• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mahasiswa, 2) DosenPembimbing I, 3) Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mahasiswa, 2) DosenPembimbing I, 3) Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1)

Mahasiswa, 2)DosenPembimbing I, 3)Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian

(2)

1)

Mahasiswa, 2)DosenPembimbing I, 3)Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian

ABSTRAK

Rini Anggriani Akuba / 6134 09 050. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Pengembangan Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) dan Keunggulan Komparatif di Kecamatan Dulupi dan Paguyaman Kabupaten Boalemo. Dibawah bimbingan Nurdin sebagai pembimbing I dan Fauzan Zakaria sebagai pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan untuk

pengembangan kakao (Theobroma cacao L.) di Kecamatan Dulupi dan Paguyaman

Kabupaten Boalemo, mengetahui faktor pembatas untuk pengembangan kakao di Kecamatan Dulupi dan Paguyaman Kabupaten Boalemo, menentukan luas lahan yang sesuai untuk pengembangan kakao di Kecamatan Dulupi dan Paguyaman Kabupaten Boalemo. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan bulan September 2013. Lokasi penelitian bertempat di Kecamatan Dulupi dan Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Penelitian ini menggunakan metode survey tingkat detail. Pengolahan data serta pembuatan peta dilakukan dengan menggunakan software Arc GIS 9.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kecamatan Dulupi dan Kecamatan Paguyaman memiliki kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kakao yaitu S2 (cukup sesuai) dengan luas 29051,86 ha atau 46,25 % dari luas daerah penelitian dan S3 (sesuai marginal) dengan luas 33766,39 ha atau 53,75 % dari luas daerah penelitian. Kesesuaian lahan tersebut memiliki faktor pembatas yaitu ketersediaan air, retensi hara, dan lereng. Keunggulan komparatif komoditi kakao, Kecamatan Paguyaman lebih berpotensi untuk pengembangan kakao dengan produksi 189,80 ton pada tahun 2012 atau 35,44% dari seluruh produksi di Kabupaten Boalemo. Sedangkan untuk Kecamatan Dulupi hanya 4,31 ton atau 0,80% pada tahun 2012.

(3)

1)

Mahasiswa, 2)DosenPembimbing I, 3)Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian

Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaan (performance) lahan

jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interprestasi, survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaannya serta berhubungan dengan evaluasi untuk satu penggunaan tertentu, seperti untuk budidaya padi, jagung dan sebagainya. Evaluasi kesesuaian mempunyai penekanan yang tajam, yaitu mencari lokasi yang mempunyai sifat-sifat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi atau penggunaannya, sementara evaluasi kemampuan sering dinyatakan dalam hubungan dengan pembatas-pembatas negatif, yang dapat menghalangi beberapa atau sebagian penggunaan lahan yang sedang dipertanyakan/pakan dipertimbangkan (Sitorus, 2004).

Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan

yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan sumber pendapatan petani, menciptakan lapangan kerja, mendorong pengembangan wilayah, dan

sebagai sumber devisa Negara (Manggabarani, 2006 dalam Jahuddin et al., 2008). Selain itu,

kakao mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan potensial untuk dikembangkan, karena kebutuhan dunia terhadap biji kakao terus meningkat. Hal ini menjadi dasar Pemerintah

Kabupaten Boalemo untuk menetapkan komoditi ini sebagai entry point dalam program

unggulan daerah sejuta kakao Boalemo (program GSK). Harapan besarnya adalah rakyat menjadi produktif dan mandiri, sehingga kesejahteraannya akan lebih meningkat.

Kecamatan Dulupi dan Kecamatan Paguyaman merupakan dua dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo yang termasuk daerah pengembangan tanaman kakao. Menurut Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Boalemo (2011), Kecamatan Dulupi merupakan daerah yang prospektif untuk pengembangan tanaman kakao dengan luas wilayah penanaman kakao yaitu 324 ha tetapi produksinya masih sangat kecil yaitu 3,24 ton. Sedangkan untuk Kecamatan Paguyaman yang merupakan sentra dari pengembangan tanaman kakao luas penanamannya terbesar di Kabupaten Boalemo dengan luas tanaman perkebunan kakao adalah 826 ha dan produksi 13,60 ton.

Guna meningkatkan produksi kakao salah satu cara yang dapat dilakukan dengan memperluas areal penanaman. Pengembangan komoditi ini tidak lepas dari ketersediaan dan kesesuaian lahannya. Oleh karena, akan dilakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk pengembangan tanaman kakao di Kecamatan Dulupi dan Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo.

(4)

1)

Mahasiswa, 2)DosenPembimbing I, 3)Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di sebagian wilayah Kabupaten Boalemo yaitu, di Kecamatan Dulupi dan Kecamatan Paguyaman. Sementara untuk pengolahan data dilakukan di Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UNG. Pelaksanaan penelitian ini dimulai bulan Mei-September 2013.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Bor Tanah, Clinometer, GPS (Global Positioning Sistem), Kalkulator, Kompas, Munsel Parang, Printer, Seperangkat

Komputer dengan Software Arc GIS 9.1 dan Alat Tulis Menulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu lahan atau wilayah atau lokasi, dan informasi penunjang lainnya adalah peta RBI, peta administrasi, peta tanah, peta topografi, peta penggunaan lahan, peta kelerengan, peta bentuk lahan, peta geologi, citra foto udara, data curah hujan, data hasil produksi tanaman Kakao, bahan-bahan kimia untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah di lapangan maupun laboratorium.

Metode Penetilitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey tanah tingkat detail. Survey tanah ini untuk keperluan operasioanal lapangan, misalnya pembagian suatu perkebunan ke dalam blok-blok, keperluan budidaya pertanian, dan perencanaan detil dari suatu wilayah desa hingga tingkat kecamatan. Skala yang dihasilkan antara 1 : 10.000 – 1 : 25.000.

Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu :

a. Persiapan meliputi penentuan tujuan survey tanah, pengurusan surat izin dari

pemerintah Boalemo yang wilayahnya tercakup dalam daerah penelitian.

b. Pengempulan data dari instansi-instansi terkait

c. Analisis data lapangana yang meliputi :

1. Analisis data lapangan

Analisis data lapangan diawali dengan melakukan identifikasi data-data tanah dan data iklim, serta menghitung rata-rata iklim daerah penelitian. Selanjutnya penyeragaman skala peta sebelum dibuat peta satuan lahan berdasarkan peta administrasi dan peta lereng daerah Kecamatan Dulupi dan Paguyaman Kabupaten Boalemo yang telah disesuaikan dengan peta

rupa bumi Indonesia. selanjutnya peta-peta tadi ditumpangtindihkan (overlay)dan di lakukan

(5)

1)

Mahasiswa, 2)DosenPembimbing I, 3)Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian

lapang setiap satuan lahan itu dicocokkan (matching) dengan kriteria kesesuaian lahan

tanaman kakao, sehingga di peroleh kelas-kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kakao dalam bentuk peta kesesuaian lahan.

2. Analisis data sisoal ekonomi, yaitu :

a. Net Presen Value (NPV) atau nilai bersih sekarang.

-Bila NPV > 0 Maka usaha tani tersebut layak

Bila NPV < 0 Maka usaha tani tersebut tidak layak

b. Internal Rate Of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil.

IRR = i1+ (i2 – i1)

Bila IRR ≥ i maka usaha tani dikatakan layak

Bila IRR ≤ i maka usaha tani dikatakan tidak layak

c. B/C ratio

- Gross Benefit cost ratio (Gross B/C Ratio) adalah penilaian yang dilakukan untuk

melihat tingkat efisiensi penggunaan berupa perbandingan PV dari Gross Benefit (Nilai

total produksi) dengan PV dari Gross Cost (biaya investasi, biaya operasi dan

pemeligaran)

Gross B/C Ratio =

- Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) adalah penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya berupa perbandingan nilai biaya besih sekarang yang dikeluarkan dan berlaku sebaliknya.

Net B/C ratio =

Bila B/C > 1, maka usaha tani tersebut layak Bila B/C < 1, maka usaha tani tersebut tidak layak

d. LQ (location quotient analysis) merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan/basis (aktifitas) pertanian. Model matematiknya, yaitu :

X

X

X

X

LQ

J I IJ IJ .. . . / / Dimana:

Xij : derajat aktifitas ke-j di wilayah ke-i Xi. : total aktifitas di wilayah ke-i

X.j : total aktifitas ke-j di semua wilayah X.. : derajat aktifitas total wilayah

e. LI (Localization Index) merupakan salah satu index yang menggambarkan pemusatan

relatif suatu aktifitas dibandingkan dengan kecenderungan total di dalam wilayah. Secara umum analisis ini digunakan untuk menentukan wilayah mana yang potensial

(6)

1)

Mahasiswa, 2)DosenPembimbing I, 3)Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian

untuk mengembangkan aktifitas tertentu. Persamaan LI ini bisa dikatakan sebagai bagian dari persamaan LQ. Model matematiknya, yaitu :

n I I J IJ J

X

X

X

X

LI

1 .. . . 2 1

Aturan untuk menginterpretasikan hasil analisis LI tersebut adalah :

- Jika nilainya mendekati 0 berarti perkembangan suatu aktifitas cenderung memiliki tingkat yang sama dengan perkembangan wilayah dalam cakupan lebih luas. Tingkat perkembangan aktifitas akan relatif indifferent di seluruh lokasi. Artinya aktifitas tersebut mempunyai peluang tingkat perkembangan relatif sama di seluruh lokasi.

- Jika nilainya mendekati 1 berarti aktifitas yang diamati akan cenderung berkembang memusat di suatu lokasi. Artinya aktifitas yang diamati akan berkembang lebih baik jika dilakukan di lokasi-lokasi tertentu.

f. SI (Specialization Index) merupakan salah index yang menggambarkan pembagian

wilayah berdasarkan aktifitas-aktifitas yang ada. Lokasi tertentu menjadi pusat bagi aktifitas yang dilakukan. Persamaan SI ini bisa pula dikatakan sebagai bagian dari persamaan LQ. Model matematiknya, yaitu :

I IJ I J J P

SI

12

X

X

X

X

1 . . ..

Konvensi yang harus diperhatikan dalam menginterpretasikan persamaan SI tersebut

adalah :

- Jika nilainya mendekati 0 berarti tidak ada kekhasan. Artinya sub wilayah yang diamati tidak memiliki aktifitas khas yang relatif menonjol perkembangannya dibandingkan dengan di sub wilayah lain.

- Jika nilainya mendekati 1 berarti terdapat kekhasan. Artinya sub wilayah yang diamati memiliki aktifitas khas yang perkembangannya relatif menonjol dibandingkan dengan di sub wilayah lain.

3. Analisis Data Sistem Informasi Geografis (GIS)

Secara spasial, melalui teknik sistem informasi geografis, komponen data tanah, kualitas tanah, pengelolaan tanah, dan ancaman erosi pada tiap unit lahan dijadikan atribut

unit lahan ini, kemudian ditumpangtindihkan (overlayed) dengan syarat tumbuh (crop

requirement) atau kriteria kesesuaian lahan tanaman Kakao. Hasil dari overlayed tersebut adalah peta kesesuaian lahan aktual dan peta kesesuaian lahan potensial.

(7)

1)

Mahasiswa, 2)DosenPembimbing I, 3)Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian

Untuk membuat peta satuan lahan dibutuhkan beberapa jenis peta yaitu peta administrasi, peta lereng, peta penggunaan lahan dalam format digital dengan bentuk data spasial. Data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya. Pengumpulan data spasial dan data atribut serta persiapan pemasukan data menempati posisi kunci dalam pekerjaan ini. Hal ini disebabkan hasil akhir selain dipengaruhi kualitas data, juga sangat ditentukan oleh kombinasi analisis dan kombinasi dalam perangkat lunak/keras dengan kemampuan operator SIG. Tahap pembuatan peta satuan lahan adalah sebagai berikut:

1. Pertama buka jendela Arc GIS 9.1

2. Kita memasukkan peta-peta yang akan digunakan, kemudian di samakan titik koordinat

3. Setelah semua peta titik koordinatnya sudah sama, maka peta-peta tadi kemudian

ditumpangtindihkan menjadi satu peta.

4. Setelah peta tersebut ditumpangtindih selanjutnya dilakukan digitasi lahan untuk

mendapatkan satuan-satuan lahan.

5. Setelah digitasi selesai, maka selanjutnya yang dilakukan adalah pemberian nomor

satuan lahan. Nomor satuan lahan ini yang menjadi dasar kita untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tipe Penggunaan Lahan

Salah satu tahapan sebelum melakukan proses evaluasi lahan adalah mendeskripsikan 11 atribut kunci tipe penggunaan lahan. Berdasarkan deskripsi penggunaan lahan tanaman

kakao (Theobroma cacao L.) secara rinci diuraikan sebagai berikut :

a. Produksi

Sejak penanaman hingga tahun ke-12 umur tanaman, telah berproduksi sebanyak 8 kali dengan rata-rata produksi 4,9 ton/ha dari tahun ke-4 sampai tahun ke-12.

b. Pemasaran

Produksi yang dihasilkan oleh petani kakao biasanya langsung dijual pada petani pengumpul dan dijual di pasar apabila harga yang ditawarkan oleh petani pengumpul tidak sesuai dengan harga yang ditawarkan oleh petani budidaya.

c. Pengelolaan

Sebelum melakukan penanaman, terlebih dahulu petani melakukan penyemaian bibit kakao serta kemudian pengolahan tanah dan menyiapkan naungan. Selanjutnya setelah umur bibit mencapai 2 bulan kemudian dipindahkan ke lahan dengan jarak tanam 3 x 3 meter sehingga mencapai 900 pohon/ha. Pemupukan dilakukan dua kali setiap tahun saat akhir musim hujan dan awal musim hujan hingga tahun ke-12 dengan menggunakan pupuk anorganik serta untuk pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida.

(8)

1)

Mahasiswa, 2)DosenPembimbing I, 3)Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian

Tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu 64 HOK. Petani juga kebanyakan menggunakan tenaga kerja keluarga pada saat pemeliharaan, pemupukan hingga pengeringan.

e. Laba kotor

Laba kotor dari tanaman kakao untuk petani budidaya di Kecamatan Dulupi dan

Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo sebesar Rp. 23.052.000 dengan harga kakao kering Rp. 17.000/kg.

f. Pendapatan bersih petani

Pendapatan bersih petani Kakao di Kecamatan Dulupi dan Paguyaman rata-rata Rp. 61.098.000 dari tahun keempat sampai tahun ke-12.

g. Nilai Net B/C Ratio

Nilai Net /C Ratio untuk tanaman kakao di daerah penelitian ternyata lebih besar dari 1

sehingga usahatani di daerah penelitian layak untuk dikembangkan.

Analisis Kesessuaian Lahan Tanaman Kakao

a. Kesesuaian Lahan Aktual

Kesesuaian Lahan

Faktor Pembatas Satuan Lahan Luas Kelas Sub Kelas Ha % S (sangat sesuai) - - - - - S2 (cukup sesuai) - - - - - S3 (sesuai marginal)

S3w Curah hujan rendah

3, 4, 6, 7, 8, 12, 13, 17, 18, 19, 20,

21, 22

12522.18 19,95

S3wn Curah hujan sangat rendah dan C-Organik yang tidak tersedia

1, 2, 5, 9, 10, 11, 14, 15,

16

13239.2 21.07

S3ws Curah hujan rendah dan

kemiringan lereng yang curam 24, 25, 27 3290.5 5.24 N (tidak

sesuai) Ns Kemiringan lereng yang curam

23, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36 33766.39 53.75 Total 62818.24 100.00

b. Kesesuaian Lahan Potensial

Satuan Lahan

Ksesuaian Lahan Untuk Tanaman Kakao Luas

Aktual Potensial Ha %

1 S3wn S2 3538,26 5,63

2 S3wn S2 754,51 1,20

(9)

1)

Mahasiswa, 2)DosenPembimbing I, 3)Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian

4 S3w S2 858,33 1,37 5 S3wn S2 2457,29 3,91 6 S3w S2 204,60 0,33 7 S3w S2 544,67 0,87 8 S3w S2 244,31 0,39 9 S3wn S2 722,75 1,15 10 S3wn S2 22,44 0,04 11 S3wn S2 709,37 1,13 12 S3w S2 527,58 0,84 13 S3w S2 300,93 0,48 14 S3wn S2 837,96 1,33 15 S3wn S2 2148,04 3,42 16 S3wn S2 2048,58 3,26 17 S3w S2 1027,16 1,64 18 S3w S2 4388,95 6,99 19 S3w S2 812,95 1,29 20 S3w S2 465,95 0,74 21 S3w S2 2207,58 3,51 22 S3w S2 683,08 1,09 23 Ns S3 1303,41 2,07 24 S3ws S2 1926,55 3,07 25 S3ws S2 447,81 0,71 26 Ns S3 4383,25 6,98 27 S3ws S2 916,14 1,46 28 Ns S3 339,29 0,54 29 Ns S3 243,31 0,39 30 Ns S3 340,19 0,54 31 Ns S3 252,93 0,40 32 Ns S3 7161,22 11,40 33 Ns S3 9043,54 14,40 34 Ns S3 3305,57 5,26 35 Ns S3 330,25 0,53 36 Ns S3 7063,43 11,24 Total 62818,24 100,00

Analisis Usahatani Kakao

Hasil analisis usaha tani tanaman Kakao (Theobroma kakao L.) secara financial di

Kecamatan Dulupi dan Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo yang dihitung berdasarkan persamaan sebelumnya ternyata menguntungkan. Hal ini disebabkan nilai NPV lebih besar 0, nilai IRR lebih besar dari suku bunga, dan nilai B/C Ratio lebih besar dari 1 sehingga usaha tani tersebut dikatakan layak. Sementara untuk analisis keunggulan komparatif secara basis, nilai LQ di Kecamatan Paguyaman lebih besar daripada Kecamatan Dulupi sehingga menjadikan Kecamatan Paguyaman sentra dari pengembangan kakao. Untuk nilai LI di kedua Kecamatan ini, mendekati 0 berarti perkembangannya relatif sama di

seluruh lokasi. Untuk Specialization Index di Kecamatan Dulupi nilai SI mendekati 0 yang

berarti tidak ada kekhasan yaitu pengembangan kakao relatif rendah dibandingkan wilayah lain. Sedangkan untuk Kecamatan Paguyaman, nilai SI mendekati 1 yang artinya terdapat kekhasan dimana pengembangan kakao di daerah ini relatif besar dibandingkan wilayah lain.

(10)

1)

Mahasiswa, 2)DosenPembimbing I, 3)Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian

Nilai setiap Komponen Usaha Tani Kakao (Theobroma kakao L.)

Komponen Usaha Tani Daerah Penelitian Kecamatan Dulupi

dan Paguyaman Kabupaten Boalemo

Produksi (Kg) 4950 Kg

Harga Jual Petani (Rp/Kg kakao kering) Rp. 17.000

Penerimaan Rp. 84.150.000 Total Biaya Rp. 23.052.000 NPV 12.603.848 IRR (%) 53,29 Gross B/C Ratio 2,22 Net B/C Ratio 3,27

Sumber : Data Primer yang diolah (2013)

Analisis ekonomi ini berdasarkan hitungan penghasilan petani pada luasan satu hektar dan produksinya hanya sampai pada penjualan kakao kering, tidak termasuk untuk pembelian bibit karena bibit didapatkan dari bantuan pemerintah. Beberapa petani kakao juga mulai mengembangkan budidaya kakao dilahan yang lebih luas untuk mendapatkan hasil yang lebih.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kakao di Kecamatan Dulupi dan Kecamatan

Paguyaman Kabupaten Boalemo setelah dilakukan perbaikan adalah cukup sesuai (S2) yag terdapat pada satuan lahan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, dan 27. Serta sesuai marginal (S3) yang tersebar pada satuan laha 23, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, dan 36.

2. Faktor-faktor yang membatasi kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kakao meliputi

ketersediaan air, retensi hara, dan lereng.

3. Luas lahan yang berpotensi untuk pengembangan tanaman kakao adalah 62818,24 ha

dengan masing-masing kelas kesesuaian lahan S2 dengan luas 29051,86 ha atau 46,25 % dari luas daerah penelitian dan S3 dengan luas 33766,39 ha atau 53,75 % dari luas daerah penelitian.

4. Keunggulan komparatif komoditi kakao, Kecamatan Paguyaman lebih berpotensi untuk

pengembangan kakao dengan produksi 189,80 ton pada tahun 2012 atau 35,44% dari seluruh produksi di Kabupaten Boalemo. Sedangkan untuk Kecamatan Dulupi hanya 4,31 ton atau 0,80% pada tahun 2012.

(11)

1)

Mahasiswa, 2)DosenPembimbing I, 3)Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian

1. Tanaman kakao di daerah ini cukup sesuai untuk dikembangkan. Oleh karena itu

pemerintah dapat melanjutkan program penanaman kakao dan menyediakan sarana transportasi untuk mendukung petani yaitu jalan perkebunan yang memadai sehingga tidak menyulitkan petani untuk pengangkutan hasil dari lahan menuju pemukiman.

2. Pada lahan-lahan yang memiliki faktor pembatas berupa ketersediaan air, sebaiknya

kelas kesesuaian lahannya dinaikkan dengan pembuatan sistem irigasi atau pengairan agar pemanfaatannya untuk pengembangan tanaman kakao lebih potensial.

DAFTAR PUSTAKA

Amran A. 2009. Studi Evaluasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao

(GERNAS Kakao) di Kabupaten Bantaeng.

pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/1418357dab5f717035db01190486f64.pdf [Jumat,11 Januari 2013]

Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Data Beberapa Iklim dan Curah Hujan

Stasiun BPP Tilamuta dan BPP Paguyaman I Selama Sepuluh tahun (2003-2012). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Provinsi Gorontalo. Gorontalo.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah pengembangan

Agribisnis Kakao di Indonesia.

http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/files/00KAKAO.pdf [Minggu, 28 April 2013]

Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Kalimantan Timur. 2009. Prospek

Menggiurkan Investasi Budidaya Kakao.

http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/userfiles/daerah/6405/attachment/K akao.pdf [Minggu, 28 April 2013]

Badan Pusat statistik. 2012. Boalemo dalam Angka 2012. Kabupaten Boalemo

Conant, F.,P. Rogers, M, Baumgardner, C. mvKell, R. dasmann, and P. Reining. 2005.

Resource Inventory and Baseline Study Methods for Developing Countries. American Association for the Advancement of Science. Hal 61.

Djaenudin D, H Marwan, Subagya H, Mulyani A, dan Suharta N. 2000. Kriteria Kesesuaian

Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Ver.3. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor

Doorenbos, J and W. O. Pruitt. 1997. Guidelines For Predicting Crop Water Requirement.

(12)

1)

Mahasiswa, 2)DosenPembimbing I, 3)Pembimbing II, Program Studi S1 Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian

Hardjowigeno S. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaaan Tataguna Lahan.

Penerbit Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. ed Baru. Akademika Presindo, Jakarta. Hal 274 – 279.

Indrianti M A. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora)

Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kabupaten Bone Bolango.

[skripsi]. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo.

Jahuddin R. M. Saleh S.Ali. Baharuddin dan La Daha. 2008. Analisis Keberlanjutan

Implementasi Pengendalian Hama Terpadu pada Tanaman kakao di Sulawesi Selatan.

www.peipfikomdasulsel.org/wpcontent/uploads/2012/04/rahmatjaguddin.pdf [Jumat, 11 Januari 2013]

Muljana W. 2001. Bercocok Tanam Cokelat. CV Aneka Ilmu, Semarang. Hal 7 dan 11.

Nurdin. 2004. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Beberapa Tipe Pemanfaatan Lahan di

Sebagian DAS Tondano Hulu. [Skripsi]. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. PT

Agromedia Pustaka, Jember. Hal 39.

Puslitbangtanak. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi lahan Untuk Komoditas Pertanian, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Departemen Pertanian, Bogor.

Rahman R. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Nilam (Pogostemon cablin

Benth) dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). [Skripsi].

Gorontalo :Universitas Negeri Gorontalo.

Rayes L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Siswanto. 2006. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Penerbit UPN Press, Surabaya.

Sitorus SRP. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Penerbit Tarsito, Bandung.

Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Susanto, F.X. 1993. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisius, Yogyakarta.

Hal 36 – 39.

Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Cokelat. CV Yrama Widya, Bandung. Hal

Referensi

Dokumen terkait

Padahal menurut pernyataan Homans, sesuai dengan sistem pertukaran sosial yang terjadi antara masyarakat desa Tanjung Siambang dan pemerintah Provinsi Kepulauan Riau

Total harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya

Kompetensi sumber daya manusia terhadap kualitas pelayanan publik di Kantor Desa Maddenra Kecamatan Kulo Kabupaten Sidenreng Rappang dan untuk mengetahui faktor-faktor

Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa gaya kepemimpinan transformasional berada pada kategori baik dengan presentase sebesar 72,5%, tingkat kepuasan kerja berada pada

Tetapi pada Gambar 4 diketahui hasil sampel pada roof garden menunjukkan pola yang tidak konsisten dan terdapat nilai ekstrim pada konduktivitas dan besar

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1190/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, dalam

Adapun dokumen dalam penelitian ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar evaluasi yang sudah dibuat oleh subjek penelitian (guru bidang studi IPA)