• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Humas Pemerintah Kota Makassar dalam Mengimplementasikan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Komunikasi Humas Pemerintah Kota Makassar dalam Mengimplementasikan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

i

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sosial Jurusan Ilmu Komunikasi

Pada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar

Oleh

M U I S NIM. 50700109044

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN ALAUDDIN MAKASSAR

(2)

ii

Nama : Muis

NIM : 50700109044

Tempat/Tgl. Lahir : Peawan, 5 Juni 1990 Jur/Prodi/Konsentrasi : Ilmu Komunikasi

Fakultas/Program : Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Alamat : Jl. Muh. Yamin Baru Makassar

Judul : Strategi Komunikasi Humas Pemerintah Kota Makassar Dalam Mengimplementasikan UU NO. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata, Gowa … Desember 2014 Penyusun,

M U I S

(3)

iii

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul, “Strategi Komunikasi Humas Pemerintah Kota Makassar Dalam Mengimplementasikan UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik” memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuh syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidangmunaqasyah.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.

Samata, Gowa 16 Oktober 2015 Pembimbing I

Abdul Jalil, S.Ksi.,M.Ikom NIP. 092307302

Pembimbing II

Dra.Asni Djamareng, M.Si NIP. 196410131994403200 2

(4)

iv

Keterbukaan Informasi Publik”, yang disusun oleh Muis, NIM. 50700109044, mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada Hari Jumat Tgl 14, Bulan Agustus 2015, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Komunikasi (dengan beberapa perbaikan).

Samata, Gowa 16 Oktober 2015

DEWAN PENGUJI

Ketua : Rahmsia Tasruddin,S.Ag.,M.Si ( )

Sekretaris : Dra. Audah Mannan, M.Ag ( )

Munaqisy I : Mudzhira Nur Amrullah, S.Sos.,M.Si( )

Munaqisy II : Dra. Audah Mannan, M.Ag ( )

Pembimbing I : Abdul Jalil,S.Ksi.,M.Ikom ( )

Pembimbing II : Dra. Asni Djamereng, M.Si ( )

Diketahui oleh :

Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar,

Dr.H.Rasid Masri,S.Ag.,M.Si.,MM

(5)

v

Segala puji bagi Allah swt atas rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Strategi Komunikasi Humas Pemerintah Kota Makassar Dalam Mengimplementasikan UU NO. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik”. Salam dan salawat kepada reformis sejati Rasulullah Muhammad saw, beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan S1 (Strata 1) pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa banyak pihak yang telah berkontribusi. Karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah mendoakan, membantu dan mendukung penulis sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan.

1. Bapak Prof.Dr.H.Mustafir Pababbari M.Si Selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, serta Bapak Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT., M.S, SELAKU Mantan Rektor UIN Alauddin Makassar.

2. Dr.H.Rasid Masri,S.Ag.,M.Si.,MM, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, Serta,para Dosen/tenaga pengajar Fakultas Dakwah dan Komunikasi

3. Ramsiah Tasruddin,S. Ag., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, dan Dra. Audah Mannan, M. Ag, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, dengan rasa tulus

(6)

vi

M.Si, selaku Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu mengarahkan serta membimbing penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik. 5. Kepada seluruh Pengelola Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Alauddin atas kontribusinya kepada peneliti dalam membantu menyediakan berbagai literatur ilmiah.

6. Kepada seluruh Staff Jurusan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

7. Ayahanda Ama dan Ibunda Rama’isa tercinta selaku orang tua penulis yang selalu menberikan motivasi dan semagat kepada anandanya selama melaksanakan pendidikan

8. Saudara dan Saudariku, Bahtiar, Kusmin, ST, Hiswati, S.Pd, Abd Kadir Tersayang yang telah banyak bemberikan bantuan baik morial maupun material selama penulis menempuh pendidikan.

9. Rekan-rekan seperjuagan Ilmu komunikasi 2009.

10. Rekan-rekan seperjuagan HPMM Kom.Uin Aluddin Makassar 2013-2014 dan PP- HPMM 2011-2013

Samata, Gowa … Desember 2014

M U I S

(7)

vii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .. ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL/GAMBAR ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 5

D. Kajian Pustaka ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Strategi Komunikasi ... 12

B. Efektifitas Komunikasi ... 16

C. Peran dan Fungsi Hubungan Masyarakat ... 19

D. Gambaran Umum Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 30

B. Pendekatan Penelitian ... 31

(8)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Humas Pemerintah Kota Makassar ... 35 B. Strategi komunikasi Humas Pemerintah Kota Makassar dalam upaya

mengoptimalkan pelayanan informasi publik .. ... 43 C. Faktor penghambat Humas Pemerintah Kota Makassar dalam

mengimplementasikan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik .. . 56 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61 B. Implikasi Penelitian... 62 DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Administrasi Penelitian .. ... 65 B. Pedoman Wawancara ... 74 C. Dokumentasi Foto .. ... 78 RIWAYAT HIDUP

(9)

ix Keterbukaan Informasi Publik

Penelitian ini mengangkat tema tentang “Strategi Komunikasi Humas Pemerintah Kota Makassar Dalam Mengimplementasikan UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik”. Pokok permasalahan penelitian ini adalah 1) bagaimana strategi komunikasi Humas Pemerintah Kota Makassar dalam upaya mengoptimalkan pelayanan informasi publik, dan 2) bagaimana faktor penghambat Humas Pemerintah Kota Makassar dalam mengimplementasikan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU-KIP).

Untuk menjawab permasalahan yang dimaksud, digunakan metode penelitian kualitatif yang berorientasi lapangan (field research) dengan menerapkan metode pengumpulan data wawancara mendalam, observasi, dokumentasi, dan penggunaan data-data relevan, baik berupa profil Humas Pemerintah Kota Makassar, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP), Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (ILPPD), grafis/foto kegiatan Humas Pemerintah Kota Makassar dan sebagainya.

Hasil penelitian ini mengajukan kesimpulan, Pertama; Humas Pemerintah Kota Makassar menerapkan strategi komunikasi dalam bentuk perencanaan komunikasi dan penerapan konsep manajemen komunikasi, yaitu, a) Perencanaan, adalah perumusan kebijakan, peraturan dan perundang-undangan terkait tiga peraturan pelaksanaan UU KIP yang dirumuskan secara bersama lembaga pemerintah pusat dan daerah sebagai dasar hukum dan konsep pelaksanaan KIP, b) Pengorganisasian atau mengorganisir perangkat kerjanya agar konsep dan strategi komunikasi yang direncanakan sebelumnya dapat berjalan secara efektif dan efisien, c) Pelaksanaan atau implementasi UU KIP dalam aspek pelayanan informasi publik: publikasi informasi proaktif melalui multimedia, dan Publikasi informasi proaktif melalui tatap muka. Kedua; Faktor penghambat Humas Pemerintah Kota Makassar dalam mengimplementasikan UU KIP antara lain menunjukkan indikasi; a) adanya kecenderungan subjektivitas para pejabat PPID pada tata cara penolakan permintaan informasi serta penetapan informasi yang dapat atau tidak dapat diakses publik, b) Praktik permintaan dan pelayanan informasi belum sampai pada level kesadaran terhadap adanya hak publik untuk mendapatkan informasi, dan permintaan informasi atau pelayanan cenderung masih dalam kerangka pekerjaan.

Penelitian ini menunjukkan beberapa implikasi yang perlu ditindaklanjuti, yaitu a) salah satu proses yang menunjang Humas Pemerintah Kota Makassar adalah perlunya koordinasi program lintas sektor sesuai ketetapan peraturan pemerintah pusat dan daerah, b) perlunya diadakan secara rutin pertemuan Badan Koordinasi Humas (Bako Humas), dimana akses informasi yang dibutuhkan oleh pejabat Humas, PPID serta seluruh elemen masyarakat dapat diperoleh dari pertemuan tersebut, c) penelitian ini perlu dilanjutkan oleh peneliti lainnya guna kesinambungan kajian tentang peran Humas Pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan pelayanan informasi sesuai amanat UU Keterbukaan Informasi Publik.

(10)

1 A. Latar Belakang

Seiring perkembangan arus reformasi birokrasi dan era keterbukaan informasi publik, peran Humas semakin penting dan strategis dalam kinerja pemerintahan. Sebagai komunikator publik, Humas pemerintah harus menjaga citra lembaganya, memberikan pelayanan dan mengkomunikasikan pesan atau menyebarluaskan informasi kepada masyarakat tentang kebijakan dan program kerja lembaganya.

Selain sebagai komunikator publik, Humas bertindak sebagai mediator yang proaktif dalam menjembatani kepentingan instansi pemerintah di satu pihak, dan menampung aspirasi serta memperhatikan keinginan-keinginan publiknya di lain pihak, dan berperan menciptakan iklim yang kondusif dalam pembangunan nasional.

Keberadaan Humas pemerintah sangat dibutuhkan oleh setiap instansi pemerintahan. Selain memiliki peran penting dalam mendukung tugas pemerintahan, Humas pemerintahan secara eksplisit diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor. 109/M.PAN/11/2005, Pasal 4 dikatakan:

Tugas pokok pranata Humas adalah melakukan kegiatan pelayanan informasi dan an, meliputi perencanaan pelayanan informasi dan ke-Humas-an, pelayanan informasi, hubungan kelembagake-Humas-an, hubungan personil, dan pengembangan pelayanan informasi dan ke-Humas-an.1

Pejabat Humas perlu memperhatikan bahwa dalam menjalankan aktivitas tugas dan fungsinya, hendaknya mampu memelihara nama baik institusi/lembaga, mampu melakukan pelayanan yang memadai, mampu menjalankan aktivitas yang

1Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor. 109/M.PAN/11/2005, Pasal 4

(11)

sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan informasi. Dalam hal ini, Humas pemerintah menyediakan dan memberikan informasi kepada mayarakat tentang kegiatan pemerintah yang akan dan sedang dilaksanakan.

Khususnya dalam mengelola informasi, Humas harus membuka diri terhadap informasi-informasi yang sangat diperlukan oleh publik (masyarakat) untuk dapat diakses, kecuali informasi yang tidak boleh disampaikan kepada publik sebagaimana tercantum dalam Pasal 17, Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, di antaranya:

1. Informasi yang dapat menghambat proses penegakan hukum;

2. Informasi yang dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat; 3. Informasi yang dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara; 4. Informasi yang dapat mengungkapkan ke kayaan alam Indonesia; 5. Informasi yang dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional; 6. Informasi yang dapat merugikan kepentingan hubungan luar negeri;

7. Informasi yang dapat mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir atau wasiat seseorang;

8. Informasi yang dapat mengungkapkan rahasia pribadi 9. Memorandum atau surat antar badan publik dan

10. Informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang-Undang.2

Dalam konteks hubungan masyarakat, pranata Humas berkomunikasi dengan masyarakat untuk memperoleh dukungan dan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan kebijakan publik serta menjalin hubungan baik dengan stakeholders. 2Undang-Undang Republik Indonesia dan Peraturan Pemerintah RI Tahun 2012 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Cet.1; Surabaya: Kesindo Utama, 2012), h. 305-308.

(12)

Dengan demikian Humas pemerintah harus membangun kepercayaan publik melalui jalur komunikasi dengan menunjukkan hasil kerja nyata dan menyusun strategi komunikasi efektif.

Namun kondisi umum yang dihadapi oleh pemerintah khususnya di sektor ke-Humas-an, mengindikasikan suatu permasalahan tentang kurang optimalnya kinerja Humas pemerintah, baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota. Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, dalam Pertemuan Tahunan Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat (Bako-Humas) di Makassar, Sulawesi Selatan tanggal 6 November 2012, mempersoalkan bahwa apakah semua Badan Publik Negara/pemerintah saat ini sudah melaksanakan tugas dan kewajiban yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik ini.3

Dari sisi struktural kelembagaan, Komisi Informasi baik Pusat maupun Provinsi yang ada baru 18 provinsi. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) seharusnya sudah terbentuk di semua Badan Publik, kenyataannya baru 24% yang telah membentuk. Menurut Tifatul Sembiring, ini akan berdampak dan berkorelasi langsung dengan kinerja Humas yang membidangi informasi dan komunikasi, yang pada gilirannya akan berdampak pada kinerja pemerintah itu sendiri.

Selain itu, data hasil survey beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika sendiri juga mengindikasikan bahwa dari aspek kelembagaan dan pelayanan informasi oleh Badan Publik masih belum berjalan secara maksimal. Berdasarkan kenyataan itu, dapat disimpulkan bahwa

3Kementerian Komunikasi dan Informatika, “Sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika”, Website Kementerian Komunikasi dan Informatika, http://web.kominfo.go.id/sites/default/files/sambutan (12 Februari 2014).

(13)

dalam hal pelayanan informasi yang dilaksanakan oleh satuan kerja Humas atau satuan kerja yang menangani informasi dan komunikasi, perlu mendapat perhatian.

Menyikapi beberapa hasil survey dan evaluasi terhadap pelaksanaan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, serta berbagai masukan, kritikan yang sering muncul, baik dari masyarakat, LSM, maupun pemerhati transparansi informasi, bahwa Badan Publik Pemerintah/Negara, khususnya Humas pemerintahan, harus memaksimalkan dan meningkatkan kualitas layanan informasi publiknya sebagai bentuk komitmen Badan Publik dalam menjalankan amanat UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah; bagaimana kinerja Humas Pemerintah Kota Makassar dalam mengimplementasikan Undang-Undang Keterbukaan informasi publik?. Adapun sub permasalahan yang diajukan adalah:

1. Bagaimana strategi komunikasi Humas Pemerintah Kota Makassar dalam upaya mengoptimalkan pelayanan informasi publik?

2. Apa yang menjadi faktor penghambat Humas Pemerintah Kota Makassar dalam mengimplementasikan Undang-Undang Keterbukaan informasi publik? C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Berpijak pada sub permasalahan yang diajukan di atas, maka fokus penelitian ini membahas tentang strategi komunikasi Bagian Humas Pemerintah Kota Makassar

(14)

dalam upaya mengoptimalkan pelayanan informasi publik, dan faktor penghambat Bagian Humas Pemerintah Kota Makassar dalam mengimplementasikan Undang-Undang Keterbukaan informasi publik.

2. Deskripsi Fokus a. Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi adalah gabungan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Fungsi dari strategi komunikasi adalah menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.4

b. Humas Pemerintah Kota Makassar

Hubungan Masyarakat (Humas) Pemerintah Kota Makassar merupakan salah satu unit kerja atau Badan Publik Pemerintah/Negara yang berada di tingkat Kotamadya. Humas pemerintahan secara eksplisit diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor. 109/M.PAN/11/2005. Pasal 4 dikatakan: Tugas pokok pranata Humas adalah melakukan kegiatan pelayanan informasi dan Humas-an, meliputi perencanaan pelayanan informasi dan ke-Humas-an, pelayanan informasi, hubungan kelembagaan, hubungan personil, dan pengembangan pelayanan informasi dan ke-Humas-an.

c. UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (UU-KIP) di Indonesia berawal dari inisiatif DPR RI berupa rancangan undang-undang kebebasan memperoleh informasi publik. Pada tahun 2005, RUU Kebebasan Memperoleh 4Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek (Cet. 21; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 32.

(15)

Informasi Publik (KMIP) diajukan kepada pemerintah untuk dimintakan tanggapan dan penyusunan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM). Dengan amanat Presiden, Menteri Komunikasi dan Informatika serta Menteri Hukum dan HAM membahas RUU tersebut bersama DPR RI. Pada akhirnya RUU KMIP disahkan pada sidang paripurna DPR RI pada tanggal 30 April 2008 menjadi Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang mulai berlaku efektif pada 30 April 2010.5

UU-KIP merupakan sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan Badan Publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik.

UU KIP mengatur kewajiban badan atau pejabat publik untuk memberikan akses informasi yang terbuka kepada masyarakat.6 Kewajiban untuk memberikan

informasi, dokumen dan data diintegrasikan sebagai bagian dari fungsi Bagiankrasi pemerintahan, diperkuat dengan sanksi-sanksi yang tegas untuk pelanggarannya. UU KIP juga mengatur klasifikasi informasi sedemikian rupa sebagai upaya untuk memberikan kepastian hukum tentang informasi-informasi yang wajib dibuka kepada publik, dan yang bisa dikecualikan dengan alasan tertentu.

5Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPPSDM) Kementerian Komunikasi dan Informatika,UU Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Turunannya(Jakarta: Modul Pelatihan Budaya Dokumentasi, 2012), h. 2.

6Keterbukaan informasi publik merupakan tanggung jawab dari semua pengelola badan publik kepada masyarakat, baik itu badan legislatif, eksekutif, yudikatif maupun organisasi non pemerintah yang bergerak dibidang publik (Lihat UU No. 14 tahun 2008 Pasal 1, tentang Klasifikasi Badan publik).

(16)

D. Kajian Pustaka

Pada bab ini akan diuraikan hasil perbandingan antara penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti dengan penelitian terdahulu yang relevan. Sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah UIN Alauddin 2013, tujuan kajian pustaka dimaksudkan untuk mengidentifikasi kemungkinan signifikansi dan kontribusi akademik dari penelitian yang dimaksud, dan untuk memastikan bahwa:

1. Pokok masalah yang akan diteliti belum pernah dibahas oleh peneliti lainnya 2. Pokok masalah yang akan diteliti mempunyai relevansi (sesuai atau tidak

sesuai) dengan sejumlah teori yang telah ada.7

Berdasarkan hasil kajian pustaka, ditemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dari mahasiswa yang membahas tentang Hubungan masyarakat (Humas) dengan keragaman perspektif pendekatan teori, metode dan perbedaan ruang lingkup kajian serta lokasi objek penelitian. Adapun empat hasil penelitian mahasiswa dari jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin yang dimaksud antara lain dijelaskan dalam tabel berikut ini.

7Muljono Damopolii, Pedoman Penelitian Karya Tulis Ilmiah; Makalah, Skripsi, Disertasi dan Laporan Penelitian(Cet. 1; Makassar: Alauddin Press, 2013), h. 13-14.

(17)

Perbandingan Penelitian Nama

Peneliti Judul / ObjekPenelitian PenelitianFokus

Pendekatan Teoretis / Jenis

penelitian Hasil Penelitian

SYAT IR (I lm u K om un ik as i FDK UI N 2012 ) PerananHumas Pemerintah DearahDalam Mensosialisasika n Kebijakan Otonomi Daerah di Kabupaten Bulukumba Bagaimana aktivitas dan Peranan Humas Pemerintah Dearah dalam mensosialisasik an pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Bulukumba? Pendekatan teori komunikasi organisasi. Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan datalibrarydan

field research Aktivitas Humas Pemda Bulukumba dinilai cukup baik, terutama menyangkut publikasi, monitoring, evaluasi respon masyarakat, mengolah data informasi serta memberikan penerangan kepada masyarakat. H IL NA (I lm u K om un ik as i FDK UI N 2013 ) StrategiHumas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Terhadap Pengembangan Wisata Pantai Marina di Kabupten Bantaeng Bagaimana strategi Humas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan faktor-faktor apa yang mendorong pengembangan pariwisata pantai Marina di Kabupaten Bantaeng? Pendekatan teori komunikasi informasi. Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan datalibrarydan

field research Strategi Humas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata adalah strategi operasional, pendekatan persuasif, edukatif, koordinatif, integratif, tanggung jawab sosial. Faktor pengembangan pariwisata adalah kontribusi ekonomi ke Penghasilan Asli Daerah (PAD), rehabilitasi kawasan sejarah, meningkatkan perekonomian masyarakat.

(18)

K AM SAR (I lm u K om un ik as i FDK UI N 2013 ) Humas-anDinas Komunikasi dan Informatika Makassar Terhadap Pelayanan Informasi Masyarakat Kota Makassar aktivitas dan faktor-faktor apa yang menghambat kegiatan ke-Humas-an Diskominfo dalam pelayanan informasi? teori komunikasi dan informasi. Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan datalibrarydan

field research pelayanan informasi Humas Diskominfo antara lain CAP dan M-PLIK, layanan media centre, Tabloid Makassar Info. Faktor penghambat adalah jaringan akses internet, tidak adanya buku panduan meteri dan alat dokumentasi laporan, infrastruktur dan SDM. ANDI AG US RI ADY (I lm u K om un ik as i FDK UI N 2014 ) PeranHUMAS dan Infokom Pemerintah Kabupaten BoneDalam Mensosialisasika n Peraturan Daerah Bagaimana peran dan faktor penghambat dan pendukung Humas dan Infokom dalam mensosialisasik an Perda di Kabupaten Bone? Pendekatan teori komunikasi dan informasi. Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan datalibrarydan

field research

Peran Humas dan Infokom Pemerintah Kabupaten Bone dalam sosialisasi Perda adalah sebagai komunikator dalam proses sosialisasi dengn menggunakan media massa, serta melakukan monitoring dan evaluasi. Faktor penghambat adalah keterbatasan ruang gerak HUMAS dan faktor pendukung adalah kualitas SDM dan sinergitas media massa.

Sumber: Olah data Kajian Pustaka – hasil penelitian mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Angk. 2012 s/d 2014.

(19)

Letak perbedaan penelitian ini dengan keempat penelitian tersebut di atas antara lain pada aspek objek penelitian, yakni peneliti memilih Humas Pemerintah Kota Makassar sebagai objek studi. Sedang fokus analisis yang diketengahkan adalah terkait dengan strategi komunikasi Humas Pemerintah Kota Makassar dalam mengoptimalkan pelayanan informasi publik. Selain itu peneliti berupaya mengidentifikasi faktor-faktor penghambat Humas Pemerintah Kota Makassar dalam mengimplementasikan Undang-Undang Keterbukaan informasi publik.

Adapun pendekatan teori yang digunakan adalah teori komunikasi yang berkaitan dengan efektifitas komunikasi, teori fungsional organisasi (hubungan masyarakat) dan deskripsi umum tentang Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Sedangkan aspek metodologi yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang berorientasi lapangan (field research). E. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang dijelaskan terdahulu, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui strategi komunikasi Humas Pemerintah Kota Makassar dalam upaya mengoptimalkan pelayanan informasi publik.

b. Mengetahui faktor penghambat Humas Pemerintah Kota Makassar dalam mengimplementasikan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik 2. Kegunaan penelitian

a. Kegunaan ilmiah hasil penelitian ini diharapkan berkontribusi terhadap perkembangan ilmu komunikasi, khususnya penerapan teori strategi komunikasi dalam kinerja Humas pemerintahan.

(20)

b. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan positif bagi Pemerintah Kota Makassar, terutama bagi praktisi Humas dalam upaya mengoptimalkan pelayanan informasi publik.

(21)

12 A. Strategi Komunikasi

Pengertian strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan.1 Sedangkan pengertian

komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis.Articommunisdisini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Secara terminologis istilah komunikasi berarti proses penyampaian pesan atau suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.2

R. Wayne Pace, Brent D. Peterson dan M. Dallas Burnett menyatakan bahwa tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas:

a. To secure understanding yakni memastikan bahwa komunikan dapat mengerti komunikasi yang diterimanya

b. To estabilish acceptionce yakni ketika penerima sudah memahami pesan yang sedah diterimanya, maka selanjutnya pesan yang diterima tersebut harus dibina

c. To motivate actionsyakni pesan yang diterima kemudian dimotivasikan.3 Berdasarkan kedua pengertian di atas, maka strategi komunikasi adalah gabungan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus mampu 1Anwar Arifin,Strategi Komunikasi; Sebuah Pengantar Ringkas (Cet. 3; Bandung: Armico, 1984), h. 58-59.

2Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Cet. 3; Jakarta; Grasindo, 2006), h. 5. Lihat juga Onong Uchjana Effendy,Dinamika Komunikasi(Cet. 7, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 4.

(22)

menunjukkan operasionalnya secara praktis, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu, bergantung kepada situasi dan kondisi.4

Menurut Onong Uchjana, strategi komunikasi baik secara makro maupun mikro memiliki fungsi menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.5

Strategi komunikasi bersifat makro dalam prosesnya berlangsung secara vertikal atau dari atas ke bawah (top down). Para komunikator yang berada pada puncak kelembagaan komunikasi, misalnya dalam kelembagaan Negara, apakah dari pihak eksekutif, legislatif, maupun yudikatif menggunakan media massa maupun media lainnya melalui jenjang hirarki menurun ke bawah, dan juga kadang melalui jenjang dari bawah ke atas (bottom up). Dalam kenyataan di lapangan komunikasi melalui jenjang dari bawah ke atas tidak selancar komunikasi yang dilakukan dari jenjang dari atas ke bawah.6

Strategi komunikasi dalam kaitannya dengan sistem komunikasi, berbicara mengenai sistem masyarakat dan berbicara tentang manusia. Karena itu pendekatannya dilakukan secara makro dan secara mikro, baik prosesnya secara vertikal maupun horizontal. Secara makro sistem komunikasi menyangkut sistem pemerintah, sedangkan secara mikro menyangkut sistem nilai kelompok. Secara makro menyangkut strategi komunikasi, secara mikro menyangkut operasi komunikasi.

4Onong Uchjana Effendy,Ilmu Komunikasi, h. 32. 5Onong Uchjana Effendy,Dinamika Komunikasi, h. 28.

6Arifuddin Tike, Dasar-Dasar Komunikasi; Suatu Studi dan Aplikasi (Cet, I; Yogyakarta: Kota Kembang Yogyakarta, 2009), h. 57-58.

(23)

Dalam hubungannya dengan sistem komunikasi, bila ditinjau secara makro vertikal, jelas di satu pihak sistem komunikasi itu dipengaruhi oleh sistem pemerintahan. Di lain pihak dipengaruhi oleh penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi komunikasi, terutama media elektronik mutakhir, antara lain televisi, video, dan satelit komunikasi.7

Banyak teori komunikasi yang sudah diketengahkan oleh para ahli, tetapi teori yang memadai untuk dijadikan pendukung strategi komunikasi ialah yang dikemukakan oleh Harold Lasswell bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Say What In Which Channel To Whom With What Effect”.8

Gambar 2.1

Model Komunikasi oleh Lasswell

a. Who : Siapakah komunikatornya b. Say What : Pesan apa yang dinyatakan c. In Which Channel : Media apa yang digunakan d. To Whom : Siapa komunikannya

e. With What Effect : Efek apa yang diharapkannya

7Arifuddin Tike,Dasar-Dasar Komunikasi,h. 65-70

8Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar (Cet. 12, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 147, Hafied Cangara,Pengantar Ilmu Komunikasi (Cet. 13; Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 46, Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 17, dan Onong Uchjana Effendy,

Dinamika Komunikasi, h. 30.

Effect

(24)

Rumus Lasswell ini tampaknya sederhana saja. Tetapi jika dikaji lebih jauh pertanyaan “efek apa yang diharapkan”, secara implisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama. Pertanyaan tersebut ialah:

a. When : Kapan dilaksanakannya b. How : Bagaimana melaksanakannya c. Why : Mengapa dilaksanakan demikian

Tambahan pertanyaan tersebut dalam strategi sangat penting karena pendekatan terhadap efek yang diharapkan dari suatu kegiatan komunikasi bisa berjenis-jenis, yakni;Information,Persuaion, Instruction.

Dalam perkembangan selanjutnya, model komunikasi Lasswell tersebut di atas dikembangkan oleh Shannon dan Weaver, terutama dalam proses komunikasi elektronika. Selain itu, Miller dan Cherry sebagaimana yang dikutip Schramm dan Hafied Cangara,9 menerapkan teori tersebut untuk menganalisa proses komunikasi

antarmanusia sebagaimana terlihat dalam gambar berikut. Gambar 2.2

Unsur-Unsur Komunikasi oleh Miller dan Cherry

9Hafied Cangara,Pengantar Ilmu Komunikasi, h. 26.

Effect

Sumber Pesan Media Penerima

Umpan Balik

(25)

Dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi komunikan/khalayak. Itulah sebabnya maka langkah pertama yang diperlukan ialah mengenal khalayak atau sasaran.10 Teori Melvin L. DeFleur tampaknya relevan membahas aspek komunikan

dalam proses komunikasi, antara lain; individual difference theory, social categories theory,social relationship theory, dancultural norms theory.11

B. Efektifitas Komunikasi

Imtiaz Hasnain menegaskan, bahwa salah satu aspek dari perspektif Islam terhadap komunikasi ialah penekanannya pada nilai-nilai sosial, religius, dan budaya.12 Dalam hubungan ini, perlu adanya prinsip-prinsip tegas agar proses

penyampaian pesan/informasi yang dapat membentuk suatu pendapat dan sikap, terhindar dari kesalahpahaman, dan sesuai dengan maksud (tujuan).

Dalam Al-Qur’an, komunikasi diartikan sebagai qaulan yaitu perkataan (asal kataqāla-yaqūlu-qaulan). Seperti kataqaulan ma’rufa danqaulan sadida dalam QS. An-Nisa/4: 5 dan 9.     Terjemahannya:

… dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”.13 10Anwar Arifin,Strategi Komunikasi, h. 58-59.

11Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi, h. 164-165, dan Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi,h. 30-31.

12Ahmad Sabban, “Efektivitas Komunikasi Perspektif Islam”, http://www.waspadamedan.com (16 November 2013).

13Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an(Cet. 6; Jakarta: Lentera Hati, Vol. 2, 2002), h. 355.

(26)

 

 Terjemahannya:

… dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.14

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud juga dijelaskan suatu upaya yang dilakukan Nabi saw dalam proses komunikasi untuk menyamakan arti atau makna pesan yang beliau sampaikan kepada sahabat, sehingga tidak terjadi salah pemahaman dalam komunikasi ataupun salah pengertian. “Aisyah ra berkata: Perkataan Rasulullah adalah ucapan yang sangat jelas, jika orang lain mendengarnya, pasti dapat memahaminya (HR:Abu Daud)”.15

Tujuan utama digunakannya komunikasi adalah terciptanya komunikasi efektif, yakni mampu melahirkan efek dari komunikasi seperti perubahan pendapat, sikap dan perilaku. Efektivitas komunikasi tidak hanya diukur dari aspek pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat, tetapi pada terjadinya perubahan dalam diri mereka untuk mendorong mereka melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan. Dengan demikian, komunikasi efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para pesertanya atau orang-orang yang sedang berkomunikasi.

Terkait beberapa indikator yang dapat memengaruhi efektivitas komunikasi, Deddy Mulyana memaparkan hasil kajiannnya, antara lain, sistem kepercayaan, sistem nilai, bahasa, gaya berkomunikasi, bahasa tubuh, lingkungan, dan waktu.16

14Quraish Shihab,Tafsir Al-Misbah, h. 355.

15Amar Suteja, “Proses Komunikasi Perspektif Hadist”, Blog Amar Suteja. http://amarsuteja.blogspot.com/2013/01/proses-komunikasi-perspektif-hadist.html (24 Oktober 2013).

(27)

Wilbur Schramm dalam karyanya, ”How Communications Works” menjelaskan beberapa kondisi sukses dalam proses komunikasi,17antara lain:

1. Pesan harus dirancangkan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian sasaran yang dimaksud

2. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga sama-sama dapat mengerti

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu

4. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok tenpat komunikan berada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehandaki

Menurut Wilbur Schramm, dikomunikasikannya suatu pesan tidak cukup dengan memperhatikan timing dan placing. Tetapi, bagaimana pun juga, menurut Rony dalam karyanya yang berjudul “Communication Planing and Strategy” dalam mengidentifikasikan isi pesan harus menentukan jenis pesan apa yang disampaikan. Ini bisa berupainformational message, atau instructional message,ataumotivational message.18

Dengan demikian, strategi komunikasi perlu disusun secara luwes, sehingga taktik operasional komunikasi dapat segera disesuaikan dengan faktor-faktor yang berpengaruh. Selain itu, untuk mencapai tujuan komunikasi secara efektif, strategi komunikasi perlu memahami sifat-sifat komunikasi dan pesan, guna dapat menentukan jenis media yang akan digunakan dan teknik komunikasi yang akan ditetapkan kemudian.19

17Onong Uchjana Effendy,Dinamika Komunikasi,h. 32-33. 18Onong Uchjana Effendy,Dinamika Komunikasi,h. 33. 19Onong Uchjana Effendy,Dinamika Komunikasi,h. 33-34.

(28)

C. Peran dan Fungsi Hubungan Masyarakat 1. Pengertian

Terdapat beragam pengertian mengenai hubungan masyarakat. Namun istilah Hubungan Masyarakat yang disingkat Humas, pengertiannya sering disamakan dengan public relation, yakni orang-orang yang mempunyai kaitan kepentingan dengan suatu organisasi yang melancarkan kegiatan public relation. Selanjutnya, ruang lingkup public relation itu diklasifikasikan menjadi internal public dan external public.20

Para praktisi hubungan masyarakat sedunia yang terhimpun dalam The International Public Relations Association (IPRA) bersepakat untuk merumuskan sebuah definisi yang diharapkan dapat diterima oleh semua pihak.

Hubungan masyarakat adalah fungsi manajemen yang dijalankan secara berkesinambungan dan berencana, di mana organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berusaha memperoleh dan membina pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada sangkut pautnya atau yang mungkin ada sangkut pautnya, dengan menilai pendapat umum di antara mereka dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan mereka, guna mencapai kerjasama yang lebih produktif dan untuk melaksanakan kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan melancarkan informasi yang berencana dan tersebar luas.21

The British Institute of Public Relations mendefinisikan fungsi hubungan masyarakat sebagai berikut; “upaya yang mantap, berencana dan berkesinambungan untuk menciptakan dan membina pengertian bersama antara organisasi dengan khalayaknya”.22

Dalam definisi-definisi tersebut secara implisit terdapat tiga fungsi dari hubungan masyarakat, yaitu:

20Onong Uchjana Effendy,Ilmu Komunikasi, h. 131. 21Onong Uchjana Effendy,Ilmu Komunikasi, h. 134. 22Onong Uchjana Effendy,Ilmu Komunikasi, h. 134.

(29)

dengan organisasinya

b. Menasehati para eksekutif mengenai cara-cara menangani pendapat umum yang timbul

c. Menggunakan komunikasi untuk memengaruhi pendapat umum.23

Dari uraian di atas jelas bahwa ciri utama public relation atau hubungan masyarakat adalah berlangsungnya komunikasi secara timbal balik. Secara spesifik, praktisi hubungan masyarakat diharapkan peka terhadap pendapat umum.

2. Ciri Hubungan Masyarakat

Untuk memperoleh kejelasan mengenai pengertian hubungan masyarakat maka ciri-ciripublic relationperlu dikemukakan sebagaimana berikut:

1) Komunikasi yang dilancarkan berlangsung dua arah secara timbal balik 2) Kegiatan yang dilakukan terdiri atas penyebaran informasi, penggiatan

persuasi dan pengkajian pendapat umum

3) Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan organisasi tempat Humas menginduk

4) Sasaran yang dituju adalah khalayak di dalam organisasi dan khalayak di luar organisasi

5) Efek yang diharapkan adalah terbinanya hubungan yang harmonis antara organisasi dan khalayak.24

Berdasarkan ciri-ciri public relation tersebut jelas bahwa peran dan fungsi hubungan masyarakat adalah mendukung tercapainya tujuan organisasi dan dilaksanakan oleh seluruh insan dalam organisasi yang bersangkutan, mulai dari pimpinan sampai bawahan.

Untuk memperoleh kejelasan mengenai mengapa diadakan suatu hubungan masyarakat, dan bagaimana melakukan kegiatan ke-Humas-an, para ahli membagi Humas menjadi dua jenis pengertian sebagai berikut.25

23Onong Uchjana Effendy,Ilmu Komunikasi, h. 134-135. 24Onong Uchjana Effendy,Ilmu Komunikasi, h. 132.

(30)

1) Humas sebagaitechnique of communication

Kegiatan hubungan masyarakat pada hakikatnya adalah kegiatan komunikasi. Berbeda dengan kegiatan komunikasi lainnya, komunikasi yang dilancarkan oleh Humas mempunyai ciri-ciri tertentu yang disebabkan oleh fungsi Humas, sifat organisasi, dimana hubungan masyarakat itu dilakukan, sifat-sifat manusia yang terlibat, faktor-faktor ekstern yang memengaruhi dan sebagainya.

Ciri utama komunikasi dalampublic relationsebagaimana disinggung dimuka adalah komunikasi timbal-balik (two way traffic communication). Hubungan masyarakat dalam pengertian technique of communication mengandung arti bahwa kegiatan hubungan masyarakat dilakukan sendiri oleh seorang pemimpin, apakah ia pemimpin jawatan, perusahaan, instansi militer, lembaga, atau organisasi lainnya.

2) Humas sebagaistate of being

Pengertian state of being disini adalah keadaan wujud yang merupakan wahana kegiatan hubungan masyarakat dalam bentuk biro, bagian, seksi, urusan dan lain sebagainya. Penggunaan istilah tersebut bergantung pada struktur organisasi di mana hubungan masyarakat itu dilakukan.

3. Fungsi Manajemen Hubungan Masyarakat

Sasaran hubungan masyarakat adalah sasaran komunikasi manajemen. Dalam usaha mencapai tujuan manajemen secara efektif, manusia-manusia yang menjadi sasaran hubungan masyarakat dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni khalayak dalam (internal public) dan khalayak luar (external public).

a. Hubungan ke dalam

Hubungan ke dalam (internal public relation) pada umumnya adalah hubungan dengan para para karyawan/pegawai (employee relation). Jadi para

(31)

pemimpin organisasi atau kepala Humas harus berkomunikasi langsung dengan para karyawan atau pegawainya, senantiasa mengadakan interaksi atau kontak pribadi.

Humas sebagai representasi organisasi, harus menciptakan dan selanjutnya membina komunikasi dua arah secara timbal balik, baik komunikasi secara vertikal maupun komunikasi secara horisontal. Secara vertikal di satu pihak menyebarkan informasi seluas-luasnya kepada para karyawan/pegawai, di lain pihak menampung segala keluhan, tanggapan, espektasi para karyawan/pegawai, kemudian menyampikannya kepada pemimpin organisasi untuk memecahkan permasalahannya. Dengan demikian Humas dalam konteks hubungan ke dalam organisasi berfungsi sebagai mediator.26

b. Hubungan ke luar

Hubungan ke luar (external public relation) dilakukan dengan khalayak di luar organisasi. Khalayak yang harus menjadi sasaran pembinaan bergantung pada sifat dan ruang lingkup organisasi itu sendiri. Relasi perusahaan tidak sama dengan relasi jawatan pemerintahan. Meski demikian, ada beberapa khalayak yang sama-sama menjadi sasaran kegiatan semua organisasi sehingga harus senantiasa menjalin hubungan, yakni:

1) Hubungan dengan masyarakat sekitar (communitiy relation) 2) Hubungan dengan pemerintah (goverment relation)

3) Hubungan dengan pers (press relation).27

Ketiga aspek relasi tersebut mencakup kegiatan komunikasi yang harus dilakukan Humas dalam rangka membina hubungan yang harmonis dengan khalayak di luar organisasi.

26Onong Uchjana Effendy,Ilmu Komunikasi, h. 135-136. 27Onong Uchjana Effendy,Ilmu Komunikasi, h. 136-137.

(32)

D. Gambaran Umum Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik 1. Latar belakang

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 F disebutkan bahwa:

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh Informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, dan menyimpan Informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.28

Untuk memberikan jaminan terhadap semua orang dalam memperoleh informasi, maka perlu dibentuk undang-undang yang mengatur tentang keterbukaan informasi publik. Fungsi maksimal ini diperlukan, mengingat hak untuk memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia sebagai salah satu wujud dari kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis.

Salah satu elemen penting dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang terbuka adalah hak publik untuk memperoleh Informasi sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Hak atas informasi menjadi sangat penting karena makin terbuka penyelenggaraan negara untuk diawasi publik, penyelenggaraan negara tersebut makin dapat dipertanggungjawabkan.

Hak setiap orang untuk memperoleh informasi juga relevan untuk meningkatkan kualitas keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik. Partisipasi atau keterlibatan masyarakat tidak banyak berarti tanpa jaminan keterbukaan informasi publik.

28Undang-Undang Republik Indonesia dan Peraturan Pemerintah RI Tahun 2012 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, h.331.

(33)

Keberadaan Undang-Undang tentang Keterbukaan Informasi Publik sangat penting sebagai landasan hukum yang berkaitan dengan:

a. Hak setiap orang untuk memperoleh Informasi;

b. Kewajiban Badan Publik menyediakan dan melayani permintaan Informasi secara cepat, tepat waktu, biaya ringan/proporsional, dan cara sederhana;

c. Pengecualian bersifat ketat dan terbatas;

d. Kewajiban Badan Publik untuk membenahi sistem dokumentasi dan pelayanan Informasi.29

Lahirnya Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia berawal dari inisiatif DPR RI berupa rancangan undang-undang kebebasan memperoleh informasi publik. Pada tahun 2005, RUU Kebebasan Memperoleh Informasi Publik (KMIP) diajukan kepada pemerintah untuk dimintakan tanggapan dan penyusunan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM). Dengan amanat Presiden, Menteri Komunikasi dan Informatika serta Menteri Hukum dan HAM membahas RUU tersebut bersama DPR RI. Pada akhirnya RUU KMIP disahkan pada sidang paripurna DPR RI pada tanggal 30 April 2008 menjadi Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang mulai berlaku efektif pada 30 April 2010.30

29Undang-Undang Republik Indonesia dan Peraturan Pemerintah RI Tahun 2012 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, h.332.

30BPPSDM Kementerian Komunikasi dan Informatika, UU Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Turunannya. h. 1-2.

(34)

2. Asas dan Tujuan UU KIP

Asas atau prinsip dasar yang dijadikan landasan UU KIP adalah sebagai berikut:

a. Setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap Pengguna Informasi Publik.

b. Informasi Publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas.

c. Setiap Informasi Publik harus dapat diperoleh setiap Pemohon Informasi Publik dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana. d. Informasi Publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan

Undang-Undang, kepatutan, dan kepentingan umum didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah dipertimbangkan dengan saksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau sebaliknya.31

Secara lebih lengkap, tujuan disahkannya UU KIP adalah untuk:

1) Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputusan publik; 2) Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan

publik;

3) Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik;

31BPPSDM Kementerian Komunikasi dan Informatika, UU Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Turunannya. h. 2.

(35)

4) Mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan;

5) Mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak;

6) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan/atau

7) Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.32

3. Dasar Hukum Keterbukaan Informasi Publik

a) UU No. 14 TAHUN 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik b) UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik

c) UU No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan

d) Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2010 tentang Pelaksanaan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

e) Permendagri No. 35 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi dan Dokumentasi

f) Peraturan Komisi Informasi No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik

g) Peraturan Komisi Informasi No. 2 Tahun 2010 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik.

32BPPSDM Kementerian Komunikasi dan Informatika, UU Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Turunannya. h. 3.

(36)

4. Klasifikasi Informasi

UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik mengatur jenis dan klasifikasi informasi publik.33 Berdasarkan klasifikasinya, informasi publik

dibagi menjadi sebagai berikut:

a. Informasi yang wajib diumumkan secara berkala/reguler (pasal 9); 1) informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;

2) informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait; 3) informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau

4) informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Informasi ini wajib diumumkan paling lambat 6 bulan sekali.

b. Informasi yang wajib diumumkan secara serta merta (Pasal 10); Informasi yang masuk dalam kategori ini adalah informasi yang berkaitan dengan kebutuhan mendesak bagi hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum. Misalnya informasi tentang kemungkinan akan datangnya bencana alam dan penyebaran suatu penyakit ber-bahaya seperti flu burung, demam berdarah, dan sebagainya.

c. Informasi yang wajib tersedia setiap saat (Pasal 11);

1) Daftar seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasaannya; 2) Hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangannya;

3) Seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya;

4) Rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan Badan Publik;

5) Perjanjian Badan Publik dengan pihak ketiga;

33BPPSDM Kementerian Komunikasi dan Informatika, UU Keterbukaan Informasi Publik dan Peraturan Turunannya. h. 7-13.

(37)

6) Informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam pertemuan yang terbuka untuk umum;

7) Prosedur kerja pegawai Badan Publik yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat; dan/atau

8) Laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

d. Informasi yang dikecualikan (Pasal 17).

1) Informasi publik yang dapat menghambat proses penegakan hukum; 2) Informasi publik yang dapat mengganggu kepentingan perlindungan

hak atas kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha tidak sehat;

3) Informasi yang dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara;

4) Informasi publik yang dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia;

5) Informasi yang dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional; 6) Informasi yang dapat merugikan kepentingan hubungan luar negeri; 7) Informasi yang dapat mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat

pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang; 8) Informasi yang dapat mengungkap rahasia pribadi;

9) Memorandum atau surat-surat antar Badan Publik atau intra Badan Publik, yang menurut sifatnya dirahasiakan kecuali atas putusan Komisi Informasi atau pengadilan;

10) Informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan Undang-Undang.

(38)

29 A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi lapangan (field research).1 Menurut Burhan Bungin, jenis penelitian kualitatif bertitik tolak pada

paradigma subjektif fenomenologis, yang menekankan alur deskripsi dari induktif ke deduktif atau dari data menuju teori.2 Bogdan dan Taylor sebagaimana yang dikutip

oleh Moleong, mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.3

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini diselenggarakan di Kantor Pemerintah Kota Makassar, Jl. Ahmad Yani No. 2, Makassar, Sulawesi Selatan. Waktu tentatif penelitian yang digunakan dalam proses penelitian ini berkisar 3 bulan, sejak tahap observasi awal penelitian diselenggarakan pada April 2014, pasca penelitian lapangan bulan Oktober s.d November 2014, hingga tahap pengajuan hasil penelitian dalam sidang muaqasah

pada April 2015.

1Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Cet 1; Yogyakarta: Gadjah Mada University Perss, 2006), h. 121.

2Burhan Bungin,Penelitian Kualitatif(Cet. 2; Jakarta: Prenada Media Group, 2008) h. 3-28. Lihat juga Deddy Mulyana, Metode Penelitian Komunikasi; Contoh-Contoh Penelitian Kualitatif Dengan Pendekatan Paraktis(Cet. 1; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007).

3Lexy. J. Moleong,Metodologi Penelitian Kulalitatif (Cet. 15; Bandung: Rosdakarya, 2001), h. 3.

(39)

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang dimaksud terdiri atas dua perspektif, yakni pendekatan keilmuan dan pendekatan metodologis.4

Sesuai dengan orientasi akademik dan kompetensi peneliti, pendekatan keilmuan yang digunakan adalah ilmu komunikasi khususnya teori tentang strategi komunikasi, uraian teoretis tentang Kehumasan (public relation) dalam kerangka pelayanan informasi publik serta deskripsi Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Sedangkan aspek metodologi yang dimaksud adalah penelitian kualitatif yang berorientasi lapangan (field research).

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas dua rangkaian data, yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer yang dimaksud bersumber dari data lapangan berupa hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder adalah data tertulis berupa data-data literatur, misalnya karya tulis; skripsi, tesis dan disertasi, referensi buku ilmiah, majalah, surat kabar, dan bahan dokumentasi serta data tertulis lainnya yang relevan dengan orientasi penelitian. Kedua sumber data penelitian tersebut ditelusuri secara berkesinambungan hingga mencapai kesimpulan akhir yang valid dan reliabel.

4Muljono Damopolii, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah; Makalah, Skripsi, Disertasi

(40)

D. Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara mendalam

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai atau disebut informan. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam (indepth interview). Berikut adalah daftar informan yang dimaksud:

Tabel 3.1 Daftar Informan

No Nama Informan Profesi/Jabatan Ket

1. Tenri Ampa Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Makassar 2. Khaeruddin Kepala Sub Bagian Pengaduan Masyarakat

3. Ridha Rasyid Kepala Sub Bagian Dokumentasi 4. Muh.Hamzah Kepala Sub Bagian Pemberitaan

5 Azis Kuba Wartawan Harian Rakyat Sul-Sel

6 Didin Wartawan Harian Tempo

7 Sudirman Anggota LSM Demokrasi Sul-Sel

Adapun teknik yang digunakan dalam memilih informan adalah purposive sampling, yakni sampel yang ditentukan atas dasar pertimbangan tertentu.5 Dasar

pertimbangan yang dimaksud adalah a) menentukan atau mengidentifikasi informan yang memahami permasalahan, b) menentukan informan yang terlibat sebagai subjek 5Pawito,Penelitian Komunikasi Kualitatif(Cet. 2; Jogjakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2008), h. 88.

(41)

permasalahan, c) memadukan atau membandingkan informan yang tidak menganalisis kejadian menurut perspektif mereka.

2. Observasi

Teknik ini dilakukan secara sistematis. Dalam proses observasi, peneliti lebih memilih model observasi non-partisipan. Hal ini dimaksudkan agar tidak mempengaruhi kewajaran kelakuan objek yang diamati. Fokus observasi pada kinerja Bagian Humas Pemerintah Kota Makassar, dan juga hal-hal yang dianggap mendukung proses pengumpulan data, seperti lokasi, kondisi, dan lain sebagainya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi, yakni pengumpulan data dengan menggunakan dokumen atau arsip-arsip kelembagaan/instansi Pemerintah Kota Makassar sebagai sumber data. Terutama menyangkut kondisi obyektif obyek penelitian, baik berupa profil Humas Pemerintah Kota Makassar, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP), Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (ILPPD), grafis/foto kegiatan Humas Pemerintah Kota Makassar dan sebagainya (lihat Lampiran Dokumentasi Foto, h. 75-78).

E. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang relevan dengan aspek-aspek yang diteliti, diperlukan alat/instrumen pengumpulan data. Instrumen yang direncanakan meliputi daftar cek observasi dan panduan wawancara (lihat Lampiran Pedoman Wawancara, h. 71-74) yang disesuaikan dengan fokus penelitian.

(42)

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yang menggunakan pendekatan logika induktif, di mana data yang diolah berangkat dari hal-hal yang khusus dan bermuara pada hal-hal umum.6Adapun tahapan analisis data

disesuaikan dengan fokus masalah yang diteliti, sebagaimana berikut: 1. Klarifikasi data

Konseptualisasi hasil wawancara dalam bentuk transkrip yang diinterpretasi, kemudian diklarifikasi oleh informan. Selain itu, data observasi, telaah pustaka, dan sumber data lainnya tetap didiskusikan dengan informan guna memenuhi tingkat konsistensi dan kongruensi data (validitas internal).7

2. Reduksi data

Tahapan memilah data yang terkumpul yang sesuai dengan fokus penelitian. Memilah data dalam artian mengukur derajat relevansinya dengan maksud dan tujuan penelitian, dengan jalan penyederhanaan atau memadukan data yang tersebar, kemudian kembali mengeksplorasi data tambahan.

3. Penyajian data

Proses deskripsi informasi atau uraian naratif peneliti tentang temuan data penelitian. Data yang tersaji kemudian diringkas ke dalam bentuk bagan.

4. Konklusi dan verifikasi

Tahapan akhir analisis data dengan melibatkan kembali para informan untuk memenuhi kriteria validitas dan dapat dipertanggungjawabkan.

6Burhan Bungin,Penelitian Kualitatif,h. 66.

7Lincoln dan Guba serta Merriam mengistilahkan kongruensi untuk validitas internal dan konsistensi atau dependability untuk reliabilitas data penelitian kualitatif. Uraian selengkapnya lihat Burhan Bungin,Penelitian Kualitatif,h. 294-295.

(43)

34 A. Profil HUMAS Pemerintah Kota Makassar

1. Struktur Organisasi

Hubungan Masyarakat atau yang biasa disebut Humas merupakan salah satu unsur pendukung dalam Pemerintahan yang berada di bawah naungan Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Makassar. Dalam melaksanakan tugas, dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Struktur organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari:

a. Walikota dan Wakil Walikota b. Sekretaris Daerah

c. Asisten Bidang Pemerintahan: 1) Bagian Hukum

2) Bagian Organisasi dan Tatalaksana 3) Bagian Hubungan Masyarakat:

a) Sub Bagian Pengaduan Masyarakat b) Sub bagian Dokumentasi

c) Sub Bagian Pemberitaan

d. Asisten Bidang Ekonomi, Pembangunan dan Sosial: 1) Bagian Perekonomian dan Pembangunan

2) Bagian Kesejahteraan Rakyat 3) Bagian Pemberdayaan Perempuan e. Asisten Bidang Administrasi:

(44)

2) Bagian Kepegawaian 3) Bagian Keuangan 4) Bagian Perlengkapan

Gambar 4.1

Bagan Struktur Organisasi Bagian Humas Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Makassar

Sumber: Arsip Bagian Humas Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Makassar 2014

Walikota Makassar Ir. H. Mohammad Ramdhan Wakil Walikota Makassar Dr. Syamsu Rizal, MI, S.Sos.,M.Si

Asisten IV

H. Ruslan Abu, SH., MH Kepala Bagian Humas Tenri Ampa, S.Sos.,M.Si

Kasub Dokumentasi Ridha Rasyid, S.Sos Kasub Pengaduan

Khaeruddin H. S.Sos.,M.Si Kasub PemberitaanMuhammad Hamzah Sekretariat Daerah H. Ibrahim Saleh, SE.,MM

(45)

2. Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah

Sekretariat Daerah membantu Walikota dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Dalam melakukan tugas Sekretaris Daerah menyelenggarakan fungsi:

a. Pengkoordinasian perumusan kebijakan Pemerintah Kota.

b. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah.

c. Pembinaan organisasi, talaksanaan, keuangan, prasarana dan sarana. d. Pembina pegawai negri sipil daerah.

e. Penyelenggaraan administrasi pemerintah.

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas fungsinya.

3. Tugas Pokok dan Fungsi Hubungan Masyarakat

Hubungan Masyarakat mempunyai tugas pokok dan fungsi membantu Walikota dalam menjalankan pemerintahan. Dalam menjalankan tugasnya Bagian Humas mengadakan tugas pokok dan fungsi pada Bagian Humas Sekretariat Daerah Kota Makassar,1yaitu :

a. Bagian Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan kegiatan dan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan dan pengembangan hubungan masyarakat, untuk memperjelas kebijakan Pemerintah Kota.

1Lihat Peraturan Walikota Makassar Nomor 22 Tahun 2009, Tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural Sekretariat Daerah Kota Makassar, Pasal 47 Bagian Ketiga, Bagian Hubungan Masyarakat. Data observasi terhadap Peraturan Wali Kota Makassar yang diperoleh dari Asrul (Staf Subbag. Dokumentasi Bagian Humas Pemerintah Kota Makassar), 2 Oktober 2014.

(46)

b. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bagian Hubungan Masyarakat menyelenggarakan fungsi :

1) Penyiapan bahan perumusan kebijaksanaan teknis pembinaan pengembangan hubungan masyarakat;

2) Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program hubungan antar Pemerintah Daerah dengan masyarakat umum dan organisasi kemasyarakatan untuk memperjelas kebijakan dari kegiatan Pemerintah Kota;

3) Penyiapan bahan bimbingan pelaksanaan inventarisasi dan dokumentasi serta distribusi bahan-bahan penerbitan;

4) Penyiapan bahan bimbingan dalam rangka penyelenggaraan jumpa pers secara berkala;

5) Penyiapan bahan bimbingan pengumpulan informasi melalui media cetak/elektronik untuk memperoleh data/informasi yang benar;

6) Pengelolaan administrasi urusan tertentu. 4. Tugas Pokok dan Fungsi Sub-Sub Bagian Humas

a. Sub Bagian Pemberitaan

1) Sub bagian pemberitaan mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan data dalam rangka penyajian pemberitaan kegiatan pemerintah kota

2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1, sub bagian pemberitaan menyelenggarakan fungsi:

a) Melaksanakn penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan fungsinya

(47)

b) Melakukan penyajian pemberitaan kegiatan pemerintah kota baik melalui media cetak maupun media elektronik guna memperjelas kebijakan pemerintah kota

c) Melakukan usaha untuk mengesahkan pendapat umum dalam menunjang pelaksanaan kebijakan pemerintah kota makassar d) Mempersiapkan data/bahan dalam rangka menyelenggarakan

jumpa pers secara berkala

e) Mengumpulkan dan mempersiapkan bahan – bahan untuk sosialisasi kebijakan pemerintah kota makassar

f) Mempersiapkan bahan/data untuk pemberian tanggapan terhadap pembaca mass media

g) Melakukan monitoring perkembangan masyarakat baik melalui media cetak maupun elektronik

h) Melaksanakn tugas kedinasan lain yang diberikan atasan i) Menyusun laporan haisl pelaksanaan tugas

b. Sub Bagian Pengaduan Masyarakat

1) Subbagian pengaduan masyarakat mempunyai tugas menerima, menindaklanjuti serta mengkoordinasikan pengaduan masyarakat kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait;

2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Subbagian Dokumentasi menyelenggarakan fungsi :

a) Mempersiapkan mekanisme dan prosedur pengaduan masyarakat; b) Mengolah dan menganalisis informasi/pengaduan;

c) Mendata dan mencatat setiap pengaduan yang masuk; d) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan;

(48)

e) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas. c. Sub Bagian Dokumentasi

1) Sub bagian Dokumentasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan bahan – bahan pendokumentasian dalam rangka distribusi dalam penyebarluasan hasil – hasil kegiatan Pemerintah Kota.

2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimakdud pada ayat (1), Subbagian Dokumentasi menyelenggarakan fungsi :

a) Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas pokok dan fungsinya;

b) Mengumpulkan pemberitaan melalui media cetak (klipping) atas permasalahan Pemerintah Kota untuk memberikan informasi kepada pihak yang memerlukan;

c) Memelihara pengembangan masyarakat dalam bentuk tabel dan grafik sebagai bahan informasi;

d) Melakukan perekaman dan pembinaan dokumentasi;

e) Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka menghimpun, mensinkronasikan data/bahan informasi;

f) Menjaga kerahasiaan data yang dianggap rahasia oleh atasan; g) Mengumpulkan pemberitaan melalui media cetak (klipping) atas

permasalahan Pemerintah Kota dan untuk memberikan informasi bila ada pihak yang memerlukan.

h) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberitakan atasan. i) Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.

(49)

5. Visi dan Misi

Hubungan Masyarakat memiliki Visi dan Misi sebagai pendukung dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas.

a. Visi, ”Menjadikan Humas sebagai mediator informasi, publikasi, dan sosialisasi kebijakan pemerintah”.

b. Misi:

1) Meningkatkan peran dan Fungsi Humas dalam pendataan informasi. 2) Meningkatkan Peran serta dan partisipasi dalam kerangka

kesinambungan Kinerja Humas.

3) Mewujudkan citra ke-Humas-an yang lebih baik kedepan.

4) Meningkatkan kemampuan pengetahuan, keterampilan, serta disiplin staf.

5) Membangun komunikasi dan kerjasama secara bersinergis dengan media cetak dan media visual.

6) Memposisikan Humas sebagai Sentra informasi publikasi, dan Sosialisasi Kebijakan pemerintah

7) Menyebarluaskan Informasi atas kebijakan pemerintah secara internal dan Eksternal.

6. Tujuan, Sasaran dan Kebijakan

Hubungan Masyarakat memiliki tujuan, sasaran dan kebijakan sebagai pendukung dan tanggung jawab dalam menjalankan tugas.

a. Tujuan

1) Mengoptimalkan tugas pokok dan fungsi ke-Humas-an dalam menciptakan Sistem Informasi yang mampu menjembatani stakeholder.

(50)

2) Mengaplikasikan serta mengolaborasi potensi aparatur bagian Humas dalam Implementasi system informasi dan menejemen ke-Humas-an yang terintegrasi.

b. Sasaran

1) Menciptakan hubungan sinegritas antara aparat Bagian Humas dangan Wartawan dan Masyarakat pers pada umumnya.

2) Meningkatkan peran yang lebih strategis pada Bagian Humas sebagai Penyampaian informasi atas kebijakan pemerintah kota.

3) Meningkatkan kualitas penyajian suatu informasi serta melakukan pemantauan sikap masyarakat atas informasi yang diterima.

c. Kebijakan

1) Menetapkan system informasi internal Bagian Humas.

2) Menetapkan Distribusi Informasi, Publikasi serta sosialisasi melelui Pembangunan kemitraan Media Cetak, Wartawan, dan Masyarakat Pers Pada umumnya.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam pembelajaran Fiqh, seorang guru dapat menggunakan berbagai macam metode, dan media sesuai dengan materi yang diajarkan dengan tujuan mampu memberikan motivasi belajar

Ambeien stadium IV : Benjolan wasir yang keluar tidak dapat dimasukkan kembali ke dalam dubur meski sudah dibantu dengan dorongan jari dan biasa cenderung

Transmit Diversity terdiri dari de-multiplexing dan modulasi data ke dalam dua sinyal orthogonal, masing-masing dari transmisi sinyal orthogonal dari antena yang

Sedangkan pada [7], proses seleksi dilakukan dengan memilih titik-titik minutiae yang akan diproses berdasarkan area luasan tertentu pada citra sidik jari untuk

Dengan konsep kaca cermin yang digunakan menunjukkan bahwa karakter material cermin merupakan salah satu “perangkat” yang digunakan dalam aktivitas wanita untuk bersolek, maka

Kesimpulan penelitian ini sebagai berikut. Pertama, rata-rata komponen dari urutan tidak memenuhi sampai memenuhi adalah komponen indikator soal, kunci/kriteria, rumus

Hari wafatnya Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan hari duka tidak hanya bagi Warga Nahdlatul Wathan tetapi menjadi duka juga bagi ummat

Tekolabbua dukungan tokoh masyarakat dalam kategori sedang dengan rataan skor 61,0 sedangkan di Kelurahan Pundata Baji dalam kategori rendah dengan rataan skor 31,8.