• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang

Perjanjian Bidang Pertanian/ Agreement on Agriculture merupakan salah satu jenis perjanjian multilateral yang disepakati di dalam WTO. Secara umum, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan reformasi perdagangan dalam sektor pertanian sehingga semua produk pertanian dapat bersaing secara bebas. Terdapat tiga pilar utama dalam perjanjian ini yaitu akses pasar, bantuan domestik dan subsidi ekspor. Hal ini akan menyebabkan setiap negara diharuskan untuk membuka pasar domestiknya dengan melakukan penurunan tariff. Kemudian, setiap negara juga diminta untuk mengurangi bantuan domestik dan subsidi ekspornya terhadap bahan pertanian. Perjanjian di bidang pertanian merupakan sebuah perjanjian yang sensitif baik pada negara maju dan negara berkembang karena sektor ini menyerap banyak tenaga kerja. Ekspor bahan olahan di sektor ini pun menghasilkan devisa tersendiri bagi sebuah negara.

Untuk menyelesaikan isu di bidang pertanian, setiap negara pada akhirnya harus berunding dalam organisasi internasional seperti WTO. Hal itu pun tercermin dalam output teks berupa perjanjian di bidang pertanian. Namun, isu yang dibahas pun masih terus berkembang sehingga diperlukan perundingan untuk mencapai kesepakatan bersama. Isu pertanian, mulai dari persoalan menentukan tariff lines, batasan bantuan domestik dan subsidi ekspor hingga fleksibilitas pada beberapa bahan pokok pertanian masih terus dirundingkan. Hal ini mengingat terdapat berbagai kepentingan yang berbeda, baik dari negara maju maupun negara berkembang.

Tema skripsi ini menarik untuk diteliti karena Indonesia memilih untuk ikut berunding dalam menyelesaikan perundingan pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia memiliki dua kepentingan domestik yang berbeda. Di satu sisi, Indonesia mendukung terbukanya akses pasar yang lebih luas, tetapi di sisi lain, Indonesia juga berkepentingan untuk melindungi beberapa bahan pokok pertanian melalui klausul berupa fleksibilitas khusus. Strategi negosiasi integratif pun dipilih untuk menyelesaikan isu ini dalam konteks perundingan multilateral di dalam WTO. Hal ini pun dilakukan dengan mengakomodasikan kepentingannya melalui berbagai koalisi perdagangan.

(2)

2

2.Rumusan Masalah

Skripsi ini mengajukan rumusan masalah, yaitu “Bagaimana posisi dan strategi negosiasi Indonesia untuk mengakomodasi dua kepentingan domestik tersebut dalam perundingan pertanian di WTO?”

3.Landasan Konseptual

Landasan konseptual yang dipakai untuk menjawab rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

Trade Coalition

Di dalam forum multilateral, negara-negara cenderung untuk membuat koalisi. Hal ini ditujukan untuk memecah kompleksitas dan menunjukkan prefensi bersama. Koalisi adalah sekumpulan pemerintah yang mempertahankan posisi yang sama dalam sebuah negosiasi melalui sebuah koordinasi secara nyata. Menurut John S. Odell, koalisi perdagangan adalah sekumpulan pemerintah yang memiliki kesamaan kepentingan dalam hal produk atau

ideologi tertentu.1

Jika negara-negara berkembang tergabung dalam koalisi, daya tawar mereka akan lebih besar saat berhadapan dengan negara-negara maju. Hal ini karena tuntutan mereka didukung oleh banyak negara anggota yang memiliki kesamaan kepentingan. Semakin besar suatu koalisi, semakin kecil kemungkinannya untuk kehilangan outcome yang diinginkan. Sebuah desain koalisi yang mencakup banyak negara akan memiliki wibawa yang tinggi saat akan merintangi sebuah perundingan, seperti di dalam WTO. Semakin banyak aktor yang bermain di dalam koalisi, akan semakin banyak negara yang berusaha mempengaruhi dinamika di dalamnya. Akan tetapi, bila koalisi perdagangan memiliki aturan main yang pasti, akan sulit bagi anggota baru untuk mengubah aturan main di dalam koalisi ini. Menurut Amrita Narlikar, transaction costs bagi negara-negara berkembang terlalu tinggi untuk

Koalisi perdagangan adalah cara untuk meningkatkan kredibilitas saat pengambilan keputusan di dalam forum multilateral dan memisah koalisi lawan. Dengan berada di dalam koalisi, kepentingan suatu negara akan terwakilkan dan didukung oleh negara-negara lain yang memiliki kesamaan kepentingan.

1

J.S Odell, Negotiation Trade: Developing Countries in The WTO and NAFTA, Cambridge University Press, Cambridge, 2006, halaman 11

(3)

3

melakukan koalisi perdagangan.2

Menurut Fred C Ikle, negosiasi adalah suatu usaha untuk mengeksplorasi atau merekonsiliasi posisi konflik aktor-aktor yang berseteru dalam memperoleh jalan keluar yang dapat diterima oleh semua pihak.

Hal ini mengingat mereka membutuhkan biaya yang tinggi untuk melakukan implementasi perjanjian di dalam negaranya. Koalisi yang dibangun berdasarkan isu pun cenderung hanya bertahan dalam jangka waktu pendek.

Integrative Negotiation

3

Hal ini berarti bahwa negosiasi adalah jalan untuk menyelesaikan suatu sengketa secara damai. Negosiasi memiliki dua dimensi yaitu sekedar menjadi proses yang terus berulang atau menemukan hasil berupa sebuah perjanjian. Bahkan persetujuan yang dihasilkan dapat memuat agenda berupa negosiasi selanjutnya untuk isu yang lain. Menurut Von Neumann dan Morgenstern, jika meminjam definisi strategi dalam skema game theory, strategi adalah sebuah rencana lengkap yang memberikan spesifikasi

khusus tentang pilihan yang akan dibuat dalam segala situasi.4

Diplomasi ekonomi yang dijalankan Indonesia sendiri adalah upaya pemerintah, dalam hal ini yaitu pemerintah RI, beserta segenap pemangku kepentingan yang terlibat dalam suatu kegiatan di bidang ekonomi, yang mencakup perdagangan komoditas, investasi, pariwisata, Saat melakukan negosiasi, strategi ditujukan sebagai sebuah rencana untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Integrative negotiation adalah salah satu strategi negosiasi yang berusaha untuk mencapai tujuan bagi semua pihak. Dasar utama dari strategi negosiasi ini adalah pencapaian tujuan bagi semua pihak tanpa menyebabkan adanya winner dan loser. Negosiator harus menciptakan ruang informasi yang terbuka dan memberikan kesempatan untuk melakukan dialog bersama. Pihak-pihak yang bersengketa setuju untuk memiliki cara pendekatan yang sama untuk mencapai tujuan dan memiliki keyakinan akan suatu metode penyelesaian masalah bersama. Mereka berinisiatif untuk menyelenggarakan pertemuan untuk mencari titik temu dengan mengajukan prosedur penyelesaian permasalahan seperti melalui proposal. Para negosiator juga memfokuskan agenda negosiasi pada persamaan tujuan dan kebutuhan. Diplomasi Ekonomi

2

A. Narlikar, ‘Fairness in International Trade Negotiations: Developing Countries in The GATT and

WTO’, Vol.29, no.6., 2008, halaman 12 3

H.Cohen, You Can Negotiate Anything, edisi bahasa Indonesia Negosiasi, diterjemahkan oleh H.Z.B Tahal, PT Pantja Simpati, Yogyakarta, 1980, halaman 18

4 V. Neumann dan J. Morgenstern, Theory of Games and Economic Behaviour, Princeton University

(4)

4

ketenagakerjaan dan kerjasama teknik.5 Tujuan dan sasaran diplomasi ekonomi adalah

mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat, mendukung pembangunan nasional, dan memajukan kepentingan Indonesia di kancah global. Hal ini dilakukan dengan menjalankan negosiasi informa, kerjasama voluntary, kerjasama legal dan berada dalam rule based system. Bahkan, diplomasi dilaksanakan secara rahasia dan cenderung elitist. Perwakilan pemerintah ini menjadi bridge builder antara G to G (government to government) dan G to B(Government to business). Menurut Armanatha Natsir, pelaksana diplomasi ekonomi Indonesia adalah Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Instansi Terkait, Kementerian Keuangan, Sektor swasta/NGO, parlemen/stakeholders lainnya dan unsur

pemerintah terkait.6

5

D.D Soerjanatamihardja, S. Hapsari, I.A Rasad dkk,Diplomasi Ekonomi: Optimalisasi Instrumen

Kerjasama Luar Negeri Sebagai Upaya Peningkatan Ekspor dan Arus Masuk Investasi Asing ke Indonesia,

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, 2012, Halaman 1

6

A. Natsir, Kesiapan Diplomasi Ekonomi Indonesia dalam Perdagangan Multilateral, dalam

Menjinakkan Metakuasa Global: Suara Indonesia untuk Globalisasi yang Lebih Adil, Imam Chayono, (Ed.),

Pustaka LP3ES, Jakarta, 2008, halaman 163-164

4.Argumen Utama

Saya meyakini bahwa posisi Indonesia di dalam tiga koalisi perdagangan yaitu G-20, G-33 dan CAIRNS group digunakan untuk mengakomodasi kepentingan nasionalnya yaitu tidak hanya mendukung AoA melalui liberalisasi komoditas pertanian, tetapi juga mendapatkan perlakuan khusus dan berbeda demi melindungi petani kecil. Hal ini dilakukan

melalui strategi negosiasi integratif yang dilakukan Indonesia. Dinamika penggunaan strategi

ini terlihat dalam tuntutan dan hasil negosiasi yang dicapai dalam pertemuan antarkoalisi di KTM maupun pertemuan internal di dalam koalisi. Melalui posisinya di koalisi Cairns, Indonesia meminta pertanian sebagai sektor yang harus ditempatkan dalam bahan perundingan WTO. Meskipun tuntutan Cairns untuk membuka akses pasar di negara maju didukung Indonesia, tetapi Indonesia tidak akan memberikan konsesi berupa akses pasar di negaranya tanpa adanya SDT bagi negara berkembang. Kemudian, di dalam koalisi G-20, Indonesia mendukung adanya formula penurunan tariff melalui tiered formula. Indonesia pun berkepentingan untuk meminta penurunan subsidi ekspor di negara maju. Tuntutan Indonesia dalam fleksibilitas khusus juga didukung melalui koalisi ini karena koalisi G-20 menuntut adanya SDT bagi negara berkembang dan kurang berkembang tanpa memberikan SSG bagi negara maju. Melalui koalisi G-33, Indonesia pun tetap pada tujuannya untuk melindungi kepentingan petani kecil melalui konsep SP dan SSM bagi negara berkembang.

(5)

5

5.Metode Penelitian

Tipe penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif analitis. Penelitian ini akan membuat gambaran secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data yang diperoleh. Menurut W.Neumann, penelitian yang sifatnya deskriptif akan menemukan sebuah gambaran

detail atas situasi, kondisi dan hubungan sosial.7

6. Sistematika Penulisan

Teknik pengumpulan data adalah dengan melakukan studi pustaka. Data yang akan digunakan di dalam penelitian ini bersifat primer yang berasal dari sumber-sumber dinas/instansi resmi seperti siaran pers instansi Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertanian dan laporan resmi WTO. Data-data sekunder juga didapatkan melalui surat kabar baik media cetak maupun online, jurnal , e-book, dan artikel dari NGO/INGO terkait seperti dari Serikat Petani Indonesia. Setelah mendapatkan data, penulis akan berusaha mencari interpretasi data-data tersebut dan melakukan analisa.

Skripsi ini akan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut. Bab I akan berisi pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusan masalah, landasan konseptual, argumen utama dan metode penelitian. Kemudian, pada Bab II akan mengupas Perjanjian Pertanian/ Agreement on Agriculture dan perkembangan perundingan pertanian di WTO. Jangka waktu perundingan pertanian yang akan ditelaah lebih lanjut adalah sejak perundingan di Doha hingga perundingan terakhir di Bali.

Kemudian, pada Bab III, penulis akan menjelaskan melalui posisi Indonesia dalam perundingan pertanian. Hal ini dilakukan dengan keikutsertaan dan perannya dalam berbagai koalisi perdagangan yaitu Cairns group, G-20 dan G-33. Indonesia menggunakan integrative bargaining dipilih sebagai strategi dalam melakukan negosiasi. Strategi ini dilakukan Indonesia untuk mencapai kepentingan nasionalnya yaitu tidak hanya melakukan liberalisasi komoditas pertanian, tetapi juga memberikan perlindungan bagi petani kecil.

Kemudian pada Bab IV, penulis akan mengemukakan kesimpulan dan saran terhadap kasus yang diteliti. Melalui berbagai posisinya di berbagai koalisi perdagangan, Indonesia menggunakan koalisi Cairns group, G-20 dan G-33 sebagai jalan untuk mencapai kepentingan nasional. Hal ini dilakukan dengan mendorong tercapainya tuntutan koalisi dalam perundingan pertanian.

7 W. L Neumann, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, 4th edn, Allyn and

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian pada penelitian ini meliputi penilaian aspek kognitif yang diperoleh dari hasil tes atau ulangan harian, dan penilaian aktivitas siswa diperoleh pada proses

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Keperawatan Bermutu Menurut Nurachmah (2001) ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan oleh para manajer keperawatan di

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Memahami konsep yang berkaitan dengan aturan pangkat, akar dan logaritma, fungsi aljabar sederhana, persamaan dan pertidaksamaan kuadrat, sistem persamaan linier, program

(Data 35) Ilustrasi percakapan di atas menggunakan bahasa Jawa yang disisipi oleh bahasa Indonesia. Klausa ‘kamar C yang dekat apotek’ tersebut digunakan dengan harapan pasien

2006 Festival Programmer – Jakarta Slingshortfest, South East Asia short film festival 2007 Festival Director OK.Video MILITIA – 3 rd Jakarta International Video Festival. 2009

Jika dilihat dari aspek gender, dapat dikaitkan dengan gender differences (perbedaan gender) dalam kebiasaan berkendara sepeda motor. Perbedaan gender yang ada

ANALISIS SIFAT OPTIK DARI LAPISAN TIPIS Fe 3 O4 YANG DIPREPARASI DARI PASIR BESI PANTAI TIRAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN.. SUMATERA BARAT DENGAN METODA SOL-GEL