frekuensi pembelian = 424.065 48.036 (Dibulatkan menjadi 9 kali) Hasil penelitian dan analisis kuantitas pembelian bahan baku Tin Stabilizer dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) menunjukkan bahwa terjadi perbedaan kuantitas dan frekuensi pembelian Tin Stabilizer.
Tabel 5. Perbedaan Kuantitas dan Frekuensi Pembelian Tin Stabilizer Antara
Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ pada PT. Dunia Kimia Jaya
Sumber: Data Penelitian yang diolah, 2020
Berdasarkan pada tabel diatas menunjukkan perbandingan biaya pemesanan apabila menggunakan metode EOQ dengan biaya pemesanan yang ditetapkan oleh kebijakan perusahaan. Bahwa pada tahun 2018 jumlah pembelian Tin Stabilizer untuk sekali pemesanan yang dilaksanakan berdasarkan kebijakan perusahaan adalah sebesar 35.430,92 kg dengan frekuensi pembelian sebanyak 30 kali. Apabila pembelian Tin Stabilizer dilaksanakan dengan metode EOQ maka kuantitas pembelian menjadi lebih kecil yaitu 47.908,15 kg dan frekuensi pembelian menjadi lebih rendah yaitu sebanyak 9 kali. Pada tahun 2019 pembelian Tin Stabilizer untuk sekali pemesanan yang dilaksanakan berdasarkan kebijakan perusahaan sebesar 35.770,58 kg dengan frekuensi sebanyak 30 kali.
2. Persediaan Pengaman (Safety Stock) Untuk menentukan jumlah persediaan pengaman (safety stock) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
SS = Z.d.L
Tahun
Kebijakan Perusahaan Metode EOQ Selisih
Q (kg) Frek. (kali) Q (kg) Frek. (kali) Q (kg) (kali) Frek. 2018 35.430,92 30 47.908,15 9 12.475,23 21 2019 35.770,58 30 48.035,53 9 12.264,95 21 2 x D x S H 2 x 421.819 x 6.105.000 2.244 2 x D x S H 2 x 424.065 x 6.105.000 2.244
Dengan pemakaian asumsi bahwa PT. Dunia Kimia Jaya menerapkan persediaan untuk mampu memenuhi permintaan konsumen (service level) yaitu sebesar 95%, sehingga dapat diperoleh Z dengan tabel normal sebesar 1,64. Menghitung jumlah rata-rata pemakaian bahan baku per hari pada tahun 2018 adalah sebagai berikut:
d = D
Jumla h hari kerja seta hun d = 421.819296
d = 1.425,06 (Dibulatkan menjadi 1.425)
Maka persediaan pengaman yang dapat dilakukan perhitungan adalah sebagai berikut: SS = Z.d.L Diketahui: Service Level = 95% (Z = 1,64) d = 1.425 Kg L = 3 Hari SS = 1,64 x 1.425 x 3 = 7.011 Kg
Maka persediaan yang harus ada pada tahun 2018 adalah sebesar 7.011 Kg.
Rata-rata pemakaian bahan baku per hari pada tahun 2019 adalah sebagai berikut: d = D
Jumla h hari kerja seta hun d = 424.065
296
d = 1.432,6
(Dibulatkan menjadi 1.433.
Maka persediaan pengaman dapat dihitung sebagai berikut:
SS = Z.d.L Diketahui: Service Level = 95% (Z = 1,64) d = 1.433 Kg L = 3 Hari SS = 1,64 x 1.433 x 3 = 7.050,3 Kg
Maka persediaan yang harus ada pada tahun 2019 adalah sebesar 7.050 Kg.
3. Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) PT. Dunia Kimia Jaya memiliki waktu tunggu dalam pemesanan bahan baku selama 3 hari atau bisa dikatakan Lead Time atau L adalah 3 hari. Dengan rata-rata jumlah kerja karyawan selama 296 hari dalam setahun. Sebelum menghitung ROP maka terlebih dahulu dicari tingkat penggunaan bahan baku per hari. Dengan cara sebagai berikut:
d = D t d = 421.819
296 d = 1.425
Maka titik pemesanan kembali (ROP) adalah sebagai berikut:
Reorder Point Tahun 2018
ROP = Safety Stock + (Lead Time x Q) = 7.011 + (3 x 1.425)
= 7.011 + 4.275 = 11.286 Kg
Dengan demikian, tahun 2018 perusahaan harus melakukan pesanan kembali pada saat persediaan bahan baku sebesar 11.286 Kg.
d = D/t d = (424.065 )/296 d = 1.433
Reorder Point Tahun 2019
ROP = Safety Stock + (Lead Time x Q) = 7.050 + (3 x 1.433)
= 7.050 + 4.299 = 11.349 Kg
Dengan demikian, tahun 2019 perusahaan harus melakukan pesanan kembali pada saat persediaan bahan baku sebesar 11.286 Kg.
4. Total Biaya Persediaan (Total Inventory Cost)
Efisiensi pembelian bahan baku Tin Stabilizer dari segi finansial dapat diukur
dengan besarnya total biaya persediaan (TIC) yang dikeluarkan perusahaan. Perbedaan total biaya persediaan dalam pembelian Tin Stabilizer dapat diketahui dengan melakukan perbandingan antara perthitungan TIC bahan baku Tin Stabilizer menurut metode EOQ dengan perhitungan TIC bahan baku Tin Stabilizer menurut kebijakan perusahaan. Total biaya persediaan yang dikeluarkan oleh PT. Dunia Kimia Jaya untuk persediaan bahan baku Tin Stabilizer yang dihitung dengan menggunakan metode EOQ adalah sebagai berikut : 1. Tahun 2018 (Dalam satuan Rp.) TIC Rp = H Q 2 + S D Q = 2.244 47.908,15 2 + 6.105.000 421.819 47.908,15 = 53.752.944,3 + 53.752.962,6 = 107.505.906,9 (Dibulatkan menjadi 107.505.907) 2. Tahun 2019 (Dalam satuan Rp.) TIC = H Q 2 + S D Q =2.244 48.035,53 2 + 6.105.000 424.065 48.035,53 = 53.895.864,66 + 53.895.873,01 = 107.791.737,7 ( Dibulatkan menjadi 107.791.738)
Berdasarkan perhitungan TIC bahan baku Tin Stabilizer dengan menggunakan metode EOQ, diketahui bahwa TIC Tin Stabilizer pada tahun 2018 sebesar Rp. 107.505.906,9 dan pada tahun 2019 mengalami peningkatan Rp. 285.830,8 sehingga TIC Tin Stabilizer yang dikeluarkan menjadi Rp. 107.791.737,7.
Sedangkan TIC bahan baku Tin Stabilizer berdasarkan kebijakan perusahaan dihitung menggunakan pemakaian rata-rata (Q), biaya penyimpanan per unit pertahun (H), biaya pemesanan perkali pesan (S) dan frekuensi pembelian (F). Total Inventory Cost (TIC) Tin Stabilizer yang dihitung menurut kebijakan perusahaan pada PT. Dunia Kimia Jaya adalah sebagai berikut :
1. Tahun 2018 (Dalam satuan Rp.) TIC = (Q x H) + (S x F) = (35.151,58 x 2.244) + (6.105.000 x 30) = 78.880.146 + 183.150.00 = 262.030.146 2. Tahun 2019 (Dalam satuan Rp.) TIC = (Q x H) + (S x F) = (35.338,75x 2.244) + (6.105.000 x 30) = 79.300.155 + 183.150.000 = 262.450.155
Tabel 6. Perbandingan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tahun 2018
Antara Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ
Keterangan Kebijakan
Perusahaan Metode EOQ Kuantitas
Pembelian 35.430,92 Kg 47.908,15 Kg Frekuensi
Pembelian 30 Kali 9 Kali
Persediaan Pengaman - 7.011 Kg Titik Pemesanan Ulang - 11.286 Kg Total Biaya Persediaan Rp. 262.030.116 Rp. 107.505.907
Sumber: Data penelitian yang diolah, 2020
Tabel 7. Perbandingan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tahun 2019
Antara Kebijakan Perusahaan dengan Metode EOQ
Keterangan Kebijakan
Perusahaan Metode EOQ Kuantitas
Pembelian 35.770,58 Kg 48.035,53 Kg Frekuensi
Pembelian 30 Kali 9 Kali
Persediaan Pengaman - 7.050 Kg Titik Pemesanan Ulang - 11.349 Kg Total Biaya Persediaan Rp. 262.450.155 Rp. 107.791.738
Sumber: Data penelitian yang diolah, 2020
Berdasarkan tabel diatas, diketahui perbedaan bahan baku antara kebijakan perusahaan dengan mtode EOQ. Kuantitas pembelian bahan baku yang ekonomis berdasarkan kebijakan perusahaan pada tahun 2018 adalah sebesar 35.430,92 Kg sedangkan pada tahun 2019 adalah sebesar 35.770,58 Kg, dengan frekuensi pembelian pada tahun
2018 dan 2019 yaitu sebanyak 30 kali. Dalam setahun. Sedangkan kuantitas pembelian yang ekonomis menurut metode EOQ pada tahun 2018 adalah sebesar 47.908,15 kg sedangkan pada tahun 2019 sebesar 48.035,53 kg dengan frekuensi pembelian sebanyak 9 kali dalam setahun. Untuk persediaan pengaman dan titik pemesanan ulang menurut kebijakan perusahaan tidak ada., hal ini menyebabkan perusahaan bisa saja tidak berproduksi karena kehabisan bahan baku sebelum melakukan pemesanan kembali atau bahan baku yang dipesan tersebut belum sampai ke perusahaan, sedangkan menurut perhitungan metode EOQ besarnya persediaan pengaman pada tahun 2018 adalah sebanyak 7.011 kg dan tahun 2019 sebanyak 7.050 kg dan titik pemesanan ulang pada tahun 2018 sebanyak 11.286 kg dan tahun 2019 sebanyak 11.349 kg. Sementara itu, total biaya persediaan menurut kebijakan perusahaan pada tahun 2018 adalah sebesar Rp. 262.030.116 dan pada tahun 2019 sebesar Rp. 262.450.155, sedangkan menurut metode EOQ apada tahun 2018 adalah Rp. 107.505.907 dan pada tahun 2019 adalah Rp. 107.791.738, dalam hal ini dengan menggunakan metode EOQ perusahaan dapat menghemat biaya pada tahun 2018 sebesar Rp. 154.524.239 dan pada tahun 2019 penghematan yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah sebesar Rp. 154.658.417.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa metode EOQ jauh lebih baik dan efisien dibandingkan dengan cara yang selama ini diterapkan perusahaan. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya kuantitas pembelian yang optimal dan penghematan total biaya persediaan (total inventory cost) sebagai berikut :
1. Kuantitas pembelian bahan baku Tin Stabilizer yang paling optimal dengan metode EOQ pada tahun 2018 adalah sebesar 47.908,15 kg sedangkan pada tahun 2019 pembelian bahan baku Tin
Stabilizer yang paling optimal dengan metode EOQ sebesar 48.035,53 kg. 2. Kuantitas persediaan bahan baku Tin
Stabilizer yang paling optimal dengan metode EOQ pada tahun 2018 adalah sebesar 47.908,15 kg dengan sedangkan pada tahun 2019 adalah sebesar 48.035,53 kg.
3. Frekuensi pembelian yang ekonomis menurut metode EOQ pada tahun 2018 dan 2019 sebanyak 9 kali dalam setahun. 4. Persediaan pengaman (safety stock) pada
PT. Dunia Kimia Jaya belum ada sedangkan berdasarkan metode EOQ persediaan pengaman (safety stock) pada tahun 2018 diperoleh sebesar 7.011 kg dan tahun 2019 sebesar 7.050 kg.
5. Titik pemesanan ulang (reorder point) pada PT. Dunia Kimia Jaya belum ada sedangkan berdasarkan metode EOQ titik pemesanan ulang (reorder point) pada tahun 2018 diperoleh sebesar 11.286 kg dan tahun 2019 sebesar 11.349 kg
6. Kuantitas pembelian bahan baku Tin Stabilizer yang paling optimal dengan menurut kebijakan perusahaan pada tahun 2018 adalah sebesar 35.430,92 kg sedangkan pada tahun 2019 pembelian bahan baku Tin Stabilizer yang paling optimal menurut kebijakan perusahaan sebesar 35.770,58 Kg.
7. Perbandingan total biaya persediaan bahan baku berdasarkan kebijakan perusahaan pada tahun 2018 sebesar Rp. 262.030.116 sedangkan pada tahun 2019 sebesar Rp. 262.450.155. Total biaya persediaan bahan baku berdasarkan metode Economic Order Quantity (EOQ) pada tahun 2018 adalah sebesar Rp. 107.505.907 sedangkan pada tahun 2019 sebesar Rp. 107.791.738.
Saran
Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa kesimpulan pada penelitian ini, adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini didapat beberapa saran yang bisa dikemukakan oleh penulis, yaitu:
1. Perusahaan sebaiknya menerapkan metode EOQ dalam mengelola persediaan bahan baku produksi dan meninggalkan metode yang selama ini digunakan, karena dengan metode yang diterapkan saat ini perusahaan tidak dapat mengelola persediaan secara optimal dan total biaya persediaan yang belum efisien. Sedangkan dengan menggunakan metode EOQ perusahaan dapat mengetahui kuantitas pembelian bahan baku Tin Stabilizer yang optimal dan frekuensi pembelian yang rendah. 2. Perusahaan juga dapat meminimalkan
total biaya persediaan dengan menggunakan metode EOQ, sehingga perusahaan dapat melakukan penghematan biaya-biaya terkait persediaan dan didapati total biaya persediaan yang paling ekonomis dan tentunya akan menghasilkan provit yang lebih maksimal.
3. Perusahaan sebaiknya menerapkan metode metode EOQ dalam melakukan pengendalian persediaan karena terbukti menghasilkan total biaya persediaan yang lebih efisien melalui kuantitas dan frekuensi pembelian bahan baku yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin Reni & Suarni Erawati.(2020). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada Usaha Dynasty Bakery di Airtiris”, Jurnal Riset Manajemen Indonesia, Vol. 2, No. 3, pp. 177-185.
Arman, H.N. 1999. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Yoggyakarta: Graha Ilmu.
Guga, Eduina. (2015). Inventory Management Through EOQ Model A Case Study of Shpresa Ltd, Albania”, International Journal of Economic, Commerce and Management, Vol. 3, No. 12, pp. 174-182
Marvin Gerald Kansil, Arrazi Hasan Jan & Jessy J Pondang. (2019). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ikan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada Restoran D’Fish Mega Mas Manado”, terbit di Jurnal EMBA, Vol. 7, No. 4, Juli, pp. 4767-4776. International Journal of Research & Review, Vol. 6, No. 7, pp.349-360.
Sulaiman Fahmi dan Nanda. (2015). Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode EOQ Pada UD. Adi Mabel. Jurnal Teknovasi, Vol. 2, No. 1, pp.1-11. Rosa Dewi Indah, Linda Purwasih & Zenitha
Maulida. (2018). Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT. Aceh Rubber Industries Kabupaten Aceh Tamiang”, Jurnal Manajemen dan Keuangan, Vol. 7, No. 2, pp. 157-173. Yusniaji, Fahmi & Erni Widajanti. (2015).
Analisis Penentuan Persediaan Bahan Baku Kedelai Yang Optimal Dengan Menggunakan Metode Stockhastic Pada PT. Lombok Gandaria”, terbit di Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol. 13, No. 2, pp. 158-170.