GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG
METODE KONTRASEPSI PADA PRIMIPARA
Dewi Nurlaela 12 Desrinah Harahap 3
1. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad, Jakarta 2. Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
3. Fakultas Ilmu Keperawatan Univarsitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
E-mail: dewin537@gmail.com
Abstrak
Metode kontrasepsi merupakan suatu cara merencanakan kehamilan pada primipara. Sehingga penting bagi primipara untuk mengetahui dan bersikap positif sebelum memilih salah satu metode kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi gambaran pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi pada primipara. Desain penelitian ini deskriptif sederhana non probability sampling secara
convenience sampling dengan jumlah responden 48 primipara di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad
Jakarta. Penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan sedang (85,4%) tentang metode kontrasepsi, namun sebagian besar bersikap negatif (58,3%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahaun dan sikap yang lebih baik tentang metode kontrasepsi pada primipara.
Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Primipara, Metode Kontrasepi Abstract
Contraception is one of methods for pregnancy planning among primipara women. Therefore, they need to have sufficient understanding about contraception before choosing one of the methods for themselves. The purpose of this research was to identify primipara women’s knowledge and attitude about contraception. This research was a simple description design non probability sampling with convenience sampling the total sample of 48 primipara women in Gatot Soebroto Ditkesad Hospital Jakarta. The result showed that (85,4%) respondents about contraception methods. It also found that (58,3%) of the respondents had negative attitude on contraception methods. It is recommended to provide health education to improve primipara women level of knowledge and attitude about contraception.
Pendahuluan
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.556.363 jiwa (Depkes RI, 2009). Laju pertumbuhan penduduk Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49% pertahun dan merupakan peringkat ke empat di Asia Tenggara (Arum & Sujiyatini, 2008). Permasalahan yang ditimbulkan salah satunya adalah kesehatan ibu dan bayi. Hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu namun tetap membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, MDGs dan Bappenas, 2007). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 diperoleh estimasi AKB di Indonesia sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Upaya pemerintah salah satunya yaitu meningkatkan program Keluarga Berencana (KB). Metode KB yang dapat dilaksanakan adalah metode sederhana (pantang berkala, kalender, kap vagina atau diafragma dan kondom vagina), metode kontrasepsi efektif (MKE kontap), hormonal (suntikan KB dan susuk KB), AKDR (Manuaba, 2010). Berdasarkan data yang terdapat di BKKBN tahun 2004 jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebesar 38.783.347 jiwa diantaranya yang mengikuti KB sebesar 69,95% dan yang tidak mengikuti KB sebesar 30%. Wanita yang sudah menjadi akseptor KB aktif sebesar 81,06% dan yang tidak mengikuti KB sebesar 3,52% (BKKBN, 2004). Terdapat tiga aspek yang
mempengaruhi primipara dalam pengetahuannya dan sikap mencari tahu tentang metode kontrasepsi, yaitu adanya informasi, ketersediaan alat atau cara dan layanan kontrasepsi itu sendiri (Cawangie, 2009). Berdasarkan ketersediaan alat kenyataan yang ada dilapangan adalah hanya 19% dari primipara yang telah memperoleh informasi tentang efek samping dari metode kontrasepsi. Sedangkan yang memperoleh informasi tentang kontrasepsi alternatif hanya 27% (Cawangie, 2009). Penelitian Yusuf (2001) menyatakan bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan tinggi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan rendah (Fienalia, 2012). Penelitian juga dilakukan oleh BKKBN dengan UGM secara kualitatif terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB dalam pergantian cara menggunakan dan sikap mencari tahu tentang metode kontrasepsi. Didapatkan hasil kurang lebih 21 responden yang beralih dari KB modern menjadi KB alami, yaitu pantang berkala dan senggama terputus dengan alasan berupa efek samping yang dirasakan oleh akseptor, seperti perdarahan saat menggunakan IUD, spiral yang keluar dengan sendirinya yang mengakibatkan akseptor merasa tidak nyaman dan trauma dalam menggunakan metode kontrasepsi secara modern (Cawangie, 2009). Berdasarkan latar belakang ini peneliti akan menggambarkan pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi pada primipara guna merencanakan kehamilan berikutnya untuk dapat meningkatkan kesehatan reproduksi pada dirinya.
Metode
Desain yang digunakan pada penelitian ini merupakan desain deskriptif sederhana
yang melibatkan responden primipara yang menjadi pasien di Ruang Kebidanan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta sebanyak 48 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi pada primipara. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang berisi 40 pertanyaan pengetahuan tentang metode kontrasepsi dan 12 pertanyaan tentang sikap terhadap metode kontrasepsi. Data dianalisis menggunakan analisis univariat. Prinsip etika penelitian yang digunakan oleh peneliti didasari oleh prinsip etik riset keperawatan.
Hasil Penelitian Analisis Univariat
Tabel.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Metode Kontrasepsi
Variabel Frekuensi Persentase Pengetahuan Sedang 41 85,4% Tinggi Rendah 7 0 14,6% 0,0%
Tabel.1 menjelaskan distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan. Tabel diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar responden berpengetahuan sedang sebanyak 41 orang (85,4%). Tabel.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Metode Kontrasepsi
Variabel Frekuensi Persentase Sikap
Positif 20 41,7% Negatif 28 58,3%
Tabel.2 menjelaskan distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap. Tabel diatas memperlihatkan bahwa, berdasarkan sikap tentang metode kontrasepsi responden yang memiliki sikap positif terhadap metode kontrasepsi sebanyak 20 orang (41,7%), namun sebagian besar responden memiliki sikap negatif terhadap metode
kontrasepsi kontrasepsi, yaitu sebanyak 28 orang (58,3%).
Tabel.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Sumber Informasi , Mendapat Informasi, Pengetahuan, Pengetahuan Tentang Metode Kontrasepsi (Kalender, Kap Vagina, Kondom Vagina, Spermisida, AKDR, Implant, Pil dan Suntik), Sikap Terhadap Metode Kontrasepsi
Variabel Frekuensi Persentase Usia Dewasa Muda Dewasa Tua 22 26 45,8% 54,2% Pendidikan Rendah Sedang Tinggi 1 19 28 2,1% 39,6% 58,3% Pekerjaan PNS/ABRI Karyawan/Honorer Swaata Tidak Bekerja 15 12 9 12 31,3% 25,0% 18,8% 25,0% Sumber Informasi Petugas Kesehatan Media Massa Tetangga Keluarga 36 3 5 3 75,0% 6,3% 10,4% 6,3% Mendapat Informasi Tidak Ya 1 47 2,1% 97,9% Kalender Rendah Sedang Tinggi 4 17 27 8,3% 35,4% 56,3% Kap Vagina Rendah Sedang Tinggi 3 6,3% 8 16,7% 37 77,1% Kondom Vagina Rendah Sedang Tinggi 9 18,8% 13 27,1% 26 54,2% Spermisida Rendah Sedang Tinggi 11 14 23 22,9% 29,2% 47,9% AKDR Rendah Sedang Tinggi 4 6 38 8.3% 12,5% 79,2%
Implant Rendah 6 12,5% Sedang 12 25,0% Tinggi 30 62,5% Pil Rendah 0 0 Sedang 2 4,2% Tinggi 46 95,8% Suntik Rendah 3 6,3% Sedang 11 22,9% Tinggi 34 70,8%
Tabel.3 menjelaskan distribusi frekuensi responden berdasarkan usia. Sebagian besar responden berusia dewasa tua (>30 tahun) sebanyak 26 orang (54,2%). Sedangkan responden yang berusia dewasa muda (17-30 tahun) sebanyak 22 orang (45,8%).
Berdasarkan pendidikan, terlihat bahwa sebagian besar responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 28 orang (58,3%).
Berdasarkan pekerjaan, pada tabel terlihat bahwa sebagian besar responden yang bekerja sebagai PNS/ABRI sebanyak 15 orang (31,3%).
Berdasarkan sumber informasi, pada tabel terlihat bahwa sebagian besar responden yang pernah mendapat sumber informasi tentang metode kontrasepsi dari petugas kesehatan sebanyak 36 orang (75,0%). Sebagian besar responden berpengetahuan tinggi tentang metode kontrasepsi kalender sebanyak 27 orang (56,3%).
Berdasarkan pengetahuan tentang metode kontrasepsi kap vagina, sebagian besar responden berpengetahuan tinggi vagina sebanyak 37 orang (77,1
Berdasarkan pengetahuan tentang metode kontrasepsi spermisida, sebagian besar responden berpengetahuan tinggi sebanyak 23 orang (47,9%).
Berdasarkan pengetahuan tentang metode kontrasepsi kondom vagina, sebagian besar responden berpengetahuan tinggi sebanyak 26 orang (54,2%).
Sebagian besar responden berpengetahuan tinggi tentang metode kontrasepsi AKDR sebanyak 38 orang (79,2%).
Berdasarkan pengetahuan tentang metode kontrasepsi implant, pada tabel terlihat bahwa sebagian besar responden berpengetahaun tinggi sebanyak 30 orang (62,5%).
Berdasarkan pengetahuan tentang metode kontrasepsi pil, pada tabel terlihat bahwa sebagian besar responden berpengetahaun tinggi sebanyak sebanyak 46 orang (95,8%).
Berdasarkan pengetahuan tentang metode kontrasepsi suntik. Pada tabel terlihat bahwa sebagian besar responden berpengetahaun tinggi sebanyak sebanyak 34 orang (70,8%).
Pembahasan
Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini berusia dewasa tua (>30 tahun) sebesar 54%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Anggraini (2011) di Desa Tanjung Anom bahwa pasangan usia subur mayoritas berusia 26 - 30 tahun sebesar 48% demikian juga hasil
penelitian Junita tahun 2008 di Desa Sambirejo Binjai mayoritas responden berusia 20-25 tahun sebesar 40,8%. Selain itu, sesuai juga dengan hasil penelitian oleh Sitopu tahun 2012 bahwa usia reproduksi terbanyak pada usia menjarangkan kehamilan yaitu sebesar 28 orang (70%), sedangkan paling sedikit adalah usia menunda kesuburan atau usia - usia menjarangkan kehamilan (usia 20-35 tahun).
Berdasarkan hasil analisis, sebagaian besar responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 28 orang (58,3%). Adanya hubungan pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi yang pernah diteliti antara lain oleh penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Henny (2009) di Desa Telagasari. Demikian juga penelitian oleh Junita (2008) di Kecamatan Rambah Samo, penelitian ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Melvida (2010) di Desa Sukadame Tigapanah. Selain itu, oleh Sitepu (2012) membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian Bernadus, Madianung, Masi (2012) di Puskesmas Jailolo bahwa responden terbanyak berpendidikan tinggi sebesar 75%. Namun, berbeda dengan hasil penelitian Sitopu (2012) bahwa pendidikan responden terbanyak SMA sebesar 70% sedangkan paling sedikit berpendidikan S1 dan tidak ditemukan tingkat pendidikan SD.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa sebagian besar responden yang bekerja sebagai PNS/ABRI sebanyak 15 orang (31%). Penelitian yang telah dilakukan oleh Usaid di Albania, mengatakan bahwa terdapat hubungan antara sosial dan ekonomi dengan pemakaian metode kontrasepsi alami. Dikatakan bahwa di Albania wanita lebih memilih menggunakan metode kontrasepsi alami karena tidak memerlukan biaya (Cawangie, 2009).
Namun hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Endang tahun 2007 di RSU Pandang Arang Boyolali menunjukkan bahwa bekerja atau tidak bekerja tidak mempengaruhi seseorang untuk memilih kontrasepsi.
Hasil penelitian Sitopu tahun 2012 berdasarkan pekerjaan responden terbanyak adalah IRT yaitu sebesar 27 orang (67,5%) sedangkan paling sedikit adalah pekerjaan wiraswasta sebesar 1 orang (2,5%). Penelitian lain yang dilakukan oleh Bernades, Madianung, Masi, tahun 2012 di Puskesmas Jailolo menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja, terbanyak IRT dengan aktifitas sehari-hari di rumah, berkebun dan berdagang. Peneliti menyimpulkan bahwa adanya hubungan antara pemilihan metode kontrasepsi dengan status sosial ekonomi setiap individu karena akan mempengaruhi bagaimana primipara untuk memilih metode kontrasepsi dan karakteristik pekerjaan responden sesuai tempat pengambilan sampel penelitian, misalnya di RSPAD Gatot Soebroto maka sebagian besar responden adalah PNS/ABRI.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa paling banyak responden pernah mendapatkan informasi tentang metode kontrasepsi, yaitu sebanyak 47 orang (98%) Akses pelayanan berkaitan dengan ketersediaan tenaga pelayanan, fasilitas dan komoditi kesehatan reproduksi, pembiayaan dan kesanggupan akseptor untuk membayar. Hasil penelitian yang dilakukan Mannan tahun 2002 di Bangladesh menyebutkan bahwa wanita lebih banyak menggunakan pil dibandingkan dengan metode yang lainnya karena sumber utama suplai pil adalah tenaga lapangan serta didistribusikan secara gratis tanpa mengeluarkan biaya( Maryatun, 2009).
Penelitian yang lain yang dilakukan oleh Adamchack di Nepal menunjukkan bahwa perbaikan dalam pelayanan kontrasepsi dan penyediaan akses yang mudah secara signifikan dapat meningkatkan proporsi pemakaian kontrasepsi yang akhirnya akan memberikan pilihan terhadap pengaturan kelahiran dan ukuran keluarga (Maryatun, 2009). Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa sebagian besar responden yang pernah mendapat informasi tentang metode kontrasepsi dari petugas kesehatan sebanyak 36 orang (75,0%). Menurut Muliadi (2008) terdapat berbagai upaya untuk memperoleh pengetahuan berupa informasi, misalnya bertanya kepada orang lain atau yang dianggapnya lebih tahu, melakukannya dengan indra, akal sehat, insting atau dengan percobaan (Cawangie, 2009). Diantara orang yang biasa dianggap penting bagi individu adalah orang yang lebih mengerti di bidangnya contohnya tenaga kesehatan (Azwar, 2005).
Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Metode Kontrasepsi.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa sebagian besar responden berpengetahuan sedang tentang metode kontrasepsi sebanyak 41 orang (85,4%). Sedangkan, berdasarkan hasil analisis pengetahuan tentang metode kontrasepsi kalender sebagian besar responden berpengetahuan tinggi sebanyak 27 orang (56,3%), sebagian besar responden berpengetahuan tinggi tentang metode kontrasepsi kap vagina sebanyak 37 orang (77,1%), sebagian besar responden berpengetahuan tinggi tentang metode kontrasepsi kondom vagina sebanyak 26 orang (54,2%), sebagian besar responden berpengetahuan tinggi tentang metode kontrasepsi spermisida sebanyak 23 orang (47,9%), sebagian besar responden berpengetahuan tinggi tentang metode kontrasepsi AKDR sebanyak 38 orang (79,2%), sebagian besar responden berpengetahuan tinggi tentang metode kontrasepsi implant sebanyak 30 orang (62,5%), sebagian besar responden
berpengetahuan tinggi tentang metode kontrasepsi pil sebanyak 46 orang (95,8%) dan sebagian besar responden berpengetahuan tinggi tentang metode kontrasepsi suntik sebanyak 34 orang (70,8%)
Berdasarkan data Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) 2010, penggunaan kontrasepsi pada wanita usia 10-49 tahun yang berstatus kawin hanya sebesar 55,85%. Dibandingkan pada 2007 yang mencapai 61,4%, tentu ini mengalami penurunan
dari tahun 2010.Penelitian yang dilakukan
oleh Robanah di Puskesmas Mojolangu kota Malang bahwa hampir setengah responden sebesar 48,98% tentang metode kontrasepsi adalah cukup. Namun dari
hasil penelitian Syamsiah tahun 2002 bahwa tidak adanya hubungan antara pengetahuan akseptor KB dengan pemilihan alat kontrasepsi. Pada penelitian yang dilakukan Syamsiah responden yang berpengetahuann tinggi dan rendah memiliki presentase yang sama dalam kesesuaian pemilihan alat kontrasepsi, dengan nila p = 1,000.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta (2013) bahwa sebagian besar responden berpengetahuan rendah tentang metode kontrasepsi spermisida sebanyak 23 orang (47,9%) karena metode kontrasepsi ini tergolong baru diketahui atau didengar dan tidak semua apotik atau klinik menyediaan metode kontrasepsi tersebut sehingga jarang dipilih oleh responden. Sedangkan metode kontrasepsi pil KB banyak diketahui oleh responden sebesar 95,8% karena metode kontrasepsi ini ekonomis, mudah didapatkan, tidak memerlukan resep dokter, tanpa memerlukan pemeriksaan medis dan mempunyai komplikasi yang ringan sehingga banyak digunakan. Jika dilihat dari penelitian sebelumnya maka ada kesamaan antara hasil penelitian peneliti dengan penelitian
oleh Syamsiah bahwa pengetahuan tentang metode kontrasepsi sedang atau cukup sehingga primipara cenderung memilih metode kontrasepsi sesuai pengetahuan yang dimiliki dan yang paling ringan komplikasinya, seperti pil KB.
Gambaran Sikap Responden Tentang Metode Kontrasepsi
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa responden yang bersikap negatif terhadap metode kontrasepsi sebanyak 28 orang (42%). Lingkungan sosial memengaruhi penggunaan kontrasepsi dan pemilihan alat kontrasepsi (BKKBN, 2008). Dorongan atau motivasi yang diberikan kepada istri dari suami, keluarga ataupun lingkungan, sangat mempengaruhi kemantapan ibu dalam menggunakan suatu metode kontrasepsi ( Manuaba, 1998 ). Penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain menunjukkan bahwa suami, teman sebaya dan orang tua semua bisa mempengaruhi pilihan kontrasepsi perempuan, dan bahwa pengaruh ini berbeda dengan paritas perempuan. Jika seorang wanita percaya bahwa suaminya mendukung kontrasepsi, kemungkinan dia menggunakan metode kontrasepsi meningkat, sebaliknya, ketika seorang wanita merasa gugup tentang berkomunikasi dengan suaminya tentang kontrasepsi atau suaminya membuat pilihan kontrasepsi, kemungkinan dia menggunakan metode kontrasepsi menurun. Pendapat negatif sesepuh tentang kontrasepsi juga terkait dengan kemungkinan perempuan penurunan penggunaan kontrasepsi, mungkin karena hormat. Budaya yang ada seperti di Kamboja, di mana sudut pandang orang tua sangat dihargai, sikap negatif mereka terhadap kontrasepsi dapat menimbulkan hambatan yang signifikan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Syamsiah tahun 2002 yang mengungkapkan adanya pengaruh dukungan suami dengan pemilihan alat
kontrasepsi dengan nilai p = 0,000. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa responden dengan dukungan suami lebih banyak dari yang lainnya. Pada hasil penelitian Syamsiah responden yang tidak mendapatkan dukungan dari suami dalam pengambilan keputusan pemilihan alat kontrasepsi lebih banyak yang tidak sesuai yaitu sebanyak 95,8%.
Penelitian yang dilakukan oleh Duong tahun 2005 di Mexico menunjukkan bahwa pengaruh suami dalam penggunaan alat kontrasepsi pada wanita adalah sebesar 33% wanita menolak memakai alat kontrasepsi setelah pasca persalinan karena tidak mendapatkan dukungan dari suami. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Iran yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan suami adalah faktor yang paling berpengaruh dalam menggunakan metode kontrasepsi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sendiri (2013), Syamsiah (2002), Duong (2005) dan di Kamboja bahwa adanya kesamaan sikap yang negatif dari responden, hal ini terjadi karena kurangnya dukungan dan pengetahaun suami tentang metode kontrasepsi. Efek yang ditimbulkan dari sikap positif tentang metode kontrasepsi yaitu dapat meningkatkan kesehatan reproduksi wanita sedangkan efek dari sikap yang negatif dapat dirasakan bagi keluarga itu sendiri misalnya, keterbatasan biaya untuk menghidupi anak-anaknya sedangkan secara global dapat meningkatkan laju pertumbuhan penduduk.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut bahwa sebagian besar responden berumur dewasa tua sebesar 54% dan berpendidikan tinggi sebasar 58% serta memiliki pekerjaan sebagai PNS/ABRI sebesar 31%. Sebagian besar responden adalah pernah mendapat informasi tentang metode kontrasepsi sebesar 98% dan pernah
mendapat informasi dari petugas kesehatan sebesar 75,0%. Sebagian besar responden berpengetahuan sedang tentang metode kontrasepsi sebesar 85,4%. Namun sebagian besar responden bersikap negatif tentang metode kontrasepsi sebesar 58%. Referensi
Anggraini, Fitri., (2011). Pengetahuan
PUS yang bukan klien KB aktif tentang alat kontrasepsi di Desa Sambirejo. Kec. Binjai. Kabupaten
Langkat. http://pasca.
unhas.ac.id/jurnal/files/54c27efa07c1 161ff9abefbd3dc49d3c.pdf. di unduh 8 Juli 2013
Arum & Sujiyatini. (2008). Panduan
lengkap KB terkini. Yogyakarta: Mitra
Cendikia
Bernadus., Madianung., Masi., (2012 ).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) bagi akseptor
KB Di Puskesmas
Jailolo.https://docs.google.com/mail,
di unduh 8 Juli 2013
BKKBN. (2004). Informasi pelayanan
kontrasepsi. Jakarta: BKKBN
BKKBN. (2006). Partisipasi pria dalam
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi,Jakarta
Cawangie, A.S. (2009). Hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan pandangan terhadap metode KB alami pada mahasiswi kebidanan universitas respati indonesia tahun 2009.
http://lontar.ui.ac.id/opac/ui/template.j ps?inner diunduh 2 April 2013
Fienalia., (2012)., Faktor-faktor yang
benhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2011
Henny., (2009)., Hubungan pengetahuan
dan sikap ibu PUS akseptor kontrasepsi non hormonal di Desa Telaga Sari Kecamatan Tanjung Morawa:
http://repository.usu.ac.id/handle/1234 56789/14253, di unduh 8 Juli 2013 Junita., (2008)., Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemakaian alat
kontrasepsi pada istri PUS di Kecamatan Rambah Samo Kabupaten
Rokan Hulu:
http://repository.usu.ac.id/handle/1234 5678/6641, di unduh 8 Juli 2013 Manuaba, dkk., (2010). Ilmu kebidanan,
penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan. Edisi 2. Jakarta:
EGC
Maryatun., (2009)., Analisis faktor-faktor
pada ibu yang berpengaruh Terhadap pemakain metode kontrasepsi IUD
di Kabupaten Sukoharjo.
https://docs.google.com/mail. di unduh 8 Juli 2013
Melvida, G. (2010). , Analisis faktor yang
berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi pada PUS di Desa Sukadame Kecamatan Tigapanah
Kabupaten Karo,
http://repository.usu.ac.id/handle/1234 56789/20581, di unduh 8 Juli 2013 Notoatmodjo, S. (2007). Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku
kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Robanah., Neneng., Siti., (2011 )., Hubungan tingkat pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi suntik dengan sikap pemilihan kontrasepsi suntik di Puskesmas
http://fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownlo ad/keperawatan/majalah%20Neneng% Siti%Robanah.pdf, di unduh 8 Juli 2013
Selli., Dosriani,. Sitopu., (2012).
Hubungan pengetahuan akseptor
keluarga berencana dengan
penggunaan alat kontrasepsi di
Puskesmas Helvetia Medan .
http://uda.ac.id/jurnal/files/jurnal%20 bu%20selly20vol%2022-%FIK.pdf, diunduh 8 Juli 2013